ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. DESKRIPSI DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2008-2010 yang didapatkan melalui kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) melalui media surat atau pos dan data sekunder yang berupa kumpulan hasil pemilu tahun 2004 dan 2009 legislatif dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) kota/kabupaten seluruh Indonesia yang dipublikasikan oleh website resmi pemilu maupun website pemerintah daerah masing-masing.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2008-2010 yang didapatkan melalui kantor BPK RI dan data hasil pemilu legislatif pemilu legislatif DPRD tahun 2004 dan 2009 yang dipublikasikan oleh website resmi pemilu maupun website pemerintah daerah masing-masing. Atas populasi tersebut, kemudian ditentukan sampel penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling . Dari metode purposive sampling dan kriteria pengambilan sampel yang telah dijelaskan pada bab III diperoleh sampel penelitian dengan tabel berikut:

Sampel Penelitian

Kriteria Sampel

Jumlah

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia tahun 2008-2010 yang didapatkan melalui kantor BPK RI

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia tahun 2008-2010 yang tidak wajar (adverse) dan tidak beropini (Disclaimer)

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia tahun 2008-2010 opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation language ) maupun wajar dengan pengecualian (qualified opinion) yang tidak ditemukan kriteria informasi tambahan yang dibutuhkan dalam penelitian

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia yang memenuhi kriteria opini beserta kriteria tambahan yang menjadi sampel penelitian

Dari tabel sampel penelitian diatas diketahui bahwa jumlah laporan keuangan pemerintah daerah yang berhasil dihimpun melalui data yang diperoleh dari BPK RI adalah sejumlah 1252 laporan keuangan pemerintah daerah. Dari 1261 laporan keuangan tersebut, sejumlah 331 laporan keuangan mempunyai opini tidak wajar (adverse) dan tidak berpendapat (Disclaimer) yang mengakibatkan sampel laporan keuangan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Alasannya adalah karena opini yang diberikan pada laporan keuangan tersebut adalah opini tidak wajar (adverse) dan tidak berpendapat (Disclaimer), maka isi dari laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan kebenaran dan ketepatannya sehingga dikhawatirkan akan mampu mengubah ketepatan dari hasil dari penelitian ini.

laporan keuangan pemerintah, penelitian ini juga menggunakan informasi yang lain dalam pengukuran variabel independen. Apabila laporan keuangan telah memenuhi kriteria pengambilan sampel sebelumnya, tetapi tidak terdapat informasi tambahan untuk pengukuran variabel independen yang diperoleh, maka laporan keuangan tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.2. HASIL DAN ANALISIS DATA

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh taxes (TAX), grant (GRANT) dan Ukuran Legislatif (UL) terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam rasio Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Assets Turnover (AT), Operating Revenues to Total Revenues (ORTR) dan Operating Revenues to Operating Expenses (OROE). Penelitian iini menggunakan alat uji multiple regression model dengan menggunakan bantuan statistical software komputer berupa aplikasi SPSS for Windows.

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilaksanakan untuk mengetahui nilai maksimum (maximum), nilai minimum (minimum), nilai rerata (mean) dan standar deviasi data yang berasal dari variabel-variabel penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan penyebaran data pada penelitian ini.

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Std. Deviation

.332580060 Valid N

(listwise)

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa ukuran legislatif (UL) memiliki nilai rata-rata sebesar 36,52. Nilai minimum yang sebesar 17 dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten Natuna dan Bengkulu Tengah. Sedangkan nilai maksimal sebesar 64 dimiliki oleh kabupaten Kediri. Ukuran legislatif ini diukur dengan banyaknya jumlah anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) disuatu kabupaten.

Pendapatan pajak daerah (TAX) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 2.618.527.583,00. Pendapatan pajak terbesar (maksimum) yaitu Rp. 776.038.062.440,07 yang didapatkan oleh kabupaten Badung, sedangkan pendapatan pajak terkecil (minimum) didapatkan oleh kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu sebesar Rp 42.791.995,00.

Untuk pendapatan dari grant adalah rata-rata sebesar Rp. 21.553.999.306,00. Untuk pendapatan grant terbesar (maksimum), didapatkan oleh kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp. 251.276.150.540,00 dan Untuk pendapatan dari grant adalah rata-rata sebesar Rp. 21.553.999.306,00. Untuk pendapatan grant terbesar (maksimum), didapatkan oleh kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp. 251.276.150.540,00 dan

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi syarat untuk dapat menggunakan model regresi dalam pengujian hipotesis.Uji asumsi klasik

terdiri atas

normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data yang diuji dalam model regresi, nilai residual atau variabel pengganggu memilii distribusi yang normal. Untuk menguji normalitas, penelitian ini menggunakan alat uji Kolmogorav-Smirnov terhadap data residual regresi yang dilaksanakan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Hasil dari pengujian normalitas dengan alat uji Kolmogorav-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Normalitas Data

Unstandardized Residual

707

Normal Parameters a,,b Mean

.0000000

Std. Deviation

.98364503

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

9.821

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

Sumber: hasil pengolahan data

dihasilkan dari pengujian Kolmogorov Smirnov atas seluruh nilai residu data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai dibawah tingkat singkat signifikansi minimal, yaitu 5% atau 0.05 yang mengindikasikan bahwa data yang digunakan mempunyai distribusi yang tidak normal. Untuk dapat menggunakan pengujian dengan model regresi salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah distribusi data yang normal. Sehingga untuk memperoleh data yang terdistribusi normal maka dilakukan penghilangan outlier data dan transformasi data. Untuk menghapus data outlier dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Z-score yang memiliki nilai ekstrim tinggi dan rendah dikeluarkan dari sampel. Transformasi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mentransformasikan data kinerja keuangan daerah kedalam bentuk SQRT.

Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh setelah mengeluarkan data outlier dan transformasi data.

Tabel 4

Normalitas Setelah Transformasi dan Seleksi Data Outlier

Unstandardized Residual

Normal Parameters a,,b Mean

Std. Deviation

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Sumber: hasil pengolahan data Sumber: hasil pengolahan data

2) Uji Autikorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dalam satu rangkaian data observasi yang terletak berderetan secara berurutan (series) dalam bentuk urutan waktu (time series) atau hubungan antara tempat yang saling berdekatan (cross sectional ). Untuk meneliti Autokorelasi alat uji yang digunakan pada penelitian ini adalah alat uji runs test. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari nilai Asymp.sig yang dihasilkan dari runs test. Apabila nilai Asymp.sig yang dihasilkan lebih besar dari batas nilai minimal signifikansi yaitu 5% atau 0,05 maka tidak terjadi gejala autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.sig lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala autokorelasi dalam model regresi yang digunakan oleh penelitian ini. Berikut ini merupakan hasil dari uji runs test untuk menemukan adanya gejala autokorelasi dari model regresi yang digunakan oleh penelitian ini.

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa nilai Asymp.Sig yang dihasilkan adalah sebesar 0.346 atau 34,6% lebih besar dari 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala Autokorelasi dari model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3) Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan linier yang terjadi antara variabel-variabel bebas yang ada dalam model regresi. Untuk mengetahui keberadaan Multikolinieritas adalah dengan melihat Variance Inflating Factor (VIF) dan tolerance dengan kriteria apabila nilai tolerance yang dihasilkan lebih besar dari 0.1 atau 10% dan nilai Variance Inflating Factor yang dihasilkan dibawah 10.

Tabel 6

Uji Multikolinieritas

Variabel

Tolerance VIF

Tidak terjadi Multikolinieritas

Tidak terjadi Multikolinieritas

Tidak terjadi Multikolinieritas

Sumber : hasil pengolahan data

Tabel 5

Uji Autokorelasi

Unstandardized Residual Test Value a .01186

Cases < Test Value

68

Cases >= Test Value

69

Total Cases

137

Number of Runs

64

-.943

Asymp. Sig. (2-tailed)

.346 Sumber : hasil pengolahan data

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa semua nilai tolerance dari semua variabel dalam model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai variance inflating factor dari semua variabel dalam model regresi lebih kecil dari

10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami gejala multikolinieritas yang serius atau semua variabel dalam model penelitian ini homokedastisitas.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Glejser, yaitu dengan metode meregresikan nilai absolute residual dengan variabel bebas. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah jika probabiliy value lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya bila probabiliy value lebih kecil dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

ari

Tabel 7

Uji Heteroskedastisitas

Tidak terjadi Heteroskedastisitas

TAX

Tidak terjadi Heteroskedastisitas

GRANT

Tidak terjadi Heteroskedastisitas

Sumber : hasil pengolahan data Sumber : hasil pengolahan data

c. Uji Hipotesis

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh taxes (TAX), grant (GRANT) dan Ukuran legisltatif (UL) terjadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam 5 rasio keuangan, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DTE), Asset turnover (AT), Operating Revenue to Total Revenue (ORTR) dan Operating Revenue to Operating Expense (OROE). Lima rasio keuangan tersebut kemudian dijadikan satu variabel kinerja keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan principal components untuk mendapatkan factor scores yang kemudian digunakan sebagai variabel dependen dalam pengujian model regresi berganda. Berikut merupakan hasil dari pengujian data dengan model regresi berganda dalam rangka untuk mengambil kesimpulan terkait hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

1) Uji Signifikansi–F

Uji Signifikansi-F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas atau dependen dalam model regresi memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen. Untuk kriteria dalam uji signifikansi-F ini adalah dengan melihat probability value (sig), jika probability value yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih besar dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa model tidak layak (fit) untuk digunakan dalam Uji Signifikansi-F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas atau dependen dalam model regresi memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen. Untuk kriteria dalam uji signifikansi-F ini adalah dengan melihat probability value (sig), jika probability value yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih besar dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa model tidak layak (fit) untuk digunakan dalam

Berikut ini merupakan hasil dari uji signifikansi-F atas model regresi dalam penelitian ini.

Tabel 8

Uji Signifikansi-F

Model

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Sumber : hasil pengolahan data

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat, bahwa probability value dari model regresi yang digunakan lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian yaitu dibawah 5% atau 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini.

2) Uji Signifikansi –t

Uji Signifikansi-t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.Untuk kriteria dalam uji signifikansi-t ini adalah dengan melihat probability value (sig), jika probability value yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih besar dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan tidak diterima atau tidak didukung oleh data Uji Signifikansi-t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.Untuk kriteria dalam uji signifikansi-t ini adalah dengan melihat probability value (sig), jika probability value yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih besar dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan tidak diterima atau tidak didukung oleh data

Tabel 9

Uji Signifikansi-t

Sumber : hasil pengolahan data

Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa hasil dari pengujian regresi berganda untuk model yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil diatas menunjukkan bahwa semua variabel, baik Ukuran Legislatif, taxes, dan grant memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan nilai probabilitas dari semua variabel yang dihasilkan memiliki nilai signifikansi penelitian yaitu dibawah 5% atau 0,05.

Hasil dari uji signifikansi-t ini juga dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan model penelitian yang dapat dirumuskan dengan model berikut ini.

SQRT_FP = 1.139 + 2.826E-11(TAX)+ 5.302E-12(GRANT)

- 0.016 (UL)+ e - 0.016 (UL)+ e

a. Konstanta Ini berarti jika semua variabel independen memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel dependen sebesar 1.139.

b. Taxes (TAX) terhadap Kinerja Keuangan (FP) Nilai koefisien Taxes adalah 2.826E-11, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan taxes sebesar satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik sebesar 2.826E-11dengan asumsi variabel bebas dari model regresi lain adalah tetap.

c. Grant (GRANT) terhadap Kinerja Keuangan (FP) Nilai koefisien Grant adalah 5.302E-12, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan taxes sebesar satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik sebesar 5.302E-12 dengan asumsi variabel bebas dari model regresi lain adalah tetap.

d. Ukuran Legislatif (UL) terhadap Kinerja Keuangan (FP) Nilai koefisien Grant adalah 0.016, dan bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan ukuran legislatif sebesar satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan turun sebesar 0.018 dengan asumsi variabel bebas dari model regresi lain adalah tetap.

3) Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh independen (persentase) dalam menerangkan variasi variabel Uji Koefisien Determinasi dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh independen (persentase) dalam menerangkan variasi variabel

dihasilkan dari hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini.

Tabel 10

Uji Koefisien Determinasi

Model

R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Sumber : hasil pengolahan data

Dari tabel 10 atas diketahui bahwa nilai R Square dan nilai adjusted R Square masing-masing adalah 0,267 (26,7%) dan 0,250 (25%). Nilai adjusted R Square yang sebesar 0,250 (25%) menunjukkan bahwa variabilitas kinerja keuangan daerah di Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel independen yang berupa taxes, grant, dan ukuran legislatif hanya sebesar 25% dan sisanya sebesar 75% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

3. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel independen yaitu taxes (TAX), grant (GRANT) dan Ukuran Legislatif (UL) terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang dinyatakan dengan lima rasio keuangan yaitu CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), AT (Asset Turnover), ORTR

Operating Expense ). Dari hasil penelitian ini ditemukan taxes memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya pendapatan pajak yang diterima maka semakin baik pula kinerja keuangan pemerintah sehingga mampu memperlancar dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dalam memberikan jasa kepada masyarakat daerahnya. Hasil ini konsisten dengan penelitian Steven dan McGowen (1983) tentang pengaruh taxes terhadap kinerja yang memperoleh bukti empiris yang menyatakan bahwa penerimaan pajak oleh suatu pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Untuk pengujian variabel grant menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan penelitian Steven dan McGowen (1983) dan penelitian Worthington dan Dollery (1999) yang menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah grant , maka akan meningkat efisiensi dan efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah. Maka diketahui bahwa dengan semakin meningkatnya grant atau sumbangan, hibah, donasi, dan subsidi yang diterima oleh pemerintah daerah maka akan meningkat pula pemasukan yang diterima sehingga mampu menjamin kelancaran kegiatan operasional daerah dan mampu meningkatkan kinerja keuangannnya.

Variabel terakhir adalah ukuran legislatif yang diukur dari banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dari hasil

dengan kinerja keuangan daerah. Hasil ini sesuai dengan penelitian Gilligan dan Matsusaka (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah anggota legislatif terhadap kebijakan pemasukan dan pengeluaran suatu pemerintah daerah. Pada penelitian ini, dengan semakin meningkatnya ukuran legislatif maka kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia semakin menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semakin banyaknya anggota DPRD maka tidak menjamin adanya peningkatan dalam pengawasan menjalankan kegiatan pemerintahan dan kegiatan dalam pembuatan kebijakan penganggaran tidak akan semakin efisien karena melibatkan terlalu banyak anggota dewan, sehingga akan mempersulit legislatif dalam pembuatan keputusan.