Penyakit Antraknosa C. capsici Trichoderma spp.

yang berhubungan dengan mekanisme pertahanan terhadap patogen. Ketahanan terimbas akan mengurangi gejala penyakit tanaman dan menyebabkan tanaman menjadi tahan terhadap penyakit. Perubahan struktural inang terkait dengan perubahan reaksi biokimia dalam tanaman sehingga senyawa kimia tertentu membentuk struktur ketahanan. Trichoderma yang diaplikasikan ke tanaman mengeluarkan senyawa kimia yaitu senyawa fenol, senyawa fenol dapat bersifat racun langsung terhadap patogen sehingga berfungsi sebagai fitoaleksin, lignifikasi atau suberisasi dinding sel. Peningkatan enzim kitinase akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap Colletotrichum lagenarium Sumardiyono, 2000. Kemampuan mengimbas ketahanan, di samping kompetensi rizosfer, pada Trichoderma juga memungkinkan proteksi tanaman dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan Trichoderma spp. untuk menimbulkan ketahanan terimbas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu substrat tempat penanaman, aras ketahanan tanaman terhadap penyakit, dan kemampuan Trichoderma untuk berkembang di lapangan Maryono dan Ginting, 2012. T. hamatum dapat menekan keparahan penyakit tomat. Keparahan penyakit yang disebabkan bakteri Xanthomonas vesicatoria menurun karena induksi resistensi yang ditimbulkan tanaman tomat. Induksi resistensi tanaman tomat tahan dari penyakit sebab ada bantuan dari T. hamatum. Gen-gen ketahanan didalam tanaman meningkat dan menghasilkan enzim yang dapat membuat dinding sel tanaman menebal Alfano dkk., 2007.

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2013. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan kloroks, akuades, media PSA, varietas cabai Ferosa dan Laris, pupuk NPK, tempat bibit berupa anyaman bambu, tanah steril, isolat C. capsici dan isolat Trichoderma spp. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, bunsen, pinset, bor gabus, jarum ose, korek api, laminar air flow, autoklaf, tabung reaksi, timbangan, panci, kompor, gelas ukur, mikropipet, nampan, alat tulis, cangkul, koret, polibag, ajir dan gembor.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan percobaan faktorial dalam rancangan acak lengkap RAL dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas,terdiri atas varietas Ferosa V1 dan Laris V2. Faktor kedua adalah Trichoderma spp. yang terdiri atas tanpa Trichoderma T0, T. harzianum T1, T. viride T2, T. koningii T3. Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan Gambar 4: V2T2 U3 V2T3 U1 V1T2 U1 V2T2 U2 V1T0 U3 V2T0 U3 V1T3 U3 V2T3 U2 V1T2 U3 V1T0 U1 V2T0 U2 V2T1 U3 V1T1 U2 V1T1 U1 V1T3 U3 V1T0 U2 V1T2 U2 V1T3 U1 V2T1 U1 V1T3 U2 V2T1 U2 V2T0 U3 V2T2 U1 V1T1 U3 Gambar 4. Denah Percobaan Keterangan: V = varietas, T = Trichoderma, U = ulangan Data yang diperoleh dianaisis dengan sidik ragam Anova. Nilai tengah masing- masing perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Sterilisasi Tanah

Tanah yang digunakan untuk penanaman cabai disterilisasikan terlebih dahulu. Sterilisasi tanah menggunakan autoklaf dengan suhu 121 o C dan tekanan 1 atm selama 15 menit Saraswati dkk., 2007.