Keterangan : = Persentase penyembuhan hari ke
= diameter luka hari pertama = diameter luka hari ke
2. Histopatologi
Gambaran histopatologi merupakan salah satu indicator untuk melihat
perkembangan kesembuhan secara mikroskopis, penilaian ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40 kali pada lapang
pandang acak disetiap spesimen hasil pemeriksaan patologi anatomi dari biopsi insisi luka. Sampel biopsi diambil satu kali dan dilakukan
bersamaan pada hari ke-14 Manjas dkk., 2010, yang mencakup tingkat pembentukan kolagen, tingkat pembentukan epitelisasi, jumlah
pembentukan pembuluh darah baru dan jumlah sel inflamasi
Nagaokadkk., 2000.
Tabel 2 . Tabel penilaian mikroskopis.
Parameter dan Deskripsi Skor
Derajat pembentukan kolagen Kepadatan kolagen lebih dari jaringan normallapang
pandang kecil mikroskop Kepadatan kolagen sama dengan jaringan normallapang
pandang kecil mikroskop Kepadatan kolagen kurang dari jaringan normallapang
pandang kecil mikroskop 3
2
1
Derajat terjadinya epitelisasi Epitelisasi normallapang pandang kecil mikroskop
Epitelisasi sedikitlapang pandang kecil mikroskop Tidak ada epitelisasilapang pandang kecil mikroskop
3 2
1 Jumlah pembentukan pembuluh darah baru
Lebih 2 pembuluh darah barulapang pandang kecil mikroskop
1-2 pembuluh darah barulapang pandang kecil mikroskop
Tidak ada pembuluh darah barulapang pandang kecil mikroskop
3
2 1
Jumlah sel inflamasi lapang pandang Sel berjumlah 1−5
Sel berjumlah 6−10 Sel berjumlah 11−15
3 2
1
H. Pengolahan dan Analisis Data
Hasil penelitian lalu dianalisis apakah memiliki distribusi normal p0,05 atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel ≤50. Kemudian dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians yang sama p0,05 atau tidak.
Jika varians data berdistribusi normal dan homogen, akan dilanjutkan dengan metode uji parametrik repeated ANOVA. Apabila tidak memenuhi syarat uji
parametrik, akan dilakukan transformasi. Jika pada uji ANOVA menghasilkan nilai p0,05 maka akan dilanjutkan dengan melakukan analisis
post hoc LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan. Apabila hasil transformasi tidak memenuhi syarat digunakan uji Friedman dan
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon.
DAFTAR PUSTAKA
Aljadi, AM. dan MY. Kamaruddin. 2004. Evaluation of Phenolic Contents and
Antioxidant Capacities of Two Malaysian Floral Honeys. Food Chem. 85: 513-518.
Allam, AM., W. Mostafa, E. Zayed, J. El-Gamaly. 2007. Management of The Acute Partial Thickness Burn Hand Moist Exposed Burn Ointment or
Silver Sulvadiazine Cream Both Combined With a Polyethylene Bag. Annals of Burn and Fire Disasters- Vol. XX- N. 3.
Al-Waili, K. Sallom, A. Ahmad. 2011. Honey for Wound Healing, Ulcer and Burn; Data Supporting Its Use In Clinical Practice. The Scientific World
Jurnal. Vol. XI. Ang, ES., ST. Lee, CS. Gan. 2000. The Role of Alternative Therapy In The
Management of Partial Thickness Burn of The Face Experience With The Use of Moist Exposed Burn Ointment MEBO Compare With
Silver Sulvadiazine. Ann. Acad. Med. Singapore. 29 : 7.
Atissalam, L. 2010. Luka Bakar. Yogyakarta. PMI Kota Surakarta.
Brown, DL. 2004. Wound. Philadelphia, USA: Lippincott Williams Wilkins. Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Suddart 8th ed. Jakarta: EGC. Dahlan, MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:
Salemba Medika. Dewi, Dina, Sanarto, B. Taqiyah. 2008. Pengaruh Frekuensi Perawatan Luka
Bakar Derajat II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama Penyembuhan Luka. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Brawijaya.
Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Enoch, S., P. Price. 2007 Cellular, molecular, and biochemical differences in the pathophysiology of healing between acute wounds, chronic wounds and
wounds in
the aged.
Available from
URL: HYPERLINK
httpwww.worldwebwound.com Guyton, A., J. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hamad, S. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Pustaka Iman. Handian, I. Feriana. 2006. Efektivitas Perawatan Menggunakan Madu Nektar
Flora Dibandingkan Dengan Silver Sulfadiazine Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Terinfeksi Pada Marmut. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Harianie, Liliek, M. Djamhuri. 2003. Kleoterapi Endoskopi Getah Pohon Pisang Serta Manfaatnya Dalam Menyembuhkan Luka. Universitas Islam Negeri
Malang. Harien. 2010. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Malang.
Universitas Muhammadiyah Malang. Hary, E. 2011. Madu Karet. Diakses dar
i www.arbainweb.com Hindy, A. 2009. Comparative Study Between Sodium Carboxymethyl Cellulose
Silver, Moist Exposed Burn Ointment And Saline Soaked Dressing For Treatment of Facial Burn. Annals of Burns and Fire Disasters
– Vol. XXII
– N. 3. Ioannovich, J., E. Tsati, D. Tsoutsos, K Frangia. 2000. Moist Exposed Burn
Therapy Evaluation of The Epithelial Repair Process an Experimental model. Ann Burns Fire Disaster. 13:3-9.
Jewo, PI., IO. Fadeyibi, OS. Babalola, LC. Saalu, AS. Benebo, MC. Izegbu, OA. Ashiru. 2009. A comparative Study of The Wound Healing Properties of
Moist Exposed Burn Ointment MEBO and Silver Sulphadiazine. Annals of Burns and Fire Disasters
– Vol. XXII – N. 2. Junqueira, LC., J. Carneiro. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Edisi 10.
Jakarta: EGC. Li, C., G. Lin, Z. Zuo. 2011. Pharmacological Effects and Pharmacokinetics
properties of Radix Scutellariae and Its Bioactive flavones. John Willey and Sons, Ltd.
Manjas, Mankher, J. Henky, S Agus. 2010. Penggunaan krim amnion pada penyembuhan luka sayatan tikus wistar. Majalah Kedokteran Indonesia
Vol. 60, No. 6.