Penanganan Masalah Kesehatan Spesifik pada Anak Jalanan

e. Gangguan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya)

  Anak jalanan berisiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA akibat kehidupan mereka yang penuh dengan stres dan adanya bandar yang memanfaatkan keberadaan mereka.

  tergantung dari keadaan (sedang menggunakan atau gejala putus zat), juga tergantung dari jenis NAPZA yang digunakan. Gejala yang perlu diwaspadai adalah perubahan sikap dan perilaku :  Prestasi menurun, menjadi pemalas,

  kurang bertanggung jawab.  Bersikap emosional, mudah marah, mudah

  Gejala saat menggunakan tergantung pada jenis NAPZA yang digunakan. Gejala yang muncul antara lain :  Sikap apatis (acuh tak acuh), tampak

  mengantuk, jalan sempoyongan dan bicara cadel (pelo).

   Bila kelebihan dosis : denyut nadi dan

  detak jantung melambat, kulit terasa dingin, nafas melambat sampai berhenti dan meninggal.

  Gejala putus zat :  Mata dan hidung berair, menguap terus,

  mualmuntah, sakit perut, diare, nyeri otot dan tulang.

   Depresi (pada pengguna ekstasi), kejang

  nezodiadiazepinobat penenang). Pengaruh jangka panjang :

  • Telusuri penyebab dia menggunakan

  NAPZA • Bantu

  kehidupannya. • Rujuk ke fasilitas yang sesuai (dalam

  keadaan over dosis segera bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit).

4. Kesehatan Reproduksi

  Anak jalanan rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, terutama salah satunya terkait dengan kesehatan reproduksi. Kehidupan yang bebas di jalanan dan permisifnya norma moral memberikan peluang kepada anak jalanan untuk memiliki perilaku seksual negatif (berisiko). Banyak anak jalanan yang seksual aktif dan bahkan ada yang bekerja sebagai pekerja seks teritama anak jalanan perempuan. Anak jalanan rentan untuk melakukan perilaku seks berisiko dan tidak aman, terinfeksi HIVAIDS dan IMS lainnya, bahkan kehamilan Anak jalanan rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, terutama salah satunya terkait dengan kesehatan reproduksi. Kehidupan yang bebas di jalanan dan permisifnya norma moral memberikan peluang kepada anak jalanan untuk memiliki perilaku seksual negatif (berisiko). Banyak anak jalanan yang seksual aktif dan bahkan ada yang bekerja sebagai pekerja seks teritama anak jalanan perempuan. Anak jalanan rentan untuk melakukan perilaku seks berisiko dan tidak aman, terinfeksi HIVAIDS dan IMS lainnya, bahkan kehamilan

5. Gizi

  Anak jalanan termasuk dalam kelompok yang berisiko mengalami gangguan masalah gizi. Kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pola makan yang tidak sehat karena pengaruh kemiskinan, anak jalanan berisiko mengalami masalah kesehatan dan masalah gizi. Infeksi dan malnutrisi ketika anak-anak akan menjadi beban pada usia remaja, mereka yang memiliki riwayat penyakit diare dan ISPA semasa bayinya tidak akan tumbuh menjadi remaja normal, sehigga tidak dapat bekerja secara optimal dan produktif.

  Masalah gizi yang sering ditemukan pada anak Masalah gizi yang sering ditemukan pada anak

  Hasil penelitian di Kota Makasar yang dilakukan pada 277 anak berusia 10-19 tahun menunjukkan bahwa 100 anak berusia 10-13 tahun berstatus gemuk dan 80 berstatus gizi sangat gemuk. Pada kelompok ini makan mereka masih teratur dan diawasi orang tua, selain itu selama bekerja mereka lebih sering jajan dan ngemil. Menurut tempat tinggal yang tingal bersama orang tua 100 berstatus gizi gemuk. Sebesar 63,2 anak jalanan yang menghabiskan waktu 4-8 jam perhari di jalan berstatus gizi sangat kurus. Anak jalanan yang tidak memiliki riwayat penyakit lebih banyak berstatus gizi sangat gemuk. Menurut pola konsumsi yang memiliki status gizi gemuk sebesat 78,6.

  Rata-rata mereka makan mie instan 2 kali sehari, jarang makan buah dan sayur, dan kurang terpenuhinya kebutuhan air minum bersih.

  Masalah gizi pada anak jalanan, jika tidak segera diatasi akan menghasilkan generasi yang akan menjadi beban negara. Kriteria balita gizi kurang bila Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB) atau BB menurut Tinggi Badan (TB) atau BBPB atau BBTB < - 2 SD sd - 3 SD. Untuk kriteria balita gizi lebih atau risiko obesitas bila BB PB atau BBTB > +1 SD dan untuk balita stunting bila BB PB atau BBTB - 3 SD sd <- 2 SD. Untuk remaja. Mengukur status gizi pada anak, remaja dan dewasa dapat dilakukan dengan pengukuran IMT, sangat terkait dengan umur, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi dan densitas tubuh, sehingga pada anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur (IMTU).

  pengalaman klinis tidak tidak dibedakan menurut jenis kelamin.

  Batas ambang normal yang digunakan adalah 18.5-25.0, bila IMT > 25,0-27,0 dikategorikan kegemukan

  dikategorikan menderita obesitas jika IMTnya > 27,0.

  Bila ditemukan balita atau remaja gizi kurang dan kegemukan beritahukan petugas kesehatan di puskesmas untuk segera ditindak lanjuti. Cara mempertahankan berat badan normal adalah menerapkan pola konsumsi pangan dengan prinsip gizi seimbang.

  Empat Pilar Gizi Seimbang

  1) Mengkonsumsi anekaragam pangan.

  2) Membiasakan perilaku hidup bersih.