21 Dengan Metode Tidak Langsung Alokasi, nilai tambah suatu kelompok
ekonomi dihitung dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing – masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator
digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
2.4. Pola Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sumitro Erawati, 2012, pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses pembangunan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya hasil produksi dan hasil pendapatan. Perbedaan pertumbuhan ekonomi akan membawa masing-masing daerah membentuk suatu pola
pertumbuhan dimana dapat digolongkan dalam klasifikasi tertentu untuk mengetahui potensi relatif perekonomian suatu daerah yang dapat dilihat dengan
menggunakan analisis Klassen Typology.
2.5. Sektor Potensial
Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang
menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya
dan berkesinambungan Soeparmoko, 2002.
2.6. Penelitian Terdahulu
Mangun 2007, tentang “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sulawesi Tengah”, menggunakan data sekunder kurun waktu tahun
2000-2005. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share,
Universitas Sumatera Utara
22 Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan MRP. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak satupun KabupatenKota yang masuk kriteria pertama yakni notasi overlay ketiga komponen bertanda positif +++, sebaliknya terdapat
4 Kabupaten yang memiliki sektor ekonomi yang bernotasi negatif untuk ketiga komponen --- dengan sektor yang sama. Demikian pula hasil analisis Shift –
Share menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif di semua KabupatenKota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi
memiliki spesialisasi. Di Propinsi Sulawesi Tengah tidak ada KabupatenKota masuk Tipologi daerah cepat maju dan cepat tumbuh dan Tipologi daerah
berkembang cepat. Tiga KabupatenKota masuk Tipologi daerah maju tapi tertekan dan 7 Kabupaten masuk Tipologi daerah tertinggal. Kabupaten Tojo Una-
Una mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.
Safitri 2009, tentang “Analisis Potensi Ekonomi Derah Kabupaten Pati Pada Periode Sebelum Dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah Periode 1995 –
2006” menggunakan data sekunder yang berupa variabel PDRB beserta komponenkomponennya di Kabupaten Pati dan Propinsi Jawa Tengah. Adapun
metode analisis data yang digunakan antara lain Analisis Shift-Share, analisis LQ dan DLQ, analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP, analisis Overlay, analisis
Indeks Spesialisasi, analisis tekanan penduduk dan daya dukung lahan serta Human Development Index
HDI. Selain itu, untuk menguji apakah terjadi peran sector ekonomi pada periode sebelum dan selama pelaksanaan otonomi daerah
digunakan uji beda dua mean untuk sampel berpasangan. Dari hasil perhitungan
Universitas Sumatera Utara
23 uji beda dua mean didapat hasil bahwa komponen Dij dan Mij yang berbeda
secara significant thit ttsb pada periode sebelum dan selama pelaksanaan otonomi daerah, sedangkan komponen Cij dan Nij tidak berbeda secara significant
pada kedua era tersebut. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan sektor basis pada kedua periode, hal ini diperkuat dengan uji beda dua
mean. Berdasarkan analisis MRP menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode, hal ini diperkuat dengan uji beda dua mean.
Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada periode sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas
dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sector unggulan Kabupaten Pati adalah sektor
pertanian; listrik, gas dan air bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Berdasarkan analisis indeks spesialisasi didapat hasil bahwa pola
pertumbuhan ekonomi baik pada era sebelum maupun pada era otonomi daerah adalah semakin menyebartidak terspesialisasi. Dari pengujian beda 2 mean
didapat hasil bahwa perubahan koefisien spesialisasi antara kedua era tersebut tidak terdapat perbedaan yang significant.
Rosyetti 2011, tentang “Analisis Sektor Potensial Kabupaten Kuantan Singingi”, menggunakan data time series 2001 – 2005. Metode yang digunakan
adalah metode Location Quotient LQ dan analisis Shift Share. Dari hasil pengamatan, diperoleh temuan : a sektor potensial yang berpotensi dalam
meningkatkan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian. Sektor jasa kurang berpotensi dalam peningkatkan perekonomian daerah dan
Universitas Sumatera Utara
24 penyerapan tenaga kerja. b Perubahan struktur ekonomi terjadi pada sektor
pertambangan. Faktor spatial atau lokasional yang menguntungkan menyebabkan berpotensinya sektor pertambangan dalam meningkatkan kesempatan kerja
wilayah. Erawati 2012, tentang “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor
Potensial Kabupaten Klungkung”, menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Konstan, baik pertumbuhan, kontribusi dan per
kapitanya, dan data jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja. Metode analisis dengan menggunakan alat analisis Tipologi Klassen, Location Quotients
LQ, Model Rasio Pertumbuhan MRP, Overlay, dan Rasio Penduduk Pengerjaan RPP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Klungkung periode 2008-2010 berada pada zone daerah makmur yang sedang menurun. Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan,
yaitu sektor bangunan dan jasa-jasa. Dari sektor-sektor tersebut muncul beberapa sub sektor yang potensial, yaitu sub sektor jasa swasta. Peluangkesempatan kerja
yang diciptakan sektor bangunan rata-rata hanya 3,01 persen dan sektor jasa rata- rata 5,96 persen, masih sangat minim bila dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kabupaten Klungkung. Umaroh 2012, tentang “Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan
Perekonomian Dan Pembangunan Di Wilayah Kabupaten Probolinggo”, menggunakan data time series 2005 – 2009. Alat analisis yang digunakan adalah
Klassen Typologi, Location Quotient, Shift Share. Hasil dari analisis Klassen
Typologi dengan pendekatan sektoral, menunjukkan bahwa sektor pertambangan
Universitas Sumatera Utara
25 dan penggalian menduduki kuadran I yaitu sektor maju dan tumbuh cepat. Disusul
oleh sektor pertanian pada kuadran II yaitu sektor maju tetapi tertekan. Hasil perhitungan LQ terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten
Probolinggo yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan pada tahun 2005- 2009 yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Putra 2013, tentang “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, menggunakan data sekunder dalam kurun
waktu tahun 2006-2010. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift- Share, Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan MRP. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa kabupatenkota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya. Sektor Petanian, Sektor pertambangan dan penggalian,
sektor Industri pengolahan serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi DIY karena 3 Kabupatennya mempunyai basisunggulan di
sektor ini; sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi hanya dimiliki Kota Yogyakarta
sekaligus sebagai Kota yang paling banyak memiliki sektor basis sama seperti Kabupaten Sleman 5 Sektor basis. Kota Yogyakarta masuk dalam Tipologi
daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kemudian Kabupaten Sleman yang masuk dalam Tipologi daerah berkembang cepat. Tiga kabupaten lainnya masuk dalam
tipologi daerah relatif tertinggal. Dari hasil analisis LQ, Shift-Share, Tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral dapat ditentukan kabupatenkota yang menjadi
prioritas pengembangan sektor-sektor unggulan yang dimiliki. Kota Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
26 dan Kabupaten gunung Kidul mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan
wilayah atas semua sektor basis yang dimilikinya.
2.7. Kerangka Konseptual