dilakukan dengan cara disiramkan pada saat bibit cabai dipindah tanam ke dalam polibag. Penyiraman Trichoderma kedalam tanah sebanyak 10 ml per tanaman.
3.4.8 Inokulasi C. capsici
Inokulasi C. capsici dilakukan 45 hari setelah pindah tanam atau ketika tanaman
berumur 73 hari. Inokulasi patogen dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara menyemprotkan suspensi patogen kebagian daun dan buah cabai. Isolat patogen
berumur 10 hari inkubasi.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seminggu setelah pengaplikasian patogen. Variabel
yang diamati yaitu keparahan penyakit antraknosa, tinggi tanaman dan jumlah buah cabai. Tinggi tanaman cabai diukur dari pangkal batang tanaman sampai
titik tumbuh tanaman, pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali. Jumlah buah dihitung pada saat buah mulai muncul. Keparahan Penyakit dihitung
dengan rumus sebagai berikut Efri, 2010:
KP =
Keterangan: KP
= Keparahan penyakit n
= Jumlah buah yang bergejala dalam setiap kategori v
= Kategori skor gejala pada buah cabai N
= Jumlah buah yang diamati Z
= Kategori skor tertinggi yang digunakan
Tabel 1. Kategori skor keparahan penyakit antraknosa. Skor
Keterangan Tidak ada gejala pada buah cabai
1 20 bercak pada buah cabai
2 21 - 40 bercak pada buah cabai
3 41 - 60 bercak pada buah cabai
4 61 - 80 bercak pada buah cabai
5 80 - 100 bercak pada buah cabai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1.
T. viride dapat meningkatkan ketahanan tanamana cabai terhadap penyakit antraknosa pada varietas Ferosa dan Laris, sedangkan T. harzianum dan T.
koningii hanya meningkatkan ketahanan tanaman pada varietas Ferosa 2.
T. viride dan T. koningii dapat meningkatkan tinggi tanaman, dan meningkatkan jumlah buah cabai pada varietas Ferosa.
5.2 Saran
Penulis menyarankan perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ketahanan
Trichoderma spp. terhadap penyakit tanaman cabai dan hasil produksi cabai.