Tata Kerja Sejarah BPPT Kota Medan

Staf 506 orang Jumlah 527 orang Sumber : Dinas Pertamanan Kota Medan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang menempati posisi struktural sebanyak 21 orang dan yang menempati pada posisi staf sebanyak 506 orang. Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Disiplin Ilmu Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah S2 Strata dua 9 orang S1 Strata satu 84 orang D3 Diploma tiga 16 orang SMA 353 orang SMP 34 orang SD 31 orang Jumlah 527 orang

IV.10 Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pemimpin satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Pertamanan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setiap pemimpin satuan organisasi bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan meberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. Setiap pemimpin satuan organisasi mengikuti dan memenuhi petunjuk- petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan langsung dan menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusun lebih lanjut untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Setiap pimpinan secara berjenjang menyampaikan laporan tepat pada waktunya kepada atasannya langsung sesuai dengan bidang tugasnya, untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Daerah. Kepangkatan, pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pejabat Pegawai Negeri Sipil PNS dilingkungan Dinas Pertamanan diatur sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IV.11 Sejarah BPPT Kota Medan

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk memperceat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan itu ada pergeseran paradigma pembangunan dari pebangunan oleh negara menjadi pembangunan oleh masyarakat. Secara strategis, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan muncul beragam pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi, kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru. Dilain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan peerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu untuk melakukan inovasi dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah yang lamban, berbelit-belit, kurang ramah dapat dihapuskan. Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan terobosan yang patut dapat pujian yaitu dikeluarkannya Permendagri nomor 24 tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu PPTSP yang selanjutnya ditegaskan kembali dalam Permendagri No 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam Permendagri itu pemerintahan kabupatenkota diwajibkan membentuk lembaga PPTSP paling lambat 1 satu tahun sejak pertauran ditetapkan. Tidak sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi tapi juga lembaga dalam artian mekanisme dan nilai. Kebijakan nasional ini dapat dikategorikan sebagai loncatan kuantum dalam reformasi birokrasi khususnya dalam pelayanan jasa perizinan. Berdasarkan uraian di atas,dapat diketahui latar belakang pembentukan pelayanan terpadu sehingga kita dapat mengetahui filosofi dan latar belakang mengapa lembaga pelayanan itu dibentuk. Namun demikian, saat ini bukan waktunya untuk memilih. Pelayanan perijinan terpadu satu pintu berdasarkan peraturan perundang-undangan merupakan keharusan. Selanjutnya yang harus dipikirkan adalah bagaimana memaksimalkan kinerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi Nasional Indonesia, menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan keharusan dan tidak dapat diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah. Pelayanan prima kepada masyarakat tersebut di atas tertuang antara lain dalam : 1. Garis-garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Bab III UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. INPRES Nomor 1 Tahun 1995 tentang Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat 3. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum 4. Surat Edaran Menkowasbangpan Nomor 56MK.WASPAN61998, antara lain menyebutkan bahwa langkah-langkah perbaikan mutu pelayanan masyarakat diupayakan dengan menerapan pola pelayanan terpadu satu atap dan satu pintu bagi unit-unit kerja kantor pelayanan yang terkait dalam proses atau menghasilkan suatu produk pelayanan 5. Keputusan Menpan No. KEP24M.PAN2004 Tentang Pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah 6. Keputusan Menpan No. KEP26M.PAN2004 Tentang petunjuk teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik

IV.12 Profil BPPT Kota Medan