Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi variabel – variabel penelitian dan pengukurannya.

3.3.1 Variabel independen

Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu variabel kompensasi eksekutif. Eksekutif biasanya adalah orang-oarang yang berada pada posisi dua tingkat teratas dalam perusahaan, seperti direktur utama, wakil direktur utama, direktur, manajer termasuk didalamnya komisaris utama dan komisaris. Kompensasi eksekutif pada dasarnya berisi hampir sama dengan kompensasi karyawan pada umumnya yaitu terdiri dari komponen gaji pokok, gaji variabel (bonus tahunan, insentif jangka panjang dan penghasilan tambahan) serta tunjangan, yang paling membedakan adalah adanya jenis komposisi khusus yang tidak diterima oleh karyawan yaitu kompensasi dalam bentuk opsi saham (Mathis & Jackson, 2002).

Penelitian ini menggunakan komponen total kompensasi yang diterima para eksekutif perusahaan berupa gaji pokok yaitu gaji yang diterima oleh jajaran eksekutif dan gaji variabel berupa bonus tahunan, insentif jangka panjang dan penghasilan tambahan yang diungkapkan nominalnya dalam laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Kompenasi opsi saham tidak digunakan dalam penelitian ini dikareakan kurangnya data yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang disajikan oleh para emiten.

Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan total kompensasi yang diterima individu eksekutif setiap perusahaan untuk mengetahui jumlah rata-rata kompensasi eksekutif untuk setiap individu perusahaan.

3.3.2 Variabel Dependen

3.3.2.1 Kinerja Perusahaan

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan, dalam penelitian ini kinerja diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).

3.3.2.3 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak

perusahaan semakin besar. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk menggambarkan produktivitas bank bersangkutan (berapa banyak kekayaan yang harus digunakan dan dipakai untuk menghasilkan sejumlah laba). Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa bank semakin produktif. Untuk menghitung ROA digunakan rumus sebagai berikut :

3.3.2.4 Return On Equity (ROE)

Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung ROE digunakan rumus sebagai berikut:

3.3.2.5 Risk Taking

Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah risk taking yang merupakan gambaran tingkatan suatu risiko yang terdapat atau risiko yang dihadapi terkait kebijakan tertentu pada Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah risk taking yang merupakan gambaran tingkatan suatu risiko yang terdapat atau risiko yang dihadapi terkait kebijakan tertentu pada

dengan NPL, serta risiko bisnis yang diukur dengan SDROA dan SRDOE. Risiko kredit dipilih dalam penelitian ini karena risiko kredit merupakan risiko utama yang harus dikelola oleh perusahaan perbankan.

Risiko kredit diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang menghasilkan perbandingan jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL yang dimiliki oleh suatu bank, menggambarkakan bahwa risiko kredit yang dimilikinya semakin besar. Dalam penelitian ini risiko kredit diproksikan dengan formula berikut:

Kredit bermasalah yang dihitung dalam penelitian ini merupakan kredit bermasalah bersih atau kredit bermasalah setelah dikurangi dengan nilai penyisihan kerugian. Sementara total kredit merupakan total kredit bersih yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain).

NPL merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Setelah kredit diberikan kepada pihak yang dianggap layak, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam NPL merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Setelah kredit diberikan kepada pihak yang dianggap layak, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam

Selain menggunakan risiko kredit yang diukur dengan NPL, untuk mengukur risiko bisnis perusahaan perbankan yang menggambarkan risiko keseluruhan dalam kegiatan perusahaan menggunakan standard deviation based on ROA (SDROA) dan standard deviation based on ROE (SDROE) mengacu pada penelitian Soedarmono et al. (2012) yang mengacu pada penelitian Agoraki, Delis & Pasiouras. (2009) yang mengukur SDROA dan SDROE berdasarkan periode tiga tahun.

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausualnya supaya lebih baik untuk didapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Hartono, 2004). Dalam penelitian ini ada tiga variabel kontrol yang digunakan yaitu EQTA (Equity to Total Assets) perbandingan antara ekuitas terhadap total aset, variabel dummy kepemilikan SOB (State Owned Bank) dan variabel dummy Listed untuk perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.3.3.1 EQTA

EQTA menunjukkan bahwa perushaaan memiliki modal sendiri/stockholder’s equity yang lebih tinggi, stockholder’s equity memiliki sifat sebagai alat pengendalaian adanya hutang baik itu jangka pendek maupun jangka panjang dan sebagai sumber dana EQTA menunjukkan bahwa perushaaan memiliki modal sendiri/stockholder’s equity yang lebih tinggi, stockholder’s equity memiliki sifat sebagai alat pengendalaian adanya hutang baik itu jangka pendek maupun jangka panjang dan sebagai sumber dana

perusahaan yang mempunyai modal sendiri atau stockholder equity yang tinggi sehingga perusahaan tidak perlu mencari dana tambahan dari hutang atau pinjaman.

3.3.3.2 SOB (State Owned Bank)

Variabel SOB merupakan variabel dummy untuk tipe kepemilikan bank. Bank yang dimiliki oleh pemerintah baik pusat maupun daerah diberikan nilai 1.

3.3.3.3 Listed

Variabel Listed merupakan variabel dummy untuk bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diberikan nilai 1.