Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

(1)

SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI

TEMPAT PEMOTONGAN AYAM

(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

SKRIPSI

YOGAPRASTA ADINUGRAHA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.

Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.

Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.


(3)

ABSTRACT

Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.

Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto

The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.


(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan, dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap akhir penelitian.

Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun pihak pengusaha pemotongan ayam.

Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bogor, April 2008


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.

Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI, dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar juara pertama pada tahun 2005/2006.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... i

ABSTRACT……….. ii

RIWAYAT HIDUP……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

LEMBAR PENGESAHAN……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Perumusan Masalah………. 2

Tujuan Penelitian………. 3

Kegunaan Penelitian……… 4

TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

Sikap……… 5

Pengusaha……… 9

Tempat Pemotongan Ayam……… 9

KERANGKA PEMIKIRAN………. 12

METODE PENELITIAN………. 14

Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14

Populasi ...………. 14

Desain Penelitian……….. 14

Data dan Instrumentasi………. 15

Pengumpulan Data………... 15

Validitas dan Reliabilitas……… 15

Analisis Data……… 17

Definisi Operasional………. 18


(7)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24

Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28

Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30

Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32

Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35

KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

Kesimpulan………... 37

Saran……… 38

UCAPAN TERIMAKASIH………. 39

DAFTAR PUSTAKA……….. 41


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap


(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24

2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25

3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25

4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26

5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27

6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27

7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28

8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31

9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33

10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35 .


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44 2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46 3. Surat Izin Penelitian... 47


(11)

SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI

TEMPAT PEMOTONGAN AYAM

(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

SKRIPSI

YOGAPRASTA ADINUGRAHA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.

Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.

Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.


(13)

ABSTRACT

Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.

Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto

The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.


(14)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan, dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap akhir penelitian.

Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun pihak pengusaha pemotongan ayam.

Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bogor, April 2008


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.

Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI, dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar juara pertama pada tahun 2005/2006.


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... i

ABSTRACT……….. ii

RIWAYAT HIDUP……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

LEMBAR PENGESAHAN……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Perumusan Masalah………. 2

Tujuan Penelitian………. 3

Kegunaan Penelitian……… 4

TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

Sikap……… 5

Pengusaha……… 9

Tempat Pemotongan Ayam……… 9

KERANGKA PEMIKIRAN………. 12

METODE PENELITIAN………. 14

Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14

Populasi ...………. 14

Desain Penelitian……….. 14

Data dan Instrumentasi………. 15

Pengumpulan Data………... 15

Validitas dan Reliabilitas……… 15

Analisis Data……… 17

Definisi Operasional………. 18


(17)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24

Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28

Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30

Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32

Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35

KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

Kesimpulan………... 37

Saran……… 38

UCAPAN TERIMAKASIH………. 39

DAFTAR PUSTAKA……….. 41


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap


(19)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24

2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25

3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25

4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26

5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27

6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27

7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28

8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31

9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33

10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35 .


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44 2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46 3. Surat Izin Penelitian... 47


(21)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki prospek yang cukup baik. Sektor usaha peternakan meliputi usaha ternak unggas, ruminansia besar, ruminansia kecil, satwa harapan, pemasaran produk, dan pengolahan hasil ternak.

Unggas merupakan bangsa burung yang telah mengalami domestifikasi dan dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan maupun sebagai hiasan. Ada berbagai macam jenis unggas yang ada di Indonesia antara lain bebek, burung puyuh, burung dara, itik dan ayam. Dari sekian banyak jenis unggas, ayam merupakan unggas yang paling populer di kalangan masyarakat.

Ayam merupakan ternak yang dikenal masyarakat luas karena kemudahannya untuk ditemui di mana saja. Banyaknya lapangan usaha yang menjadikan ayam sebagai komoditas utamanya menjadikan usaha di bidang ternak ayam memiliki prospek yang cukup cerah bagi para pelaku usaha. Usaha yang dapat dikembangkan dengan ayam sebagai komoditas utamanya tidak terbatas pada usaha budidaya, tetapi juga meliputi berbagai usaha, salah satu contohnya adalah Usaha Pemotongan Ayam (UPA).

Usaha Pemotongan Ayam (UPA) menjadi sektor usaha yang penting mengingat besarnya jumlah produksi daging ayam broiler di Indonesia sebesar 864.246 ton (BPS, 2005) dengan tingkat konsumsi sebesar 4,6 kg per kapita per tahun (BPS, 2005). Hal tersebut menyebabkan terus berkembangnya Usaha Pemotongan Ayam (UPA).

Perkembangan Usaha Pemotongan Ayam (UPA) di Kota Bogor diikuti dengan peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA). Tempat pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes pertama kali didirikan pada tahun 1971, hingga pada akhirnya sekarang jumlah TPA di Kelurahan Kebon Pedes mencapai 29 TPA. Perkembangan jumlah TPA tersebut semakin meresahkan masyarakat di sekitar TPA tersebut, karena TPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes merupakan tempat pemotongan ayam yang berada di tengah–tengah lingkungan pemukiman masyarakat yang padat. TPA sendiri menghasilkan limbah yang dapat merugikan masyarakat sekitar, terutama masalah bau yang tidak enak yang dihasilkan oleh TPA yang dapat


(22)

mengganggu kesehatan masyarakat. Hal lain yang memperburuk citra dari perkembangan TPA di wilayah pemukiman penduduk adalah informasi mengenai penyebaran virus flu burung yang ada di Kota Bogor. Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Bogor membangun Rumah potong Hewan terpadu (RPH Terpadu) dan berencana untuk merelokasi Usaha Pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes atas dasar Perda Nomor 01/2000 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di lokasi baru di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat.

Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi “ RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Berdasarkan kajian dan hasil analisis maka rencana relokasi yang sesuai untuk RPH dan pasar hewan terletak di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang akan dimanfaatkan seluas 10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut pemerintah Kota Bogor dalam hal ini adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata kota dan Pertamanan membuat rencana relokasi Usaha Pemotongan Ayam ke Rumah Potong Hewan (RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.

Rencana relokasi TPA telah menimbulkan sikap pro dan kontra bagi masyarakat dan pengusaha pemotongan ayam. Rencana mengenai relokasi sebaiknya tidak mempertimbangkan satu sisi saja, agar dampak yang timbul dari relokasi tersebut tidak merugikan salah satu pihak, baik dari pihak pemerintah maupun pihak pemotong ayam

Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang mengusahakan, mendirikan tempat pemotongan ayam, selain itu mereka juga sebagai roda penggerak bagi usaha pemotongan ayam. Rencana relokasi yang dibuat oleh pemerintah akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha mereka ke depan.


(23)

Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk mengetahui apakah rencana relokasi TPA yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor dapat diterima atau tidak oleh pengusaha pemotongan ayam.

Perumusan Masalah

Usaha pemotongan ayam merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang memiliki tugas utama memotong ayam. Pemotongan ayam memiliki dampak yang cukup serius bagi lingkungan, terutama bila Tempat Pemotongan Ayam (TPA) tersebut berada di pemukiman warga. Rencana relokasi yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bogor bertujuan agar usaha pemotongan ayam yang baru berada di tempat yang layak, jauh dari pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan yang ada di sekitar tempat pemotongan ayam. Rencana relokasi yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor kepada pihak pengusaha pemotongan ayam merupakan solusi untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari pertambahan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA), tetapi rencana relokasi yang ditawarkan pemerintah belum tentu menjadi solusi bagi pemotongan ayam.

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan tersebut. Dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga bagaimana respon pengusaha tersebut terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana sikap pengusaha terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam. Secara ringkas penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik internal dan eksternal pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes?

2. Bagaimana sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam?


(24)

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakteristik internal dan karakteristik eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

2. Mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Bogor, sebagai masukan tentang alasan di balik sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi yang ditawarkan. 2. Bagi pengusaha pemotong ayam, mengetahui sikap mereka terhadap rencana

relokasi tempat pemotongan ayam.

3. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru tentang usaha pemotongan ayam, dan rencana mengenai relokasi TPA.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA Sikap

Definisi Sikap

Pengertian sikap seperti pengertian–pengertian lain, terdapat beberapa pendapat di antara para ahli yang dimaksudkan dengan sikap itu. Thurstone dalam Walgito (2003), memandang sikap sebagai suatu tindakan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek–obyek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Menurut Mar’at (1981), sikap merupakan suatu kondisi psikologis yang didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan pada obyek tertentu, menggugah motif untuk bertingkah laku.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003).

Menurut Rakhmat (2005), ada lima hal yang bisa disimpulkan dari berbagai definisi mengenai sikap. Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap adalah perilaku, merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara – cara tertentu menghadapi obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Jadi pada kenyataannya tidak ada sikap yang berdiri sendiri. Sikap harus diikuti oleh kata “terhadap’’, atau pada obyek sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukanlah sekedar rekaman masa lalu, tetapi menentukan juga apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. Ketiga sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.


(26)

Struktur Sikap

Menurut Walgito (2003), sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu komponen kognitif (komponen perseptual), komponen afektif (Komponen emosional), dan komponen konatif (komponen prilaku). Komponen kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal yang berhubungan dengan bagaimana orang berpersepsi terhadap obyek sikap. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap. Ciri – ciri sikap

Menurut Walgito (2003), sikap memiliki ciri – ciri di antaranya adalah sikap tidak dibawa sejak lahir, sikap itu berhubungan dengan obyek sikap, sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan obyek – obyek, sikap bisa berlangsung lama atau sebentar, sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti manusia pada saat dilahirkan belum membawa sikap–sikap tertentu pada suatu obyek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap terbentuk dan dibentuk, maka sikap dapat dipelajari, dan karena itu sikap dapat berubah.

2. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan obyek– obyek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap obyek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek tertentu.

3. Sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan obyek–obyek


(27)

Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap negatif pula kepada kelompok di mana seseorang tersebut tergabung di dalamnya. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap.

4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

Kalau sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan bertahan lama pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap belum mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu obyek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap obyek tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang dihadapinya.

Perubahan Sikap

Sikap bisa diubah dengan berbagai cara. Seseorang bisa menerima informasi baru dari manusia maupun melalui media massa yang mampu mengubah komponen pengetahuan dari sikap seseorang itu. Semenjak adanya kecederungan untuk konsisten diantara komponen–komponen sikap, perubahan komponen kognitif akan direfleksikan kepada perubahan komponen afektif dan juga perubahan pada komponen konatif. Sikap juga bisa berubah melalui pengalaman langsung terhadap suatu obyek sikap (Triandis, 1971).

Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam Suranto (1999), ada empat faktor yang menentukan sikap yaitu faktor fisiologis, faktor pengalaman, faktor kerangka acuan dan faktor komunikasi sosial.

1. Faktor fisiologis mencakup umur

Pada umumnya anak muda memiliki sikap yang lebih radikal, orang dewasa bersikap lebih moderat.


(28)

2. Faktor pengalaman turut mempengaruhi sikap seseorang. Mereka yang pernah mengalami peperangan yang mengerikan akan memberikan sikap negatif terhadap peperangan.

3. Faktor kerangka acuan sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang. Sesuai tidaknya obyek sikap terhadap kerangka acuan akan berhubungan dengan sikap positif ataupun negatif orang tersebut terhadap suatu obyek.

4. Faktor komunikasi sosial yang berbentuk informasi dari seseorang kepada orang lain dapat mengakibatkan perubahan sikap terhadap orang tersebut. Menurut Suranto (1999), perubahan sikap yang mengarah kepada pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik sosial, kebutuhan akan inovasi dan sistem sosial yang berlaku. Dalam kaitan ini yang dimaksud karakteristik pribadi mencakup aspek seperti umur, tingkat pendidikan, dan status seseorang dalam bidangnya.

Menurut Mar’at (1981), Teori stimulus respon menitikberatkan pada perubahan sikap yang dapat dipengaruhi “kualitas rangsangan yang berkomunikasi dengan organisme”. Karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan keberhasilan tentang perubahan sikap seperti kredibilitasnya, kepemimpinannya dan gaya komunikasi. Menurut Hosland, Janis dan Kelly dalam Mar’at (1981) beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru, ada tiga peubah penting yang menunjang proses belajar tersebut, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Menurut Mar’at (1981), terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang dan menghambat perubahan sikap. Faktor-faktor yang menghambat antara lain, stimulus bersifat indeferent sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan, tidak memberikan harapan untuk masa depan, adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut. Faktor-faktor yang menunjang antara lain, dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan hukuman di mana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan sikap, stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula.


(29)

Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung, yaitu subyek dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dengan wawancara bebas (free Interview), dengan pengamatan langsung atau dengan survey (Misal public opinion survey). Sedangkan cara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan–pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan, dan langsung diberikan kepada subjek yang diteliti (Walgito, 2003). Sedangkan pengukuran sikap dengan secara tidak langsung ialah pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

Pengusaha

Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang terkena dampak langsung dari relokasi usaha pemotongan ayam. Menurut Sutanto (2002), pengusaha adalah seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara tantangan dan peluang lalu memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Pengusaha memiliki karakteristik, menurut Rosediana (2007), karakteristik pengusaha ialah ciri–ciri yang dimiliki oleh seorang pengusaha antara lain : pendidikan, pengalaman usaha dan pandangan keagamaan.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengalaman usaha merupakan kegiatan usaha yang pernah dilakukan seseorang dalam kurun waktu tertentu. Usaha yang dilakukan dapat berupa bekerja pada orang lain maupun kegiatan memulai usahanya sendiri. Dalam perspektif sosiologis, agama dipandang sebagai suatu sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam prilaku sosial tertentu.


(30)

Rencana Relokasi

Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi “RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Hal tersebut diperburuk lagi dengan adanya isu Flu Burung (Avian Influenza) yang ada di Kota Bogor, sehingga peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di pemukiman penduduk sangat meresahkan masyarakat sekitar. Berdasarkan kajian dan hasil analisis maka Pemerintah Kota Bogor mempunyai rencana untuk merelokasi TPA di Kelurahan Kebon Pedes ke tempat yang baru. Tempat yang sesuai untuk RPH Terpadu dan pasar hewan terletak di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang akan dimanfaatkan seluas 10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut Pemerintah Kota Bogor dalam hal ini adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata kota dan Pertamanan membuat rencana relokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) ke Rumah Potong Hewan (RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.

Tempat Pemotongan Ayam

Menurut SK Menteri pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan usaha pemotongan unggas disebutkan bahwa tempat pemotongan unggas adalah suatu tempat atau bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang sebagai tempat untuk memotong unggas bagi masyarakat umum terbatas dalam suatu wilayah kecamatan atau pasar tertentu dengan kapasitas pemotongan maksimum 500 ekor per hari.


(31)

Tempat pemotongan unggas yang melakukan kegiatan pelayanan pemotongan unggas untuk memenuhi kebutuhan suatu kecamatan atau pasar tertentu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berlokasi di suatu tempat yang sejauh mungkin tidak mengganggu lingkungan pemukiman dan mudah dicapai dengan kendaraan atau dekat jalan raya.

b. Kompleks tempat pemotongan unggas terdiri dari : Bangunan utama tempat pemotongan unggas Tempat penampungan unggas

Tempat pembuangan kotoran yang khusus dan tertutup sehingga tidak mengganggu lingkungan, serta tempat pembuangan sementara buangan padat sebelum diangkut

Ruang administrasi, tempat penyimpanan alat, kamar mandi dan WC. c. Kompleks bangunan harus dipagar

d. Bangunan utama tempat pemotongan unggas harus :

Memiliki tempat penyembelihan, tempat penyelupan, dan pembuluan, tempat pengeluaran jeroan, tempat pemeriksaan kesehatan daging, tempat penanganan jeroan, penanganan karkas, tempat pengemasan dan tempat pencucian peralatan.

Dilengkapi dengan alat penggantungan untuk pemotongan, alat pencelup, pencabut bulu, wadah penanganan karkas dan jeroan.

Berdinding tembok setinggi 1,5 meter dengan dinding bagian dalam yang licin dan kedap air, terbuat dari semen berlapis porselin atau bahan sejenis yang berwarna terang.

Berlantai kedap air, landai ke arah saluran pembuangan agar mudah mengalir dan tidak licin.

Dipasang kawat kasa antara dinding dan atap agar hewan (kucing dan tikus) tidak masuk

Mempunyai pintu ventilasi yang diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari luar dan menjamin pertukaran udara.

Mempunyai persediaan air bersih dan penerangan yang cukup. Mempunyai persediaan air panas yang cukup


(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Rencana relokasi TPA yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor bertujuan agar tempat pemotongan ayam yang baru berada di tempat yang layak, jauh dari pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan yang ada di sekitar tempat pemotongan ayam. Selain itu rencana relokasi TPA memiliki tujuan agar pemerintah dapat mengawasi aspek kehalalan, penggunaan Nomor Kontrol Veteriner, pemeriksaan bahan makanan tambahan, pemeriksaan antemortem (sebelum melakukan pemotongan) khususnya terhadap penyakit Avian Influenza. Rencana relokasi yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor merupakan solusi untuk menghindari dampak buruk yang mungkin timbul dari perkembangan usaha pemotongan ayam. Namun demikian rencana relokasi yang ditawarkan Pemerintah Kota Bogor belum tentu menjadi solusi terbaik bagi pengusaha pemotongan ayam.

Pengusaha pemotong ayam merupakan subyek yang sangat terkait dengan rencana relokasi tersebut karena akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha mereka. Sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap relokasi tempat pemotongan ayam tersebut merupakan langkah awal apakah rencana relokasi yang dibuat Pemerintah Kota Bogor dapat diterima oleh pengusaha pemotongan ayam. Sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam diduga dipengaruhi oleh karakteristik internal dalam hal ini adalah karakteristik pengusaha yang mencakup, umur, tingkat pendidikan, lama kerja, skala usaha pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat. Selain itu sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam juga dipengaruhi oleh karakteristik eksternal dalam hal ini adalah interaksi dengan konsumen, interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi. Secara rinci hubungan atau kaitan faktor – faktor tersebut disajikan dalam Gambar 1.


(33)

Keterangan :

: Peubah yang diteliti : Peubah yang tidak diteliti

Gambar.1 Kerangka Pemikiran “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam”

Karakteristik Internal (X1) X1.1 Umur

X1.2 Tingkat pendidikan

X1.3 Lama Usaha Pemotongan

Ayam

X1.4 Skala Usaha Pemotongan

X1.5 Motif berusaha

X1.6 Kepedulian terhadap

lingkungan sehat

Karakteristik Eksternal (X2) X2.1 Interaksi dengan konsumen

X2.2 Interaksi dengan aparat

X2.3 Interaksi dengan sesama

pengusaha pemotongan ayam X2.4 Frekuensi mengikuti

kegiatan sosialisasi

Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi Tempat

Pemotongan Ayam (Y)

Tindakan yang dilakukan pengusaha


(34)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) yang terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kebon Pedes. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja untuk mengetahui sikap dari pemotong ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Penelitian ini telah dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif korelasional. Desain ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan Usaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes secara umum dan untuk menguji hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat. Peubah bebas di sini adalah umur, tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam, skala usaha pemotongan ayam, motif berusaha, kepedulian terhadap lingkungan sehat, interaksi dengan konsumen, interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha pemotong ayam, frekuensi mengikuti sosialisasi, sementara peubah terikat adalah sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Populasi

Populasi adalah semua pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Data tersebut didapatkan dari UPTD Rumah Potong Hewan.

Responden diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Responden yang dipilih adalah pengusaha pemotongan ayam. Berdasarkan data dari UPTD Rumah Potong Hewan, pemilik usaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor berjumlah 31 orang. Pemilihan pengusaha pemotongan ayam sebagai responden atas dasar pemilik usaha pemotongan ayam adalah orang yang menentukan perkembangan TPA ke depan.


(35)

Data dan Instrumentasi Data

Data yang akan digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden secara langsung. Selain itu, data skunder diperoleh dari buku bacaan dan juga instansi seperti Dinas Agribisnis Kota Bogor, UPTD Rumah Potong Hewan Kota Bogor, Bapeda Kota Bogor, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

Instrumentasi

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang merupakan susunan pertanyaan dan responden diwawancarai langsung. Dasar jawaban responden adalah pertanyaan yang diajukan atau alternatif jawaban yang sudah tersedia pada kuesioner. Pengembangan pertanyaan pertanyaan dari kuesioner yang telah ada dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Kebon Pedes. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan pengusaha pemotongan ayam yang dilakukan pada sore hari (Pukul 15.30) sampai dengan malam hari (Pukul 21.00), yakni saat responden umumnya sedang istirahat.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen

Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1995) mengemukakan bahwa validitas data adalah suatu tingkatan yang menunjukan pengukuran yang tepat meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi diupayakan dengan cara mencermati isi instrumen yang mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai kerangka konsep.

Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli, termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas ini dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment dengan hasil nilai kritis dari koefisien korelasi Pearson sebesar 0,622 dengan α = 0,05.


(36)

Perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, menggunakan rumus sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995).

Keterangan : r = Nilai koefisien validitas X = Skor pertanyaan pertama Y = Total Skor

XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total N = Jumlah responden

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995). Teknik yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas sebagai alat ukur yaitu teknik belah dua atau split half dengan mengkorelasikan jawaban belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Uji reliabilitas pada penelitian ini menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,801 (Reliabel) pada bagian sikap pengusaha terhadap rencana relokasi TPA, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan

r.tot = Angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap karakteristik internal, karakteristik eksternal dan sikap pengusaha pemotongan ayam. Karakteristik internal meliputi, umur, tingkat pendidikan, persepsi, lama usaha, skala usaha pemotongan, motif berusaha dan kepedulian terhadap

=

]

)

(

][

)

(

[

)

(

)

(

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

( )

tt

tt

tot

r

r

r

+

=

1

2


(37)

lingkungan sehat, sementara itu karakteristik eksternal meliputi interaksi dengan konsumen, interaksi dengan aparat, frekuensi komunikasi, pengalaman mengikuti kegiatan sosialisasi.

2. Analisis statistik non-parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan antara karakteristik pengusaha pemotongan ayam, karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam, menggunakan program SPSS versi 12 dan Uji Korelasi Koefisien Kontingensi dan Rank Spearman.

a. Chi Square dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 = Koefisien korelasi chi square

Oij = Frekuensi yang termasuk pada tiap sel (i,j)

Eij = Frekuensi yang diharapkan dalam sel (i,j)

k = Jumlah baris n = jumlah kolom

Analisis keeratan hubungan pada Uji Chi Square dilakukan dengan menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

C = Nilai Koefisien Kontingensi X2 = Hasil Chi Square hitung n = Banyaknya sampel

2 2

χ

χ

+

=

n

C

(

)

= =

Ε

Ε

Ο

=

k i n j

ij

ij

ij

1 1 2 2

χ


(38)

b. Rank Spearman

Keterangan :

r

s = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di

=

Beda antara dua variabel berpasangan n = Jumlah Responden

1 dan 6 = Bilangan koefisien Definisi Operasional

Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam

Karakteristik pengusaha pemotong ayam adalah gambaran tentang sifat– sifat atau ciri–ciri pribadi yang dimiliki responden sampel penelitian ini, meliputi ciri–ciri pribadi (internal) sebagai berikut:

Umur adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun yang diukur berdasarkan skala rasio.

Tingkat Pendidikan adalah lama responden duduk di bangku sekolah formal yang diukur berdasarkan skala ordinal.

- Tidak tamat SD–Tamat SD (Rendah) - Tamat SLTP–Tamat SLTA (Sedang) - Tamat Perguruan Tinggi (Tinggi)

Lama Bekerja, yaitu total waktu responden bekerja sebagai pemilik usaha pemotongan ayam tersebut berdiri hingga saat penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun dengan skala ordinal.

- (4–15 tahun) - (16–27 tahun) - (28–38 tahun)

(

1

)

6

2 1

2

=

=

n

n

di

r

n

i s


(39)

Skala Usaha Pemotongan, yaitu banyaknya jumlah ayam yang dipotong setiap harinya di TPA mereka yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

- (40–653 ekor) - (654–1307 ekor) - (1308–2000 ekor)

Motif berusaha, alasan atau sebab pengusaha melakukan usaha pemotongan ayam yang diukur dengan skala nominal.

- Sebagai sumber penghasilan utama - Sebagai sumber penghasilan tambahan

Kepedulian terhadap lingkungan sehat, tingkat perhatian para pengusaha ayam terhadap lingkungan yang sehat yang diukur dengan menggunakan skala ordinal.

- Rendah - Sedang - Tinggi

2. Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam

Faktor komunikasi adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh responden yang mempengaruhi penambahan pengetahuan mengenai rencana relokasi tempat pemotongan ayam bagi responden. Faktor komunikasi tersebut terdiri dari :

Interaksi dengan konsumen, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan konsumen.

- Rendah - Sedang - Tinggi

Interaksi dengan aparat, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan pihak kelurahan dan pihak UPTD Rumah Potong Hewan.

- Rendah - Sedang - Tinggi


(40)

Interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas komunikasi responden dengan pengusaha pemotongan ayam lainnya untuk mendapatkan informasi relokasi tempat pemotongan ayam.

- Rendah - Sedang - Tinggi

Frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi relokasi, diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah mengikuti kegiatan sosialisasi tentang rencana relokasi yang diadakan pemerintah.

- Rendah (1–3 kali) - Sedang (4–6 kali) - Tinggi ( > 6 kali)

3. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam adalah kondisi psikologis pengusaha yang didasari konsep evaluasi terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam setelah dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif, konatif yang berkaitan dengan rencana relokasi tersebut. Diukur dengan skala ordinal, penelitian ini menggunakan metode Likert (Walgito, 2003).

- Setuju

- Netral (Tidak Berpendapat) - Tidak Setuju


(41)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kelurahan Kebon Pedes

Berdasarkan Profil Kelurahan Kebon Pedes Tahun 2007 (Departemen Dalam Negeri RI, 2007), Kelurahan Kebon Pedes secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah selatan dengan Kelurahan Cibogor, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ciwaringin, dan sebelah timur dengan Kelurahan Tanah Sareal.

Topografi wilayah Kelurahan Kebon Pedes adalah datar, dengan ketinggian sekitar 200 m dpl, suhu rata–rata berkisar antara 280C-350C dan curah hujan rata–rata pertahun yaitu 4000–4500 mm. Luas kelurahan Kebon Pedes sekitar 104 hektar yang terbagi menjadi 13 RW dan 74 RT, dengan jumlah penduduk mencapai 20.414 orang. Sebesar 20% dari penduduknya bermata pencaharian sebagai pegawai swasta. Mata pencaharian penduduk lainnya adalah sebagai pedagang, peternak, dan sebagai buruh pertukangan.

Jarak Kelurahan Kebon Pedes ke kota sekitar 1,5 Km, yang merupakan jarak yang relatif dekat untuk usaha pemotongan ayam dan akan sangat merugikan bila jaraknya jauh. Selain usaha pemotongan ayam, di Kelurahan Kebon Pedes juga terdapat berbagai usaha dibidang peternakan antara lain Rumah Potong Hewan (RPH) dan juga peternakan sapi perah.

Jarak Kelurahan Kebon Pedes yang relatif dekat dengan pusat Kota Bogor memberikan keuntungan tersendiri pada para pengusaha pemotongan ayam dari segi pemasaran karkas ayam, tetapi bila ditinjau dari segi lingkungan, Usaha Pemotongan Ayam (UPA) yang berada di Kelurahan Kebon Pedes sudah tidak cocok, karena usaha tersebut berada di lingkungan yang padat penduduk, hal seperti itu dapat mengganggu ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Kondisi Umum Pemotongan Ayam Sejarah Berdirinya UPA

Usaha Pemotongan ayam (UPA) pertama kali dibangun pada tahun 1978 oleh seorang warga setempat yang bernama H. Darno. Pada awal berdirinya usaha ini


(42)

memotong ratusan ekor dengan menggunakan alat yang sederhana dan pegawai yang seadanya.

Seiring dengan perjalanan waktu, UPA di Kelurahan Kebon Pedes terus berkembang pesat. Menurut Puspita (2003) pada tahun 2003 terdapat 23 TPA di Kelurahan Kebon Pedes, kemudian sekarang (Pebruari 2008) terdapat 29 UPA di Kelurahan Kebon Pedes dengan berbagai macam skala pemotongan dari yang berskala kecil sampai yang berskala besar per harinya, dengan menggunakan sarana dan prasarana yang seadanya. Jumlah pemotongan total per hari lebih dari 10.000 ekor, dan merupakan pusat dari pemotongan ayam di Kota Bogor. Perkembangan UPA yang sangat pesat di Kelurahan Kebon Pedes menimbulkan berbagai macam masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Agar pengelolaan pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes lebih terkendali dan terkoordinasi dengan baik maka pada tahun 1986 dibentuklah suatu wadah yang disebut IWPA (Ikatan Warga Pemotong Ayam). IWPA juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi antara sesama pemotong ayam dan juga sebagai wadah untuk mengumpulkan iuran rutin.

Letak TPA

Lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Kelurahan Kebon Pedes, sebagian besar terletak di wilayah RW 02. Wilayah ini biasa disebut dengan daerah Gamblok. Lokasi ini sangat menguntungkan bagi para pemotong ayam karena dekat dengan aliran sungai Cibalok yang memudahkan para pemotong ayam membuang limbah cair.

Kelas dan Kategori UPA

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan usaha pemotongan unggas, maka UPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes dilihat dari luasan peredaran daging yang dihasilkan, termasuk ke dalam kelas D. UPA kelas D merupakan usaha pemotongan unggas untuk penyediaan daging unggas kebutuhan Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Hal tersebut memiliki arti bahwa UPA di Kelurahan Kebon Pedes merupakan pemasok daging ayam untuk daerah Kota maupun Kabupaten Bogor. Sedangkan menurut jenis kegiatannya, UPA yang


(43)

berada di Kelurahan Kebon Pedes termasuk kategori I. Kategori I merupakan usaha pemotongan unggas yang melaksanakan pemotongan unggas di tempat sendiri di tempat pemotongan milik sendiri. Hal tersebut berarti pelaksanaan pemotongan dan penjualan karkas dilakukan oleh pemilik UPA sendiri. Kondisi tersebut cukup beralasan karena sebagian besar UPA memiliki skala pemotongan yang kecil, untuk UPA yang memiliki skala pemotongan yang relatif besar biasanya dalam pelaksanaan pemotongan dan penjualan karkas melibatkan keluarga atau kerabat yang didatangkan dari daerah asal pengusaha pemotongan ayam.


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam

Karakteristik internal pengusaha pemotongan ayam yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam, skala usaha pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat. Deskripsi karakteristik pengusaha pemotongan ayam ini dilihat berdasarkan ukuran distribusi frekuensi/persentasi dan rataan.

Umur

Umur pengusaha pemotongan ayam menggunakan ukuran lamanya mereka hidup sampai mereka menjadi responden dari penelitian ini dalam satuan tahun. Penyebaran umur pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam Umur

(Tahun)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

28 – 39 10 32,26

40 – 51 11 35,48

52 – 63 10 32,26

Total 31 100

Umur pengusaha pemotongan ayam berkisar antara 28–63 tahun. Umur terbanyak berada pada kisaran umur 40–51 tahun (35,48%), tetapi jumlah tersebut tidak berbeda dengan kisaran umur yang lain dimana kisaran umur 28–39 tahun (32,26%), sedangkan kisaran umur 52–63 tahun (32,26%). Hal ini membuktikan bahwa pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes tidak hanya didominasi oleh salah satu tingkatan umur, baik orang dengan umur muda maupun dengan umur tua dapat menjadi pengusaha pemotongan ayam.

Pendidikan

Secara umum tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, kemampuan, dan keahlian pengusaha pemotong ayam dalam menjalankan usaha pemotongan ayam miliknya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan pendidikan formal terakhir yang didapatkan oleh pengusaha pemotongan ayam


(45)

sampai saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan pengusaha pemotongan ayam menyebar dari yang paling rendah tidak lulus SD sampai jenjang yang tertinggi yaitu perguruan tinggi. Penyebaran tingkat pendidikan pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Tidak tamat SD – Tamat SD (Rendah) 12 38,71

Tamat SLTP – Tamat SLTA (Sedang) 16 51,61

Perguruan Tinggi (Tinggi) 3 9,68

Total 31 100

Sebagian besar pendidikan formal pengusaha pemotongan ayam berada pada kisaran tamat SLTP sampai Tamat SLTA (51,61%). Hal ini disebabkan para pengusaha pemotong ayam beranggapan bahwa untuk dapat menjalankan usaha pemotongan ayam tidak diperlukan pendidikan yang tinggi.

Lama Berusaha Pemotongan Ayam

Lama berusaha pemotongan ayam diukur berdasarkan lamanya usaha pemotongan itu dimulai sampai dengan penelitian ini dilakukan. Penyebaran lama usaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam Lama Usaha Pemotongan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

4 – 15 tahun 13 41,94

16 – 27 tahun 8 25,81

28 – 38 tahun 10 32,25

Total 31 100

Banyak pengusaha pemotongan ayam bekerja sebagai pengusaha pemotongan ayam selama 4–15 tahun atau dikategorikan sebagai pemula. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor utama, yang pertama banyak pengusaha pemotong ayam sebelum memiliki usaha pemotongan ayam milik pribadi ikut menjadi pemotong ayam pada pengusaha yang lebih senior. Faktor yang kedua, pemotong ayam yang


(46)

pemula biasanya merupakan sanak keluarga yang diajak oleh pengusaha pemotongan ayam yang lebih senior untuk datang ke Bogor untuk bekerja sebagai pemotong ayam sebelum pada akhirnya mereka bisa mendirikan usaha pemotongan sendiri. Skala Pemotongan Ayam

Skala pemotongan ayam diukur berdasarkan banyaknya jumlah ayam yang dipotong per hari sampai saat penelitian dilakukan. Penyebaran skala pemotongan ayam pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Responden menurut Skala Pemotongan Skala Pemotongan

(Ekor)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

40 - 653 25 80,65

654 – 1307 4 12,90

1308 - 2000 2 6.45

Total 31 100

Sebagian besar Skala Pemotongan Ayam di UPA (Usaha Pemotongan Ayam) Kelurahan Kebon Pedes jumlah pemotongannya pada kisaran 40-653 ekor per hari (80,65%). Keadaan ini disebabkan karena usaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes merupakan usaha keluarga, di mana semua usaha pemotongan merupakan pemotongan yang tradisional dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga.

Motif Berusaha

Motif berusaha merupakan dorongan atau faktor yang mendasari para pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes untuk menjalankan usaha pemotongan ayam. Motif berusaha pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu motif berusaha sebagai penghasilan utama dan motif berusaha sebagai penghasilan tambahan. Penyebaran motif berusaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat pada Tabel 5.


(47)

Tabel 5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam Motif Berusaha Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Penghasilan Utama 29 93,55

Penghasilan Tambahan 2 6,45

Total 31 100

Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar pengusaha pemotongan ayam 29 orang (94%) menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama. Hal tersebut cukup beralasan karena pengusaha pemotongan ayam menganggap jaman sekarang sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang tetap dengan penghasilan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup. Dengan bekerja sebagai pengusaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, pengusaha pemotongan ayam dapat mencukupi kebutuhan sehari–hari.

Kepedulian terhadap Lingkungan Sehat

Kepedulian terhadap lingkungan sehat merupakan tingkat kepedulian para pengusaha ayam terhadap lingkungan yang sehat. Penyebaran kepedulian terhadap lingkungan sehat pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran Kepedulian terhadap Lingkungan Sehat Pengusaha Pemotongan Ayam

Kepedulian terhadap lingkungan sehat

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

Tinggi 16 51,60

Sedang 14 45,20

Rendah 1 3,20

Total 31 100

Tabel 6 menunjukan bahwa sekitar setengah dari jumlah pengusaha pemotongan ayam (51,60%) memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan yang sehat. Hal tersebut disebabkan UPTD RPH Kota Bogor selalu mengadakan inspeksi mendadak ke Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Kelurahan Kebon Pedes. Selain itu pihak IWPA (Ikatan Warga Pemotong Ayam) juga membuat peraturan bahwa limbah yang dibuang ke sungai hanya limbah cair saja,


(48)

limbah bulu harus disaring dan dikumpulkan terlebih dahulu di tempat pembuangan bulu untuk kemudian diangkut oleh truk khusus pengangkut bulu.

Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam

Karakteristik eksternal pengusaha pemotongan ayam dalam penelitian ini meliputi interaksi dengan konsumen, interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi. Distribusi karakteristik eksternal pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam No. Karakteristik Eksternal Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%) 1. Interaksi dengan

konsumen Tinggi Sedang Rendah 15 11 5 48,39 35,48 16,13 2. Interaksi dengan aparat Tinggi

Sedang Rendah 6 16 9 19,35 51,62 29,03 3. Interaksi dengan sesama

pengusaha UPA Tinggi Sedang Rendah 9 17 5 29,03 54,84 16,13 4. Frekuensi mengikuti

sosialisasi

(4 – 6 kali) Sedang (1 – 3 kali)

Rendah

10 21

32,26 67,74

Interaksi dengan Konsumen

Sebanyak 15 pengusaha pemotongan ayam (49%), mengungkapkan bahwa interaksi dengan konsumen berada pada kategori tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar pengusaha pemotongan ayam selain memotong ayam setiap harinya, mereka juga menjual karkas ayam ke pasar untuk dijual kembali kepada konsumen, dalam pelaksanaan jual beli dengan konsumen, para pengusaha pemotongan ayam biasanya dibantu oleh keluarganya, tetapi ada juga pemotong ayam yang dibantu oleh pekerjanya saat menjual karkas ayam di pasar. Sementara itu interaksi dengan konsumen pada kategori sedang terdapat 11 pengusaha pemotongan ayam (36%). Pengusaha pemotongan ayam yang masuk ke dalam kategori sedang waktu yang


(49)

digunakan untuk berjualan di pasar sangat sebentar, sebelum pukul 09.00 pagi mereka sudah kembali ke rumah, sementara kegiatan jual beli di pasar diserahkan kepada pekerja, anak, dan bahkan kepada istrinya. Untuk pengusaha pemotongan ayam yang masuk ke dalam kategori rendah, mereka mengantarkan karkas ke pasar dan kembali lagi ke rumah untuk istirahat sehingga pengusaha pemotongan ayam yang masuk dalam kategori rendah hampir tidak pernah berinteraksi dengan konsumen.

Interaksi dengan Aparat

Interaksi pengusaha pemotongan ayam dengan aparat berada pada kategori sedang sebanyak 16 pengusaha pemotongan ayam (52 %). Pengusaha pemotongan ayam biasanya bertemu dengan pihak pemerintahan dalam kegiatan tertentu, misalnya perayaan hari besar dan juga dalam kegiatan pertemuan yang diadakan oleh pihak IWPA (Ikatan Warga Pemotong Ayam) dengan pihak kelurahan maupun pihak UPTD Rumah Potong Hewan Kota Bogor. Untuk interaksi dengan aparat pada kategori tinggi terdapat enam pengusaha pemotongan ayam (19%), pengusaha pemotongan ayam yang masuk ke dalam kategori tinggi adalah tokoh masyarakat dan juga pengurus inti IWPA. Biasanya pertemuan diadakan di tempat yang biasa disebut para pemotong ayam “Bale IWPA”.

Interaksi dengan Sesama Pengusaha Pemotongan Ayam

Sebagian besar pengusaha pemotongan ayam (55%), berinteraksi dengan sesama pengusaha pemotong ayam berada dalam kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar para pengusaha pemotongan ayam cenderung sibuk dengan kegiatan pemotongan ayam, selain itu para pengusaha pemotongan ayam juga menjual hasil karkas ayam ke pasar, hal tersebut menyebabkan pengusaha pemotongan ayam jarang bertemu dengan pengusaha pemotongan yang lain. Interaksi terjadi saat mereka bertemu di pasar dan jika ada pertemuan di Bale IWPA. Pengusaha pemotongan ayam berinteraksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam hanya kadang–kadang tidak sering dalam berbagai kesempatan. Biasanya pertemuan dilakukan dalam keadaan tertentu, misalnya untuk membicarakan mengenai masalah iuran rutin, kebersihan lingkungan setempat dan bila ada pertemuan dengan pihak kelurahan dan pihak UPTD Rumah Potong Hewan (RPH). Sementara itu terdapat sembilan pengusaha pemotongan ayam (29%) yang


(50)

berinteraksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam masuk ke dalam kategori tinggi, pengusaha-pengusaha tersebut adalah pengurus inti di IWPA sehingga intensitas pertemuan mereka cenderung lebih sering. Sementara itu terdapat pengusaha pemotongan ayam yang interaksinya rendah hal itu disebabkan rutinitas responden setiap hari sangat padat dari dini hari harus memotong ayam, pagi hingga sore hari menjual karkas di pasar, sehingga waktu mereka untuk berinteraksi sangat kurang.

Frekuensi Mengikuti Kegiatan Sosialisasi

Sebanyak 21 pengusaha pemotongan ayam (68%), mengikuti kegiatan sosialisasi berada dalam kategori rendah. Hal tersebut sangat beralasan karena kegiatan sosialisasi mengenai rencana relokasi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Dinas Agribisnis Kota Bogor dilakukan pada waktu malam hari pada saat pengusaha pemotongan ayam tengah melakukan istirahat untuk melakukan pemotongan pada dini hari sampai dengan menjelang pagi hari, selain faktor waktu ada faktor lain yang mempengaruhi rendahnya frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi mengenai rencana relokasi TPA ini, yaitu banyak dari pengusaha pemotongan ayam yang skala pemotongannya kecil menyerahkan tanggung jawab kepada para pemotong yang lebih besar skala pemotongannya dan juga kepada pimpinan IWPA. Hal ini yang menyebabkan banyak pengusaha pemotongan ayam tidak mengikuti kegiatan sosialisasi. Sementara itu pada Tabel 7 terdapat 10 orang pengusaha pemotongan ayam (32%) yang masuk pada kategori sedang, mereka yang masuk pada kategori ini merupakan pengurus inti dari IWPA dan juga tokoh masyarakat.

Sikap Pengusaha Pemotongan Ayam terhadap Rencana Relokasi TPA Sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi TPA dapat dilihat pada Tabel 8.


(1)

dan kualitas ayam yang ditawarkan, mereka tidak pernah membicarakan mengenai masalah relokasi TPA.

Interaksi dengan Aparat Pemerintahan

Interaksi dengan aparat terlihat pada Tabel 10 memiliki hubungan yang sangat lemah dan negatif dengan sikap mengenai rencana relokasi TPA (rs = -0,022). Nilai tersebut menunjukan interaksi dengan aparat pemerintahan tidak secara nyata mempengaruhi sikap pengusaha terhadap rencana relokasi TPA, karena pengusaha bertemu dengan pihak kelurahan biasanya ketika sedang memperingati hari-hari besar, sedangkan interaksi dengan pihak UPTD RPH pada saat pihak UPTD RPH melakukan pemeriksaan di tempat pemotongan.

Interaksi dengan Sesama Pengusaha Pemotongan Ayam

Interaksi dengan sesama pengusaha TPA memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA (rs = 0,033), artinya bahwa interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam tidak memberikan perbedaan dalam penentuan sikap. Hal itu dapat dipahami karena sebagian besar pengusaha pemotongan ayam bersikap tidak setuju terhadap rencana relokasi TPA dan pertemuan rutin pengusaha pemotongan ayam di Bale IWPA sebatas membahas mengenai iuran dan mengenai kebersihan.

Frekuensi mengikuti Kegiatan Sosialisasi Rencana Relokasi UPA

Frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi rencana relokasi TPA memiliki keeratan hubungan yang sangat lemah dan negatif dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA (rs = -0,018). Frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi rencana relokasi tidak secara nyata mempengaruhi sikap dari pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi UPA. Hal itu disebabkan rendahnya antusiasme pengusaha untuk mengikuti kegiatan sosialisasi ini dan ketika diadakan kegiatan sosialisasi di Balai Kota Bogor para pengusaha pemotongan ayam tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan keinginan mereka, hal itu yang memicu pengusaha pemotongan ayam untuk tidak setuju dengan rencana relokasi TPA sehingga kegiatan sosialisasi yang diadakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap sikap pengusaha pemotongan ayam.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes terbanyak berumur dewasa dengan tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan pemotongan ayam, skala pemotongan yang kecil, menjadikan pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sehat. Pengusaha pemotongan ayam memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.

2. Sebagian besar pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes bersikap tidak setuju terhadap rencana relokasi TPA yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Bogor.

3. Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.

Saran

1. Kegiatan Sosialisasi hendaknya diadakan sekitar pukul 15.30–18.00 agar semua pengusaha bisa ikut serta.

2. Menjadikan pengusaha pemotongan ayam yang bersikap setuju sebagai fasilitator dalam kegiatan sosialisasi berikutnya.

3. Dalam kegiatan sosialisasi mengenai rencana relokasi hendaknya para pengusaha diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasinya.


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis tujukan pertama kali pada Allah SWT yang telah memberikan nikmat rejeki, keberuntungan dan segala kemudahan-Nya hingga detik ini, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW seru sekalian alam. Terkait dengan telah selesainya penulisan skripsi hasil penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Hadiyanto, MS selaku embimbing utama dan Bapak Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM selaku pembimbing anggota, terima kasih atas seluruh perhatian, waktu, motivasi dan pengalaman yang sangat berharga dari Pak Hadiyanto dan Pak Djoko yang telah diberikan kepada penulis selama proses bimbingan, dan juga atas kesabaran dalam menghadapi penulis yang telah banyak berbuat salah selama bimbingan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Ismail Pulungan, M.Sc selaku dosen penguji seminar yang telah memberikan banyak saran dan masukan yang sangat membangun. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Amri Jahi selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan saran dalam pemilihan mata kuliah. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Lucia Cyrilla.ENSD, Msi selaku panitia seminar, Pak Dodi, Pak Kamto, Ibu Cici, Umi. Ibu Ir.Herlien, MM dari Dinas Agribisnis Kota Bogor, Pak Syarif Hidayat Kepala UPTD RPH, Soni Listen, ST Ketua Ikatan Warga Pemotongan Ayam (IWPA), dan Kepala Bapeda Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Ir. Nina Ratna Dewi dan Ir. Duto Nugroho, MS atas limpahan kasih sayang yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun juga. Terima kasih juga kepada kakakku Aditya Pandu Nugraha, SP atas perspektif yang berbeda dalam memandang arti hidup, terima kasih kepada adikku Isya Trihusada Nugraha, buat arti pentingnya sebuah fokus dan konsisten dalam menjalani hidup. Terima kasih buat Cita Septiviani buat waktu, kebersamaan, dan prinsip hidup yang membanggakan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada teman-teman SEIP 41, Doni, Zico, Alfian, Sandi, Toni, Heriyana, Joyo, Didik, Fahmi, Jemi, Mahmud, Iwan, Anas, Inda, Irub, Camay, Cablak, Meiliana, Retty, Masfu, Eva, Ita, Mima, anggota Himaseip dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada Komunitas Street atas pengalaman hidup yang tidak tergantikan: Ivan, Fani, Ketan, Toto, Amin, Inal, Ilham, Cumi, Purwa, Yandi, Bayu, Wisma Lestari, Asrama Putra TPB kamar


(4)

146 (Amin, Wahyu, Roni), Adit, Sandi, Ubit, Faith, Doni, Jengkolers, dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada IPB yang telah memberikan “turning point” dalam kehidupan ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran atas penelitian ini, kritik dan saran bisa dilayangkan pada alamat e-mail yogaprasta_adinugraha@yahoo.com.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2005. Animal Husbandry Statistics.

http://www.bps.go.id/sector/agri/ternak/table2.shtml [26 oktober 2007]

Mar’at. 1981. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. PT.Ghalia Indonesia. Bandung

Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Cetakan ketujuh. PT. Prasetia Widia Pratama. Yogyakarta.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pambudy, R. dan I. Pulungan. 1993. Peraturan dan Undang – undang peternakan.

UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Bogor. Priyatno, M. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. PT. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Puspita, D. 2003. Analisis Kesediaan Masyarakat Menerima Dampak Lingkungan Usaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor. Skripsi Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor.

Rakhmat, J. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Cetakan Kesebelas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Cetakan Keenambelas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rosediana, A. 2007. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengusaha Berinvestasi di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Rencana Tata Ruang dan Wilayah 1999 – 2009. Dinas Tata Kota dan Pertamanan. Kota Bogor.

Setiawan, Y. 2007. Sikap Mahasiswa terhadap Kebijakan Impor Daging dan Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siegel, S. 1992. Statistika Nonparametrik Untuk Ilmu – Ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta Suranto, A. 1999. Sikap Anggota Kelompok Masyarakat IDT terhadap Peranan dan

karakteristik Pendamping. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(6)

Sutanto, A. 2002. Kewiraswastaan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Triandis, H. 1971.Attitude and Attitude Change. John Wiley and Sons Inc. United States of America

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. CV. Andi Offset. Yogyakarta.