Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
75
Pada awal penerapan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton 1999-2002, Sistem Manajemen K3 merupakan Sistem Manajemen utama yang diimplementasikan PT
WIKA BETON dan terpisah dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Sejak tangga1 1 Juli 2002, uraian penerapan SMK3 diintegrasikan dengan prosedur mutu
sebagai satu kesatuan dengan Sistem Manajemen Mutu.Dok. WB-SMK3-PM-0002 3.
Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap K3 bertumpu pada manajemen
tertinggi yaitu Direktur Utama. Manajer PPB dan WP diberikan otonomi yang cukup untuk mengatur PPU masing-masing secara efektif guna memenuhi persyaratan K3.
Tanggung jawab dan tanggung gugat ini terdokumentasi dengan jelas pada dokumen berjudul “implementasi SMK3 di PT Wijaya Karya Beton” dan belum
pernah di revisi. Pengurus hanya mengkomunikasikan tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat K3 ini pada saaat pelatihan dan tidak meletakkannya di papan pengumuman. Perusahaan juga hanya menjelaskan tentang hubungan pelaporan untuk semua
tingkatan manajemen kepada Pengurus P2k3, Kontraktor, Sub Kontraktor, dan Pengunjung yang meminta saja dan tidak kepada seluruh tanaga kerja.
b. Kegiatan Pendukung
1. Komunikasi dan Informasi
Pada tahun 1999 – 2005, Rapat P2K3 dilakukan 3 bulan sekali, sejak tahun 2006 sampai sekarang rapat P2K3 diadakan sebulan sekali dan penyebarannya
dilakukan kepada seluruh karyawan melalui media komunikasi internal seperti papan
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
76
pengumuman. Penyampaian laporan tentang penerapan SMK3 kepada Dinas Tenaga Kerja dilakukan 3 bulan sekali. Penyebarluasan informasi K3 dilakukan melalui
pemasangan poster-poster, rambu-rambu peringatan K3 namun pelaksanaannya belum dilakukan secara teratur.
2. Pelaporan
Secara umum telah diterapkan sistem pelaporan sebagi berikut : a.
Pelaporan keadaan darurat Laporkan pada Petugas Keadaan Darurat
Petugas P2K3 Manager Pabrik Produk Beton.
b. Pelaporan Insiden
Laporkan pada Petugas Keadaan Darurat Petugas P2K3 Manager Pabrik
Produk Beton. c.
Pelaporan kecelakaan kerja Perusahaan melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi dan melakukan
penyelidikan yang dituangkan pada catatan kejadian kecelakaan. d.
Pelaporan masalah Saat terjadi penyimpangan K3 pada produk dan proses maka yang berlaku
adalah prosedur monitor dan evaluasi ketidaksesuaian nomor WB-SMM-PM-005. Pelaporan juga dilakukan kepada Dinas Kependudukan, Dinas Tenaga Kerja,
Dinas Sosial dengan laporan tiga bulanan P2K3. 3.
Pendokumentasian
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
77
Pada tahun 1999 – 2002, Sistem Manajemen K3 terpisah dari Sistem Manajemen Mutu sehingga pendokumentasiannyapun dipisahkan. SMK3 di
dokumentasikan dalam 3 bagian yaitu: a.
Pedoman K3 : dokumen yang berisi kebijakan K3 perusahaan, sasaran K3 dan ringkasan dari prosedur-prosedur yang disusun agar sasaran K3 dapat dicapai.
b. Prosedur K3 : Berisi semua prosedur terdokumentasi yang sesuai dengan
pernyataan kebijakan yang ada dalam pedoman K3. c.
Dokumen Pendukung K3 : adalah dokumen operasional yang mendukung terlaksananya proses-proses K3 seperti yang diatur dalam prosedur K3 termasuk
didalamnya instruksi kerja K3, formulir-formulir, gambar-gambar teknik dan sebagainya.
Saat ini Sistem Manajemen K3 PT. WIKA BETON secara keseluruhan didokumentasikan dalam pedoman SMK3 yang disusun secara rinci. Uraian
penerapan SMK3 diintegrasikan dengan prosedur mutu sebagai satu kesatuan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, sedangkan penerapan SMK3 secara praktis
di lapangan, proyek maupun Pabrik Produk Beton disusun dalam instruksi kerja K3. Dokumen-dokumen tersebut disusun dan dikategorikan dalam 3 tingkat
sebagai berikut : Tingkat I : Pedoman SMK3 yang merupakan garis besar ketentuan SMK3
Tingkat II : Prosedur SMK3 yang diuraikan dan melekat dalam dokumen prosedur mutu ISO 9001:2000.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
78
Tingkat III : Instruksi kerja pelaksanaan SMK3 di tempat kerja serta dokumen rujukan seperti peraturan-peraturan K3 yang harus dijalankan oleh
tenaga kerja atau unit kerja. Semua dokumen diatas baik asli maupun salinannya disimpan dan dipelihara
oleh Pusat Pengendali Dokumen PPD di tingkatnya, yang penggunaanya harus dikendalikan oleh Fungsi Mutu di tingkat masing-masing atau unit lain yang ditunjuk.
4. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen diatur secara sistematis sesuai dengan Prosedur Pengendalian Dokumen yang mengatur :
a. Perubahan dan pembuatan amandemen melalui proses pemeriksaan dan
pengesahanpersetujuan. b.
Bentuk perubahan kecil dilakukan dengan menambah lembaran perbaikan dan memberi tanda tidak berlaku “sudah diamandemen” pada lembaran yang
diperbaiki. c.
Bentuk perubahan yang besar disebut revisi dimana seluruh dokumen diganti dengan yang baru.
d. Kalimat atau kata-kata yang baru diperbaiki dicetak dengan huruf miring dan
tebal. e.
Seluruh dokumen yang berlaku tercantum pada Daftar Induk Dokumen yang menjelaskan status dokumen, pembuat, tanggal penerbitan atau amandemenrevisi
dan pihak-pihak penerima distribusi.
Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
79
f. Semua dokumen termasuk K3 mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal
penerbitanrevisiamandemen. g.
Penerimaan distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut. h.
Dokumen K3 edisi terbaru disimpan secara sistematis. i.
Dokumen K3 yang sudah tidak berlaku ditarik untuk dimusnahkan atau disimpan sebagai dokumen pasif.
Distribusi dokumen berjalan dengan baik tetapi sampai kini masih ada dokumen yang ditarik belum di “cap”.
c. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko.