BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa sakit bukan penyakit tapi tanda atau gejala bahwa kesehatan seseorang terganggu. Pada umumnya, rasa sakit kurang mempunyai arti sebagai tanda
peringatan maupun dalam membantu penegakan diagnosis. Dan rasa sakit dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu rasa sakit di permukaan, rasa sakit
di dalam, dan rasa sakit somatik. Rasa sakit di permukaan dirasakan di bagian kulit atau selaput lendir, dan pada bagian tertentu. Sakitnya sangat terasa. Rasa
sakit di dalam, dirasakan pada organ-organ tubuh yang terdiri atas otot polos. Kedua golongan rasa sakit ini biasanya memerlukan obat-obat yang dapat
diperoleh dengan resep dokter Sartono, 1996. Rasa sakit somatik, dirasakan di bagian-bagian otot rangka, sendi, dan
pembuluh-pembuluh yang tidak jelas letaknya. Rasa sakit somatik antara lain sakit kepala, sakit gigi, pegal-pegal, artritis, dan sebagainya. Rasa sakit somatik yang
tidak berat, biasanya dapat dihilangkan dengan obat-obat penghilang rasa sakit yang dapat diperoleh tanpa resep dokter atau dijual bebas Sartono, 1996.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya ialah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan rematik, encok, infeksi-infeksi kuman atau kejangan-kejangan otot Tjay, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Sebab-sebabnya rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis atau kimiawi atau pula kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang di sebut mediator-mediator nyeri perantara. Zat-zat ini lalu merangsang reseptor-reseptor nyeri yang letaknya
pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan-jaringan lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensorik ke SSP melalui
sumsum tulang belakang ke thalamus optikus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, di mana rangsangan dirasakan sebagai nyeri Tjay, 2002.
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri sebagaimana dianggap orang sampai dipermulaan abad ini. Kini para
ahli bersepakat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Bila suhu melampaui 40-41oC barulah terjadi situasi kritis yang
bisa fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh Tjay, 2002. Untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang ringan sampai moderat,
serta untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi di butuhkan obat yang memiliki efek antipiretik menurunkan demam dan
analgesik. Dimana antipiretik bekerja dengan meningkatkan eliminasi panas dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer dan mebolisasi air
sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat yang dapat mengakibatkan penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh tersebut adalah
hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol di hipotalamus. Adapun contoh obat yang mengandung antipiretik dan analgesik
Universitas Sumatera Utara
antara lain parasetamol, dimana dalam perdagangan biasa parasetamol diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 500 mg untuk tiap
tablet. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet, apakah telah memenuhi persyaratan yang di tetapkan
dengan menggunakan metode spektrofotometri UV Siswandono dan Soekardjo, 1995.
1.1 Tujuan dan Manfaat 1.1.1 Tujuan