TENTATIVE SOLUTION
3.3. TENTATIVE SOLUTION
Dari seluruh rangkaian metodologi kajian ini, dihasilkan sejumlah tentative solution. Tentative solution sesungguhnya masih merupakan sebuah hipotesa yang perlu diuji lebih lanjut kebenarannya. Tentative solution adalah hasil sementara dari seluruh proses (non-penalaran, penalaran, kontemplasi, dan tafaqquh ). Dengan dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dielaborasi dengan berbagai teori dan fakta empiris, maka tentative solution dari seluruh rangkaian espitemologi ekonomi Islam dalam persoalan APBN dan subsidi BBM adalah:
Pertama, kesalahan dari kebanyakan kita adalah membela paradigma. Paradigma yang merupakan ciptaan manusia kerap dijadikan parameter kebenaran. Padahal, jika kita renungkan, paradigma ekonomi ada yang berbenturan dengan nurani. Jika ini yang terjadi, seharusnya nuranilah yang dibela dan paradigma itu diperbaiki. Terkait dengan tudingan bahwa subsidi merupakan beban negara, seharusnya hal tersebut dibijaki secara cermat. Sesungguhnya, subsidi merupakan wujud tanggung jawab sosial negara pada warga negara. Jelas, negara memiliki tanggung jawab terbesar dalam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warganya.
Kedua, dalam ekonomi Islam, hukum asal subsidi adalah boleh. Namun, hukum tersebut bisa menjadi wajib jika masih ada warga negara yang membutuhkan. Dalam konteks ke-Indonesia-an, pemerintah kita sebenar berkewajiban untuk memberikan subsidi. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih membutuhkan uluran. Jika dinyatakan bahwa penerima manfaat dari subsidi BBM adalah orang kaya, maka seharusnya pemerintah membuat mekanisme tertentu agar orang kaya tidak menikmati yang bukan haknya dan orang miskin menikmati yang menjadi haknya. Dengan demikian, di tengah naiknya harga minyak mentah dunia saat ini, subsidi BBM tidak sekadar boleh, tetapi sudah wajib hukumnya, agar ketimpangan di masyarakat tidak semakin lebar.
Ketiga, ‘air, padang rumput, dan api’ merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling substansial, terlebih dalam kehidupan modern saat ini. Manusia berserikat dalam ketiganya. Pengamatan empirik menunjukkan, ketiganya menjadi pemicu konflik dan memiliki contagion effect paling signifikan dalam Ketiga, ‘air, padang rumput, dan api’ merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling substansial, terlebih dalam kehidupan modern saat ini. Manusia berserikat dalam ketiganya. Pengamatan empirik menunjukkan, ketiganya menjadi pemicu konflik dan memiliki contagion effect paling signifikan dalam
Keempat, disparitas yang terlalu tinggi telah mendorong terjadinya penyelundupan BBM yang tidak hanya dilakukan oknum pejabat, tetapi juga petugas keamanan dan pengusaha. Untuk itu, yang dibutuhkan dalam hal ini adalah penegakan hukum dan bukan menyalahkan disparitas harga domestik
dengan internasional. 42 Kelima, penerapan pajak progresif untuk sektor yang sedang booming. Pajak
windfall profit dapat dikenai pada industri migas yang sekarang sedang menuai keuntungan melimpah untuk dialihkan sebagai subsidi masyarakat berpenghasilan rendah. Usulan radikal itu terbukti sukses dilaksanakan di Argentina. Untuk Indonesia, windfall profit dari hasil migas tidak perlu dibagi ke daerah, tetapi dapat digunakan untuk menutupi subsidi BBM.
Keenam, melakukan moratorium pembayaran utang LN atau memotong bunga obligor rekap atau memotong bunga utang. Dalam Islam, permasalahan utang memang perkara yang mubah. Tetapi jika utang tersebut mengandung unsur riba (bunga) dan membahayakan kemaslahatan negara dan masyarakat, maka Islam mengharamkan kebijakan untuk melakukan pinjaman.
Ketujuh, 43 menasionalisasi aset-aset migas. Kesalahan utama pengelolaan migas kita adalah terjadinya penyimpangan dari State Business Management ke
Corporate Business Management. Negara kini menjadi korporatokrasi. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar entitas negara dapat kembali menjadi pilar utama pengelola migas nasional. Perlu pula didesain mekanisme yang mengubah
42 Lihat catatan kaki 13.
43 Hal ini penting dilakukan karena begitu banyak pengambil kebijakan negeri ini yang mengira bahwa privatisasi menjadi kunci keberhasilan BUMN. Lihat catatan kaki 40.
sistem pengelolaan BBM, gas, batu bara, dan sumber energi lainnya kepada negara sebagai pemegang amanah dan kewajiban dari rakyat.
Kedelapan, masih banyak upaya lain yang bisa menjadi tentative solution dalam mengatasi persoalan defisit anggaran dan subsidi BBM. Misalnya saja, memasukkan rekening non-budgeter ke dalam APBN secara resmi, memanfaatkan dana yang parkir dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), mengurangi subsidi listrik pada kelompok residensial dengan daya tertentu, mengenakan harga progresif kepada konsumen yang membeli dalam volume tertentu, mewajibkan kendaraan dinas untuk menggunakan mesin maksimum 2.000 cc, memberi insentif bagi industri untuk penggunaan energi alternatif, dan masih banyak lagi.