mengakibatkan masyarakat mendirikan dapur arang yang beroperasi secara liar. Untuk memenuhi bahan bakar tidak jarang masyarakat melakukan penebangan
liar di kawasan lindung dan sempadan pantai yang seyogianya terlarang bagi pengambilan kayu. Izin yang dikeluarkan bagi pengusaha dapur arang sebanyak
42 izin tetapi terdapat 250 dapur arang lainnya yang beroperasi secara liar di Kabupaten Langkat.
3. Pembukaan tambak udang secara liar
Peningkatan harga udang di pasaran nasional sejak tahun delapan puluhan, menyebabkan banyak masyarakat membuka lahan tambak di daerah pantai yang
menimbulkan konversi lahan. Kawasan mangrove berubah menjadi hamparan tambak dan kerusakan mangrove di perparah oleh kurangnya kesadaran
pengusaha dan masyarakat dalam melakukan pelestarian di daerah lindung dan sempadan. Pembukaan tambak tidak hanya dilakukan di kawasan hutan produksi
yang secara umum diperkenankan, juga dijumpai oknum-oknum tertentu melakukan ekstensifikasi tambak sampai ke hutan lindung.
4. Persepsi yang keliru tentang mangrove
Banyak masyarakat maupun birokrat yang berhubungan dengan bidang kesehatan mempunyai pandangan yang keliru tentang mangrove. Mangrove
dianggap sebagai tempat kotor untuk tempat bersarang dan berkembang biak nyamuk malaria, lalat dan berbagai jenis serangga lainnya. Hal ini telah
mendorong terjadinya pembabatan mangrove yang berlebihan untuk mengatasi timbulnya wabah penyakit.
Universitas Sumatera Utara
5. Lemahnya penegakan hukum
Pada dasarnya telah banyak peraturan perundangan yang bertujuan untuk mengatur dan melindungi sumberdaya mengrove melalui cara-cara pengelolaan
yang didasarkan pada prinsip-pirnsip kelestarian namun demikian belum dibarengi dengan pelaksanaan penegakan hukum yang memadai. Sehingga dari
waktu ke waktu semakin banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tanpa adanya upaya penegakan hukum yang berarti.
Sistem Informasi Geografis SIG Pengertian dan fungsi SIG
Sistem informasi geografis SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis UNDP, 2007. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat
menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi
lainnya. Sistem Informasi Geografis mempunyai tiga fungsi utama yaitu : 1
menyimpan, mengelola dan mengintegrasikan sejumlah data spasial yang telah
Universitas Sumatera Utara
diambil, 2 mengartikan dan menganalisis data komponen geografis yang berhubungan secara khusus, 3 mengorganisasikan dan mengelola sejumlah data
dengan berbagai cara sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah oleh para pengguna Budiyanto, 2002.
Sistem Informasi Geografis SIG sudah cukup lama dikenal sejak awal tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk
keperluan Land Information System. Saat ini SIG sudah banyak digunakan untuk keperluan lain seperti pengembangan wilayah, perpetaan, lingkungan dan
sebagainya. SIG mulai dimanfaatkan di Indonesia pada awal tahun 1980 terutama dalam pembuatan peta, pengelolaan wilayah, analisis lingkungan dan agraria.
Teknologi ini pada dasarnya memiliki ciri dapat memasukkan, menyimpan, mengolah dan menyajikan data dalam suatu sistem komputer, dengan data dapat
berupa gambar maupun tulisan atau angka Sukojo, 2003.
Komponen dasar dalam penggunaan SIG
Menurut Anam 2005, komponen yang membangun SIG ada lima bagian yaitu :
1. Perangkat Lunak Software
Komponen software ini mencakup didalamnya adalah software GIS dan juga perangkat software pendukung lainnya yaitu operating system dan software
database lainnya seperti oracle. 2.
Perangkat Keras Hardware Hardware komputer ini digunakan untuk mendukung bekerjanya GIS. Dan
juga komponen hardware pendukung lainnya diantaranya adalah plotter, printer, scanner dan digitizer.
Universitas Sumatera Utara
3. Sumberdaya Manusia
Untuk menjalankan GIS diperlukan operator komputer GIS, untuk pembuatan aplikasi GIS dibutuhkan ahli programmer, untuk mendesain suatu sistem GIS
diperlukan ahli analisis system GIS. 4.
Data Komponen ini sangat menentukan kualitas informasi dari output GIS.
Pemahaman sistem data, termasuk didalamnya adalah sistem referensi spasial. 5.
Metode Metode adalah prosedur atau ketentuan pembangunan GIS.
Sub-sistem SIG
Anam 2005 menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografis pada dasarnya dapat dirinci menjadi tiga sub sistem yang saling terkait, yaitu :
1. Input Data Input data dalam SIG terdiri dari data grafis atau data spasial dan data
atribut. Kumpulan data tersebut disebut database. Database tersebut meliputi data tentang posisinya di muka bumi dan data atribut dari kenampakan geografis yang
disimpan dalam bentuk titik-titik, garis atau vektor, area dan piksel atau grid. Sumber database untuk SIG secara konvensional dibagi dalam tiga kategori :
a. Data atribut atau informasi numerik, berasal dari data statistik, data sensus,
catatan lapangan dan data tabuler lainnya. b.
Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara dan citra penginderaan jauh lainnya dalam bentuk cetak kertas.
c. Data penginderaan jauh dalam bentuk digital, seperti yang diperoleh dari
satelit Landsat, SPOT, NOOA.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemrosesan Data Pemrosesan terdiri dari manipulasi dan analisis data. Fungsi dari
manipulasi dan analisis data dilakukan untuk kepentingan geometrik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pencarian lokasi
atau luas areal yang sesuai dengan kriteria tertentu atau dapat pula dalam pencarian informasi yang ada dalam suatu tempat tertentu. Manipulasi dilakukan
dengan rotasi, pengubahan dan penskalaan koordinat, konversi koordinat geografi, registrasi, analisis spasial dan statistik. Analisis data yang ada pada database
dilakukan dengan menggunakan overlaying beberapa layer tematik yang berkaitan.
3. Output Data Output dari SIG dapat berupa peta hasil cetak warna, peta digital, dan data
tabuler. Peta hasil cetak dapat berupa peta garis dengan menggunakan plotter maupun peta biasa dengan menggunakan printer.
Sistem Satelit Landsat
Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat.
Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai Landsat 3. Satelit generasi
kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MSS dan sensor Thematic Mapper TM.
Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi
Tabel 2. Sedangkan landsat TM mempunyai band 7, untuk deskripsi singkat
Universitas Sumatera Utara
tentang kegunaan masing-masing band dapat dilihat pada Tabel 3. Terakhir kalinya akhir era 2000- an NASA menambahkan penajaman sensor band
pankromatik yang ditingkatkan resolusi spasialnya menjadi 15m x 15m sehingga dengan kombinasi didapatkan citra komposit dengan resolusi 15m x 15 m.
Tabel 2. Saluran Citra Landsat TM Saluran
Kisaran Gelombang µ m
Kegunaan Utama 1
0,45 – 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan,
tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.
2 0,52 – 0,60
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak diantara dua saluran
penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan untuk
membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat
3 0,63 – 0,69
Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu
daerah penyerapan klorofil
4 0,76 – 0,90
Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman.
Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
5 1,55 – 1,75
Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan
tanah.
6 2,08 – 2,35
Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
7 10,40 – 12,50
Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain
yang berhubungan dengan gejala termal.
8 Pankromatik
Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang
Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1979
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Deskripsi Singkat Band Dalam Landsat TM7 dan Kegunaannya
Band Contoh aplikasi
1 Pemetaan wilayah pantai dan perairan, pembuatan batimetri, pemetaan
sedimentasi 2
Pemetaan vegetasi, identifikasi reflektansi klorofil 3
Identifikasi absorbsi klorofil, pembedaan spesies tumbuhan, dan biomasa 4
Spesiaes vegetasi, biomasa, kelembaban tanah 5
Pembatasan fenomena tanah dan tumbuhan, pemetaan wilayah pemukiman
6 Pemetaan evapotranspirasi, pemetaan suhu permukaan, kelembaban
tanah 7
Geologi, pemetaan tipe batuan dan mineral, pembatasan badan air, pemetaan tingkat kelembaban tumbuhan
Sumber : Indrawan Suryadi, 2007
Citra penginderaan jauh sangat bermanfaat untuk pemetaan liputan lahan pesisir karena daerah yang sulit dijangkau dengan survei terestrial dapat dipetakan
dengan menggunakan citra. Dengan menggunakan citra, subyektifitas dalam pengukuran obyek bisa ditekan, meskipun dalam proses klasifikasi ketelitiannya
juga masih sangat tergantung pada keahlian, pengalaman maupun pengenalan akan wilayah kajian yang dimiliki oleh interpreter. Semakin baik pengetahuan
interpreter mengenai karakteristik citra dan kondisi penutup lahan di wilayah kajian, maka hasil klasifikasi akan semakin teliti. Namun demikian, ketelitian
hasil juga sangat tergantung pada resolusi spasial citra. Sebagai contoh, citra satelit Landsat dengan ukuran piksel 30 x 30 meter 900 m
2
, maka obyek pada luasan satu piksel yang lebih kecil dari ukuran tersebut tidak dapat dirinci lagi.
Kelas obyek yang muncul adalah obyek yang dominan Ambarwulan dkk, 2003.
Aplikasi SIG
Penggunaan GIS telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti : pertanian, militer, pemasaran, industri, transportasi, lingkungan, dan kehutanan.
Salah satu aplikasi penggunaaan GIS banyak digunakan dalam pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
sumber daya alam karena GIS merupakan suatu alat manajemen yang ampuh untuk perencanaan dan pengelolaan. Beberapa aplikasi GIS dalam perencanaan
dan pengelolaan sumber daya alam antara lain : perubahan penggunan lahan, inventarisasi hutan, penilaian dampak lingkungan, perencanaan jalan, pelacakan
spesies terancam punah, kemampuan klasifikasi penilaian dan penggunaan lahan Rahmawaty, 2002.
Salah satu aplikasi GIS untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang telah dilakukan oleh Rahmawaty 2009 pada DAS Besitang Sumatera
Utara dengan membandingkan perubahan lahan tahun 1990 , 2001 dan 2006. Kemudian Purwoko dkk 2006 menggunakan GIS untuk analisis perubahan
fungsi lahan di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat dengan menggunakan citra satelit Landsat hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
penurunan luas areal hutan mangrove primer yaitu sebesar 4.905,98 ha 64,27. Sementara,
terdapat peningkatan luas pada bentuk-bentuk penutupan lahanpenggunaan ruang seperti hutan mangrove sekunder sebesar 4123,89 ha
54,04, tambak sebesar 350,51 ha 4,55, badan air sebesar 102,53 ha 1,34, lahan kosong 291,45 ha 3,82 dan pemukiman sebesar 37,47 ha
0,48. Sistem Informasi Geografis SIG banyak digunakan dalam bidang ilmu
penelitian, salah satunya untuk mengetahui perubahan luasan mangrove di pantai timur Ogan Komering Ilir OKI provinsi Sumatera Selatan menggunakan data
citra Landsat TM diperoleh bahwa distribusi dan luasan mangrove mengalami penurunan, karena adanya konversi besar-besaran dalam kurun waktu 11 tahun
1992-2003. Penurunan luas mangrove tersebut diiringi dengan meningkatnya
Universitas Sumatera Utara
luas pemukiman dan lahan terbuka, serta timbulnya kelas baru pada daerah mangrove yaitu pertambakan. Kondisi luasan total hutan mangrove di sepanjang
Pantai Timur OKI pada tahun 1992 sebesar 56.418,57 ha, 8 tahun kemudian 2000 menyusut menjadi 47.781 ha lalu pada tahun 2003 luasannya hanya
32.021, 64 ha Ridho dkk, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Peta Negara Indonesia Peta Sumatera Utara
Kecamatan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, dengan perincian pada bulan Agustus sampai September 2010
kegiatan pengumpulan data, pada bulan September sampai November 2010 kegiatan menganalisis data dan pada bulan November sampai Desember 2010
kegiatan ground check lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di desa-desa pesisir Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 23 desa. Pada kecamatan Pantai Cermin
sebanyak 7 tujuh desa, kecamatan Perbauangan sebanyak 1 satu desa, kecamatan Teluk Mengkudu sebanyak 7 tujuh desa, kecamatan Tanjung
Beringin sebanyak 5 lima desa dan kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 3 tiga Gambar 1. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan
Terpadu Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data spasial dan non spasial untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian
Jenis Data Nama Data
Sumber Tahun
Keterangan Data
spasial Citra Landsat ETM 7
www.glovis.usgs.gov 2002
Bagus Citra Landsat ETM 7
www.glovis.usgs.gov 2006
Rusak Citra Landsat ETM 7
www.glovis.usgs.gov 2009
Rusak Peta Administrasi Kab. Sergei
Dishut Sumatera Utara 2008
Bagus Peta RBI lokasi penelitian
Dishut Sumatera Utara 2008
Bagus Data Non
spasial Penggunaan penutupan lahan
Hasil interpretasi dan klasifikasi citra
2010 -
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer perangkat keras dan lunak dengan software Erdas 8.5 dan software ArcView GIS 3.3, Global
Positioning System GPS, kamera, kalkulator, seperangkat peralatan survei lapangan dan alat tulis serta printer untuk mencetak peta dan data.
Prosedur Penelitian 1. Pengumpulan data
Dari sumbernya data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan
cara pengecekan langsung di lapangan pada lokasi penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa citra Landsat TM tahun 2002, 2006 dan
2009 Kabupaten Serdang Bedagai, Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai, dan peta rupa bumi kecamatan-kecamatan yang termasuk wilayah
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini dilakukan pra survey di wilayah yang akan diteliti. Adapun persiapan yang diperlukan diantaranya adalah persiapan administrasi berupa
perizinan untuk melakukan penelitian, transportasi menuju wilayah penelitian, serta literatur – literatur yang mendukung penelitian. Pada tahap ini ditentukan
juga kapan waktu pelaksanaan kegiatan pengambilan data di lapangan. Tutupan lahan yang dianalisis pada penelitian ini sebanyak 6 enam kelas.
Banyaknya kelas penutupanpenggunaan lahan berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan kemampuan citra Landsat yang
berkaitan dengan resolusi spasialnya 30 x 30 m untuk setiap pixel pengamatan. Adapun tutupan lahan yang dianalisis meliputi : hutan manggrove, pemukiman,
perkebunan, sawah, sungai dan tambak.
2. Analisis Data 2.1 Pembuatan Penutupan Lahan