Rekayasa Lalu Lintas
2.3.1 Rekayasa Lalu Lintas
Upaya pengendalian lalu lintas tidak cukup hanya diatur melalui peraturan perundang- undangan tetapi perlu dibarengi dengan upaya di bidang kerekayasaan guna mendukung upaya hukum. Lalu lintas berkembang dengan sangat pesat sejalan dengan perkembangan teknologi otomotif. Kemampuan olah gerak kendaraan semakin tinggi, terutama kecepatan, daya jelajah, dan daya angkut. Oleh karena itu dituntut pula pengembangan rekayasa jaringan jalan, misalnya sistem persimpangan dengan sistem simpang susun. Perencanaan sirkulasi lalu lintas, sistem perparkiran, dan sistem angkutan massal merupakan sisi lain dari rekayasa lalu lintas.
2.3.1.1 Jaringan Jalan
Jalan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga ada hierarki yang membentuk sistem pelayanan yang tak terpisahkan dengan pola tata ruang kegiatan. Hierarki jaringan jalan akan menuntun pada susunan sistem pelayanan jasa angkutan jalan yang kemudian menjadi sistem sirkulasi lalu lintas di jalan.
Menurut UU No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan pasal 8 berdasarkan fungsinya jalan diklasifikasikan sebagai berikut :
Jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional, sedangkan jalan arteri sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan. Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.
Jalan kolektor yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah, sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan lokal yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi.
Jalan lingkungan yaitu merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.
2.3.1.2 Persimpangan
Persimpangan jalan adalah sumber konflik lalu lintas. Satu perempatan jalan sebidang menghasilkan 16 titik konflik. Oleh karena itu upaya memperlancar arus lalu lintas adalah dengan meniadakan titik konflik tersebut, mialnya dengan membangun pulau lalu lintas atau bundaran, memasang lampu lalu lintas yang mengatur giliran gerak kendaraan, menerapkan arus searah, menerapkan larangan belok kanan, atau membangun simpang susun.
2.3.1.3 Trotoar
Bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki dapat berupa trotoar atau bagian paling kiri jalan yang diperkeras dan telah dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai tempat berjalan. Bagian jalan yang disebut trotoar ini, selain diperkeras, pada umumnya ditinggikan 10 – 20 cm di atas permukaan jalan, bahkan di beberapa bagian dapat diberi pagar pembatas.
Keberadaan trotoar mutlak diperlukan pada daerah pusat kegiatan atau pusat kota karena lebih dari 50% lalu lintas di kawasan ini adalah berjalan. Trotoar ini adalah bagian dari rekayasa lalu lintas dengan maksud memisahkan jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki. Manfaat utamanya adalah :
Menjamin keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki. Menjamin tingkat pelayanan jalan secara optimal. Memperluas ruang bebas pandang di tikungan yang tajam.