Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. 1. 1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara filosofis, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan pada anusia pada umumnya beserta hasil karya dan budayanya menuju asyarakat adil dan makmur.
Ditinjau dari segi keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. 1. 2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hakikat dan tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yaitu bahwa faktor K3 berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja pada tenaga kerja dan juga
berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri, sehingga dengan demikian mempengaruhi tingkat pencapaian produktifitasnya. Karena pada dasarnya
tujuan K3 adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
25 sehingga upaya pencapaian produktifitas yang semaksimalnya dari suatu perusahaan
industri dapat lebih terjamin. Upaya peningkatan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan pencegahan
kecelakaan karena pencegahan kecelakaan merupakan program utama keselamatan kerja di suatu perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional 2.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja 3.
Sumber produksi terpakai secara aman dan efisien.
2. 2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan materi bagi pekerja
dan pengusaha tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak langsung dengan masyarakat sekitar.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan atau disengaja atau direncanakan atau diinginkan yang berkaitan dengan hubungan kerja yakni sebagai akibat
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yang termasuk dalam perjalanan menuju atau pulang dari tempat kerja yang mengacaukan proses yang telah diatur dari
suatu aktifitas. Kecelakaan kerja umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab . Teori
tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
26 1.
Teori Kebetulan Murni Pure Chance Theory Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas dala
rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja. 2.
Teori Kecenderungan Belaka Accident Prone Theory Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat
pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan. 3.
Teori Tiga Faktor Utama Three Main Factors Theory Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan manusia pekerja itu
sendiri. 4.
Teori Dua Faktor Utama Two Main Factors Theory Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya Unsafe Conditions dan
tindakan atau perbuatan berbahaya Unsafe Actions . 5.
Teori Faktor Manusia Human Factor Theory Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, baik langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. M. Sukaelan, 2003 Dari kelima teori diatas, teori dua faktor utama yang dikemukakan oleh H.W.
Heinrich tahun 1920 hingga sekarang masih dianut dan diterapkan oleh para ahli keselamatan kerja. Kondisi yang tidak aman Unsafe Condition adalah suatu kondisi
fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan. Sedangkan tindakan yang tidak aman Unsafe Action adalah
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
27 suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap
terjadinya kecelakaan. Sekitar awal tahun 1970, dikemukan teori lain yang menyatakan bahwa sebab
utama kecelakaan adalah ketimpangan pada sistem manajemen , sedangkan tindakan atau perbuatan maupun keadaan yang tidak aman hanya merupakan gejala atau fenomena saja.
Oleh sebab itu dikemukakanlah konsep “Loss Control Management” dan manajemen resiko maka dimulailah pembentukan cikal bakal serta inti dari SMK3.
2. 3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem Manajemen adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling
berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan http:safety4abipraya.files.wordpress.com
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 MEN 1996 pasal 1 menyebutkan bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
28 Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat yang aman, efisien dan produktif. pasal 2 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3. PERMENAKER NO. 05 MEN 1996 pasal 3
Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola “Total Loss Control” Loss Control Management yaitu suatu kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi perusahaan,
properti, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan
lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu Planning, Do, Check, dan Improvement PDCI . Rudiyanto, 2003
Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut pasal 4 ayat 1 :
1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
29 3.
Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran penerapan K3. 4.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Peraturan PerUndang-Undangan dan Standar Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perUndang-
Undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasikan peraturan perUndang-Undangan dan standar
dibidang K3. Dari hasil identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja. 2.
Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3
yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
30 semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi
keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok.
3. Mengorganisasikan
Untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan organisasi
K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap K3.
4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. 5.
Penerapan SMK3 Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang
memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.
6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
31 Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif
yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem.
7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh.
2. 3. 1. Pelaksanaan Audit SMK3
Dengan melaksanakan Audit K3, manajemen dapat memeriksa sejauh mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi
berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan
pelaksanaannya. http:safety4abipraya.files.wordpress.com
Untuk pembuktian penerapan SMK3, perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang di tunjuk oleh menteri PERMENAKER No. 05 MEN
1996 pasal 5 ayat 1. Audit SMK3 meliputi 12 elemen sebagai berikut : 1.
Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen 2.
Strategi Pendokumentasian 3.
Peninjauan Ulang Desain dan Kontrak 4.
Pengendalian Dokumen 5.
Pembelian 6.
Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7.
Standar Pemantauan 8.
Pelaporan dan Perbaikan Keuangan 9.
Pengelolaan Material dan Pemindahannya 10.
Pengumpulan dan Penggunaan Data 11.
Pemeriksaan Sistem Manajemen 12.
Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan. Kriteria penilaian hasil audit dalam suatu perusahaan sesuai dengan
PERMENAKER No. 5 tahun 1996 tentang penentuan penilaian hasil audit Sistem Manajemen K3 adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus
menerapkan sebanyak 64 kriteria. 2.
Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan sebanyak 122 kriteria.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
33
3. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus
menerapkan sebanyak 166 kriteria. Keberhasilan penerapan SMK3 di tempat kerja diukur sebagai berikut :
1. Pencapaian penerapan 0 – 59 pelanggaran peraturan perundangan dikenai
tindakan hukum. 2.
Pencapaian penerapan 60 – 84 diberikan sertifikat dan bendera perak. 3.
Pencapaian penerapan 85 – 100 diberikan sertifikat dan bendera emas.
2. 3. 2. Pertimbangan Ditetapkannya PERMENAKER No. 05 MEN 1996
Pertimbangan ditetapkannya PERMENAKER No. 05 MEN 1996 adalah : 1.
Bahwa terjadinya kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis.
2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan
SMK3. 3.
Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.
2. 3. 3. Manfaat Penerapan SMK3
SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat
kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu, penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri antara lain :
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
34
a Manfaat Langsung
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. 2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja. b
Manfaat Tidak Langsung 1.
Meningkatkan image market terhadap perusahaan. 2.
Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. 3.
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik sehingga membuat umur alat semakin lama. www.kompas.com
2. 3. 4. Faktor Penghambat dan Keberhasilan SMK3
PT. Sucofindo Persero dalam Seminar Nasional K3 di Medan tahun 2005 mengungkapkan beberapa faktor penghambat dan faktor keberhasilan penerapan
SMK3. Faktor-faktor penghambat SMK3 antara lain : 1.
Belum adanya persyaratan dari konsumen mengenai pembuktian penerapan SMK3.
2. Dampak krisis ekonomi.
3. Tidak terdapatnya konsekuensi bagi perusahaan yang menunda dan menolak
pelaksanaan audit SMK3.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
35
4. Kekurangsiapan perusahaan dikarenakan ketidaktahuan perusahaan untuk
menerapkan SMK3. 5.
Biaya audit yang dianggap memberatkan perusahaan. 6.
Frame koordinasi pelaksanaan audit dengan Departemen Teknis lain belum terwujud.
Faktor-faktor keberhasilan penerapan SMK3 antara lain : 1.
Telah diterapkannya beberapa sistem manajemen yang mendukung penerapan SMK3.
2. Tingginya komitmen K3 dari manajemen puncak atau perusahaan induknya.
3. Melakukan studi banding.
4. Adanya tenaga ahli di bidang K3.
5. Adanya departemen atau bagian yang khusus menangani K3.
6. Telah diperolehnya penghargaan di bidang K3 dari institusi asing.
7. Telah dimilikinya Safety Committee yang berperan aktif dalam pelaksanaan
K3. 8.
Terdapatnya tuntutan dari pihak konsumen kepada perusahaan untuk menerapkan SMK3 yang tersertifikasi.
9. Terpacunya suatu perusahaan dalam sektornya karena perusahaan lain telah
berhasil menerapkan SMK3. 10.
Adanya upaya pembinaan mengenai SMK3 baik dari asosiasi profesi ataupun dari pembina kawasan perusahaan.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
36
2. 3. 5. Pedoman Penerapan SMK3 Lampiran I PERMENAKER No. 05 MEN 1996
1. Komitmen dan Kebijakan
a Kepemimpinan dan Komitmen
Pengurus harus menunjukan kepimpinan dan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Pengusaha
dan pengurus perusahaan harus menunjukan komitmen terhadap keselamatan kerja yang diwujudkan dalam :
1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana yang lain yang diperlukan di bidang K3.
3. Menetapkan personal yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.
4. Perencanaan K3 yang terkoordinasi. 5. Malakukan penilaian kerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3..
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukan komitmen terhadap K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan. Setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
b Tinjauan Awal K3
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
37
Peninjauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan saat ini dilakukan dengan :
1. Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini.
2. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kaitan perusahaan.
3. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar
keselamatan dan kesehatan kerja. 4.
Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.
5. Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan
gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.
c Kebijakan K3
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua
tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
38
2. Perencanaan
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang
jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko sesuai persyaratan perUndangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3
a Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya.
b Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya.
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang
berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada
setiap tenaga kerja.
c Tujuan dan Sasaran
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahlli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
39
d Indikator Kinerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3, perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3
yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.
e Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung.
Penerapan awal Sistem Manajemen K3 yang berhasil memerlukan rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan serta menetapkan tujuan serta
sasarannya dengan jelas, yang dapat dicapai dengan : a
Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan.
b Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran
SMK3.
3. Penerapan
Dalam mencapai tujuan K3 perusahaan harus menunjuk personal yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan.
a Jaminan Kemampuan
1. Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan : a
Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
40
b Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap
tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.
c Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara
efektif. d
Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli. e
Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara aktif.
2. Integrasi K3
Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 ke dalam sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut terdapat
pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan , maka : a
Tujuan dan prioritas Sistem Manajemen K3 harus diutamakan. b
Penyatuan Sistem Manajemen K3 dengan Sistem Manajemen Perusahaan dilakukan secara selaras dan seimbang.
3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Perusahaan harus : a
Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat K3 dan wewenang untuk bertindak
dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, tenaga kerja, kontraktor, subkontraktor dan pengunjung.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
41
b Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3.
c Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya. Tanggung jawab pengurus terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah:
a Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan
bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan.
b Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya
yang berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan
SMK3. 4.
Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran Pengurus harus menunjukan komitmennya terhadap K3 melalui konsultasi
dan dengan melibatkan tenaga kerja maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3 , sehingga semua pihak
merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan dan sasaran SMK3,
dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomik, radiasi, bilogis dan pskologis yang mungkin dapat menciderai dan melukai tenaga kerja pada
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
42
saat bekerja serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
5. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan
merupakan salah satu alat penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan
penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia. Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan
dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya. Prosedur pendokumentasian pelatihan yang telah dilaksanakan
dan dievaluasi efektivitasnya harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan kedalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan,
seleksi dan penilaian kinerja tenaga kerja serta pelatihan.
b Kegiatan Pendukung
1. Komunikasi
Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi
tenaga kerja terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. 2.
Pelaporan Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa SMK3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
43
3. Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan harus dengan
jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif. Pendokumentasian SMK3 mendukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila unsur Sistem Manajemen K3 terintegrasi dengan
Sistem Manajemen Perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumen yang ada.
4. Pengendalian Dokumen
Perusahaan harus menjamin bahwa : a
Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan.
b Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.
c Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel
yang berwenang. d
Dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap perlu. e
Seluruh dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan. f
Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. 5.
Pencatatan dan Manajemen Informasi. Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjang kesesuaian
penerapan SMK3.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
44
c Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
1. Identifikasi Sumber Bahaya
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. b
Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. 2.
Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. 3.
Tindakan Pengendalian Perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian kegiatan-
kegiatan, produk dan jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan
menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan
kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui
metode : a
Pengendalian TeknisRekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi.
b Pendidikan dan Pelatihan.
c Pembangunan Kesadaran dan Motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan dan motivasi diri
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
45
d Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi
e Penegakan Hukum
4. Perancangan Desain dan Rekayasa
Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap
tahap dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi sumber
bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
5. Pengendalian Admnistratif
Personel harus dilatih agar memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi
perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan. 6.
Tinjauan Ulang Kontrak Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk
menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang ditentukan.
7. Pembelian
Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3 Pada saat barang dan jasa
diterima di tempat kerja, perusahaan harusmenjelaskan kepada semua pihak
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
46
yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
8. Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya. 9.
Prosedur Menghadapi Insiden Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi : a
Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik.
b Proses perawatan lanjutan.
10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
4. Pengukuran dan Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna
menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
a Inspeksi dan Pengujian
Prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan secara umum meliputi yaitu:
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
47
1 Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang
cukup. 2
Catatan inspeksi, pengujian dan pemantauan yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor
kerja yang terkait. 3
Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3.
4 Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan.
5 Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan inti
permasalahan dari suatu insiden. 6
Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
b Audit Sistem Manajemen K3
Audit SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh
personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil audit
harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.
c Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
48
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan
dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.
d Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi
implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
Tinjauan ulang Sistem Manajamen K3 meliputi : a
Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja b
Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja c
Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3 d
Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manjamen K3 sesuai dengan :
1 Perubahan peraturan perUndangan
2 Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.
3 Perubahan produk dan kegiatan perusahaan.
4 Perubahan struktur organisasi perusahaan.
5 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
49
6 Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja
7 Pelaporan
8 Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.
2. 4. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 2. 4. 1. Pengertian dan Tujuan P2K3
Pelaksanaan dan penerapan SMK3 di perusahaan juga tidak terlepas dari peran serta P2K3. P2K3 merupakan suatu badan yang dibentuk perusahaan sebagai
organisasi fungsional yang mengembangkan kerja sama antara pengusaha dan manajemen di satu pihak, dengan tenaga kerja atau karyawan di lain pihak dalam
melaksanakan kwajiban bersama untuk meningkatkan keselamatan kerja, pencegahan kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja di perusahaan. Dengan demikian
perusahaan mempunyai suatu panitia yang selain dapat memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak diminta kepada pengusaha pengawas
tempat kerja yang bersangkutan tentang masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja,juga sebagai sarana yang efektif untuk mempercepat pembinaan program-
program K3 kepada para karyawan serta sebaliknya untuk meneruskan keluhan- keluhan yang dialami karyawan tentang kekurangan perlindungan K3 di perusahaan.
P2K3 dibentuk di perusahaan dengan tujuan untuk menjamin kelancaran program produksi secara aman, efisien serta berhasil dengan baik dan menjamin
tercegahnya kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dengan segala konsekuensinya.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
50
2. 4. 2. Dasar Hukum Pembentukan, Keanggotaan dan Mekanisme Kerja P2K3
Adapun perundang-undangan yang mendasari terlaksananya P2K3 di perusahaan adalah :
1. UU No. 1 Tahun 1970, Pasal 10
Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi aktif dari pengusaha pengurus
dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melakukan tugas dan kewajiban bersama dibidang K3 dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi. 2.
KEPMENAKER No. 155 MEN 1984 tentang P2K3 dan DK3N DK3W. 3.
KEPMENAKER No. 04 MEN 1987 tentang P2K3 serta tata cara penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
4. PERMENAKER No. 02 MEN 1970 tentang penetapan pembentukan P2K3
di tempat kerja.
2. 4. 3. Pembentukan dan Keanggotaan P2K3
Ada dua hal yang menjadi syarat pembentukan P2K3 di perusahaan yaitu : 1.
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha pengurus wajib membentuk P2K3
a Tenaga kerja
≥ 50 orang b
Tenaga kerja 50 orang dengan tingkat bahaya tinggi. c
Kelompok tempat kerja sentra industri kecil , dimana tenaga kerja , 50 orang untuk anggota kelompok tempat kerja perusahaan.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
51
2. P2K3 disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk
Langkah yang harus ditempuh dalam pembentukan P2K3 adalah : 1.
Tahap persiapan Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan antara lain adanya kebijakan
K3 yang dituang secara tertulis, inventarisasi calon anggota, konsultasi ke Kandepnaker setempat. Disamping itu pemerintah juga perlu melakukan
inventarisasi perusahaan agar yang sudah memenuhi ketentuan dapat membentuk P2K3.
2. Tahap pelaksanaan
3. Pada tahap ini perusahaan sendiri akan membentuk P2K3 dan melaporkannya
ke Kandepnaker setempat. Selanjutnya pemerintah akan menerbitkan SK Pengesahan P2K3 dan melaksanakan pelantikan.
P2K3 merupakan suatu badan dimana keanggotaannya menurut UU memiliki syarat antara lain :
1. Susunan P2K3 dimulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota
2. Jumlah anggota untuk tenaga kerja
≥ 100 orang adalah sedikitnya 12 orang, 6 orang mewakili pengusaha pengurus dan 6 orang mewakili tenaga kerja.
Untuk tenaga kerja yang berjumlah 50 – 100 orang maka jumlah anggota paling sedikit 6 orang dengan perincian 3 orang mewakili pengusaha dan 3
0rang mewakili pekerja. Untuk Tenaga kerja berjumlah kurang dari 50 orang
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
52
maka jumlah anggota juga sedikitnya 6 orang terdiri dari 3 oeang perwakilan pengusaha pengurus dan 3 orang dari pekerja.
2. 4. 4. P2K3 Sebagai Organisasi K3
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 125 MEN 1982 tentang Pembentukan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, telah dibentuk DK3N yang merupakan
organisasi tripartit yang terdiri dari wakil pemerintah, wakil serikat pekerja, dan wakil pengusaha.
Dari Dewan K3 Nasional ini akan diperoleh masukan-masukan yang akan menjadi pedoman pemerintah dalam menetapkan peraturan perundang-undangan
tentang norma-norma K3 yang harus dipenuhi dan dipedomani. Di tingkat propinsi, Dewan K3 ini dinamakan DK3W Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Wilayah yang susunan pengurusnya ditetapkan melalui keputusan Kepala Kanwil Departemen Tenaga Kerja setempat. Di tingkat perusahaan dibentuklah P2K3 sebagai
organisasi K3 yang berada di bawah DK3W. P2K3 ini merupakan badan bipartit yang mengandung unsur pengusaha dan tenaga kerja.
P2K3 terdiri dari sekurang-kurangnya ketua, sekretaris dan anggota P2K3. Ketua P2K3 memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan P2K3. Sekretaris P2K3
memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas sekretariat dan melaksanakan keputusan P2K3. Anggota P2K3 mengikuti rapat serta melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan P2K3. Ketua P2K3 sebaiknya adalah manajemen tertinggi di suatu tempat kerja atau
setidaknya manajemen yang paling dekat dengan pimpinan puncak, sedangkan
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
53
sekretaris P2K3 adalah seorang tenaga profesional K3, yaitu Manajer K3, atau Ahli K3.
2. 5. Kerangka Konsep
Dari kerangka konsep diatas, Penulis akan melakukan penelitian terhadap Sistem Manajemen K3 secara khusus yang dilihat dari aspek Komitmen dan
Kebijakan, Perencanaan, Penerapan, Penyuluhan, Evaluasi dan Tinjauan Ulang sejak awal diterapkan yaitu tahun 1999 sampai dengan 2008 yang dilakukan oleh P2K3.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN