Indikator Masukan (inputs)
1. Indikator Masukan (inputs)
Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta agar upaya untuk menurunkan angka kematian ibu di Kota Surakarta dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output yaitu dana dari APBD, tenaga kesehatan (bidan dan dokter).
a. Dana (anggaran)
Dari hasil penelitian lapangan berikut akan disajikan data penggunaa APBD Kota oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Tabel IV. 6
Realisasi APBD Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2009 – 2011
No Tahun
Alokasi Anggaran
2 2010
Rp 55.295.421.000,00
Rp 54.533.727.271,00 98,62
3 2011
Rp 63.293.090.469,00
Rp 59.857.888.663,00 94,57 Sumber: diolah dari LAKIP Dinkes Kota Surakarta Tahun 2009-2011
Dari tabel diatas diketahui bahwa alokasi APBD untuk Dinas Kesehatan mengalami kenaikan dan begitu pula pada realisasi alokasi anggaran mengalami kenaikan setiap tahunnya. Akan tetapi dari segi penyerapan anggaran pada tahun 2011 mengalami penurunan daya serap anggaran. Kemudian sisa anggaran berkisar mulai satu hingga tiga miliyar rupiah. Untuk mengetahui lebih rinci penyerapan
commit to user
berikut;
Tabel IV. 7
Rincian Realisasi APBD Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2009 – 2011
No Tahun
Jenis Anggaran
Jumlah Anggaran
Rp 12,733,323,709.00 Rp 12,016,255,101.00
94.37 Tidak Langsung Rp 29,122,944,210.00 Rp 27,758,247,612.00
95.31
UPTD
Rp 16,389,260,501.00 Rp 15,719,999,881.00
Rp 7,985,985,000.00 Rp 7,812,529,244.00
97.83 Tidak Langsung Rp 23,720,558,000.00 Rp 23,395,813,786.00
98.63
UPTD
Rp 23,588,878,000.00 Rp 23,327,370,087.00
Rp 12,271,870,000.00 Rp 11,107,135,850.00
90.51 Tidak Langsung Rp 28,407,911,000.00 Rp 28,050,164,716.00
98.74
UPTD
Rp 22,613,309,469.00 Rp 20,700,588,097.00
91.54 Sumber: diolah dari LAKIP Dinkes Kota Surakarta Tahun 2009-2011
Dari tabel rincian di atas dapat diketahui lebih rinci penyerapan anggaran yang dilakukan dinas kesehatan. Untuk anggaran belanja langsung lebih kecil proporsinya dibandingkan anggaran belanja tidak langsung. Anggaran belanja tidak langsung terserap untuk gaji, tunjangan dan tambahan penghasilan PNS. Untuk daya serap anggaran belanja tidak langsung telah lebih dari 90% pada tiap tahunnya dan tertinggi 98.74% pada tahun 2011.
Anggaran belanja langsung dari dinas kesehatan telah terserap lebih dari 90% setiap tahunnya. Di dalam belanja langsung dinas mempergunakan anggaran untuk pembiayaan program sejumlah 18
commit to user
langsung masih terdaat sisa anggaran yang semestinya dapat dimaksimalkan untuk kegiatan yang bias dilakukan untuk pelayanan ibu hamil.
Untuk program yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel IV. 8
Penggunaan Anggaran Langsung dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Tahun 2009 – 2011
No Tahun Jenis Anggaran
Jumlah Anggaran
Perbaikan gizi masyarakat
Rp 627,394,894.00 Rp 622,411,500.00
99.21
Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Rp 93,915,150.00 Rp 89,815,000.00
95.63
2 2010
Perbaikan gizi masyarakat
Rp 544,070,000.00 Rp 544,069,000.00 100.00
Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Rp 50,000,000.00 Rp 49,650,000.00
99.30
3 2011
Perbaikan gizi masyarakat
Rp 545,000,000.00 Rp 543,779,900.00
99.78
Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Rp 95,480,000.00
Rp 94,743,700.00
99.23 Sumber: diolah dari LAKIP Dinkes Kota Surakarta Tahun 2009-2011
commit to user
Pada program perbaikan gizi anggaran telah terserap hingga seratus persen. Perbaikan gizi ini berkaitan erat dengan kesehatan ibu karena di anggaran tersebut sebagian besar digunakan untuk pengadaan Tablet Fe bagi ibu hamil dan vitamin A bagi ibu nifas. Demikian pula pada penyerapan anggaran belanja langsung untuk meningkatkan keselamatan ibu melahirkan digunakan untuk operasional bantuan persalinan bagi keluarga tidak mampu yang telah terserap lebih dari 95%. Apabila dibandingkan antara Belanja kesehatan ibu dengan Belanja langsung yang terserap maka didapatkan tabel seperti di bawah ini;
Tabel IV. 9
Persentase Perbandingan antara Belanja Menurunkan Angka Kematian Ibu Terhadap Belanja Langsung Tahun 2009 - 2011
No Tahun
Biaya Langsung
Belanja menurunkan
angka kematian ibu
Persentase (%)
1 2009
Rp 12,733,323,709.00 Rp 712,226,500.00
5.59
2 2010 Rp 7,985,985,000.00 Rp 593,719,000.00
7.43
3 2011
Rp 12,271,870,000.00 Rp 638,523,600.00
5.20
Untuk persentase perbandingan yang paling tinggi adalah di tahun 2010, tetapi untuk besaran Belanja memang paling kecil. Persentase tersebut dapat dikatakan konstan karena dalam penyerapannya relatif tinggi.
commit to user
Tabel IV. 10
Jumlah Tenaga Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Surakarta
Tahun 2009
No
Unit Kerja
Jumlah Tenaga Medis
DR Spesialis
Dokter Umum
Bidan Jumlah
Sub Jumlah I (Puskesmas)
42 211
42
Rumah Sakit
1 Dr. Moewardi
130
22 526 152
2 Slamet Riyadi
14 12 80 26
3 Dr. Oen Surakarta
69 24 302
93
4 Brayat Minulyo
0 4 112
5 Panti Waluyo
4 11 149
15
6 Kasih Ibu
7 9 145
16
PKU Muhammadiyah Ska
10 PMD Mojosongo
11 RSD Surakarta
3 4 25 7
commit to user
No
Unit Kerja
Jumlah Tenaga Medis
DR Spesialis
Dokter Umum
Bidan Jumlah
12
PMD UNS Medical Center
13 RS Jiwa Daerah SKA
3 13 176
16
14 RS Jiwa Puri Waluyo
15 RSIA Amanah Ibu
Sub Jumlah II (rumah sakit)
278
127 1976 405 INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT
86 102
98 188 SARANA KESEHATAN LAIN DINAS KESEHATAN KOTA
5 4 5 JUMLAH KOTA
364
276 2289 640 RASIO TERHADAP 100.000
PDDK
69,6
52,78 437,72 Sumber : Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2010
Di kota Surakarta terdapat 17 Puskesmas yang tersebar di lima kecamatan dan 15 Rumah Sakit, sehingga akses untuk pelayanan kesehatan dapat dikatakan mudah. Kemudian ketersediaan tenaga medis yang tercatat, terutama dokter dapat dijabarkan sebagai berikut; bahwa di seluruh puskesmas telah memiliki dokter umum dan bidan yang memadai akan tetapi tidak tersedia dokter spesialis. Tidak terdapatnya dokter spesialis di puskesmas memang dibenarkan oleh Dinas Kesehatan karena di puskesmas sebagai sarana kesehatan yang hanya menyediakan kesehatan dasar saja, jadi dokter spesialis hanya tersedia di rumah sakit. Keadaan tenaga kesehatan di rumah sakit lebih memadai di bandingkan puskesmas baik jumlah dan ketersediaan dokter spesialis. Dari tabel tersebut dapat diketahui pula rasio jumlah tenaga kesehatan di Kota Surakarta terhadap 100.000 penduduk, yaitu untuk dokter spesialis sebesar 69,6 , untuk dokter umum 52,78 dan untuk bidan sebesar 437,72. Untuk
commit to user
dengan resiko tinggi akan dijelaskan lebih lanjut pada sub indikator output - kunjungan Dokter SOG ke puskesmas. Apabila dibandingkan dengan rasio ideal yang telah ditetapkan maka rasio yang telah dicapai dinas kesehatan telah memenuhinya. Adapun rasio yang telah ditetapkan untuk dokter umum 52,63 per 100.000 penduduk, dokter spesialis 5,11 per 100.000 penduduk.