SUNTINGAN TEKS

BAB IV SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Penyuntingan teks diawali dengan langkah kerja inventarisasi naskah. Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab I, inventarisasi naskah penelitian ini dilakukan dengan studi katalog. Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog dapat diketahui bahwa naskah HQ merupakan naskah salinan dari Malaysia. Hal ini berarti bahwa naskah ini bukan naskah tunggal.

Pada katalog online Pustaka Digital Manuskrip Melayu, terdapat bagian berupa foto dan penyebutan judul naskah serta kode yaitu Hikayat Qamaruzzaman MS 34. Selain pada katalog online tersebut, peneliti mendapati terdapat penelitian naskah terdahulu dengan teks berjudul hampir sama dengan judul naskah HQ. Hal ini sebagaimana disebutkan pada bab II mengenai kajian pustaka. Penelitian ini pada naskah sejenis ditemukan di katalog University of Michigan.

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada bab III mengenai metode penyuntingan naskah, peneliti mengalami kendala dalam pelacakan lebih lanjut. Mengingat jarak, tenaga, waktu yang terbatas serta keterjangkauan naskah HQ, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dalam penelitian ini. Keterbatasan yang dimiliki peneliti menjadi kendala pelacakan lebih lanjut pada naskah HQ yang terlacak telah diteliti di Malaysia dan Singapura.

B. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah merupakan bagian dari penelitian filologi yang memberikan gambaran mengenai seluk beluk keadaan naskah yang akan diteliti. Deskripsi sangat diperlukan dalam penelitian filologi. Akan tetapi, naskah HQ dalam penelitian ini merupakan naskah dengan format digital, bukan dalam bentuk konkrit berupa buku. Hal ini menjadikan adanya perbedaan cara

pendeskripsian naskah dalam bentuk konkritnya. Informasi tentang seluk beluk naskah sangat bergantung pada informasi yang ditampilkan dalam file foto pada website penyedia naskah tersebut. Data tentang pendeskripsian naskah mengacu pada dua sumber, yaitu Kodikologi Melayu Indonesia (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994: 38-42) dan deskripsi naskah yang terdapat dalam Katalogisasi dan Konservasi Naskah-naskah Jawa di Surakarta sebagai Upaya Penyelamatan Intangible Asset Bangsa (Asep Yudha Wirajaya, 2007:5). Dari kedua acuan tersebut terdapat penambahan dan pengurangan sesuai dengan kondisi naskah. Berikut uraian mengenai naskah tersebut.

1. Bagian Umum Naskah Di dalam katalog Pustaka Digital Manuskrip Melayu pada halaman 1 atau sampul naskah digital disebutkan bahwa judul naskah adalah Hikayat Qamaruzzaman. Hal ini sebagaimana disebutkan

Sebuah Hikayat Qamaruzzaman (HQ, 1905:2). Naskah ini tersimpan di Pusat Dokumentasi Melayu, Koleksi Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. Perpustakaan

diakses pada www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my . Nomor inventarisasi naskah disebutkan diakses pada www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my . Nomor inventarisasi naskah disebutkan

Naskah tersimpan dalam bentuk format PDF, dengan nama file hikayat qamaruzzaman.pdf. Naskah HQ memiliki ukuran file 11980 kilobytes. Naskah HQ ini hanya terdiri dari satu teks serta merupakan cerita yang berjenis hikayat. Judul yang disebutkan dalam naskah, menunjukkan bahwa naskah ini berjenis hikayat. Selain itu, bahasa yang digunakan pada naskah HQ adalah bahasa Arab dan bahasa Melayu. Akan tetapi, informasi tempat penulisan, penyalin maupun pemilik naskah tidak terdapat dalam teks.

Di bagian tanggal penulisan tidak tercantum jelas dalam teks, namun terdapat kolofon yang tertulis dalam bagian akhir naskah. Terdapat informasi tahun penyalinan naskah, yaitu tahun 1324 H atau 1905 M. Tahun Masehi tersebut dapat diketahui melalui metode penjajaran tahun Hijriah dan Masehi. Tahun Masehi ini mengikuti perhitungan peredaran matahari, yang dalam satu tahun ada 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik kurang sedikit, atau biasa dikatakan 365ΒΌ hari kurang sedikit. Karenanya, setiap empat tahun Masehi ada satu tahun kabisat yang dalam tahun kabisat itu berumur 366 hari. Tambahan satu hari itu dijatuhkan dalam bulan Februari (Asdi. S. Dipodjojo, 1996: 4).

Penjajaran tahun Hijriah dengan tahun Masehi pada naskah HQ ini dirumuskan A.J. Wensinck and J.H. Kraemers, 1941:735; Ensiklopedia Indonesia, N Z: 1319, dalam Asep Yudha Wirajaya, 2009, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3 Penjajaran Tahun Hijriah dengan Tahun Masehi

Diketahui pada kolofon naskah tertera 1324 Sannah / 1324 H. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat disejajarkan tahun Masehi penulisan naskah HQ yaitu pada 1324 H / 1905 M.

2. Bagian Buku Berdasarkan kondisi naskah HQ melalui foto digitalnya, diketahui

bahwa keadaan naskah digital HQ sangat baik. Tulisan agak mudah dibaca dan jelas. Warna kertas terlihat agak kuning kecoklatan dikarenakan usia naskah yang sudah memiliki umur di atas 50 tahun. Bahan yang digunakan dalam penulisan naskah HQ adalah kertas. Tidak terdapat cap kertas dalam naskah ini. Dominasi warna tinta hitam dan sebagian warna merah.

Status kelengkapan naskah juga menunjukkan naskah ini lengkap dan utuh. Hal ini terlihat bahwa tidak ada halaman yang hilang dengan ditandai letak catchword yang sesuai pada setiap halamannya serta struktur cerita lengkap. Akan tetapi terdapat beberapa bagian naskah yang sedikit terhapus. Seperti pada halaman 11, 20, 28, 29, dan 40. Akan tetapi, hal ini tidak membuat peneliti menemukan kendala berarti dalam membaca teks.

Naskah HQ ini memiliki 67 halaman, mencakup sampul depan. Terdapat penambahan penulisan halaman dengan menggunakan pensil di bagian bawah naskah. Informasi ini merupakan tambahan dari pengelola website dan sangat membantu peneliti dalam melakukan pembacaan naskah. Berikut perincian jumlah baris tiap halaman yang rata-rata berkisar 26 baris.

Tabel 4 Jumlah baris tiap halaman

Hala -man

Jumlah

baris

1. 24 baris

2. 26 baris

3. 26 baris

4. 26 baris

5. 26 baris

6. 26 baris

7. 26 baris

8. 26 baris

9. 26 baris

10. 27 baris

11. 28 baris

12. 27 baris

13. 26 baris

14. 25 baris

15. 26 baris

16. 26 baris

17. 26 baris

18. 26 baris

19. 27 baris

20. 26 baris

21. 25 baris

22. 25 baris

23. 26 baris

24. 28 baris

25. 28 baris

26. 28 baris

27. 28 baris

28. 26 baris

29. 26 baris

30. 26 baris

31. 26 baris

32. 26 baris

33. 26 baris

34. 26 baris

35. 25 baris

36. 26 baris

37. 26 baris

38. 25 baris

39. 25 baris

40. 27 baris

41. 27 baris

42. 27 baris

43. 26 baris

44. 27 baris

45. 28 baris

46. 27 baris

47. 26 baris

48. 29 baris

49. 30 baris

50. 31 baris

51. 29 baris

52. 25 baris

53. 26 baris

54. 26 baris

55. 27 baris

56. 27 baris

57. 27 baris

58. 26 baris

59. 26 baris

60. 26 baris

61. 28 baris

62. 27 baris

63. 28 baris

64. 28 baris

65. 28 baris

66. 20 baris

Selain jumlah baris, jumlah halaman yang ditulis yaitu 66 halaman. Tidak terdapat halaman pelindung serta kuras. Ukuran halaman pada tiap halaman naskah HQ ini berbeda-beda. Rata-rata menunjukkan angka panjang - = 61 cm dan lebar = 38 cm. Ukuran pias pun berbeda-beda pada setiap halaman naskah. Hal ini peneliti indikasikan karena format digital foto naskah dimungkinkan telah melalui pemotongan ataupun penyesuaian tata letak yang berbeda di setiap digitalisasi naskah di tiap halamannya.

Di bagian penulisan, terdapat satu kolom halaman untuk penulisan narasi cerita dan dua Penomoran halaman merupakan tambahan dari kodikolog atau penyedia layanan website naskah HQ. Penomoran halaman dilakukan dengan menambahkan tulisan angka halaman di bawah foto naskah.

3. Bagian Tulisan Naskah HQ menggunakan tulisan dengan aksara Arab-Melayu. Jenis

hurufnya berukuran sedang dan tebal, dengan keadaan tulisan yang jelas dan mudah dibaca. Jarak antarhuruf pun renggang. Warna tulisan menggunakan tinta warna hitam dan merah. Tanda koreksi pada naskah HQ terdapat di beberapa halaman yaitu halaman 20, 24, 46, dan 66.

Dalam naskah ini tidak terdapat pungtuasi atau tanda baca. Namun, hanya sebagian kecil saja yang menggunakan harokat/tanda baca khususnya dalam aksara Arab yang berbahasa Arab. Hiasan huruf dan ilustrasi pun tidak terdapat dalam naskah.

Pada naskah HQ terdapat iluminasi di beberapa bagian naskah. Iluminasi merupakan hiasan bingkai yang biasanya terdapat pada halaman awal dan mungkin juga pada halaman akhir (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994: 69). Bentuk iluminasi pada naskah HQ berupa gambar sulur bunga dan daun. Iluminasi terdapat pada halaman 2

61. Berikut beberapa potongan iluminasi yang terdapat dalam naskah HQ.

Gambar 2 Iluminasi pada naskah HQ

(halaman 2 naskah HQ)

(halaman 44 naskah HQ)

4. Bagian Sejarah Kolofon naskah berada di bagian halaman paling belakang naskah di akhir teks. Kolofon ini tidak menunjukkan nama penulis, nama penyalin, dan tempat penyalinan. Akan tetapi hanya memuat informasi tentang angka tahun. Tahun yang tertera yaitu 1324 H. Berikut penggalan foto kolofon.

Gambar 3 Penggalan Foto Kolofon Naskah

Catatan ciri kepemilikan resmi naskah terlihat dari logo Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Logo ini terletak di pojok bawah sisi kanan tiap halaman naskah. Berikut penggalan gambar ciri kepemilikan naskah.

Gambar 4 Penggalan Gambar Ciri Kepemilikan Naskah

Catatan lain yang terdapat dalam naskah yaitu catchword. Naskah HQ memiliki catchword atau alihan pada setiap halaman naskah pada ujung pias sebelah kiri. Meskipun demikian, terdapat halaman tanpa catchword karena

tidak terdapat kata alihan. Keseluruhan catchword dapat dilihat pada tabel

Tabel 5 Catchword

No Halaman

Catchword Transliterasi

Qamaruzza man

tuan hamba

Qamaruzza man

Qamaruzza man

-kan aku

pun

patik

54. 54 - -

pun

jalan

57. 57 dari

diiringkan

59. 59 - -

kebun

akan

62. 62 maka

Khauli

duduk

pingsan

66. 66 - -

C. Ikhtisar Isi Teks

Teks HQ ini secara umum berisi cerita mengenai kisah tokoh Qamaruzzaman. Pada awal pengisahan terdapat dialog Dahnis dan Maimunah tentang perbandingan Qamaruzzaman dan Budur. Maimunah memanggil seorang jin ifrit bernama Qasyqasy untuk menjadi saksi. (HQ, 1905: 1 3). Dahnis menjelma seperti anak anjing dan menggigit lutut Qamaruzzaman. Maimunah menjelma menjadi kutu anjing, menggigit betis dan bawah pusat Budur. Qamaruzzaman bercinta dengan Budur. Mereka pun saling bercinta serta tertukar cincinnya (HQ, hal. 4 9).

Qamaruzzaman terbangun dari tidurnya, mencari Budur tetapi tiada. Ia marah pada khadam penjaga pintu. Para khadam tidak mengetahui tentang kehadiran Budur pada kamar Qamaruzzaman, mereka melaporkan Qamaruzzaman kepada Baginda Malik Syahraman. Qamaruzzaman diasingkan di gua batu karena dianggap hanya bermimpi ataupun terbujuk was-was setan (HQ, hal. 10 18). Qamaruzzaman meyakinkan Malik Syahraman atas cincin yang tertukar dengan Budur. Syahraman pun percaya kepada Qamaruzzaman. Ia menyuruh seluruh rakyat mencari keberaan putri yang belum diketahui tempatnya. Qamaruzzaman diasingkan ke mahligai di tengah laut (HQ, hal. 19 22).

Kisah yang hampir sama terjadi pada Budur. Budur bersedih karena menyadari lelaki yang tidur dengannya tiada. Dayang-dayang tidak mengetahui keberadaan lelaki yang tidur bersama Budur. Budur dianggap gila dan diikat dengan rantai besi (HQ, hal. 23 24). Malik Al-Ghabur membuat semacam sayembara untuk mengobati Budur. Budur jatuh sakit. Tiada seorang pun yang Kisah yang hampir sama terjadi pada Budur. Budur bersedih karena menyadari lelaki yang tidur dengannya tiada. Dayang-dayang tidak mengetahui keberadaan lelaki yang tidur bersama Budur. Budur dianggap gila dan diikat dengan rantai besi (HQ, hal. 23 24). Malik Al-Ghabur membuat semacam sayembara untuk mengobati Budur. Budur jatuh sakit. Tiada seorang pun yang

Pencarian Marzawan dimulai. Ia menjelajah negeri dan akhirnya bertemu dengan negeri Khaldan. Marzawan menceritakan tentang Budur, Qamaruzzaman pun sembuh dari kesedihannya. Marzawan mengajak Qamaruzzaman untuk menemui Budur. Mereka berdua pun pergi meminta izin pada Malik Syahraman. Qamaruzzaman membohongi dengan izin berburu ke hutan (HQ, hal. 29 36). Marzawan mempunyai trik untuk mengelabui orang-orang kerajaan Qamaruzzaman. Ia menyembelih unta dan kuda yang dinaikinya. Darahnya dilumurkan ke bajunya dan baju Qamaruzzaman. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa khawatir dibuntuti oleh pasukan raja Syahraman (HQ, hal. 37 38).

Marzawan dan Qamaruzzaman tiba di pulau yang dihuni Malik Al-Ghabur dan Budur. Marzawan meminta Qamaruzzaman untuk menyamar sebagai ahli nujum yang akan mengobati Budur. Banyak tabib, tukang hisab dan tukang nujum yang telah mati dipenggal karena tidak berhasil mengobati Budur. Apabila berhasil, ia akan dikawinkan dengan Budur dan diberi setengah kerajaan. Apabila gagal, ia akan dipenggal kepalanya. Qamaruzzaman menerima syarat tersebut dan dibawa oleh khadam atas perintah baginda ke mahligai Budur (HQ, hal. 39 41). Qamaruzzaman dari balik pintu mahligai Budur, menulis sepucuk surat untuk dibaca Sayidatul Budur. Di dalam surat, diselipkan cincin Sayidatul Budur yang sempat tertukar. Dilanjutkan syair Qamaruzzaman tentang kecintaannya kepada Sayidatul Budur (HQ, hal. 42 43).

Sayidatul Budur membaca surat Qamaruzzaman dan memakai cincin yang terselip dalam surat. Budur pun sembuh dari duka citanya. Baginda merasa sangat bahagia, putrinya telah sembuh (HQ, hal. 44 45). Qamaruzzaman menceritakan tentang dirinya dan kisah mengapa semua bisa terjadi. Baginda memerintahkan untuk mempersiapkan perhelatan pernikahan Sayidatul Budur dengan Qamaruzzaman. Beberapa waktu berlalu, tak ayal Qamaruzzaman rindu orang tuanya. Ia memutuskan untuk mengunjungi orang tuanya bersama Sayidatul Budur. Mereka meminta izin kepada Baginda Malik Al-Ghabur (HQ, hal. 46 47).

Qamaruzzaman pergi ke kerajaan Malik Syahraman. Sebulan perjalanan, mereka berhenti di sebuah perkemahan untuk istirahat dan tinggal. Dalam

kemah angin

sehingga terbuka. Ketika memeluk, ia mendapati sebuah cincin yang bercahaya merah tua terikat di tepi pakaian Budur. Tiba-tiba datang seekor burung menyambar cincin tersebut. Qamaruzzaman mengejar burung tersebut hingga terlampau jauh jaraknya. Ia tidak ingat jalan kembali ke kemah istrinya (HQ, hal.

48 49). Qamaruzzaman tersesat di sebuah negeri beragama Majusi, mendapati seorang tua bernama Khauli. Khauli menerimanya untuk tinggal menjadi tukang kebun sembari menunggu ahli negeri musafir ke negeri Khaldan untuk menemui ayahnya Malik Syahraman. Sementara dikisahkan Sayidatul Budur mencari Qamaruzzaman dengan cara menyamar sebagai laki-laki yaitu menjadi Qamaruzzaman. Pencarian dilakukan bersama pengiring dan khadam ke sebuah 48 49). Qamaruzzaman tersesat di sebuah negeri beragama Majusi, mendapati seorang tua bernama Khauli. Khauli menerimanya untuk tinggal menjadi tukang kebun sembari menunggu ahli negeri musafir ke negeri Khaldan untuk menemui ayahnya Malik Syahraman. Sementara dikisahkan Sayidatul Budur mencari Qamaruzzaman dengan cara menyamar sebagai laki-laki yaitu menjadi Qamaruzzaman. Pencarian dilakukan bersama pengiring dan khadam ke sebuah

Malik Umanus menyambut kedatangan Budur serta memintanya untuk menikah dengan Hayatun Nufus. Budur menerima permintaan Raja hanya untuk mempergunakan kesempatan menjadi raja dan takut ditipu oleh Raja. Pesta pernikahan dihelat meriah. Budur menjadi raja yang bijaksana. Tiap malam, Budur hanya tidur di samping Hayatun Nufus tanpa menyetubuhinya dikarenakan sama-sama wanita. Hayatun Nufus mengadu kepada Raja. Mereka memiliki rencana jika Budur tidak menyetubuhi anaknya, maka akan ditarik semua kerajaan yang dimiliki Budur dan Budur akan dibunuh (HQ, hal. 53 55).

Hayatun Nufus tidak tega dan memberi tahu rencana Raja. Budur berterusterang akan kondisinya. Hayatun Nufus pun memahami dan menerimanya. Mereka memiliki siasat untuk menodai celana Hayatun Nufus dengan darah seekor ayam yang disembelih. Hal ini dilakukan untuk mengelabui Raja supaya mengira Hayatun Nufus telah disetubuhi oleh Budur. Raja dan permaisuri pun percaya (HQ, hal. 56 57).

Kisah Malik Syahraman, ayah Qamaruzzaman mencari putranya. Ia meyakini anaknya telah mati terbunuh, setelah mendapati baju anaknya yang rusak dan berlumur darah. Kesedihan meliputi sang raja (HQ, hal. 58 60).

Kisah Qamaruzzaman menjadi tukang kebun di rumah Khauli yang selalu merasa sedih. Khauli pergi mencarikan tumpangan untuk Qamaruzzaman agar dapat ikut pergi dengan saudagar-saudagar ke negeri Muslimin. Saat di kebun, mendapati kelakuan unik burung gagak. Qamaruzzaman pun mendapati cincin

Budur di perut gagak tersebut. Ia juga mendapati harta karun berupa emas dan intan permata di kebun Khauli (HQ, hal. 61 62).

Khauli tiba memberikan kabar telah mendapat tumpangan. Perpisahan pun terjadi. Qamaruzzaman menuturkan ada emas di kebun Khauli dan dibagi dua. Khauli mengakali cara Qamaruzzaman untuk membawa emas dengan mencampurnya dengan zaitun dalam satu karung. Qamaruzzaman ikut pergi dengan saudagar. Namun, saat perpisahan dengan Khauli, Khauli pun meninggal. Cincin Sayidatul Budur ditaruh di dalam karung. Ia pun bersedih hingga sampai ke negeri Jazairul Ainus (HQ, hal. 63 64).

Budur berniat membeli dagangan yang dibawa saudagar. Saat dibuka karung, maka Budur mendapati cincinnya. Budur pingsan. Pertemuan haru antara Qamaruzzaman dan Budur. Mereka pun sangat bahagia atas pertemuan tersebut. Tamat (HQ, hal. 65 66).

D. Kritik Teks

Secara keseluruhan, di dalam teks HQ ditemukan lima bentuk kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan. Berikut penjelasan mengenai lima bentuk kesalahan salin tulis (Bani Sudardi: 2003: 56).

1. Lakuna adalah pengurangan atau penghilangan huruf, kata, frasa, kalimat, dan paragraf pada teks.

2. Adisi adalah penambahan huruf, kata, frasa, kalimat, dan paragraf pada teks.

3. Substitusi adalah penggantian huruf, kata, frasa, kalimat, dan paragraf pada teks.

4. Transposisi adalah pemindahan letak huruf, kata, frasa, kalimat, dan paragraf pada teks.

5. Ditografi adalah perangkapan huruf, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf pada teks.

Secara keseluruhan, ditemukan bentuk kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan penulisan dalam teks HQ yaitu berupa 198 kesalahan salin tulis dan 9 ketidakkonsistenan penulisan. Bentuk kesalahan salin tulis perinciannya yaitu 63 lakuna, 78 adisi, 43 substitusi, 7 ditografi, dan 7 transposisi, sedangkan ketidakkonsistenan penulisan terdiri dari 2 penulisan kata ulang, 5 penulisan kata, dan 2 penulisan ejaan.

Tabel 6 Lakuna

No. Halaman: Baris

Tertulis Arab

Tertulis Latin

gailah keduanya

gaiblah keduanya

dipersebahkan

dipersembahkan

sebahyang

sembahyang

sebahyang

sembahyang

sebahyang

sembahyang

iqra

iqrar iqrar

tajuk

ta`ju

ini bu Zulkaidah

ini bulan Zulkaidah

mereka itu maligai

mereka itu ke maligai

sunggu hanyalah

sungguh hanyalah

kata hai

berkata hai

bersusa hati

bersusah hati

mita`

minta minta

adinda tu hajat

adinda tuan hajat

umpama laikha

umpama Zulaikha

hal hwalnya

hal ihwalnya

kira dinda

kira adinda

syahdan takala

syahdan tatkala

susa hati

susah hati

kepada jikalau

kepadaku jikalau kepadaku jikalau

segera sangat

hai adindaku yang di-

hai adindaku adakah yang di-...

turu naik

turun naik

kuanya

kudanya

bermur

berlumur

mengakat

mengangkat

mengakat

mengangkat

nek

nenek

Tabel 7 Adisi

No. Halaman: Baris

Tertulis Arab

Tertulis Latin

ta`juk

ta`ju

tajuk

ta`ju

tajuk

ta`ju

tajuk

membawa`

membawa

bawa`lah

ta`juk

rabbul izzati 2

rabbul izzati

ta`juk

tajuk

dibawa`

dibawa dibawa

ma`nusia

ta`juk

tajuk

jagar

jaga

dukung

dukun

mita`

minta

dibawa`

dibawa

kehbalihatan

kelihatan

pulak

pula

hutang

hutan

meminta

Unumanus

Umanus

dibawa`

dibawa

memita`

meminta

Mandininah

Madinatul

bindunda

biduanda

Mandiniyyah

Madinatul

alwan

awan

syah

hutang

hutan hutan

di hadapan

71 61:23

72 62:11

seakeping

sekeping

73 63:17

nya

74 64:5

membawa`

membawa

75 64:9

limanya

lima

76 64:26

bawa`

bawa

77 65:13

membawa`

membawa

78 65:13

dan nya

dan

Tabel 8 Substitusi

No. Halaman: Baris

Tertulis Arab

Tertulis Latin

engkau hekahkan

engkau cegahkan

awaknya

awalnya

Fisyqasy

Qasyqasy

Fisyqasy

Qasyqasy

bermutra

bermutu

Qasyngasy

Qasyqasy

menghantarkan

tiab-tiab

tiap-tiap

2 ke

tatah

titah

surahlah

menyuruhlah

tetaqkan

Tetapkan Tetapkan

sula citalah

suka citalah

yang

yang mempunyai

seqada tersangat

sekedar saat

Armanus

Umanus Umanus

lalu gugur ke bumi

belanja nipku

belanja nenekku

Tabel 9 Ditografi

No. Halaman: Baris

Tertulis Arab

Tertulis Latin

Edisi

putri putri

putri

anakda anakda

anakda

maka maka tatkala

maka tatkala

4 30:24 25 maka maka

jikalau jikalau

jikalau

kelililing

keliling

Tabel 10 Transposisi

No. Halaman: Baris

Tertulis Arab

Tertulis Latin

tuanku hai

hai tuanku

Selain kesalahan teks seperti lakuna, adisi, ditografi, substitusi atau transposisi, terdapat pula ketidakkonsistenan cara penulisan yang lain, seperti:

a. Penulisan kata ulang Penulisan kata ulang dalam teks HQ menganut sistem penulisan

angka dua, meskipun ada juga kata ulang yang ditulis lengkap. Hal ini dapat diketahui seperti tabel berikut.

Tabel 11 Ketidakkonsistenan Penulisan Kata Ulang

No.

Kata Ulang

Halaman/ Baris

Tertulis Arab

Edisi

1. Contoh ketidakkonsistenan penulisan kata ulang yang

menggunakan angka 2 (dua)

yang indah- indah

masing- masing

berkata-kata

2. Ketidakkonsistenan penulisan kata ulang tidak menggunakan angka 2 (dua)

dan

mudah- mudahan mudah- mudahan

Tabel 12 Ketidakkonsistenan Penulisan Kata

Halaman/ Baris

1.

dituliskan

anaknda

(1:11);(11:24);(12:1);(12:3);(12:4);(12:7); (12:12);(16:6);(16:7);(16:18);(16:21); (16:24);(17:4);(17:9);(17:20);(18:3);(18:24); (19:3 10);(19:20);(19:27);(20:11);(20:16); (21:3);(21:4);(21:8)(21:9);(21:12);(21:13); (21:23);(22:9);(22:14);(22:17);(24:7);(24:8); (24:14);(24:15);(24:19);(24:24);(24:27); (27:1);(30:19);(31:14);(32:14);(34:8); (34:26);(36:21);(47:18);(53:19).

anakda

(12:6);(20:19);(22:15);(36:18);(36:20); (36:25 26);(37:1 2);(39:13);(40:26); (45:12);(45:16);(45:20 22);(46:15); (46:24);(47:3);(47:16 23);(55:18);(57:22); (58:6);(58:10);(60:12);(60:21).

2.

dituliskan

ayahda

(1:10);(36:14);(36:18);(37:1);(37:7);(37:9); (38:3);(45:17);(45:18);(46:27);(47:2 4); (47:8);(47:11);(47:13);(47:17 25); (48:9 10);(51:4);(51:18);(53:16 19); (55:24);(56:5);(56:8);(56:19);(58:12 21);

5. dituliskan semakin

semangkin

semakin

Tabel 13 Ketidakkonsistenan Penulisan Ejaan

No.

Kata

Penulisan

Halaman

1. Masing-masing

(22:12)

(4:23);(11:15);(22:13);(22:23);(24:3); (30:14);(37:17);(46:23);(66:8)

2. Mudah-mudahan

(20:6);(29:23);(34:6);(34:12);(35:4); (40:27);(56:26);(63:7);(63:14)

(11:28);(21:12);(26:14);(26:23); (27:20);(29:7);(31:13)

E. Suntingan Teks

1. Pedoman Transliterasi Salah satu tujuan transliterasi teks ialah agar teks dapat memudahkan pembaca membaca naskah HQ. Untuk mempermudah proses penelitian suatu naskah Melayu, khususnya yang menggunakan huruf Arab-Melayu diperlukan sistem transliterasi, atau dapat juga dikatakan sebagai proses penglatinan. Transliterasi dapat juga berarti penggantian macam (jenis) tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Siti Baroroh Baried, et.al. 1994: 63). Adapun dalam naskah ini digunakan huruf Arab Melayu yang dibaca dari kanan ke kiri. Transliterasi teks yang mudah dibaca dan dipahami diperlukan pedoman transliterasi.

Dalam penelitian ini, pedoman transliterasi yang digunakan sesuai dengan sistem yang terdapat dalam artikel Pedoman Transliterasi Arab Latin. (Istadiyantha, 2010: 1

3) dalam www.istayn.file.wordpress.com. Pedoman transliterasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang belum terserap ke dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan dengan ketentuan sebagai

berikut.

1) Sistem alihtulis :

Tabel 14 Konsonan Huruf Arab

No.

Huruf Nama

Latin

1. alif

2. b

3. t

4. tsa

ts

5. jim

6. ch

7. kh

8. dal

9. dzal

dz

10. r

11. zain

12. sin

13. syin

sy

14. shad

sh

15. dlad dl

16. th

17. dh

19. ghain

gh

20. f

21. qaf q

22. kaf k

23. lam l

24. mim m

25. nun n

26. wau w

27. h

28. y

29. hamzah ` *) *) Tanda hamzah

ain berbeda

Akan tetapi, tidak semua fonem tercakup dalam sistem ini sehingga penambahan beberapa fonem untuk melengkapi fonem-fonem bahasa Melayu seperti tabel berikut (Bani Sudardi, 2003: 17 18).

Tabel 15 Konsonan Huruf Arab Melayu

No

Huruf Latin

1. c

4. ng

ny

2) Tanda baca dalam penulisan huruf Arab.

(a) Tanda syaddah ( ) dilambangkan dengan huruf rangkap

(b) Tanda fatchah ( ) menunjukkan bunyi vokal a, tanda kasrah ( ) menunjukkan vokal i, dan tanda dlammah ( ) menunjukkan

vokal u. (c) Tanda tanwin ( ) menunjukkan bunyi an- in- un.

(d) Tanda sukun ( ) atau tanda huruf dimatikan yang terletak di atas sebuah huruf menunjukan bahwa huruf tersebut dibaca mati.

3) Untuk menunjukkan bunyi vokal panjang, maka di atas huruf diberi

4) Huruf hamzah ( ) dilambangkan dengan tanda ( `) jika terletak di

tengah dan di akhir kata.

5) Huruf ta` marbuthah ( ) sebagai konsonan penutup ditransliterasikan dengan /t/ atau /h/ mengikuti ketentuan yang berlaku pada kata-kata yang bersangkutan.

6) Huruf ain ( ) ditra kata-kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan

menjadi /k/ pada kata-kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

7) Huruf fa`( ) ditransliterasikan menjadi /f/ pada kata-kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi /p/ pada kata-

kata yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

8) Partikel /al/ atau yang diikuti oleh huruf Qamariyah (

) ditransliterasikan dengan /al/ apabila terletak di awal

kalimat terletak di tengah kalimat atau frase.

9) Huruf /l/ atau pada partikel /al/ atau , apabila diikuti huruf

Syamsiyah (

), maka ditransliterasikan menjadi huruf Syamsiyah yang mengikutinya.

10) Dapat dilihat pada Tabel Konsonan Huruf Arab, huruf ditransliterasikan dengan /ch/. Huruf lebih aman ditransliterasikan

dengan /ch/ daripada dengan /h/, karena jika kata yang mengandung huruf ditransliterasikan dengan /h/, maka akan terdapat kesalahan tulis pada situs internet, pemakaian dalam format online. Contoh untuk alamat situs internet yang lazim diberi garis bawah, maka garis bawahnya akan menerjang tanda _ di bawah /h/ ini. Contoh: www.al- hadist.com akan menjadi www.al-hadist.com

11) Bunyi diftong ditransliterasikan dengan /u/ untuk wau ( ) dan /i/

untuk

12) Penulisan huruf besar atau huruf kapital dilakukan sesuai dengan kelaziman penggunaan huruf Latin dalam bahasa Indonesia. Contoh:

Allah, nama orang, nama tempat, huruf awal dalam suatu kalimat, dan sebagainya.

13) Ada di antara huruf-huruf Arab yang memiliki bentuk latin yang terdiri dari dua huruf, misalnya (th), (dl), (dz), sedangkan ada pula

rangkaian huruf yang memiliki bentuk latin yang sama, misalnya

(th), (dl), (dz). Untuk membedakan antara huruf dengan rangkaian huruf, ketika rangkaian huruf pertama dibaca mati, maka untuk menandakan sebagai rangkaian huruf di antara huruf tersebut diberi tanda hubung (-).

14) Kata-kata berbahasa Melayu yang merupakan kata Arkais atau kata yang memiliki ciri penulisan ejaan kuna ditransliterasikan

sebagaimana adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah masuk ke dalam ejaan bahasa Indonesia ditransliterasikan dan disesuaikan dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI).

Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Isnamurti (dalam Panuti Sudjiman, 1995: 101) bahwa teks naskah- naskah lama merupakan sumber data yang sangat diperlukan oleh para ahli linguistik. Perekaman perbedaan regional dan historis di dalam struktur kalimat, diksi, gaya bahasa, serta cara penulisan kata sangat berarti bagi penelitian dialektologi, khususnya dialektografi, sejarah perkembangan bahasa, dan sejarah penulisan bahasa Melayu.

Selain pedoman transliterasi, digunakan pula ketentuan dalam penyuntingan. Berikut merupakan ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam penyuntingan naskah HQ pada penelitian ini.

a. Tanda dan angka yang digunakan dalam penyuntingan

1) Tanda / menunjukkan pergantian halaman. 2) 3)

] menunjukkan lakuna.

4) Tanda \...\ menunjukkan substitusi. 5) 6) 7)

tercatat dalam pias halaman (sholia) jika kekurangan tersebut merupakan satu bagian dengan teks.

8) Tanda ---- digunakan untuk menandai bahwa teks tidak terbaca

karena terdapat kerusakan pada kertas.

9) Tanda titik-titik di antara huruf dalam suatu rangkaian huruf digunakan untuk menunjukkan bahwa rangkaian huruf tersebut

merupakan kata-kata yang tidak terbaca.

10) Angka 1, 2, 3 dan seterusnya yang terletak di sebelah kanan pias halaman menunjukkan nomor halaman naskah, sedangkan angka 1,

2, 3 dan seterusnya yang ditulis dalam huruf kecil di sebelah kanan atas pada suku kata, kata, frasa, atau kalimat menunjukkan nomor urut catatan kaki.

b. Ketentuan dalam pedoman ejaan

1) Ejaan dalam penyuntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang terdapat pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

2) Penulisan frasa, kata dan kalimat bahasa Arab atau bahasa Melayu yang belum masuk dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan

asal kata dan dicetak miring.

3) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan sesuai dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI).

2. Suntingan Teks Sebuah Hikayat Qamaruzzaman

Al-

l-

shachbihi wa sallam. Maka kisah seorang laki-laki yang amat baik perangainya dan parasnya elok. Maka kata [kita] 3 -laki yang muda yang penghuluku lihat itu halnya kerana menyuruh oleh ayahandanya beristri tiada ia menurut seperti maksud ayahda. Maka mereka oleh baginda itu akan anakndanya dan dipenjarakan kepadanya di dalam gua batu. Maka malam ini aku daripadanya .

Maka kata Dahnis, Penghuluku, perlihatkan kepadaku akan orang muda yang penghulu lihat itu, supaya aku lihat akan dia adakah ia lebih baik daripada kekasihku Malikatul Budur itu. Tiada kerana pada sangka hatiku tiadalah dapat masa seperti sifat kekasihku yang aku citerakan itu Maka berkata Maimunah

ai

4 , hai Gila, tiada ada seperti kekasihku pada masa ini

yaitu Qamaruzzaman. Jikalau engkau hendak melihat, marilah kita pergi sertaku Maka kata Dahnis,

Penghuluku, jikalau penghuluku kehendak melihat kekasihku Malikatul Budur, mari kita melihat kepada pulau Maka kata ulah kita lihat kasihku Qamaruzzaman kerana

1 Tertulis

2 Tertulis

3 Tertulis 3 Tertulis

bersama-sama melihat kasihmu . Maka kata / silalah penghuluku, maka turunlah oleh keduanya pada gua batu itu dan berhenti Maimunah dan Dahnis hampir kursi Qamaruzzamannya dan membukalah Maimunah akan tudung muka

Qamaruzzaman anak Malik Syahraman. Maka berpa\li\nglah 5 muka

Qamaruzzaman ketika itu kepada Dahnis. Maka kata Maimunah, olehmu, ya

. Maka melihatlah Dahnis akan muka Qamaruzzaman dengan seletik. Kemudian menggoyangkan ia akan kepalanya. Lalu berkata ia pada Dan sebenar Allah Taala kasih penghuluku ini akan serupa dengan kekasihku juga pada sifat dan bagusnya tetapi terbaik lagi kekasihku Malikatul Budur daripadanya . Maka tatkala mendengar Maimunah akan perkataan Dahnis, maka jadilah padam warna mukanya. Lalu berkata Maimunah kepada Dahnis,

kita bawa[`] 6 kasihmu itu ke tempat Qamaruzzaman ini supaya kita perbandingkan himpunkan akan keduanya di tempat ini. Maka di situlah nyata bagi kita mana cantik mana yang baik. Dan jikalau tiada engkau perbuat seperti perkataanku, ya

, niscaya aku bakar engkau dengan apiku dan aku leparkan engkau dengan m.kh.q.r.t.h.n.n . Maka kata Dahnis, Hai Penghuluku, jikalau salah begitu aku menjunjunglah perkataan penghuluku . Kemudian bahwasanya Dahnis terbanglah waktu itu dan terbanglah pula

Maimunah. Maka gai(b)lah 7 keduanya sampailah keduanya di maligai tuan putri Malikatul Budur. Adalah Putri Malikatul Budur tiada sadar daripada tidurnya dan

5 Tertulis

6 Tertulis 6 Tertulis

Tempat yang kuat simpanan barang

Takutkan \ha\rta 8 dicuri orang

Ku tanya kukuh bata dikarang

Penjaga banyak bukan sebarang

Maligai diharap tempat berlindung Penunggu disambar jin yang menderung / Dibawanya terbang melintas gunung Hati memikir jadilah bingung

Dengan qadar Tuhan semata Berlaku di atas putri yang puta Hendaklah pikir di dalam cita Inilah ibarat yang amat nyata

Kata sahibul hikayat, tatkala sampai Maimunah dengan Dahnis, maka dihantarkan Tuan Putri Malikatul Budur di sebelah kiri Qamaruzzaman. Maka menilik oleh keduanya. Kata Maimunah, Lihat olehmu, hai

, adakah cantik kasihmu pada kasihku Maka kata Dahnis,

Penghulu Hamba, cantik kasih hamba . Maka kata Maimunah, Cantik kasihku . Maka jadilah berbantah Penghulu Hamba, cantik kasih hamba . Maka kata Maimunah, Cantik kasihku . Maka jadilah berbantah

yang lebih antara kasihmu dengan kasihku ini . Maka kata Dahnis, Penghuluku, panggil olehmu ! Maka kata Maimunah pun menerjangkan bumi. Maka keluarlah dari bumi itu seorang jin Ifrit yang merah matanya dan tujuh tanduk di kepalanya dan panjang ekornya dan tangan seperti tangan gajah dan telinganya seperti telinga

namanya \Qa\syqasy. 9 Maka berkata jin \Qa\syqasy 10 sebabnya penghulu panggil hamba

Maka kata Maimunah,

\Qa\syqasy 11 , bahwa aku hendak engkau \ce\gahkan 12 antaraku dan antaranya Dahnis ini

. Kemudian menceterakan Maimunah akan kisah berbantahan dari awa\l\nya 13 sampai akhirnya, kemudian menilik \Qasyqasy\ 14 kepada mukanya Qamaruzzaman. Dan menilik pula jin \Qasyqasy\ 15 itu kepada muka Malikatul Budur padahal berjalan ia keduanya berpeluk. Maka takjublah Qasyqasy melihat daripada cantik keduanya dan bagus rupanya bersamaan sifat dan elok keduanya. Maka tiadalah Qasyqasy dapat memilih mana dikata yang kurang dan mana dikatakan lebih sehingga heranlah jin Qasyqasy akan hal keduanya, maka Qasyqasy

bunyinya /

9 Tertulis

10 Tertulis

11 Tertulis

12 Tertulis

13 Tertulis

14 Tertulis

Wahai insan emas tempawan Cantik keduanya tiada berlawan

Umpama sifat qahari bulan

Tiada berbandingan di bawah awan

Dijadikan Allah Tuhan yang ghani Tiadalah lebih daripada kedua ini

Pada Allah jodo(h) 16 subhani

Di atas perawan sutera pemadani

Sangatlah cemerlang keduanya tubuh Berpeluk beradu bagaikan sungguh

Warna berseri upama suluh

Tiada dapat akal menuduh

Diruja dan sifat tiada tertoleh

Hanyam-hanyam bercahaya bersimpul pulih

Beradu lelap tiada beralih Sukurlah pikir kalbu memilih

Sajak dan sekap empat setara

Upama manis madu segera

Di dalam bumi tiadalah tara

Menghilangkan akal budi bicara

Ya Allah Tuhanku Rahman Jadikan olehmu kami beriman Sebelum mati di dalam iman Masuk surga jannah adnan

Kata sahibul hikayat bahwasanya Ifrit Qasyqasy berpalinglah kepada

tiadalah dapat hamba berkata daripada keduanya mana yang lebih daripada lainnya. Maka jadilah upama orang bertemu tiada dapat diceraikan antara keduanya al

-tadzk r

ts melainkan dengan mengetahui laki-laki dan perempuan pada pikiran hamba. Jikalau hendak dihukumkan juga supaya diketahui yang lebih di antara keduanya dibangunkan seorang tiap-tiap keduanya. Maka barangsiapa yang lebih asyik ia lah yang kurangnya . Maka kata

ujian yang betul mau hamba demikian . Maka tatkala demikian Qasyqasy dan Maimunah dan Dahnis berubah rupa mereka itu masing-masing. Maka Dahnis menjadikan rupanya seperti rupa anak anjing dan menggigit ia akan lutut Qamaruzzaman akan lututnya akan bergerak ia pada lambung kirinya. Maka terasalah baginya orang beradu pada sisinya./ Maka itupun bangun maka tiba-tiba dilihatnya akan perempuan yang amat cantik rupanya dan lemah lembut tingkahnya dan harum baunya lebih daripada kasturi. Maka heran tercengang Qamaruzzaman sehabis-habis takjubnya seperti kata

Wahai Adinda emas tempawan Cantik majlis amat dermawan Laksana bulan di celah awan

Tiadalah banding yang sifat kilauan

Wahai Adinda penguyang nyawa Tiadalah tolak benda yang mau dua Adinda beradu bagai tertawa Sebarang laku tidak kecewa

Wahai Adinda bangunlah diri Dengan kakanda berperi-peri Tuan laksana intan bebeduri Hilang tak dapat kakanda cari

Wahai Adinda cahaya mataku Bangun adinda kakanda pangku Tiada berniat di dalam hatiku Akan menjadi begini laku

Kata sahibul hikayat, tatkala melihat Qamaruzzaman akan Sayidatul Budur binti Malik Al-Ghabur tiadalah baik rupanya dan cantik mukanya. Padahal Sayidatul Budur berada pada sisinya maka amati-amati oleh Qamaruzzaman berpakaian lengkap dengan tiada berselawar, hanyalah mahkota kebesaran Kata sahibul hikayat, tatkala melihat Qamaruzzaman akan Sayidatul Budur binti Malik Al-Ghabur tiadalah baik rupanya dan cantik mukanya. Padahal Sayidatul Budur berada pada sisinya maka amati-amati oleh Qamaruzzaman berpakaian lengkap dengan tiada berselawar, hanyalah mahkota kebesaran

Adinda dan lihatlah Kakanda / Qamaruzzaman Maka tiadalah juga bangun Sayidatul Budur dan tiada bergerak.

Maka tatkala demikian berpikirlah Qamaruzzaman pada hatinya katanya tentulah perempuan ini yang disuruh ayahandaku datang kemari supaya aku kahwin dengan dia. Maka bahwa Qamaruzzaman tatkala hendak mencium ia akan mulut putri Sayidatul Budur maka malulah ia akan Allah

. Maka akan ditundungnya akan muka Sayidatul Budur dengan tudung sutra yang nipis lagi halus. Dan berpikir ia di dalam hatinya, Baik aku sabar sebarang kali cobaan ini kepadaku. Kalau-kalau ia tiada akan daku tiadalah dapat aku menjawab dan tiadalah boleh aku mendusta. Dan diam Qamaruzzaman pada sisinya,

Wahai Adinda yang baik sifat

Sudah dituang umpama serbat

Asyikku hampir sudahlah dekat Hatiku juga dapat melibat

Umpama makanan sudah sedia Hendak dimakan tiadalah daya Baikku sabar dengan upaya Takut kepada Tuhan yang kaya

Jikalau ada jodo(h) 17 ku tentu Tiada bertukar intan \bermutu\ 18

Dengan sebenar Tuhan yang satu Tiadalah mangkir janji itu

Kata sahibul hikayat, kemudian daripada itu maka Qamaruzzaman pun mencabut cincinnya dari jari kelingking Sayidatul Budur lalu memasukkan kepadanya kelingking. Maka ia berapatkan ke belakangnya kepada belakang Sayidatul Budur. Maka sukalah Maimunah melihatkan hal kekasihnya tiada malu

berbuat zina. Maka berkatalah Maimunah pada Dahnis dan Qasy\qa\sy 19 , melihat kekasihku Qamaruzzaman tiada memperbuat ia

akan kasihmu Sayidatul Budur? Inilah alamat tanda kebajikan di atas kekasihku Itulah maka menjadikan pula oleh Maimunah oleh dirinya kutu anjing masuk ia ke dalam kain Sayidatul Budur dan menggigit ia akan betis Sayidatul Budur dan menjalar ia atas pahanya dan menggigit ia di bawah pusatnya. Maka / tersadarlah putri Sayidatul Budur dan membuka ia akan matanya. Maka melihat Sayidatul

17 Tertulis

18 Tertulis

Budur akan seorang muda beradu tidur di lambungnya. Maka terkejutlah Sayidatul Budur serta heran melihat Qamaruzzaman rupa cantik majlis seolah- olah mukanya seperti bulan empat belas hari semangkin ditantang semakin datang asyik dan birahi. Dan mulutnya seolah-olah cincin Nabiyullah Sulaiman. Dan air liurnya manis diminumnya. Maka Putri Sayidatul Budur jatuhlah asyik dan birahi yang amat bersangat dan tiadalah dapat dipadam oleh segala tukang

obat. Seolah-olah lakunya orang yang mabuk janda. Dan hilanglah sekalian pikiran, hanyalah ingat pada Qamaruzzaman, juga

Wahai Kakanda ta[`]juk 20 mahkota

Tidur beradu dekat beta Birahiku jatuh di dalam cita Tiadalah dapat adinda berkata

Adinda laksana seekor rusa Menaruh lapar sentiasa

Jadilah kakanda rawan kelasa

Jikalau dekat tiada bersisa

Tiada ku sangka sekali-kali Bertemu dengan wajah asli Birahiku panjang upama tali Menyerah diriku sama sekali

Wahai Kakanda emas sekati Birahi adinda bukan seperti Sudah berniat di dalam hati Bersama hidup bersama mati

Wahai Kakanda wajah gemilang Mahkota adinda cahaya cemerlang Bersama lena bersama hilang Ridlo-lah mati bertindih tulang

Kata sahibul hikayat, tatkala melihat Sayidatul Budur akan Qamaruzzaman

ada setengah sifat orang muda ini yang dalam meminang akan daku, walau hamba orang sekalipun, niscaya aku perkenankan akan dia. Tiadalah segala aku menolakkan sebagaimana tipu daya aku kahwin juga dengan dia Kemudian maka Sayidatul Budur pun menghampiri akan muka Qamaruzzaman, / katanya

Kekasihku dan Buah Hatiku dan Cahaya Mataku, bangunlah kakanda beradu daripada lihatlah adinda sudah hadir pada hadapan kakanda Maka memegang Sayidatul Budur dengan tangan. Maka menggerak ia akan Qamaruzzaman mana baliklah Qamaruzzaman. Maka Maimunah pun menghampiri dengan sayapnya supaya jangan terjaga Qamaruzzaman. Maka tiadalah juga ia berjalan menghampiri oleh Sayidatul Budur dan akan

oleh kakanda bermain-main di atas perut adinda dan di bawah pusatnya dengan oleh kakanda bermain-main di atas perut adinda dan di bawah pusatnya dengan

Maka bangunkan pula dengan katanya Kakanda, lihat hal asyik adinda ini tiadalah mendapat mengobati penyakit adinda ini hanyalah pada tangan kakanda. Apakah sebabnya kakanda tiada bangun? Apakah yang menahankan kakanda? Maka jadilah beradu seruni ini dan apakah menolakkan suara kakanda

tiada menjawab suara adinda Maka Sayidatul Budur pun me\ng\hantarkan 21 pipinya di atas pipi Qamaruzzaman. Maka bertambah asyiknya ia lalu meniharap di atas dada Qamaruzzaman

Kakanda, jawab kata adinda dengan citerakan hal adinda hal kakanda dan khabarkan nama kakanda Maka membukakan oleh Qamaruzzaman akan matanya. Maka terpandang oleh Sayidatul Budur maka bertambah pula birahi dan asyik dengan seketika itu juga dihimpit oleh Maimunah akan Qamaruzzaman dengan sayapnya.

Maka kembalilah peluk Qamaruzzaman beradu lelap maka Sayidatul Budur pun menciumlah ia akan antara dua mata Qamaruzzaman dan cium seluruh tubuhnya. Maka tia\p\-tia\p\ 22 mencium tangannya maka terpandanglah oleh Sayidatul Budur akan cincin di jari kelingking Qamaruzzaman. Maka berkata Sayidatul Budur,

, seolah-olah kakanda menghilangkan akal adinda ini.Tiada kakanda / ini bermain-mainkan adinda dan beta pilih kakanda mendapat cincin adinda. Padahal tiada adinda menanggalkan cincin adinda daripada jari adinda dapat masuk di jari kakanda Maka Sayidatul Budur membuka baju Qamaruzzaman. Maka diciumlah lututnya. Maka membuka pula

21 Tertulis 21 Tertulis

Maka [2] 23 tatkala melihat Maimunah akan kelakuan asyik Sayidatul Budur akan Qamaruzzaman maka sangatlah sukanya akan habis-habis suka dengan kata

Engkau melihat, ya

betapa perbuatan kekasihmu itu kepada kekasihmu Maka kata Dahnis, Mengakulah hamba tiadalah syak lagi

aku maafkan daripada engkau. Maka dituliskan surat pemerdekaan pada Dahnis. Maka kata Maimunah masuk oleh Qasyqasy, hai Dahnis, terbanglah olehmu keduanya akan Sayidatul Budur taruh olehmu seperti sedia kala ke dalam maligai peraduan tinggal olehmu akan kekasihku Qamaruzzaman di peraduannya. Segeralah oleh kedua jangan sampai siang hari Maka mengangkat oleh Qasyqasy dan Dahnis akan putri Sayidatul Budur lalu terbangkan pada tempat maligainya dihantarkan di atas peraduan. Maka Maimunah pun kembalilah ia kepada tempat.

Maka tatkala terbit fajar bangunlah Qamaruzzaman daripada / beradu. Maka melihatlah ia kiri dan kanan tiadalah niatnya tuan <putri> putri 24 Sayidatul Budur.

23 Tertulis

Maka itu heran serta takjub berpikir di dalam hatinya tentulah ayahanda aku suruh antarkan putri itu kepadaku supaya aku mau beristri dan bertambah asyikku. Maka kemudian Qamaruzzaman memanggil ia akan khadam yang

khadam itu daripada tidurnya daripada mengambil air daripada dalam tempayan dicurahkan ke dalam cerek lalu diperse(m)bahkan 25 kepada Qamaruzzaman. Maka Qamaruzzaman pun pergilah ia qadia hajat kemudian baharulah ia bersiram mengambil air se(m)bahyang. 26 Kemudian itu pun se(m)bahyang 27 subuh. Dan sudah habis selesai daripadanya se(m)bahyang. 28 Maka Qamaruzzaman pun duduk ia membaca tasbih bagi Allah Taala dan membaca shalawat atas Nabi

-Sallam. Maka memanggil ia akan khadam jaga pintu. Maka khadam pun segeralah datang mengadap Qamaruzzaman.

Maka kata Qamaruz Khadam, celaka siapa masuk datang di peraduanku mengambil kekasihku s

Tuanku, kasih apakah itu

Maka kata

seorang putri pada sisiku Maka tatkala mendengar khadam akan bunyi pertanyaan Qamaruzzaman

Tuanku, segala tiada di sisiku tuanku putri dan tiadalah pula lain dari manalah datangnya putri. Padahal patik sekalian tidur menunggu pintu pun terkunci dari semalam sampai sekarang.

25 Tertulis

26 Tertulis

27 Tertulis

Demi Allah, ya Tuanku, tiadalah masuk akan daku daripada perempuan atau laki- laki Maka kata Qamaruzzamannya

Khadam

, dustalah kamu sekalian padahal masuk ia akan tempat peraduanku ini malam kemana kamu sebunyikan akan dia? Jikalau kamu tiada bawa[`] 29 putri asyikku obat kepadaku / niscaya aku siksakan kamu. Maka jawab khadam itu, Ya Tuanku, segala patik tiadalah melihat dan mengetahui Maka Qamaruzzaman pun datanglah murkanya. Maka menghampiri ia akan khadam itu lalu ditinggikan tengkuk khadam serta dipalunya dan diterajangkannya hingga jatuhlah khadam itu ke dalam telaga dibenamkan dengan kayu. Kata Qamaruzzaman, Tiada ku beri engkau semua keluar dari dalam telaga hingga bahwa engkau citerakan kepadaku akan hal kekasihku tuan putri yang semalam

Maka berpikirlah sekalian khadam- Baik kita cari akal kita mengaku menjupakan tuan putri yang dikatanya itu anak raja. Kerana anak raja kita ini sudahlah kena samar jin dan syaithan atau pun ia sudah gila Maka berkatalah khadam itu kepada Qamaruzzaman dengan katanya Ya Tuanku, lepaslah olehmu akan kami dalam telaga ini supaya kami carikan tempat kekasih tuanku Maka Qamaruzzaman pun lepas khadam-khadam itu sekalian. Maka sekalian khadam itu pun telah naik di atas bumi telah bengkok dan berdarah badan masing-masing dan basah sekalian kain. Maka kata khadam itu, Ya Tuanku, beri tenggat oleh akan kami yang basah supaya kami perah akan airnya

dengan kami jem[b]urkan 30 dia daripada panas. Kemudian baharulah kami khabarkan akan khabar putri yang tuanku asyikkan itu Maka kata

29 Tertulis

Qamaruzzaman, Jikalau tiada engkau sekalian nyatakan dengan iqra(r) 31 kan itu niscaya aku bunuh kamu sekalian. Maka pergilah kamu seperti kehendak kamu itu

Maka tatkala demikian pergilah sekalian khadam itu berlari-lari mengadap Sultan Malik Syahraman seperti orang dikejar harimau. Maka tiba-tiba berbetulan itu baginda itu tengah berkata-kata dengan perdana menteri dari mana anaknda Baginda Qamaruzzaman titah baginda Aku tiadalah aku tidur pada malam ini oleh anakku Qamaruzzaman bahwa aku takut berlalu suatu yang tiada baik padanya di dalam gua batu itu Ma

uanku

Syah Alam, janganlah tuanku takut mudah-mudahan Allah Taala jua lah taruh / akan anaknda itu seqadar sebulan lihatlah hatinya menurut titah tuanku . Maka antara berkata-kata baginda dengan datuk perdana menteri tiba-tiba datanglah khadam

, harapkan ampun sembah patik adalah paduka anaknda Qamaruzzaman sudah gila habis patik sekalian dipukul anaknda itu inilah rupanya Maka menjawab baginda,

dipukulnya

ada seorang perempuan yang cantik masuk ke dalam peraduan anaknda itu. Maka diminta pula kepada patik perempuan yang telah datang ke dalam peraduan. Maka patik sekalian tiada segala tahu hal perempuan. Dan hal patik tidur sekalian di muka pintu tidak seorang pun masuk dan seorang pun keluar. Maka oleh patik sekalian tiada tahu sekalian ini sebabnya patik mendapat azab

Maka tatkala mendengar akan sembah khadam itu dari hal kelakuan anaknda Baginda Qamaruzzaman, maka berubahlah warna muka baginda. Dan

12

baginda pun murkalah kepada perdana-perdana menteri kerana sebab pekerjaan ini dari perdana menteri

Menteri, pergi olehmu lihat betapa hal

anakku maka menjadi demikian itu perbaiki olehmu dengan segeranya

Maka perdana menteri pun segeralah ia masuk ke dalam gua batu mengadap putra Baginda Qamaruzzaman. Maka jatuhlah selendangnya daripada sangat takutnya kepada baginda dan masuklah perdana menteri serta khadam-khadam. Maka tiba-tiba didapati Qamaruzzaman duduk di atas kursinya membaca Quran. Maka memberi salam akan perdana menteri. Maka menjawab akannya salamnya maka perdana menteri pun duduklah di sisinya Qamaruzzaman lalu ia berkata,

Ya Tuanku, adalah ini khadam datang ia mengadap kehadirat ayahanda mengkhabarkan kami dengan khabar dengan tiada baik dan terkejutlah kami oleh Datuk Perdana Menteri,

apakah kata khadam bagi kamunya dari hal aku jadi waswas atas ayahandaku? Adalah pada haki-/katnya peduli ayahanda itulah yang membuat waswas atasku Maka sembah perdana menteri

, telah membuat dusta oleh khadam di sebahagi kepada ke bawah duli tuanku meminang perempuan yang telah beradu di sini tuanku. Maka adakah tuanku berkata pada khadam ini dimakinya perkataan

Maka tatkala didengar oleh Qamaruzzaman perkataan perdana menteri, maka ia pun bermasam muka dengan merah padam warnanya. Maka kata Qamaruzzaman bagi perdana menteri Bahwasanya kamu tahu dengan khadam ini hanyalah dengan perempuan itu ternyata daripada kamu suruh ia suruh masuk ke dalam peraduan kemudian kamu ambil kembali akan dia. Maka sekarang ketahui olehmu Perdana Menteri, kemana kamu taruh perempuan itu? Hendaklah segera kamu kembalikan kepadaku supaya aku kahwin dengan dia

13

Maka sembah perdana menteri, Ya Tuanku Qamaruzzaman, demi Allah tiadalah nakal-nakal kami menyuruhkan perempuan masuk ke dalam peraduan tuanku pada ini malam. Sesungguhnya tuanku beradu seorang diri dan sekalian pintu yang terkunci belaka. Dan sekalian khadam tidur dekat itu pintu di manalah jalannya datang perempuan kepada tuanku barangkali mimpi tuanku. Maka hendaklah tuanku pikir sendiri, janganlah tuanku menaruh duka cita dan khawatir di atas patik sekalian Maka kata Qamaruzzaman sungguhnya perkataan perdana menteri, Bukan aku bermimpi dengan mataku jaga mana bukan di dalam tidurku nyata seorang putri yang amat elok rupanya dan matanya hitam dan pipinya warna kemerahan aku peluk akan dia pada ini malam

Maka tercenganglah perdana menteri mendengar perkataan Qamaruzzaman. Maka kata Perdana Menteri,

tuanku lihat akan

perempuan itu ini malam dengan mata? Dan tuanku pada waktu jaga atau pada waktu tidur Maka jawab Qamaruz-/zaman, Hai Perdana Menteri yang Najasi, adakah engkau sangka akan daku melihat perempuan itu dengan telingaku?

Hanyasanya aku lihat akan itu perempuan dengan biji[k] 32 mataku di dalam waktu juga dan aku balik-balik akan dia dengan dua tanganku dan bersama-sama aku dengan dia setengah malam kerana aku mabuk akan \ke\ 33 cantikannya dan bagusnya segala sifatnya. Hanyasanya kerana kamu rupanya berwasiat akan dia tiada ia berkata dengan daku kerana kamu punya ajaran ia jadikan dirinya tidur lelap tiada sadarkan apa-apa. Maka aku tidur di sisinya hingga subuh. Kemudian aku terjaga daripada tidurku. Maka tiadalah ku lihat akan dia. Maka jawab

32 Tertulis

Perdana Menteri Barangkali tuanku lihat itu di dalam tidur atau di dalam mimpi atau sebab berulah-berulah makannya atau was-was syaithan. Maka titah Qamaruzzaman Berapa kali lagi aku khabarkan akan dayaku, hai Perdana Menteri Najasi

Maka Qamaruzzaman pun sangatlah murkanya, laku dan tangkapnya akan janggut perdana menteri itu adalah janggut perdana menteri itu panjangnya. Maka tercabutlah jenggot perdana menteri itu sebelah kiri dekat di tangan Qamaruzzaman daripada sangat kuatnya. Maka datuk perdana menteri pun jatuh dari atas kursinya diangkat oleh Qamaruzzaman lalu dicampakkannya ke bumi. Maka datuk menteri pun tiada menyadarkan dirinya.

Maka tatkala menyadar datuk perdana menteri itu pun berpikir pula hendak melepaskan dirinya seperti khadam yang terlepas dahulu itu dari bahaya Qamaruzzaman yang gila ini membuat celah. Maka akupun [2] 34 lebih awal membuat celah supaya aku terlepas daripada bahaya ini tiada lagi syak Qamaruzzaman ini sudah gila betul. Kemudian mengadaplah pula perdana menteri kepada Qamaruzzaman lalu menyembah katanya Ya Tuanku Syah Alam, harapkan ampun / janganlah kiranya Tuanku menyakiti akan patik. Kerana bahwasanya ayahanda itu berpesan pada patik bahwa disembunyikan akan khabar tuan putri yang tuanku asyik kan itu. Maka oleh itu takutlah patik mekhabarkannya kerana patik perdana menteri yang besar. Maka malulah rasanya patik kena palu baginda itu dan palu tuanku dan bertingkahlah patik sebentar supaya patik khabarkan khabar tuan putri itu Maka Qamaruzzaman pun berhenti memalu datuk perdana menteri dan memikir datuk perdana hendak melarikan diri tiadalah juga dapat sebab Qamaruzzaman masih menantikan khabar juga dengan

, di mana ia tuan putri yang tidur di sisiku semalam? Supaya aku pergi kepadanya dengan sendiriku. Maka jikalau ayahandaku suka kahwinkan aku dengan dia aku kahwin dan jikalau ia tiada suka aku bersama-sama juga dengan tuan putri yang datang tidur pada sisiku semalam Maka kata Qamaruzzaman Hai Perdana Menteri, sembahkan kepada ayahandaku aku sekarang hendak berkahwin dengan putri yang kamu hantarkan kepada sisiku dan tiada aku berkahwin akan perempuan yang lainnya dan tiada

pula asyikku yang lain melai(n)kan 35 dia. Maka bersegeralah olehmu, hai Perdana Menteri. Sembahkan kepada baginda itu khabarkan akan dia bahwa dikahwinkan aku dengan putri yang telah masuk di peraduanku Maka perdana menteri pun tiadalah dapat celah akan menjawab perkataan Qamaruzzaman.

Maka perdana menteri itu pun keluarlah / dari malam gua batu mengadap Sultan Malik Syahraman. Maka tatkala sampai di hadapan baginda lalu ia

anakku Qamaruzzaman dan apakah satu khabar kerana aku lihat engkau ini seolah-olah berduka cita. Kemudian sembah perdana menteri, Ya Tuanku Syah Alam, harapkan ampun sembah ini patik. Adalah patik dititahkan kepada anaknda itu sudahlah patik bertanyakan kepada anaknda itu. Maka sungguh hanyalah anaknda Qamaruzzaman telah gila

Kemudian kata sahibul hikayat tatkala mendengar sembah Perdana Menteri berubahlah warna muka baginda merah padam. Maka titah baginda Wahai Perdana Menteri, khabarkan olehmu akan hal anakku itu apakah sebabnya. Maka ia gila jikalau engkau tiada ditanyakan niscaya engkau aku jatuhkan dari jawatan engkau, ya

. Ketahui olehmu ada sebab gila anakku Qamaruzzaman kerana menyuruh daripada engkau. Jikalau betul gila anakku itu, niscaya aku mulakan engkau di atas lebihku ini. Dan engkau ku siksa dengan sekuat siksa Maka baginda pun bangkit berdiri di hadapan perdana menteri dan ditariknya tangan menteri. Maka baginda pun berangkat dari gua batu itu.

Maka tatkala baginda sampai dengan perdana menteri kepada anaknda Baginda Qamaruzzaman. Maka Qamaruzzaman pun lalulah berdiri dengan takzim turun dari atas kursinya lalu sujud-sujud dan menyembah telapakkan kaki baginda. Maka baginda pun memeluk kepala anakndanya serta keluar air mata baginda

Wahai anakku ta[`]ju(k) 36 mahkota

Tinggi hati cahaya mata Ayahanda datang berduka cita Harapkan maaf semata

Sangat pilu kalbu ayahanda Ingatkan hal peduli anaknda Siang beradu malam tiada Memikirkan hal usul yang syahda

Ayahanda mendengar begini-begini khabar Bertambah-tambah hatiku gusar / Pikiran baik jadi terlanggar Haraplah ampun Allahuakbar

Wahai Anakku Intan Biduri

Ta[`]ju(k) 37 mahkota di dalam negeri

Jikalau datang suatu peri Hilang tak dapat ayahanda cari

Kata sahibul hikayat, tatkala demikian berdirilah baginda mencium anakndanya Qamaruzzaman antara dua matanya atas kursinya pada kirinya. Kemudian berpalinglah baginda Perdana Menteri,

betapakah engkau kata akan anakku gila begitu begini memberi hilang pikiranku dan terbang semangatku. Kemudian berpalinglah baginda kepada anaknda Baginda Qamaruzzaman dan titahnya Ya Anakku Cahaya Mataku, apakah nama hari ini

Maka sembahnya Hari ini hari Sabtu dan esok hari Ahad, kemudiannya hari Isnain, kemudian hari Sulasa, kemudian hari Rabu, kemudian hari Khamis, kemudian hari Jumat Maka t\i\tah 38 baginda, Hai anakku bulan apalah bulan ini dengan bahasa Arab Maka sembahnya, Ini bu[lan] 39 Zulkaidah mengiringnya Zulhijah, kemudian Muharam dan kemudian Safar kemudian Rabiul Awal dan kemudian Rabiul Akhir dan kemudian Jumadil

37 Tertulis

38 Tertulis

Awal dan kemudian Jumadil Akhir dan kemudian Rajab dan kemudian Syaban dan kemudian Ramadan dan kemudian Syawal. Maka baginda pun mengucap

Alhamdulillah, selamat anakku Sangatlah suka cita baginda bersangatnya suka kerana mendengar jawab anakndanya dengan baik suatu pun tiada cendera.

Dan baginda pun berpalinglah pada perdana menteri lalu baginda bertitah dengan katanya, Hai Perdana Menteri yang gila yang jahat sangka, apalah sebab engkau mengatakan akan anakku Qamaruzzaman telah gila? Engkau berkatanya dengan khadam nyatalah engkau yang gila serta khadam- khadam Maka Perdana Menteri pun menggoyang kepalanya, hendak berkata iya / takut rasa hatinya pikir perdana menteri baik aku sabar nanti sedikit supaya dilihat kelakuan itu. Kemudian baginda pun lalu berkata kepada anakndanya Qamaruzzaman Hai Anakku, adakah sungguh berkata kepada perdana menteri dan khadam engkau kata bagi keduanya bahwa anakku tidur adu dengan seorang perempuan putri yang cantik lagi elok rupanya pada malam ini

Maka tatkala didengar oleh Qamaruzzaman titah baginda, maka Qamaruzzaman pun tertawa mendengar titah ayahandanya. Maka sembah Qamaruzzaman Ya Tuanku Syah Alam, sungguhnyalah sebagai-sebagai kata perdana menteri dan khadam itu. Maka dipicinglah hati patik memikirkan dengan katanya maulah patik dikahwinkan dengan perempuan putri yang tuanku suruh tidur pada sisi patik pada ini malam tiadalah patik mau berkahwin yang lain daripadanya Maka titah baginda Hai Anakku, memadah-madah baik akal anakku daripada gila. Apakah sebabnya anakku berkata kepada ayahanda demikian itu perkataan anakku mengatakan ayahanda menyuruh perempuan masuk beradu dengan anakku. Kemudian sebelum shubuh ayahanda ambil

18

kembali daripada anakku. Demi Allah Taala, hai anakku, segala-segalalah ayahanda tiada menyuruh dan ayahanda tia(da) 40 mengetahui yang demikian barang yang anakku sangka akan ayahanda. Heranlah pikiran ayahanda barangkali anakku bermimpi atau di was-was syaithan anakku jadi berpeluk bercium perasaan anakku di dalam jaga padahal hiru hara iblis syaithan yang merupakan pada anakku adalah perkataan anakku itu dengan sebenar-benarnya Allah Taala yang amat besar Tuhan Musa dan Ibrahim segala-gala tipuan syaithan kepada anakku

Ya Tuanku Syah Alam, anaknda bertanyakan kepada ayahanda seorang yang bermimpi membunuh orang dengan sebilah pedang. Maka pedangnya berlumur dengan darah. Kemudian terjaga ia daripada tidurnya. / Adakah pedang itu maujud pada tangannya Maka menjawab baginda Tiada menerima ia pada akal maujud pada tangannya Maka sembah Qamaruzzaman Jikalau demikian betapakah ayahanda mengatakan waswas syaithan dan mimpi anaknda. Padahal tiada anaknda di dalam jaga, tidak tidur anaknda dipeluk akan itu perempuan. Anaknda pegang dengan tangan anaknda sendiri serta ditanggalkan dengan cincinnya dari jari kelingking perempuan itu. Dan anaknda masukkan jari anaknda. Dan anaknda

tinggalkan cincin anaknda <anaknda> 41 masukkan ke jari perempuan itu, kerana anaknda takut membuat mungkar pada itu perempuan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan malu kepada ayahanda. Maka kemudian anaknda terjaga waktu subuh, tiba-tiba tiada anaknda lihat perempuan itu dan bekas pun tiada. Maka

40 Tertulis 40 Tertulis

Qamaruzzaman pun menjupakan cincin itu kepada baginda. Maka baginda pun menyabut cincin itu lalu dimain-main oleh baginda. Tiada baginda mengetahui siapa yang memperbuat amatlah indah perbuatannya tiada dapat sebarang tukang memperbuat seperti yang demikian itu. Maka baginda pun berpalinglah kepada anakndanya Qamaruzzaman dengan katanya "Hai Anakku, oleh cincin ini ialah pekerjaan yang amat sukarnya. Tiadalah dapat kita memikirkan orang yang empunya cincin ini dan tiada pula diketahui negeri mana tempatnya putri yang tersebut di dalam cincin itu melainkan ayahanda pulangkan ma'lum kepada sekalian wazir kita bahwa khabarlah anakku mudah-mudahan Allah Ta'ala mem-baqi-kan hajat kepada kita dan kepada wazir-wazir atau kepada menteri-menteri atau kepada khadam-khadamnya atau kepada ayahanda sendiri atau kepada orang-orang kita seperti menteri besar atau kepada anaknda sendiri

/ seperti perempuan yang cantik lagi elok rupanya ini. Maka kita \menyuruh\lah 42

dan kita khabarkan hal tuan putri itu di mana tempatnya, kata sya'ir: Wahai Anakku jangan bercita Serahkan kepada Tuhan semata

Janganlah gundah ta[ ]juk 43 mahkota

42 Tertulis

Jikalau berjodo(h) 44 dikarunianya kita

Wahai Anakku baikkan pikiran

Jangan membawa[`] 45 menjadi heran

Jikalau jodoh jadikan Tuhan Dikaruniai juga mudah-mudahan

\Tetap\kan 46 iman wahai Anakku

Serta dengan tingkah dan laku Selama ada hayat badanku Ku cari juga sekuat dayaku

Wahai Anakku pula asli Janganlah syak sekali-kali Jikalau terhibur daripada azali Tiadalah mangkir Rabbul Jalali

Maka titah baginda, Maka demikian sungguhnyalah bukan mimpi anakndaku dan tiada gila anakku sungguhnya Tuhan kita Rabbul 'Alamin berbuat itu sekehendaknya di atas kita Maka tatkala didengar oleh Qamaruzzaman akan titah ayahandanya, m

Ya Tuanku Syah Alam, tuanku

44 Tertulis

45 Tertulis 45 Tertulis

tiada demikian niscaya anaknda bunuh diri anaknda sendiri, seperti kata sya'ir: Wahai Adinda Paduka Ratu Ambilkan olehmu putri itu Ada tertahan berhati mutu Tiadalah lupa setiap waktu

Putus hati anakda tuan Akan siti putri dermawan Siang dan malam igau-igauan Rasaku sudah dalam pangkuan

Wahai Adinda Putri Mahkota Di manalah tempat adinda bertahta Lihat kakanda jatuh bercita Umpama terkena jin dan buta

Wahai Adindaku Mahkota Kakanda Di bumi mana tempat adinda Berilah tahu supaya pada Supaya senang kalbu kakanda

Wahai Kakanda Junjunganku Rasa adinda di dalam pangku Tiadalah lupa dalam hatiku Sekiranya burung terbanglah aku /

Maka tatkala selesailah Qamaruzzaman daripada sya'irnya. Maka berkatalah menteri baginda kepada sembah wazir, Ya Tuanku Syah Alam, jikalau demikian benarlah sungguh akan hal yang datang kepada paduka anaknda itu. Tiadalah syak lagi itu bukanlah mimpi anaknda itu ataupun waswas kerana nyatalah alamatnya cincin itu. Maka oleh sebab itu pada pikiran patik sekalian, baiklah tuanku bertitah pada sekalian patik dan patik hulubalang rakyat sekalian, supaya dicari akan tuan putri itu anak raja manakah atau anak menteri. Dan disediakan pula tempat anaknda di tengah laut lengkap dengan hulubalang menteri menjaganya. Dan tuanku berulang-ulang ke tempat anaknda Qamaruzzaman tiap- tiap satu jihat dua hari yaitu hari Khamis dan hari Isnain. Dan tuanku titahkan sekalian perdana menteri, hulubalang, dan rakyat supaya berulang-ulang ke tempat anaknda itu supaya mudah-mudahan melepaskan Allah Taala akannya sekalian duka cita anaknda dan sampaikan sekalian hajat, kata sya'ir: Baik kan sangka setiap hari Kepada Tuhan Rabbul Qahari Janganlah takut khatari

Dengan ^kemu^rahan 48 Allah memberi

21

Dipohonkan juga bersungguh Tuhan mengaruniyakan tiada tertangguh

Mi(n)ta[ ] 49 doa supaya kukuh

Kepada Allah jalan yang teguh

Kata sahibul hikayat, maka tatkala mendengar Sultan Malik Syahraman sembah menteri dan wazirnya akan bunyi perkataan itu nasihat dan muslihat kebajikan bagi putra baginda tiadalah dapat oleh baginda menyalahi lagi. Maka baginda pun berangkat waktu itu memindahkan anakndanya kepada mahligai yang telah sedia di tengah laut. Dapatlah baginda berjalan kaki dari tepi-tepi laut itu ke mahligai anakndanya itu. Adalah besar mahligai itu dua puluh hasta dan panjangnya empat puluh hasta. Dan berapa jendela yang terbuka ke laut. / Tiang

perak dan di(n)dingnya 50 daripada emas sepuluh mutu yang bertatah intan mutu manikam yang tiada dapat dihargakan dan hamparan dari sutra bulu yang halus- halus dan diberi pakai akan putra Baginda Qamaruzzaman baju sutera ^istana^ 51 yang amat kilau-kilauan warnanya seperti matahari yang bertatah bermacam- macam permata yang teduh-teduh memberi asyik berngiang melihat akan sifat Qamaruzzaman laki-laki dan perempuan. Maka tinggallah Qamaruzzaman dengan hulubalang rakyat yang mengawal akan dia. Duduklah Qamaruzzaman senantiasa masa menanggung asyik dalam maligainya. Dan baginda duduklah serta anakndanya Qamaruzzaman adalah kira-kira sebulan lamanya.

49 Tertulis

50 Tertulis

Qamaruzzaman pun pucatlah warnanya dan kurus badannya berduka cita. Maka tiap-tiap hari Isnain dan hari Khamis orang memi(n)ta 52 izin dan sekalian menteri-menteri datang memiliki itu dengan membaiki adab masing-masing. Tatkala petang hari maka kembalilah mereka itu (ke) 53 maligai atas tempat masing-masing. Kemudian masuklah ayahanda Sultan Malik Syahraman bersama-sama anakndanya di dalam maligai itu. Dan tiadalah baginda cerai dengan anakdanya itu Qamaruzzaman siang dan malam. Maka sentiasalah demikian berapa lamanya halnya anakndanya Qamaruzzaman.

Alkisah tersebut perkataan Malik Budur binti Sultan Malik Al Ghabur yang mempunyai tahta kerajaan di negeri Jazair dan yang mempunyai tujuh buah maligai. Maka bahwasanya jin Qasyqasy dengan Dahnis yang membawa Sayidatul Budur binti Malik Al-Ghabur setelah sampaikan di maligai tempat peraduan putri itu. Maka menidurkan keduanya akan tempat peraduan putri itu seperti dahulunya. Maka kembalilah jin itu masing-masing menuju tempatnya. Kemudian panggil sekedar saat lagi hari pun terbit fajar. Maka terjagalah Tuan Putri Sayidatul Budur daripadanya tidur / Lalu duduk melihat ia ke kanan dan ke kiri. Maka tiadalah dilihatnya itu kekasihnya yang beradu pada sisinya. Maka muramlah durjanya dan pilu hatinya dan hilanglah akalnya. Maka bangunlah pula sekalian dayang-dayang yang dekat pada lambungnya lalu mengadap mereka itu akan dia lalu berdatang sembah seorang penghulu dayang-dayang itu nama Qahar Manah

, apalah sebab tuanku bermuram durja

52 Tertulis 52 Tertulis

Wahai Dayangku, demi k.b.n.a.s.mu. engkau, kemana pergi kekasihku seorang muda yang amat cantik yang tiada ia dapat dibandingannya padaku dayang beradu sertaku pada malam ini pada waktu isya' hingga terbit fajarnya Maka sembah dayang-

Demi Allah, ya Tuanku patik, sekali-kali tiada ketahui dan tiada melihat akan itu orang muda dan tiada pula yang lainnya. Maka demi Allah Taala jangan tuanku menakuti akan patik dan mudah yang tiada patut sekali-kali jadi seolah-olah patik sekalian sia- sia mengawali tuanku. Jikalau-kalau ketahui oleh ayahanda perkataan ini, niscaya itu patik sekalian dibunuh baginda itu Maka kata Sayidatul Budur Sebenarnya seorang muda beradu pada sisiku pada ini malam dengan elok rupa seelok-elok namanya

Ya Tuanku, selamat akal tuanku daripada bangun ini. Tiadalah seorang atau lainnya yang beradu pada sisi tuanku ini malam

Maka tatkala demikian melihat Sayidatul Budur anak tangannya. Maka dilihatnya cincin Qamaruzzaman pada jarinya \di luar\ 55 tiada melihat ia akan cincinn

Ya dayangku, yang khayallah engkau berdusta padaku. Engkau kata tiada seorang yang beradu ini malam pada sisiku engkau bersumpah dengan Allah Taala tiadalah sumpahmu itu bathil. Demi Allah Taala sungguhnya engkau ini berdusta dan jangan engkau bersumpah, ya Mal'un / Maka berkatalah Sayidatul Budur, lalu ia mencabut sebilah pedang lalu 24

54 Tertulis 54 Tertulis

pilu pada hati anakku Ayahanda, di mana orang muda yang cantik rupanya yang telah datang di mahligai ia beradu dengan patik semalam ini? Jikalau tiada ayahanda bawa laki-laki yang muda itu kemari niscaya anaknda membunuh diri. Setelah baginda mendengar sesembahnya anakndanya itu, maka baginda menggeleng kepalanya dan terbang akalnya dan panjangnya dadanya seraya baginda bertitah kepadanya,

an dayang- dayang dan khadam sekalian titahnya tingkah olehmu dan kamu ikat akan dia dan rantaikan batang lehernya dengan rantai besi kerana anaknda bedebah ini sudah gila. Maka sekalian khadam dan dayang-dayang biduanda pun menangkap akan tuan putrinya Sayidatul Budur lalu diikat serta dirantaikan batang lehernya diikat dekat tingkap maligai. Maka sentiasalah Sayidatul Budur dalam hal demikian itu adanya.

Adapun dari hal Baginda Sultan Malik Al-Ghabur tatkala sudah dira(n)taikan 56 akan anakndanya baginda pun bertitah sekalian datuk perdana Adapun dari hal Baginda Sultan Malik Al-Ghabur tatkala sudah dira(n)taikan 56 akan anakndanya baginda pun bertitah sekalian datuk perdana

Barangsiapa dapat membunuhkan penyakit anakku ini, maka aku kahwinkan akan dia anakku Sayidatul Budur. Dan aku beri akan dia setengah kerajaanku. Dan barangsiapa tiadalah dapat menyembuhkan penyakit anakku ini, niscaya aku bunuhkan dia. Dan aku gantungkan kepalanya di atas pintu mahligai ini. Maka masuklah sekalian tabib-tabib dan ahli nujum dan hukama dan mengobati kan mereka akan Sayidatul Budur. Maka seorang pun tiada dapat menyembuhkan akan dia. Maka ditangkaplah sekalian kepala mereka itu. Maka adalah empat puluh orang kepala yang terpotong oleh sebab penyakit tuan putri Sayidatul Budur digantungkan pada tiap-tiap pintu mahligai itu. Maka takutlah sekalian tabib-tabib dan nujum dan hukama mengobati akan penyakit Sayidatul Budur sangka heran ahli nujum tiada dapat diketahui akan hal penyakit itu. Maka Sayidatul Budur pun lama kelamaan semangkin bertambah berduka cita hati tiada mau makan dan minum, seperti kata sya'ir ini: Wahai Kakanda Cahaya Mata Lihatlah adinda gila bercita Rindu adinda sangat menderita Tiadalah dapat adinda berkata

Tiada ingat rupanya gusti Akan adinda asyik menanti Di dalam maligai pusaka melati

25

Supaya lipur penyakit hati

Wahai Kakanda mari beradu Di dalam kelambu sutera beludu Lihatlah adinda menanggung rindu Rupa yang baik menjadi h.d.

Wahai Kakanda Cahaya Mataku Tiada rupanya ingatkan aku Silalah kakanda mari dipangku Jangan berlambat buah hatiku

Wahai Kakanda Emas Tempawan

Di manala(h) 57 tempat kakanda tuan

Lihat adinda berhati rawan

Seperti orang mabuk ja(n)dawan 58

Wahai Kakanda Intan Bibiduri Cabut adinda maligai puri Lihat adinda seorang diri Seperti tiada sadarkan diri

57 Tertulis

Wahai Kakanda, wahai Gusti

Ta[']juk 59 kemala suntiknya hati Jikalau tidak tuan obati

Adinda bercin(ta) 60 hampirlah mati /

Kata sahibul hikayat tatkala selesai Sayidatul Budur daripada bersya'ir, maka ia pun menangis hingga bengkak matanya dan bertambah-tambah gila bergagap lamanya tiga tahun hingga kurus \kelihatan\ 61 tulangnya. Alkisah tersebut perkataan adalah bagi putri Sayidatul Budur kelawan sawannya yang bernama Marzawan yang baharu balik daripada musafirnya. Maka bertanya ia akan ibunya saudaraku Sayidatul Budur hamba dengar disebab orang saudara hal Sayidatul Budur sudah gila. Benarkah khabar itu, hai Ibuku

Maka kata ibu Marzawan, Sunggu(h) 62 hanyalah khabar itu bahwasanya saudara engkau Sayidatul Budur telah gila lamanya sudah tiga tahun. Dan sekarang dirantaikan lehernya dengan rantai besi kerana tiadalah dapat sekalian nujum dan tabib dan hukama mengobati. Maka tatkala mendengar Marzawan perkataan ibunya, maka

(ber)kata 63 , "Hai Ibu, tak dapat tiada aku pergi ke dalam maligai saudaraku Sayidatul Budur, supaya aku tahu apakah sebabnya dan mudah-mudahan aku

59 Tertulis

60 Tertulis

61 Tertulis

62 Tertulis 62 Tertulis

Apakah kehendakmu mari kemari ini? Maka menjawab ibu Marzawan, Adalah bagiku anak nama Marzawan suatu dengan Sayidatul Budur hajatnya ia hendak mengadap saudara Sayidatul Budur. Mudah-mudahan melihat Sayidatul akan Al Budur akan anakku Marzawan. Kalau-kalau mau ia berkata-berkata sudahan kembali ia dengan segeranya. Maka hal ini tiadalah seorang boleh mengetahui Maka kata khadam itunya, Tiadalah dapat mengadap sekarang ini melainkan pada malam kerana Sultan tiap-tiap hari siang ia datang di maligai ini melihat / akan anakndanya Sayidatul Budur. Kalau engkau hendak mengadap dengan anakmu, datanglah olehmu pada malam sekarang Maka ibu Marzawan pun memberi salam kepada khadam kembali ke rumahnya memanggil anaknya Marzawan memakai seperti pakaian perempuan.

Maka tatkala malam hari berjalanlah Marzawan dan dengan ibunya, dan di pegangnya tangan anaknya Marzawan dan maulah masuk keduanya ke dalam maligai sampai berjumpa dengan khadam. Kemudian Sultan pun kembali ke istananya. Maka khadam pun berdiri lalu berkata kepada ibunya Marzawan,

64 Tertulis

Maka tatkala sudah masuk Marzawan dengan ibunya melihat oleh keduanya itu akan Sayidatul Budur akan hal yang demikian. Maka memberi salam keduanya kepada Sayidatul Budur. Maka ibu Marzawan pun membuka pakaian itu Marzawan. Maka nyatalah ia laki-laki. Maka memasanglah Marzawan akan dian. Maka melihat akan dia oleh Sayidatul Budur. Maka lalu ia bertitah,

engkau musafir tiada aku mendengar khabarmu kemana engkau pergi titah tuanku telah lama patik mu\s\afir 66 baharulah ini patik datang dengan selamat tetapi hajat patik belumlah patik hendak kembali hanyalah sebab mendengar hal tuanku saja inilah sebabnya patik kembali tiadalah senang hati patik kembali. Inilah patik kembali mari mengadap mudah-mudahan dapat oleh patik akan obat duka cinta tuanku

saudaraku adakah engkau mengetahui hal aku ini? Maka sembah Marzawan, Khabarkanlah oleh tuanku apakah mulanya penyakit tuanku ini? Jikalau sekiranya patik sanggup bolehlah patik carikan barang di mana ada dukun[g] 67 yang pandai mengobati akan dia Maka titah Sayidatul Budur, Dengarlah Saudaraku, aku khabar kisahku adalah aku pada satu malam waktu di dalam tidur. Maka aku terjaga maka tiba-tiba aku terlihat di kananku seorang laki-laki yang muda yang amat cantik tiadalah pernah aku melihatnya. / Seperti yang demikian laki-laki pada sangka hatiku tiada dapat tiada laki-laki ini disuruh jadi jawaban kepada aku kerana aku tiada mau bersuami beberapa raja. Janganlah meminang akan daku tiada aku pergunakan. Maka aku pun sangatlah asyik akan orang muda

66 Tertulis 66 Tertulis

cincinnya aku masukkan ke jariku. Maka <maka> 68 tatkala subuh hari aku lihat pada jariku oleh cincinnya laki-laki orang muda itu ganti daripada cincinku. Maka inilah sebabnya, hai saudaraku. Maka aku sekarang telah tertambatlah hatiku kepada orang muda itu dan bertambah asyik kan tiada aku ingatkan makan dan minum dan tiada tidur hanyalah aku ini asyik menangis. Jikalau tiada dapat orang muda kekasihku niscaya aku mati di dalam percitaan

: Jauh kasihku entah di mana Umpama rusa keras merana Menahan asyik begini kan fana Inilah sebabnya mula kerana

Badanku dhaif hilang semangat Daging dan tulang bagi rakyat Jikalau tiada bertemu bangat-bangat Matilah adinda di dalam hemat

Bagindalah laku sehari-hari Duduk bercita seorang diri Hatiku hancur tiada terperi Seperti duduk di atas duri

Sudah nasib tiada upaya Takdir berlaku tiada sia-sia Adakah aku bertemu dengan dia Sebelum mati di dalam dunia

Hai Saudara kawan sawanku Cari olehmu obat citaku Hampir dan jauh daripada aku Jikalau tak dapat matilah aku

Kata sahibul hikayat bahwasanya Sayidatul Budur bertitah kepada Tolonglah olehmu akan daku. Di mana engkau pergi kalau-kalau ada engkau / bertemu dengan kekasihku itu Maka tatkala mendengar Marzawan goyanglah kepala lalu tunduk ke bumi dengan takjub pikirannya serta heran memikirkan hal Sayidatul Budur itu. Maka mangkat oleh Marzawan akan kepalanya itu serta berkata, Ya Tuanku Sayidatul Budur, segala titah itu benar tetapi heranlah patik akan orang muda itu yang di tuanku kehendakkan itu. Tetapi begitu pun bolehlah patik jawab mencari tiap-tiap negeri akan buat jadi obat tuanku. Mudah-mudahan Allah Taala sampaikan hajat tuanku dengan segera patik dapat akan dia Maka Marzawan dengan ibunya unjuk menyembah lalu bermohon dengan takzim kepada putri itu Sayidatul Budur dengan berkata seperti dengan kata

Pada khatir patik yang hina Kekasih tuanku tidak kemana

29

Dengan tolongnya Tuhan Rabbuna Dapat bertemu dengan sempurna

Jangan tuanku bersusa(h) 69 hati Harap kepada Rabbul Izzati [2] 70 Jikalau jodo(h) 71 mu pasti

Tidak mengira wahai Gusti

Janganlah duka intan biduri Segenap negeri patik cari Jikalau dapat suatu peri Segeralah patik bawa kemari

Kata sahibul hikayat, tatkala keluar Marzawan dengan ibunya dari dalam maligai itu sampai ke rumahnya. Maka tidurlah ia pada malam itu dan tatkala siang hari sedia lah ia bekalan musafir. Tatkala sedia oleh Marzawan pun

mi(n)ta 72 izin kepada ibunya. Maka ia pun berjalan sentiasa negeri satu-satu negeri. Maka tatkala sampai ia ke sebuah negeri yang bernama negeri At-Thair, maka mendapat Marzawan akan khabar

Mudah-mudahan

69 Tertulis

70 Tertulis

71 Tertulis 71 Tertulis

Apakah sebabnya, hai Saudara

kami orang-orang negeri seperti kelakuan orang-orang berduka cita Maka kata orang

Adakah / tuan hamba bahwasanya anak raja negeri ini yang bernama Qamaruzzaman ibnu Malik Syahraman sudah gilakan tuan putri yang bernama di dalam cincin Malikatul Budur binti Malik Al Ghabur Maka kata

Di manakah tempat anak raja itu sekarang ini

Maka kata mereka Di pulau Khaldan Maka kata Marzawan, Adakah berapa pulau itu jauh dari sini Maka kata mereka itu Jikalau jalan laut baik angin sebulan dan jalan daratnya anam bulan Maka sedialah juga sampai yang berlalu berlayar ke pulau itu.

Marzawan pun masuklah ke dalam sampan hendak pergi ke pulau Khaldan itu. Maka berlayarlah sampan itu dan angin juga baik lamanya sebulan. Maka kelihatan lah pulau Khaldan, maka tatkala hendak sampai, maka angin ribut pun turunlah. Maka patahlah tiang layar. Maka sampan pun karam lalu telungkup dan berhanyutlah sekalian papan-papan sampan. Maka sekalian orang-orang di dalam

sampan itu pun melepaskan dirinya masing-masing dibawa[`] 73 oleh angin dipukul oleh ombak. Adapun Marzawan terapung-apung ia dipukul oleh ombak dengan se-qadar

se[ng]higa 74 sampailah ia di bawah maligai tempat Qamaruzzaman terapung timbul tenggelam hampir mati. Adalah pada masa itu berhimpunlah sekalian anak raja-raja dan menteri pada si Qamaruzzaman dengan hormat takzim Wan Sultan Malik Syahraman

73 Tertulis 73 Tertulis

seorang Marzawan minta[`] 75 tolong lepasi dirinya daripada kebenaan laut hampir mati. Maka <maka> 76 jatuhlah belas kasihan wazir-wazir pun itu kepada

Marzawan menyembahkan Wazir Sultan. Maka Sultan pun memanjangkan pemandangan./ Maka melihat Sultan akan yang demikian, maka menitahkan ia turunnya di tepi laut lalu dibuka pintu maligai melepaskan akan dia manusia yang hampir mati. Maka menteri wazir pun segera melepas akan orang itu daripada hampir mati. Maka menteri pun mengeluarkan tangannya kepada Marzawan dan

memegang wazir akan rambut Marzawan. Maka \menarik\ 77 wazir ke darat, sungguhnya telah penuhlah perut Marzawan [2] 78 berisi air dan kabus-kabus matanya. Maka menyuruh sabar wazir kepada Marzawan hingga kembalilah nyawanya dan semangatnya. Dan wazir pun memberilah kain persalinannya seperti persalinan anaknya sendiri. Maka diberi tempat akan Marzawan, kemudian lalu wazir pun mengadap baginda. Titah baginda yang engkau lepasi daripada karam itu adalah ia selamat tinggal di rumah patik, mudah-mudahan kita lepasi akan Marzawan daripada karam hampir mati. Adalah pula Allah Taala lepasi anaknda

75 Tertulis

76 Tertulis

77 Tertulis 77 Tertulis

Maka mendapatkan ia akan Marzawan lalu berkata ia kepada Marzawan, [`] 79 mengadap kepada baginda dan berjalannya di hadapan menteri dan hulubalang. Adalah sekalian mereka itu tiada berkata kerana Qamaruzzaman anak Sultan. Adalah sekarang ini Qamaruzzaman itu sangat dhaifnya, hanyalah tidur menentang atas haparan. Tiada ia berkata-kata dan tiada tahu ia malam dan siang dan tiada tahu malu dan telah kurus badannya dan hampir ia mati. Dan setelah putuslah pada pikiran kami dan yakinlah kami akan dia tentulah mati tiada diharap akan hidup lagi. Adapun engkau jikalau engkau melihat akan dia Qamaruzzaman atau melihat lain-lain tempat engkau pandangkan kepada anganmu jikalau tiada demikian itu niscaya ia z.b.ng. nyawa- mu dan nyawaku. Maka kata /

Hamba, tuan hamba khabarkan kepada hamba apalah sebabnya maka jadi anak raja apa berduka cita? Dan betapakah sifatnya jadi ia dihantarkan di tengah laut ini. Maka kata Wazir, Tiada daku ketahui akan sebabnya melainkan bahwasanya setelah tiga tahun lamanya oleh kerana Qamaruzaman ini tiada dimau berkahwin. Maka suatu hari waktu subuh ia bangun daripada peraduannya menyangka ia ada seorang putri tidur ia pada lambungnya itu. Adalah putri itu baik parasnya dan cantik rupanya memberi heran segala akal dan tiada dapat disifatkan. Dan kata Qamaruzzaman, menanggali akan cincin itu putri dipakai pada jarinya dan menanggali ia akan itu akan cincinnya dimasukkan kepada jari putri. Dan tiadalah

[2] 80 sekalian kami mengetahui akan halnya demikian itu. Maka demi Allah, hai

79 Tertulis

Anakku, marilah kita naik ke atas maligai ini serta ayahanda. Dan jangan engkau menilik akan anaknda baginda itu. Kerana Sultan itu sekarang setelah siap pikiran.

Setelah di dengar oleh Marzawan kata Wazir itu maka Marzawan pun pikir dalam hatinya tak dapat tiada ditentulah ini yang diasyikkan suaraku Sayidatul Budur. Kemudian naiklah Marzawan mengikuti belakang wazir hingga sampailah di atas maligai. Maka duduklah Wazir di kaki Qamaruzzaman. Adapun

Marzawan tiadalah adab baginya melai(n)kan 81 bahwa berjalan hingga duduk ia di hadapan Qamaruzzaman. Maka menilik ia kepada Qamaruzzaman. Maka Wazir pun sangat-sangatlah takut akan Marzawan kerana tiada adab baginya. Dan memberi isyarat Wazir kepada Marzawan dengan matanya mengata, Jangan sangat hampirkan kepada Qamaruzzaman dan jangan menilik panjang dan isyarat menyuruh jauh daripadanya. Maka Marzawan tiadalah peduli hanyalah ia nya menilik Qamaruzzaman juga. Maka pikir Marzawan tiadalah syak / lagi inilah yang dikata oleh saudaraku Sayidatul Budur. Maka berkata Marzawan,

Subhanalladzii menjadikan Allah Taala akan sifatnya sebaik-baik rupanya laki ini seperti sebaik-baik rupa saudaraku Sayidatul Budur Maka membukakan Qamaruzzaman akan dua matanya dan mendengar ia akan dua telinganya. Maka tatkala melihat Qamaruzzaman berpalinglah ia kepada Marzawan, seperti kata

Aku melihat tikah dan laku Satu hingga segala saku

33

Ku pun kepada Ilahi Tuhanku Disampaikan Allah hajat saudaraku

Jangan Tuanku bersusah hati Cintamu ada sekarang dapati Patiklah boleh mehiburkan seti Sekarang sudah ia menanti

Janganlah membayang tak mengerti Patik disuruh putri istana Mencari tuanku ke sini sana Baharulah sekarang dapat sempurna

Adinda tu(an) 82 menyuruh sangat ghirat

Mencari tuanku laut darat Jikalau tak dapat seperti hasrat

Adinda tu(an) 83 hajat mati lawat

Sekarang sudah patik berjumpa Akan tuanku asal yang shafa Kembali bawa dalam dayang merana Lelah dan payah jadilah hampa

82 Tertulis

Adindamu putri amat bercita Di dalam maligai tatah permata

Akan tuanku ta[`]juk 84 mahkota Hingga tak dapat memeja\m\kan 85 mata

Siang dan malam asyik merawan Tangis tersedu bagai jambawan Menyebutkan nama paduka tuan Sentiasa demikian kelakuan

Umpama (zu)laikha 86 birahikan yusuf

Namamu juga disebut-sebutnya Dulu seperti Nabiyullah Seperti balwat Nabiyullah Ayub

Duka sangat adinda putri Di dalam rantai sehari-hari

Berapa tabib dibawa[`] 87 mari

Arti tiada dapat dicari

84 Tertulis

85 Tertulis

86 Tertulis

Tiga tahun sudah cita menjelma Banyaklah terbunuh tabib hukama Nujum dan sembur mari bersama Tiada seorang berjangkar angan /

Kata sahibul ti Qamaruzzaman sejuk rasanya. Dan memusing akan dia lidahnya kepada mulutnya. Dan memberi isyarat Qamaruzzaman akan ayahandanya dengan tangannya, Panggil orang muda ini dekat pada lambungnya ku Maka tatkala

mendengar baginda akan bunyinya itu Qamaruzzaman. Maka su\ka\ 88 citalah bak suka yang bersangatnya pikiran baginda mudah-mudahan dapatlah orang muda ini mengobati putranya Qamaruzzaman. Kemudian darinya baginda memegang

tangan Marzawan dibawa[`] 89 dekat kepada anakndanya Qamaruzzaman seraya baginda

Di mana tempatnya negeri rajamu, hai Orang Muda Ini Maka patik negeri Jazairul Jauniyah negeri Sultan Malik Al-Ghabur yang \mempunyai\ 90 tahta kerajaan laut dan darat. Dan yang mempunyai tujuh buah maligai Mak

Mudah- mudahan sembuhlah penyakit anakku ini pada tanganmu Maka tatkala didengar Marzawan titah bagindanya maka Marzawan pun mengadap akan putra Baginda Qamaruzzaman seraya membisikkan pada telinga

88 Tertulis

89 Tertulis

Tenanglah hatimu dan bali\k\lah 91 hatimu dan patiklah yang jadi pesuruh Sayidatul Budur mengadap tuanku kemari. Maka janganlah tuanku nyatakan bicara ini kepada barang siapanya. Adapun kelakuan Sayidatul Budur sekarang ini telah mekhabarkan ia akan patik hal antaranya dan tuanku. Maka sekarang ini gila asyik tiada ingat akan siang dan malam oleh kerana tiada bertemu dengan tuanku. Oleh Sayidatul Budur sekarang ini sentiasa dirantaikan batang lehernya dengan rantai besi insya Allah jikalau bertemu

dengan tuanku niscaya sembuhlah duka citanya. Demikianlah pu\l\a 92 tuanku Maka tatkala mendengar Qamaruzzaman sembah Marzawan, maka kembalilah nyawanya kepadanya. Maka memberi isyarat ia kepada ayahandanya Malik

Syahraman meminta[`] 93 duduk akan dia. Maka mendudukkanlah baginda akan anakndanya / Qamaruzzaman dengan beberapa kesukaan baginda pun memanggil sekalian wazir-wazir membersihkan maligai dengan bau- kasturi air. Kemudian menitahkan baginda menghiasi negeri.

Maka baginda bertitah kepada Marzawannya, Anakku, jatuhlah duka cita ini di tangan anakku mudah-mudahan sembuhlah penyakit ini di atas tanganmu Dan memuliakan bagindanya akan Marzawan se[ng]hingga 94 kemuliaan sebut Qamaruzzaman pun meminta makanan kepada Marzawan. Lalulah diedarkan dayang-dayang akan satapan. Maka bertitah-titah/ kepada Marzaw

Hai Anakku, bersama anakku makan Qamaruzzaman Maka

91 Tertulis

92 Tertulis

93 Tertulis

Marzawan pun makan bersama-samanya Qamaruzzaman. Dan tatkala malam hari tidurlah Marzawan dengan Qamaruzzaman. Maka baginda berdualah dekat keduanya dengan kesukaan dengan sebab sembuh penyakit putranya Qamaruzzaman. Maka tatkala siang hari berkata-katalah Qamaruzzaman dengan Marzawan dari hal Sayidatul Budur binti Al Malik Al Ghabur. Kata Marzawan, Adalah Sayidatul Budur itu saudara patik sebayawan Maka diciterakanlah kisah Sayidatul Budur dari awal sampai akhirnya. Dan diciterakan pula mula-mula jatuh asyik dan Sayidatul Budur pun citerakan kepada

patik hal (i)hwalnya 95 tuanku beradu di lambungnya. Dan janganlah tuanku syak bahwa tuanku kekasihnya dan ia kekasih tuanku. Maka tenangkan hati tuanku. Maka patiklah menyapai tuanku kepadanya. Dan patik lah antar[a] 96 pula berjumpakan antara tuanku dengan tuanku dengan adinda itu

Janganlah tuan bersusah hati Akan dinda puteri gusti Dipohon kepada Rabbul Izzati Patik menyapaikan dengan seperti

Pikiran patik tiadalah dua Biarlah patik jadi kecewa Akan tuanku jadi penguyang nyawa Asalkan bertemu engkau kedua

95 Tertulis

Kata sahibul hikayat sentiasalah jua Marzawan memojokkan / Qamaruzzaman. Maka kuatlah ia makan dan minum dan kembalilah rupanya dan sifatnya \seperti\ 97 sedia kala. Maka masuklah ia ke dalam hama\m\ 98 tempat bersiram. Maka Baginda Malik Syahraman pun sangatlah suka citanya. Baginda pun menitah akan wazirnya membuat akan jamuan memberi makan kepada sekalian miskin dan kaya. Serta memberi shadaqah kepada faqir dan miskin. Dan

melepaskan orang yang kena pen\j\ara 99 .

Kemudian daripada maka Marzawan pun menyembah kepada Adapun patik datang kemari kerana hendak menjadi obat duka cita putri Sayidatul Budur. Maka sekarang patik telah lama di sini hendak patik membawa tuanku. Patik takut murka duli ayahanda tuanku kerana patik lihat duli baginda itu tiada mau bercerai dengan tuanku Maka kata

tiada mau bercerai, dikau bawalah aku kepada kekasihku Sayidatul Budur Setelah dengar Marzawan akan perkataan Qamaruzzaman, maka sembah Marzawan

jikalau begitu esok pagi tuanku minta[`] 100 mohon kepada ayahdanya bagindanya bahwa kita pergi memburu ke dalam hutang. Dan tuanku minta[`] 101 sediakan bekalan dan kuda. Maka dari b\er\buru 102 itulah kita pergi ke negeri Jazair mendapatkan kekasih tuanku

97 Tertulis

98 Tertulis

99 Tertulis

100 Tertulis

101 Tertulis

Sayidatul Budur. Dan tuanku khabarkan Bahwa anakda hendak keluar pergi berburu ke dalam hutang dan melihat emas di seluruh negeri Kufah ini. Dan anakda bermalam-malam di tempat perburuan itu barang semalamnya. Jangan ayah

Setelah di dengar Qamaruzzaman pengembaraan Marzawan, maka Qamaruzzaman pun amatlah sukanya berseri-seri warnanya. Maka Qamaruzzaman pun mengadap baginda lalunya menyebahkan memintakan izin pergi berburu ke dalam hutang. Maka titah baginda,

Anakku, jikalau begitu

maksud anakda silalah berangkat bersamasama Marzawan tetapi tiadalah boleh anakda [a]lewat 103 dari sehari /semalam lamanya kerana penyakit anakda belum baik dan juga ayahda tiada senang hati bercerai lama dengan anakda Maka setelah itu Sultan Malik Syahraman pun lalulah ia bimbang hati kepadanya kata

Wahai anakku cahaya mata Di dalam dunia ta[`]juk mahkota 104 Gemala segari i\n\tan 105 permata Sari istana di dalam kota

Anakku tuanku remaja putra Berburu di hutan[g] 106 riba belantara

103 Tertulis

104 Tertulis

105 Tertulis

Ayahda bimbang tiada terkira Takut ayahda mendapat cedera

Anakku umpama sepohon beringin Jangan lama anakku bermain Pada ayahda sehelai kain Basah tiada berganti lain

Kata sahibul hikayat baginda pun bertitahlah kepada perdana-perdana menteri menyuruh lengkapkan alat perburuan. Maka datuk perdana menteri pun lengkapkan alat perburuan seperti kuda, makanan dan belanja kuda. Yaitu Qamaruzzaman dan Marzawan dan tiada ia mau berkain hanya dua orang sahaja dengan Marzawan. Maka tatkala sudah lengkap alat pemburuan itu, maka Qamaruzzaman pun dengan Marzawan lalu bermohon diri kepada baginda. Lalu dinaik di atas kudanya masing-masing. Lalu berjalan keduanya dari pagi sampai petang. Maka berhentilah keduanya makan dan minum. Kemudian menunggang pula keduanya lalu berjalan lamanya lebih kurang ampat hari. Makanya tiba-tiba bertemu keduanya dengan satu padang yang amat luas. Maka turunlah keduanya kemudian mengambil Marzawan seekor untanya dan seekor kudanya lalu disembelihnya dan dipotongnya satu potong. Maka ambil Marzawan darah unta itu dilumurkannya kepada bajunya. Maka diambil pula akan darah kuda itu dilumurkan kepada baju Qamaruzzaman. Kemudian maka dicampakkan bangkai unta itu di padang. Kemudian makan dan minum keduanya.

Setelah makan dan / minum berjalanlah pergi keduanya. Maka bertanyalah 38

Qamaruzzaman, katanya hai Saudaraku Maka sahut Tuanku, adalah sebab patik membuat yang demikian itu kerana ayahda itu berjanji dengan kita pergi per\buru\ 107 sehari semalam, makanya sekarang tiada kita kembali niscaya dicari oleh baginda itu akan kita. Jikalau ia sampai ke tempat ini, tentulah ia berjumpa dengan baju kita yang berlumur darah dan kuda unta kita telah mati. Baginda pun menyangka akan kita dibunuh penyamun itu dimakan binatang hutan[g] 108 ini. Maka itu tentulah putus harapan baginda tiadalah ia mencari akan kita. Maka baginda pun kembali ke dalam negeri. Maka inilah jadi celahnya kita Maka kata Qamaruzzaman, Hai Saudaraku, sebenarlah yang saudaraku perbuat itu Kemudian berjalanlah keduanya siang dan malam masuk hutang keluar hutang sehingga tiada berputus citanya akan Sayidatul Budur,

Wahai nasibku tiada beru(n)tung 109 Hidup \umpama\ 110 kera dan lutung Di dalam hutan[g] 111 bergatung-gatung Menjadi ranting tempat bergatung

107 Tertulis

108 Tertulis

109 Tertulis

110 Tertulis

Wahai nasib badan malang Padi ditanam menjadi lalang Intan dipeluk disambar hilang Ayam dikurung lepas terbang

Wahai nasib badan sendiri Limau ditanam tiada berduri Cincin dicari disambar putri Di dalam hutan[g] 112 membawa diri

Maka kata sahibul hikayat tatkala selesai Qamaruzzaman daripada kelihatanlah negeri Jazair kerajaan Sultan Malik Al Ghabur ayahandanya Sayidatul Budur. Maka sukalah Qamaruzzaman dan Marzawan akan sebagai suka yang tiada dapat khabar^kannya^ 113 dan mengucap syukurlah Marzawan. Maka masuklah keduanya / negeri Jazair itu, lalu masuk ke rumah ibu Marzawan. Maka oleh ibu Marzawan diperiksa dapur, muliakan akan Qamaruzzaman makan dan minum. Dan mandi di ha(ma)m 114 adalah kira-kira lamanya tiga hari. Dan menyuruhlah Marzawan akan Qamaruzzaman memakai pakaian seperti pakaian saudagar dengan selengkapnya. Setelah sudah lengkap

silalah tuanku ke bawah maligai tuan putri Sayidatul Budur dan tuanku berhenti di bawah maligai itu. Maka tuanku

112 Tertulis

113 Tertulis

Akulah tukang hisab dan tukang nujum dan obat, barangsiapa hendak bolehlah aku obatkan dan hisab dan aku <dan aku> 115 nujum. Apabila didengar oleh Malik Al-Ghabur niscaya dibawa[`] 116 oranglah tuanku kepada Sayidatul Budur kekasihku anakku. Kerana apabila dilihatnya tuanku putri Sayidatul Budurnya niscayalah hilang penyakit kepalanya itu tatkala sudah sembuh penyakitnya itu. Tentulah suka Malik Al-Ghabur dan kahwinkan anakdanya itu dengan tuanku. Dan tuanku sampailah maksud

Setelah didengar oleh Qamaruzzaman akan nasihat pengeja dan Marzawan. Maka itu pun

117 izin lalu pergi ke bawah maligai dan duduk ia di bawah maligai. Dengan nyata,

Akulah tukang nujum dan tukang hisab dan tukang obat, maka barang siapa berkehendak mari ia pada aku sini Maka tatkala mendengar orang-orang yang di maligai itu, heranlah hati mereka itu kerana sudah lama tiada orang berani mengobati dan hisab. Maka tiba-tiba sekarang berani orang mengaku diri tukang obat dan tukang hisab nujum. Maka tawaranlah orang menunggu maligai itu melihat Qamaruzzaman. Maka melihat mereka itu akan Qamaruzzaman heran tercengang mereka itu daripada indah dan elok rupa Qamaruzzaman tiadalah pernah mereka itu melihat / seperti elok rupanya Qamaruzzaman. Maka kata mereka itu

Tuan Hamba, janganlah tuan berseru seperti bunyi perkataan tuan hamba itu. Kerananya sudah banyak tabib dan tukang hisab dan tukang nujum yang telah tanggal kepalanya oleh tiada dapat ia obati. Adalah tuan hamba

115 Tertulis

116 Tertulis 116 Tertulis

dan aku tukang hisab dan aku tukang nujum Maka berkata setengahnya orang yang banyak itu katanya Ini budak orang gila Maka datanglah mereka itu berhimpun pada lambungnya. Kata

Kanak-kanak, rugilah mudamu dan muda tahanmu kalau didengar baginda akan serumu itu tetaplah engkau dibunuhnya Maka Qamaruzzaman semangkin berseru dengan kuat suaranya. Maka tatkala mendengar oleh Baginda Malik Al-Ghabur orang berseru dan berhimpun ma[k]nusia 118 kepadanya. Maka titah baginda kepada perdana

Turunlah olehmu, hai Menteri. Apakah ini nujum

Maka turunlah perdana menteri dan membawa[`] 119 ia akan Qamaruzzaman ke hadapan baginda. Maka tatkala sampai di hadapan baginda, Qamaruzzaman pun menyembah lalu sujud di hadirat baginda, Harapkan ampun ke bawa duli Patik yang hina menjunjung duli Harapkan ampun beribu kali Daulat tuanku wajah asli

118 Tertulis

Harapkan ampun daulat bahari Patik yang hebat datang kemari Menyerahkan nyawa serta diri Maklum di hadirat mahkota negeri

Dipohonkan Rabbul Izati Penyakit anakda coba obati Mudah-mudahan baik dengan seperti Supaya tuan bersenang hati /

Kata sahibul hikayat, maka tatkala melihat baginda akan Qamaruzzaman, baginda pun mendudukkan Qamaruzzaman pada lambungnya. Dan baginda Anakku, adakah engkau sudah mengetahui sekalian yang aku isyaratkan pada sekalian tukang obat dan tukang hisab dan tukang nujum? Barang yang siapa yang dapat mengobati akan penyakit anakku Sayidatul Budur aku kahwinkan akan dia dan aku jadikan akan dia jadi raja setengah kerajaanku dan barangsiapa masuk mengobati tiada sembuh penyakit anakku itu aku potongkan kepalanya di muka maligai ini Maka sembah Qamaruzzaman,

atik menerima seperti isyarat tuanku itu Maka titah baginda

Anakku, janganlah anakku sangat mengaku sayanglah aku akan mudamu dan baiklah rupamu Maka sembah Ya Tuanku Syah Alam, jikalau <jikalau> 120 tiada sembuh penyakit anak itu ridlo-lah patik mati apalah gunanya patik hidup tiada menolong

41

kepada tuanku Maka baginda menyangsikan kepada hakim-hakim baginda bertitah kepada khadam membawa Qamaruzzaman dengan titahnya, Khadam, bawa olehmu orang muda tukang obat ini kepada Sayidatul Budur Maka khadam pun memegang tangan Qamaruzzaman lalu berjalan masuk ke

muda ini, sayanglah rupamu janganlah engkau bersegera berjalan ini kepada kematianmu. Demi Allah beberapa nujum dan tukang obat tiadalah seorang yang dapat mengobati putri Sayidatul Budur

Maka tatkala mendengar Qamaruzzaman perkataan khadam itu, maka memalingkan Qamaruzzaman akan mukanya kepada khadam, Wahai Khadam yang jahat sangka Tahulah aku baik durhaka Jangan takabur jangan dijangka Mengaku diri bila petaka

Dengan kehendak tuhan yang ghani Pada sekalian hambanya ini Wajib tiada menjadi seni Yang hidup boleh menjadi ghani /

Jikalau kehendak Tuhan yang satu Intan boleh nan menjadi batu Batu pun boleh intan bermutu Tiadalah sangka kita di situ

Kata sahibul hikayat bahwa si khadam pun dudukkan Qamaruzzaman di luar tabir pintu bilik Sayidatul Budur. Maka tatkala demikian kata Apalah hal kita beradu ini adalah aku hendak mengobati Sayidatul Budur. Dan insya Allah aku lepaskan penghulumu Sayidatul Budur itu daripada duka citanya Maka tercengang serta heran khadam itu melihatkan Qamaruzzaman.

Maka Qamaruzzaman mengambil dakwat dengan qalam dan menuliskan Qamaruzzaman pada kertas yang amat putih dengan perkataan seperti tersebab Ketahui olehmu, hai Adindaku Sayidatul Budur, se(m)buhlah 121 adinda daripada penyakit adinda. Sekarang telah tiba di hadapan adinda obat adinda. Dan sembuh sekalian asyik adinda. Dan duka cita adinda setelah hadirlah kakanda jadi obat adinda. Dan juga kakanda telah jadi penyakit seperti penyakit adinda. Maka sekarang inilah kakanda datang kemari. Kakandalah yang bernama Qamaruzzaman ibn Sultan Malik Syahraman yang beradu tidur pada lambung adinda dan yang menukarkan pada jari yaitu cincin kakanda pada cincin adinda. Maka kakanda setelah sudah sampai di hadapan adinda, maka syukurlah kakanda kepada Tuhan kita Malikul Alam. Dan telah sembuhlah sudah rasa kakanda seperti semangat pulang ke badan. Upama mati berbalik hidup. Maka silalah adinda menegur kakandanya dan menyapa kakanda yang hina. Janganlah kira (a)dinda 122 lagi beradu. Hai Adinda, cahaya mata kakanda, ta[ ]juk 123 mahkota kakanda, keluar apalah dari peraduan adinda! Lihatlah kakanda datang ini dengan

121 Tertulis

122 Tertulis

yang bercita tiada diobati sekalian dukun[g] 124 nujum dan sihir. Hanyalah adinda yang dapat mengobati kakandanya. Dan adalah bersama-sama ini kakanda kirimkan cincin adinda. Diharap adinda terima serta adinda kembalikan cincin kakanda yang ada pada jari adinda Serta Qamaruz surat dengan penuh asyik / Qamaruzzaman itu: Wahai Adinda permata nilam Kakanda datang mengadap silam Kasih olehmu dagang yang ghulam Dalam bercinta siang dan malam

Wahai Adinda Siti Nur Laila Kakanda bercinta bak kan gila Kakanda menyerahkan datang diri Burut dan baik mi(n)ta 125 dibela

Ke hadapan adinda wajah berseri Meninggal itu benda sendiri Berapa lama kakanda bercinta itu Harap di terima sebarang peri

124 Tertulis

Siang dan malam terluta-luta Akan adinda cahaya mata Wahai adinda intan junjungan Asyik birahi sangat menderita

Di puput bayu bagi dindangan Tiadalah lupa di angan-angan Ya Ilahi tuanku tubuh Jadilah ibarat penuntut karangan

Sekarang ini kakanda tersila Hujan turun sangat lebat Hidup sengsara mati lambat Upama sakit menanti obat

Bunga mawar di atas pasti Bunga melati di atas istana Kakanda ini minta obati Janganlah sampai jadi merana

Bunga melati di atas istana Pohon angsa buahnya lebat Janganlah sampai jadi merana Obatlah kakanda jangan berlambat

Biri-biri kambing ayam pun Mati tanduk kambing jati Kakanda mencari laut darat Baharu sekarang berjumpa hati

Mati di tanduk kambing cati Mati tersalit bawah pandan Berasa jumpa muka dan badan Rasa berjumpa muka dan badan

Mati tersalit bawah pandan Berasa jumpa muka dan badan Rasa jumpa muka dan badan Dikirim cincin akan tandanya

Wahai adinda Cincin kakanda kirim di sini Kakanda menanti hadir al-jani Di belakang tabir sutera aksani

Maka setelah selesai Qamaruzzaman menulis perkataan. Maka tanggallah / cincin Sayidatul Budur dari jarinya dimasukkan di dalam surat itu. Lalu diberikan tangan khadam mata khadam menyabut lalu dibawa surat itu kepada Sayidatul Budur lalu sembahkan dengan takzim. Maka disambut olehnya Sayidatul Budur seraya dibukanya akan surat itu. Tiba-tiba ia melihat akan

44

cincinnya lalu diambilkan masuk ke jarinya dengan suka hati. Maka dibaca akan bunyi surat itu. Maka Sayidatul Budur pun paham maksudnya dan tahulah Sayidatul Budur akan kekasihnya Qamaruzzaman sudah sedia menanti di luar tabir. Maka hilanglah akalnya duka cita. Maka sukalah Sayidatul Budur dan berluaslah dadanya dan kembalilah cahaya mukanya berkeliling upama bulan jatuh di pangkuan. Maka lalu ia berbunyi pula seperti syair: Demi singgah kakanda tuan Boleh melipur hati merawan Siang dan malam igau-igauan Kerana bercerai denganmu tuan

Asyik tiada dapat berkata Lama lah sudah duduk bercita Sekarang hadir tajuk mahkota Baharulah adinda membuka mata

Asyik adinda bukan seperti Ingat nak lengkung di dalam hati Kakanda disebut tiada berhenti Baharu sekarang hadirmu ke sini

Wahai kakanda wajah cemerlang-cemerlang Adinda bertitah tiada berselang Kurus menangis bukan kepalang

Jikalau lah kulit bercerailah tulang

Sekarang sudah kakanda hadir Menanti adinda di luar tabir Sembuhlah penyakit tiada khawatir Hilanglah duka baiklah pikir

Maka tatkala kata sahibul hikayat sudah selesai Sayidatul Budur maka itu pun bangkit lalu berdiri. Maka terasalah keras pada kaki dan batang leher rantai besi. Maka dipenggalnya sekalian rantai daripada kaki batang lehernya. Maka itu pun keluarlah dari dalam bilik luar tabir. Maka tatkala dilihat kekasihnya Qamaruzzaman, maka Sayidatul Budur pun menjatuhkan diri di pangkuan Qamaruzzaman lalu diciumnya akan mulut Qamaruzzaman dan Qamaruzzaman pun mencium pula antara dua matanya. Hasillah berpeluk bercium dan / bertangis-tangisan antara keduanya. Maka kata Sayidatul Budur,

Ya Kakandaku, (a)dakah 126 kita ini di dalam masa jaga[r] 127 atau masa tidur dan adakah kita di dalam mana atau tiada Maka berbagai-bagai pucuk dan cumbu tiadalah kuasa musonif mengurangkan panjangnya. Maka tatkala melihat oleh khadam akan hal keduanya itu Qamaruzzaman dengan Sayidatul Budur. Maka itu pun tercengang sangatlah heran berapa dukun[g] 128 dan nujum sembur mengobati tiada diindahkan Sayidatul Budur. Maka Qamaruzzaman ini sangatlah Sayidatul

126 Tertulis

127 Tertulis

Budur asyik bukan seperti jambul dengan tutupnya. Maka khadam pun pergi berlari-lari dengan segeranya menyembahkan hal yang telah jadi antara Qamaruzzaman dan Sayidatul Budur. Setelah sampai lalulah sampai khadam menyembahkan dengan katanya ahlul nujum itu telah menyembuhkan penyakit anakda tuanku Sayidatul Budur. Sekarang ini Sayidatul Budur telah menanggali rantai lehernya dan kakinya. Lalu mendapatkan ahli nujum muda itu. Maka sahut baginda perkataanmu ini, hai Khadam

Maka sembah khadam, Ya Tuanku, silalah melihat akan anakda itu Maka baginda pun berdiri lalu masuk ke dalam mahligai Sayidatul Budur. Maka tatkala melihat Sayidatul Budur akan ayahdanya, maka itupun berdiri menudung ia akan kepalanya kemalu-maluan akan ayahdanya.

Kata sahibul hikayat, tatkala baginda melihat akan anakdanya Sayidatul Budur pun sangatlah suka hati. Maka diciumnya mata anakda kerana bahwasanya baginda sangatlah ia kasih akan anakdanya Sayidatul Budur. Kemudian maka berpalinglah Baginda Qamaruzzaman lalu bertanya dari hal

Di mana datang engkau dan di mana negerimu Maka Qamaruzzaman menyembah , dapatilah ini datang dari negeri Khaldan dan ayahanda patik bernama Sultan Malik Syahraman Maka dikisahkan oleh Qamaruzzaman akan kisah sebab terjatuh jadi halnya dengannya Sayidatul Budur bertukar cincin di antaranya dengan Sayidatul Budur. / Hasillah sebagai hal kisah yang tersebut dahulu itu. Maka tatkala baginda mendengar sembah Qamaruzzaman, baginda itu pun tercengang-cengang hilang pikiran baginda. Titah baginda Jadilah hikayat keduanya engkau ini berpanjangan di

46

belakang hari di atas amat dari negeri kepada negeri Kemudian bahwa baginda pun menitahkan sekalian qudhat dan syuhud menghiasi pagang dan negeri tempat bersuka sekalian anak raja-raja dan menteri hulubalang berjaga-jaga tujuh hari tujuh malam dan memberi makan faqir miskin. Maka Sayidatul Budur pun dihiasi oleh permaisuri bagindanya di hadapan sekalian anak raja-raja dan menteri. Maka Qamaruzzaman pun diberilah tempat sebuah mahligai. Maka dihiasi oleh Perdana Menteri. Setelah lengkap maka baginda pun mengkahwinkan Qamaruzzaman dengan Sayidatul Budur. Tatkala selesai kahwin itu diarak-arak ke[li]liling 129 negeri. Maka lalu masuk ke dalam mahligainya Sayidatul Budur. Maka disediakan di atas panca persada pelaminan. Maka baginda pun masuklah melihat anakdanya sangatlah suka cita. Baginda seupama bulan dengan matahari dan sikap majlis paras keduanya. Maka hari pun malamlah Qamaruzzaman pun memimpin adinda Sayidatul Budur masuk ke dalam peraduan. Maklumlah tuan membaca ataupun dengar pengantin baharu bertemu umpama semut jumpa manis. Pujuk dan jambul tiadalah kuasa hamba yang meterjemahkan mencarikan dia pulang. Maklumlah kepada sekalian encik dan tuan membaca ataupun dengar.

Syahdan (ta)tkala 130 sampai pada hari yang kedua baginda pun berjamu makan walimatul ursy dengan sekalian raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian hadir dipanggil di perjamuan. Masing-masing t.ra.ny. amatlah suka baginda dengan selamatnya anakda keduanya. Tatkala adalah sebulan Qamaruzzaman bersuka-suka dengan Sayidatul Budur, maka terkenanglah

129 Tertulis

Qamaruzzaman akan ayahdanya Sultan Malik Syahraman sangatlah duka cita ia dan rindu telah lama bercerai dengan ayahda. / Maka beradulah Qamaruzzaman pada satu malam, maka itu pun berjumpa dengan ayahdanya.

Hai Anakku Qamaruzzaman, tiadalah anakku ingatkan ayahda lagi padahal anakda minta[`] 131 izin pada ayahda berburu seharinya dan semalam. Sekarang sudahlah dapat kesukaan tiadalah anakku ingat ayahda Maka tatkala hari siang itupun bangun daripada beradu lalu mengambil air sembahyang. Lalu ia sembahyang subuh, lepas sembahyang Qamaruzzaman pun berduka cita. Maka kata Sayidatul Bu

Apakah kakanda ini seperti orang menaruh duka Maka dijawa\b\ 132 Adinda, adalah pada malam semalam kakanda bermimpi akan ayahda Malik Syahraman datang ia kemari. Maka oleh itu sangatlah susa(h) 133 hati kakanda kalau-kalau baginda itu dapat suatu kesusahan. Maka hajat kakanda hendak pergi ziarah ayahdanya itu Setelah didengar Sayidatul Budur katanya bercerai dengan kakanda

Maka setelah sudah putus mufakat lagi istri, maka keduanya pun pergi keutamaan mengadap ayahda Malik Al Ghabur. Maka tatkala sampai lalu ia menyembah keduanya sujud di kaki baginda lalu disambut oleh baginda dengan beberapa hormat suka hati akan anakda keduanya. Baginda bertitah

ada hal, Anakku Ayahda, oleh anakda ini telah lama meninggalkan ayahda bunda anaknda. Maka sekarang ini ingin rasa

131 Tertulis

132 Tertulis 132 Tertulis

Ayahda, anakda pun hendak mengikuti juga ziarah ayahda tiadalah anakda mau tinggal Maka titah baginda Jikalau begitu baiklah ayahda ini izin akan anakda keduanya tetapi janganlah lama meninggal ayahanda bundanya. Jikalau sudah sampai setahun diharaplah anakda kembali. Kemudian daripada setahun anakda pergi maka berulang-ulang kedua antara ayahda dengan Baginda Malik Syahraman

Maka keesokan hari Sultan Malik Al Ghabur / pun melengkapkan sekalian alat musafir juga dengan menteri hulubalang dan rakyat pengiringi kedua baginda itu. Maka baginda pun setelah lengkap menitahkan kepada perdana menteri hulubalang akan mengantar putra baginda akan ke luar negeri. Maka tatkala sampai masanya Sayidatul Budur pun dipakai oranglah akan selengkap pakaian yang indah-indah dan memakai baju selawar daripada sutera beludu ditatah dengan permata yang indah-indah dan ditudung kepala daripada perbuatan tukang ainul bana memancar cahaya berkilat-kilat tiadalah dapat tentang lama. Demikianlah pula Qamaruzzaman lalunya menyembah keduanya ayahda dan bunda Sayidatul Budur pun menyembah ayahda bundanya. Maka ayahda bundanya memeluk mencium akan Sayidatul Budur bertangistangisan. Maka Qamaruzzaman pun demikian juga. Maka naiklah Sayidatul Budur dan Qamaruzzaman di atas tahta ratna yang berumbai-rumbaikan manikam. Maka diantarlah oleh baginda dan sekalian menteri hulubalang rakyat di luar negeri Jazair. Kemudian baginda pun kembali ke istananya dan Qamaruzzaman dengan Sayidatul Budur pun berjalanlah dengan segala kawan-kawan rakyat yang mengiringi itu dengan

48

bersuka-sukalah kawan dan menteri- Berapa lama bercerai kami Meninggalkan ayah dengan umi Jadi bercerai asyik tersami Rasa tak jejak di atas bumi

Baiklah aku menahan sabar

-qadra

Ayahku tidak menjadi Ghabur Dijumpakan Allah Ilahi Al jabar

Maka sentiasa berjalan siang dan malam adalah lamanya satu bulan. Maka berhentilah mereka itu pada suatu tanah yang luas yang banyak burung dan mendirikan mereka itu akan kemah mereka itu. Maka berhentilah mereka itu makan dan minum. Maka Sayidatul Budur pun beradulah lalu tidur. Maka Qamaruzzaman pun masuk ke dalam kemah. Maka dilihatnya Sayidatul Budur tidur. Maka ia pun duduk pada sisi Sayidatul Budur dengan taqdir Allah Taala maka bertiuplah angin. Maka terbukalah baju Sayidatul Budur putih halus. Maka memeluk Qamaruzzaman akan Sayidatul Budur. Maka terasalah pada tangan di tepi pakaian Sayidatul Budur suatu / benda. Maka dibukanya tiba-tiba melihat Qamaruzzaman sebentuk cincin yang bercahaya merah tua ikat di tepi pakaiannya dan dibawa[`] 134 oleh Qamaruzzaman kepada tempat yang terang di luar kemah.

Maka tertulislah dua seteru di cincin itu demikian bunyinya, Ini surat jangan ia dibaca Maka takjublah Qamaruzzaman seraya berpikir di dalam hatinya,

Tentulah ada kehendak cincin ini pekerjaan yang amat besar Maka ditilik oleh Qamaruzzaman cincin itu berulang-ulang. Maka tiba-tiba datang seekor burung lalu disambarnya cincin Fuso yakni cincin pada tangan Qamaruzzaman dan terbangkanlah oleh burung itu. Kemudian dihantarkan ke bumi. Maka hendak diambil oleh Qamaruzzaman. Maka disambar ia kembali. Maka dibawanya terbang perlahan. Maka takutlah Qamaruzzaman hilang cincin itu. Maka itu pun mengikuti burung itu. Maka burung itu pun menurut langkah jalan Qamaruzzaman tiada dijauh antaranya kira sedepa.

Maka sentiasalah itu kelakuan Qamaruzzaman mengikuti di bawah burung- burung terbang daripada satu sungai kepada suatu sungai daripada bukit kepada suatu bukitnya hingga merasalah Qamaruzzaman akan lapar dahaga dan menyangkalah akan binasa dan hendak kembali tiadalah ia ingat akan jalan kembali dan tiada pula ingat akan tempat kemah istrinya. Maka Qamaruzzaman pun mengucap

- - Kemudian Qamaruzzaman pun tidurlah beradu di bawah kayu tempat burung bermalam itu.

Maka sentiasalah demikian siang dan malam, Qamaruzzaman mengikuti di belakang burung yang terbang itu kira-kira sepuluh hari lamanya. Pada suatu hari hingga sampailah burung itu dan Qamaruzzaman di tepi sebuah negeri. Maka burung pun ghaiblah tiada ke[hba]lihatan 135 lagi. Maka takjublah Qamaruzzaman Maka sentiasalah demikian siang dan malam, Qamaruzzaman mengikuti di belakang burung yang terbang itu kira-kira sepuluh hari lamanya. Pada suatu hari hingga sampailah burung itu dan Qamaruzzaman di tepi sebuah negeri. Maka burung pun ghaiblah tiada ke[hba]lihatan 135 lagi. Maka takjublah Qamaruzzaman

Selamat aku sampai kepada negeri ini. Kemudian duduklah Qamaruzzaman di tepinya sungai itu membasuh dua tangan dan kakinya. Dan berhenti ia \sekedar saat\ 136 . Maka asing telah ia akan nasibnya.

Kemudian masuklah Qamaruzzaman ke pintu kota negeri amirat itu. Padahal tiadalah ia tahu kemana hendak pergi. Maka ia pun berjalan di dalam kota itu seorang pun tiada yang bertanya kepadanya. Maka seketika ia berjalan / hingga ia sampailah kepada sebuah kebun di negeri itu sebuah rumah di kebun itu. Maka duduklah Qamaruzzaman dekat pintu rumah itu. Setelah itu maka keluar seorang tua namanya Khauli akan dia dan takut Qamaruzzaman akan dia. Maka kata Khauli Alhamdulillah, datang engkau ini dengan selamat daripada ahli-ahli negeri ini. Masuklah olehmu ke dalam kebunku ini dengan segera sebelum melihat akan daku ahli negeri Maka Qamaruzzaman masuklah dengan segera serta dengan ketakutan. Maka kata

Hai Nenekku, apakah hikayat negeri ini dan apa agamanya

Maka sahut Khauli, Hai Cucuku, inilah negeri-negeri Majusi

Hai Cucuku, dengan benarlah engkau berkata kepada aku apakah halnya engkau sampai ke tempat ini dan apa sebab engkau masuk ke negeri ini

Maka tatkala didengar oleh Qamaruzzaman akan pertanyaan Khauli ini, maka khabarkanlah oleh Qamaruzzaman dari dari awal sampai akhirnya berngiang berlalu di atasnya. Setelah didengar oleh Khauli akan hikayat itu Khauli pun takjublah di dalam hatinya sehabis-habis ajaib. Maka berkata

Cucuku, bahwasanya negeri Islam jauh dari sini. Jikalau

50

jalan lautnya antara ini dengan negeri itu sama empat bulan dan jalan darat setahun. Maka ahli-ahli negeri ini juga pergi musafir di negeri Ainus dan negeri Khalda(n) 137 dan rajanya bernama Sultan Malik Syahraman Maka setelah didengar oleh Qamaruzzaman nama ayahandanya maka itu pun tepekur lalu menangis pada sangkanya tiadalah ia boleh sampai kepada ayahandanya kerana jauh. Maka bertanya ia pula[k] 138 Hai Nenekku, bilakah orang-orang negeri ini pergi musyafir ke negeri nenekku khabarkan itu? Maka sahut orang tua itu

Setahun sekali tiap ini masa lagi dua bulan. Baiklah orang sini hendak musyafir ke negeri ini Setelah didengar oleh Qamaruzzaman itupun berasa suka hati

Hai Nenekku, adakah suka menerima hamba kawan jadi di kebun ini. [2] 139 Nenek terlebih suka jikalau cucuku mau bekerja kebun dan memotong rumput dengan parang Maka

hai Nenekku Maka Khauli pun memberilah / persalin pakaian baju pendek dan berselawar pendek warna kelabu. Maka Qamaruzzaman pun lalu ia bekerjalah menyiram tanaman-tanaman dan memotong rumput. Maka menangislah siang dan malam seperti sangat itu kepada ayahdanya dan bundanya dan i Wahai nasib badanku sendiri Menanggung dosa siang hari Menepuh hutan[g] 140 padang berduri

137 Tertulis

138 Tertulis

139 Tertulis

Bercerai dengan ayah istri

Wahai ayah bundaku tuan Serta adindaku siti dermawan Malang nasibmu wahai tuan Hanyut seorang dagang sendiri

Kakanda melarat tiada diketahuan Siang dan malam menaruh rawan Tinggal di kebun membawa diri Duduk berkerjaan sehari-hari

Dagang di kebun duduk menopang Letih bekerja pagi dan petang Harapkan karunia Allah akan datang Supaya adinda dapat ditentang

Ya Ilahi Tuhanku Rabbani Tolong hambamu sekali ini Melarat hamba jadi begini Tiada seorang yang mengasihani

Ya Ilahi Tuhanku yang Kaya Tolong hambamu tidak berdaya

Hidup z.t.s di dalam dunia Tidak menaruh daya upaya

Maka sentiasalah Qamaruzzaman tinggal di kebun Khauli itu menangis dan menyerukan ayahdanya bundanya dan adindanya Sayidatul Budur. Maka kuruslah badannya dan lesulah tulangnya tertiada terlena malam dan siang hingga tiada mau makan sangat dan daif lah rupanya.

Alkisah tersebut perkataan istrinya Sayidatul Budur binti Al-Malik Al- Ghabur, maka tatkala ia bangun daripada tidurnya maka mencari ia akan suaminya Qamaruzzaman. Maka tiadalah kelihatan lagi tiba-tiba melihat selawar dan baju dan surban Qamaruzzaman dan menilik ia akan cincin Fuso sudah tiada. Maka berpikirlah Sayidatul Budur di dalam hatinya lalu ia tercengang,

Kembalilah pergi Kakanda Aku Qamaruzzaman, seolah-olah kakanda aku ini mengambil ia akan cincin Fuso dibawanya pergi. Padahal tiada ia t.r.h.s.d.l.ny kemanalah ia pergi tetapi tentulah ia tiada sengaja meninggal-/kan aku. Tentulah (a)da 141 suatu muslihat yang dijadikan Allah Taala antaraku dan jikalau aku memberi tahu kepada sekalian khadam-khadamku dan orang-orang pengiringkan barangkali mereka itu berbuat khianat kepada(ku) 142 . Jikalau begitu baiklah aku berbuat hilah Maka Sayidatul Budur pun memakai pakaian Qamaruzzaman dan surban dan baju jadilah ia seperti laki-laki Qamaruzzaman tiada mengetahui akan dia oleh sekalian khadam-khadam dan pengiring-pengiringnya. Maka Sayidatul

141 Tertulis

Budur keluar daripada kemahnya Maka membawalah khadam-khadam akan tungganganya Sayidatul Budur maka musafirlah ia serta sekalian mereka itu siang dan malam lama kelamaan sampailah ia di luar negeri sebuah dan menyuruh ia mendirikan kemah di luar negeri itu. Maka Sayidatul Budur pun bertanya kepada ahli negeri itu. Maka kata orang, Inilah negeri Madinah Al-Ainus dan rajanya Malik Umanus dan ada anaknya seorang perempuan bernamanya Hayatun Nufus

Kemudian Sayidatul Budur pun berhentilah di luar negeri Madinah Yunus kerana hendak bersenangkan diri. Maka terdengarlah khabar Sayidatul Budur kepada Sultan Malik Umanus. Baginda pun menyuruhkan seorang utusan bertanyakan khabar Sayidatul Budur. Maka tatkala sampai utusan lalu mengadap ia seraya bertanya khabar. Maka mekhabarkan khadam-khadam itu akan perkhabaran hendak pergi ke negeri Khaldan. Maka utusan itu pun kembalilah kepada Baginda Malik U[nu]manus 144 dan sembahkannya sekalian ahwal angkat nan Sayidatul Budur. Setelah didengar Malik Umanus akan sembah utusan itu. Maka baginda pun bertitah kepada sekalian wazir perdana menteri akan menyabut Sayidatul Budur dibawa[`] 145 masuk ke dalam negeri setelah sudah hadir. Maka baginda / pun berangkatlah serta wazir menteri menuju kemah Sayidatul Budur. Maka tatkala sampai di hadapan kemah itu, maka Sayidatul Budur pun keluar dari dalam kemahnya. Lalu berdiri memberi hormat dengan

143 Tertulis

144 Tertulis 144 Tertulis

Syahdan adalah Malik Umanus berpikir hendak beri kahwin akan anaknya Hayatun Nufus kepada Sayidatul Budur. Maka Malik Umanus pun pergilah kepada Sayidatul Budur setelah sampai maka Sayidatul Budur memberi hormat dengan takzim. Maka Malik Umanus pun duduklah di lambung Sayidatul Budur. Maka titah baginda Hai Anakku, Sayidatul Budur [a]dalah 148 sebab ayahda datang mendapatkan anakku kerana ayahda sudah tua dan lama umur ayahanda tiada juga ayahda beroleh anak laki-laki hanyalah anak perempuan. Maka oleh kerana itu seboleh-bolehnya maksud ayahda anaknda aku hendak kahwinkan dengan anakku Hayatun Nufus dan aku hendak jadikan anakku jadi raja di dalam negeri ini Maka tatka(la) 149 didengar oleh Sayidatul Budur titah baginda itu, maka malulah ia. Maka berpikir Sayidatul Budur di dalam hati, Betapalah halku

Tertulis 147 Tertulis

148 Tertulis 148 Tertulis

Ya Tuanku / patik junjunglah seperti titah itu Maka tatkala didengar oleh raja Malik \U\manus 150 sembah Sayidatul Budur, baginda pu(n) 151 amatlah suka citanya. Maka bertitahlah kepada sekalian wazir-wazir dan perdana menteri menyiapkan sekalian pangan dan pasar dan lorong dan mahligai. Maka sekalian wazir menteri bersiaplahdi dalam sekalian lamanya sebulan. Setelah sebena lengkap, maka baginda pun mula berkerjaan berjaga dan berjamu lamanya ampat puluh hari. Lalulah hiasi dayang-dayang bi[n]duanda 152 akan putri Hayatun Nufus dengan Sayidatul Budur. Setelah kahwin maka dinaikkan Sayidatul Budur. Maka persada, lalu t.r.l.l.n.k dan ditabalkan menjadi raja di dalam negeri ^Madinatul^ 153 Ainus. Maka tatkala selesai demikian hal itu maka Sayidatul Budur pun dibawa[`] 154 orang lah masuk ke dalamnya mahligai lalu disandingkan di atas panca persada tahtanya ratna di hadapan oleh sekalian istri perdana menteri dan dayang-dayang biduanda yang setelah itu haripun malamlah. Maka beradulah Sayidatul Budur dengan Hayatun Nufus ingatlah Sayidatul Budur akan kekasihnya Qamaruzzaman. Maka lalu ia sangat-sangat ingat kepada suaminya

150 Tertulis

151 Tertulis

152 Tertulis

153 Tertulis

Wahai perjalananku yang panjang Hatiku gundah malam dan siang Hatiku juga dapat berguyang Kekasihku di mata terbayang

Hai Tuhanku Malikul Alam Bumi yang terang ku sangka kelam Tidur tak lelap rasa tak salam Kerana bercerai bangsawan pahlam

Ayuhai Tuhanku yang ghani Apakah jadi hambamu begini Hidup di dunia begini kanfana 155 Menunggu percitaan selaku begini

Ya ilahi Malikur Rahmat Engkaulah Tuhan memberi selamat Jumpakan hambamu segera (sa)ngat 156 Qamaruzzaman kekasihku amat /

Kata sahibul hikayat tatka(la) 157 selesai ia daripada syairnya Sayidatul Budur pun memeluk istrinya Hayatun Nufus lalu diciumnya. Maka itu lalu ia

155 Tertulis 155 Tertulis

Maka sentiasalah hal demikian di antara laki istrinya. Maklumlah sekalian pembaca dan pendengar apalah daya perempuan sama perempuan dikahwinkan. Maka tatkala dan pada suatu hari Baginda Malik Umanus pun dan istrinya masuk ke mahligai mendapatkan anaknya As-Sayidah Hayatun Nufus dan bertanyalah baginda

tiadalah patik mengetahui hanyalah ia asyik menangis dan berbagai-bagai Maka \titah\ 158 baginda

Anakku, khabarkanlah oleh anakku yang sebenar Ma

Adalah kalau ada anakda Malikatul Budur apabila malam ia beradu di belakang patik. Kemudian dipeluk dan diciumnya patik. Kemudian itu pun sembahyang. Lalu ia beradu hingga sampai subuh demikianlah selamanya Maka titah baginda, Tiadakah pecahkan bikir anakku Maka dijawab As-Sayidatul Hayatun Nufus, Tiada Maka baginda pun heran tercengang. Maka titah baginda Sabarlah Anakku, jikalau tiada juga ia pecahkan bikirmu. Maka ayahda ambil kembali daripadanya kerajaan dan kita hila akan dia daripada negeri kita

157 Tertulis

Maka muwafaqatlah baginda dengan anaknya dengan ini perkataan dan menyembunyikan mereka itu akan ini rahasia. Maka baginda laki istri / pun kembalilah.

Maka haripun malam, maka Malikatul Budur pun masuk beradu ke dalam peraduan. Maka memeluk dan menciumnya. Maka Malikatul Budur seperti kelakuan yang dahulu itu juga. Maka As-Sayidah Hayatun Nufus bergantung di tepi kainnya dengan katanya, Ya Kakandaku, tiadakah [2] 159 kakanda mau kepada ayahda aku tiada engkau pecahkan bikirku Maka tatka(la) 160 mendengar Malikatul Budur akan perkataan As-Sayidah Hayatun Nufus maka itu pun lalu dudu(k) 161 di lambung Sayidah Hayatun Nufus

Adindaku, (adakah) 162 yang dikatakan ayahda kepadamu

Maka menyahutlah Malikatun Nufus, Adalah baginda itu bertanya kepada ditiduri hal antara kakanda dengan adinda. Maka tiada adinda menkhabarkan hal antara adinda dengan kakanda yang tiada kakanda pecahkan bikir adinda. Jikalau sekira adinda khabarkan bara(ng)kali 163 baginda ditinggal daripada tahta kerajaan atau dibunuhkan kakanda. Maka oleh yang demikian tiadalah adinda khabarkan, kerana adinda sangat kasih sayang kepada kakanda Maka tatkala mendengar Malikatul Budur, maka duka citalah hatinya. Maka pikirlah ia di dalam hati, Adalah aku telah dijadikan raja di dalam negeri Al-Ainus ini dan sekalian di bawah perintahku

159 Tertulis

160 Tertulis

161 Tertulis

162 Tertulis

Maka Malikatul Budur pun menyerahkan kepada Allah Taala sekalian barang yang datang kepadanya seraya Malikatul Budur kata kepada istrinya Malikah Hayatun Nufus, Ya Adinda, tahukah adinda kita bersetia bersumpah jikalau kakanda khabarkan satu-satu hal jangan sekali-kali adinda khabarkan kepada ayahda itu atau lainnya Maka sahut Malikah Hayatun Nufus bahkan maka bersumpahlah keduanya tiada khabarkan hal itu hingga datang Qamaruzzaman.

Maka Malikatul Budur itu pun mekhabarkan sekalian kisah-kisahnya dari awal sampai akhirnya. Maka takjublah Sayidah Hayatun Nufus akan hal Malikatul Budur itu

Kakandaku, jikalau demikian janganlah kakanda takut dan \khawatir\ 164 dan sabar oleh kakanda hingga mudah- mudahan Allah Taala dapat berjumpa dengan Kakanda Qamaruzzaman kerana tiadalah ja-/lan yang lain melainkan dari negeri kita ini. Maka ia pu(n) 165 bersya'ir seperti Air pasang dayunglah sampan Angin turu(n) 166 naik layarkan Tahu makan tahu bersampan Rahasia jangan dzahirkan

Angin turun naik layarkan A[l]wan 167 mendung k.t.m.g.n. j.t.

164 Tertulis

165 Tertulis

166 Tertulis

Rahasia jangan dzahirkan Kunjukkan kuat di dalam hati

Kunjukkan kuat di dalam hati Buah berangan di dalam balang Adinda ibarat sebuah peti Hendak dibuka kuncinya hilang

Buah berangan di dalam balang Buah semangka di atas peti Hendak dibuka kuncinya hilang Serahkan kepada adinda siti

Buah semangka di atas peti Buat jamuan hari raya Diserahkan kepada adinda siti Adindalah tempat kakanda percaya

Kata sahibul hari pun malam lalu berpeluk keduanya bermain-main hampir waktu subuh. Maka bangunlah Sayidah Hayatun Nufus diambilnya seekor ayam disembelih dan dikoyakkan akan selawarnya dilumurkannya dengan darah ayam.

Maka tatkala menyata siang hari itu itu maka masuklah sekalian dayang dan permaisuri. Maka bertanyalah permaisuri akan Hayatun Nufus hal antaranya dengan melupakan Malikatul Budur ia pun malu-maluan tiba-tiba terlihatlah oleh Maka tatkala menyata siang hari itu itu maka masuklah sekalian dayang dan permaisuri. Maka bertanyalah permaisuri akan Hayatun Nufus hal antaranya dengan melupakan Malikatul Budur ia pun malu-maluan tiba-tiba terlihatlah oleh

Sudahkah dipecahkan akan bikirmu

Maka sembahnya bahkan, maka permaisuri pun pergilah menyembah kepada baginda seraya berkata adalah anakda kita [2] 168 Hayatun Nufus telah dipecahkan Malikatul Budur akan bikirnya. Maka tatkala baginda mendengar kata permaisuri itu baginda pun sukalah bikir baginda tiadalah Malikatul Budur ini laki-laki. Maka baginda pun berjamulah pula memberi makan faqir dan miskin-miskin serta shadaqah. Maka Malikatul Budur tatkala [Syah] 169 bangun / dari beradu lalu ia pergi bersiram mengambil air sembahyang lalu sembahyang subuh. Setelah itu, ia pun pergi ke tempat tahta kerajaan mehukumkan rakyat dengan adil. Demikianlah adanya.

Alkisah maka tersebutlah pula perkataan Sultan Malik Syahraman kemudian sudah keluar anak Baginda Qamaruzzaman dengan kawannya Marzawan pergi berburu ke dalam hutan[g]. 170 Menanti-nantilah baginda anakdanya hingga malam hari tiada kembali. Maka heranlah baginda serta duka cita kerana semalam-semalam itu baginda keluar kasih tiada terlena hingga siang hari dinanti juga oleh baginda setengah hari tiada juga kembali. Maka terbanglah semangatnya dan menyangkalah baginda bercerai dengan anakdanya lalu menangis baginda hingga basah kain dengan air mata seperti kata sya'ir: Wahai Anakku cahaya mata Meninggalkan ayahda duduk bercinta

168 Tertulis

169 Tertulis

Anakku berburu suka cita Ayahda tinggal terluta-luta

Anakku nyata kembali pasti Habis malam siang berganti Ayahda bercita tiada berhenti Entahkan hidup entahkan mati

Hai Anakku wajah asli Muda remaja intan persati Susah ayahda tiada terpili Rasa tiada lagi kembali

Lihat ayahda berhati pilu Bak dihiris dengan sembilu Air minum tiadalah lalu-lalu Cintakan anakku junjungan halu

Wahai Anakku emas tempawan Ayahda bercinta berhati rawan Bercerailah ayahda denganmu tuan Apalah jadi hari kemudian

Kata sahibul hikayat maka tatkala selesai Baginda Sultan Malik Syahraman baginda pun bertitah kepada perdana menteri dan hulubalang dan tentara melengkapkan alat perjalanan kudanya kemah dan perbekalan sekalian. Setelah lengkap, maka baginda pun naiklah di atas ku(da)nya 171 , / diiringkan oleh sekalian menteri hulubalang kanan dan kiri hendak mencari putra Qamaruzzaman.

Berjalanlah baginda siang dan malam, tiada berhenti melainkan kerana makan minum. Maka hingga sampai ampat hari ampat malam. Maka berjumpalah baginda dengan simpang ampat tiga, tiadalah baginda mengetahui manakah yang dijalani oleh putranya dengan Marzawan. Maka tiba-tiba melihatlah mereka itu akan kain baju koyak dan daging berpotong-potong dan baju berlumur darah. Maka memberi tahu mereka itu akan baginda daripada kain ber(lu)mur 172 darah dan daging dengan terpotong-potong dengan ke\ta\kutan 173 . Maka baginda pun lalu berangkat ke tempat ini. Maka kelihatanlah pada baginda akan kain baju berlumur darah dengan daging yang telah busuk dan terpotong-potong itu. Maka baginda pun terperanjat dan menarik ia akan janggutnya. Lalu dilihat oleh baginda akan baju selawar baginda putra Qamaruzzaman. Baginda pun menangis pingsan tiada sadarkan diri yakinlah akan baginda putranya telah mati. Maka duka citalah sekalian wazir perdana menteri pun demikian juga disangka oleh mereka itu dibunuh orang penyamun atau dimakan binatang yang buas-buas dan baginda pun disiram dengan air mawar. Maka bangun baginda daripada

171 Tertulis

172 Tertulis 172 Tertulis

Wahai Anakku Qamaruzzaman Meninggalkan ayahda tiada aman Anakku berburu dua bertaman Sampai kehendak

-Rahman

Siapakah membunuh putraku tuan Anakku dibunuh tiada diketahuan Apalah dosamu maka demikian Tiada sekali belas kasihan

Aku sakit ayahda perbela Sehingga baik bagi semula / Tiba-tiba anakku mendapat cela Inilah akhirnya membawa gila

Kata sahibul hikayat tatkala selesai baginda ,

- A\chz\an 175 yakni rumah duka cita atas anakda Qamaruzz

nya:

Wahai hari pengasan kasih Cincin zali tiada selisih Nasib dimangkir tiada boleh Tiadalah dapat hamba beralih

Wahai anakku Qamaruzzaman Lihat tinggal sudahlah paman Tidak dan makan tiada nyaman Ingatkan anakku asal budiman

Ayahda tinggal seorang diri Berduka cinta setiap hari

Tiada senang barang sehari Seperti duduk di atas duri

Wahai Anakku usul yang tempa Hati ayahda sudahlah hampa Dengan sangat tiadalah lupa Dengan anakda rasa berjumpa

Dari dahulu niat ayahda Akan anakku usul yang syuhada Segala kerajaan mana yang ada Anakku menjadi ganti ayahanda

Demikian hal Baginda Sultan Malik Syahraman sentiasa tiadalah berputus duka cita anaknya Qamaruzzaman. Alkisah maka tersebut perkataan Qamaruzzaman sentiasa ia tinggal berkerja / kebun di rumah Khauli hanyalah ia menangis siang dan malam. Maka kata Khauli, Habis ini akhir tahun adalah orang negeri hendak pergi ke negeri Islam. Sabarlah cucu dahulu Maka pada suatu hari melihat Qamaruzzaman akan orang-orang himpun terlalu banyak. Maka takjublah Qamaruzzaman daripada demikian itu. Maka seketika Khauli pun datang mendapatkan Qamaruzzaman

Cucuku, berhentilah engkau dahulu daripada bekerja kebun ini. Kerana hari ini hari raya jangan engkau menga(ng)kat 176 air dan memotong

Kemudian Khauli pun keluarlah dari kebun itu dan tinggallah Qamaruzzaman seorang dirinya di kebun itu. Maka pecahlah hatinya, lalu ia menangis hingga bengkak matanya dan tatkala selesai ia daripada menangis maka Qamaruzzaman pun berdiri lalu ia berjalan dari kebun itu. Maka itupun berpikir di dalam hatinya lamalah masaku di dalam kebun ini baik aku pergi membawa diriku. Maka itu pun menga(ng)kat 178 barang yang luka-luka kakinya dan menyapulah ia akan darah kakinya dan air matanya. Setelah itu Qamaruzzaman pun berjalanlah ia, tiba-tiba melihat ia di atas pohon kayu dua ekor burung gagak yang berkelahi, maka mati seekor lalu \gugur\ 179 ke bumi di ha[n]dapan 180 Qamaruzzaman.

Maka di antara demikian, maka tibalah datanglah dua ekor burung gagak yang amat besar hampir kepada burung yang mati itu seekor dihangkat dekat kepalanya dan seekor dihinggap dekat ekornya dan mengembangkan keduanya akan sayap keduanya kepada burung yang mati itu dan memanjangkannya [2] 181 keduanya akan lehernya keduanya. Maka menangis oleh keduanya. Maka tatkala dilihat oleh Qamaruzzaman yang demikian itu pun menangis oleh kedua pula,

177 Tertulis

178 Tertulis

179 Tertulis

180 Tertulis 180 Tertulis

Kemudian burung-burung kedua pun mengorek dengan paruhnya sebuah lubang di bumi itu. Maka ditanam oleh keduanya / akan burung yang telah mati itu. Maka setelah ditanamnya, maka keduanya pun lalu terbang tiada ia kelihatan lagi. Kemudian kembali pula burung itu dua ekor yang membunuh seekor itu. Maka hinggaplah pula burung keduanya itu di atas kubur burung yang telah mati. Dan membunuh pula burung itu akan burung yang membunuh. Dan membelah perutnya dan lalu dikeluarkan pula perutnya dan pula dicencerkan darah burung yang mati itu di atas kubur burung yang telah mati dahulu itu. Kemudian ditaburkan akan daging-daging burung itu. Maka perutnya burung itu terjumpa di lambung kubur yang telah mati dahulunya itu. Maka sekalian kelakuan burung itu diintikkan oleh Qamaruzzaman. Maka takjublah Qamaruzzaman akan sebagai takjub. Maka Qamaruzzaman akan se[a]keping 182

daripada suku-suku perut burung itu. Maka ambil oleh Qamaruzzaman lalu dibelahnya. Maka tiba-tiba ia itu melihat akan sebentuk cincin Fuso yaitu cincin istrinya Sayidatul Budur. Itulah sebab jadi bercerai Qamaruzzaman dengan istri Sayidatul Budur lalu diambilnya cincin itu dan ikatkan pada pergelangannya. Maka ia pun lalu menangis pingsan.

Maka tatkala sembuh ia daripada pingsannya itupun suka citalah inilah alamat ia bertemu dengan istrinya Sayidatul Budur dengan segeranya. Maka Qamaruzzaman mengambil ia akan roti dan mangkok dan kain di dalam kebun

62

itu. Maka ia pun pergi kepada sepohon kayu yang rendah. Maka dipalunya akan cabang kayu itu, maka hamburlah tanah daripadanya. Maka mendapat Qamaruzzaman padanya satu tebak. Maka membuka akan dia, maka lihat akan dia lubang. Maka turunlah Qamaruzzaman ke dalamnya. Maka berjumpalah ia akan satu Fatihah satu tempat perbendaharaan Tsamud dan Ad. Dan adalah tempat itu lapang penuh di dalamnya berisi emas sepuluh mutu berbagai-bagai intan permata yang indah-indah. Maka Qamaruzzaman pun berpikir di dalam hatinya baiklah aku balik./

Maka itu pun kembalilah di kebun menyiram tanam-tanaman. Maka dengan seketika ia bekerja hari pun petang lah. Maka Khauli pun datanglah seraya Cucuku Qamaruzzaman, dapatlah sudah tunggulkan engkau kembali dari negeri orang Islam kerana saudagar negeri telah sedia hendak pergi lagi tiga hari ke negeri Al-Ainus ialah mula-mula dapat negeri Islam. Maka apabila engkau sampai di situ, maka engkau berjalan darat lamanya anam bulan. Mudah-mudahan sampai engkau ke negeri Jazairul Khaldan adalah raja negeri Khaldan itu namanya Sultan Malik Syahraman Maka setelah didengar oleh Qamaruzzaman perkataan Khauli itu, maka suka citalah Qamaruzzaman. Kemudian lalu diciumnya dua tangan Khauli itu. Maka kata Khauli, Hai Cucuku, engkau hormati akan daku. Maka aku terlebih hormat akan cucuku. Maka jikalau cucuku pergi daripada aku sangatlah putus rasa hatiku Maka kata

Nenekku, insya Allah jikalau cucunda musafir kemudian hari mudah-mudahan kita berjumpa juga Maka katanya Nenekku, aku berjumpa dengan jumpa berisi emas-emas di tepi kebun ini. Maka janganlah ambil nenekku berkuat-kuat sangat berkerja, kebun emas inilah

63

nenekku ambil jualkan buat belanja ne\nek\ku 183 [nya] 184 Setelah didengar Cucuku, di mana tempat emas yang engkau khabarkan itu

Pergilah keduanya kepada

lah. Maka sahut pergi lihatkan kepadamu Maka pergilah keduanya lalu dibuka oleh Qamaruzzaman akan

itu.

Maka terlihat oleh Khauli dua tempayan penuh berisi-berisi emas. Maka Khauli pun amatlah suka citanya seraya kata,

Anakku, sudah lapan puluh tahun ini kahwin dari bapa-bapa (ne)nek 185 mu yang sampai kepada nenek tiadalah pernah terlihat demikian ini. Maka cucuku baharu empat bulan bersama- samaan nenek cucuku bertemu dengan emas dua tempayan. Maka diangkat oleh Khauli dan Qamaruzzaman akan emas dua tempayan itu dibawanya ke rumahnya. Maka kata /

Cucuku, ambil olehmu akan emas ini satu tempayan Nenekku, bagimulah sekaliannya kerana cucu ini orang musafir. Kalau-kalau cucu dibunuh orang penya

Cucuku, jangan takut bolehlah nenek buat celah supaya tiada sangka orang engkau membawa[`] 186 emas. Maka Khauli pun mengambil satu mathar tempat emas itu ditaruh di dalam mathar yakni satu sekarung emas itu. Maka ditaruhnya di luarnya karung itu buah zaitun. Maka ikatnya mulutnya karung itu. Maka tiadalah

183 Tertulis

184 Tertulis

185 Tertulis 185 Tertulis

Maka tatka[la] 188 sampai ketiga saudagar hendak musafir, maka saudagar kawan Khauli berjanji itu pun datanglah mendapatkan Khauli. Maka berkata, khabarkan saudagar

i tumpangkan kepada kami \tempo\ 189 hari. Maka kami ini hendak be(r)layar 190 . Maka segeralah olehmu suruh turut anakmu itu kerana angin sekarang ini baik Maka Khauli dengan Qamaruzzaman pun mengangkat sekalian mathar dan berkelana ke dalam perahu juragan itu.

Maka tatkala sedia sudah masuk perahu itu, maka Qamaruzzaman pun memberi salam takzim akan Khauli. Maka didapatinya hendak mati. Maka takdir pada ketika itu Khauli pun mati lalu ditanam oleh Qamaruzzaman. Kemudian ia pun bersegeralah mendapatkan perahu juragan tiba-tiba perahu pun sudah berlalu tiadalah kelihatan lagi. Maka Qamaruzzaman pun kembali dengan duka cita oleh kerana cincin Fuso yang diambil dari istrinya Sayidatul Budur ditaruhnya di dalam karung tersebut kerana takut ia diketahui orang kalau-kalau diambil orang. Maka sekalian barang yang Qamaruzzaman sudahlah bawa[`] 191 juragan pergi berlayar. Maka tinggallah Qamaruzzaman berduka cita menangis siang dan malam.

187 Tertulis

188 Tertulis

189 Tertulis

190 Tertulis

Dapat angin yang baik hingga sampailah juragan itu ke negeri Jazairul Ainus dan berbetulan Al-Malikatul Budur / duduk di atas kursinya di muka mahligai mengadap ke laut. Maka terlihat bedanya sebuah perahu datang ke negeri itu. Maka itu pun bertitah kepada menterinya pergi melihat perahu itu darimana datangnya dan apa muatannya. Maka wazir pun menyembah lalu turun masuk sampan menuju perahu juragan itu. Setelah sampai lalu bertanya wazir

Saudaraku, dari mana kamu datang ini Maka sahut

Kami datang dari negeri Majusi Maka kata wazi

kamu dipanggil baginda raja kami kerana ia hendak membeli barang-barang Maka juragan itupun menujukan perahunya di jembatan. Setelah sampaikan juragan pun naik ke darat lalu mengadap Al-Malikatul Budur. Setelah sampai lalu ditanya oleh Al-

Hai Juragan, apa muatanmu itu

Maka sembah Tuanku,^ 192 oleh bermacam-macam barang yang baik, dan juga membawa[`] 193 buah tamar hindi dan zaitun dan [nya] 194 minyak atar dan kain- kain yang halus berbagai-bagai warnanya Dan titah baginda banyak zaitun yang engkau bawa kemari banyaknya lima puluh karung dan tetapi empunya tiga tiada hadir hanyalah dikirim kepada patik yang menjualnya . Maka titah baginda membeli ini sekarang \zaitunnya-zaitun\ 195 itu berapa harganya kami bayar

seribu dirham semuanya Maka

192 Tertulis

193 Tertulis

194 Tertulis

Malikatul Budur suruh membuka sekalian karung yang lima puluh itu. Maka dibuka orang sekalian. Maka didapat tiap-tiap karung itu berisi emas bercampur zaitun. Maka baginda pun takjublah akan sebagai takjub. Tiba-tiba baginda menyuruh buka karung itu pengabisannya. Maka didapati di dalamnya satu cincin Fuso. Maka mengambil baginda akan cincin Fuso itu lalu amati maka nyatalah cincin yang diambil suaminya Qamaruzzaman dari tepi ^selendangnya^ 196 . Maka tatkala sudah yakin Baginda Malik Al-Budur akan cincin. Maka ia pun hilanglah pikiran lalu rebah / pingsan.

Maka tatkala baginda bertemulah dengan antara keduanya Sayidatul Budur dengan Qamaruzzaman dan masing-masinglah bertangisan-bertangisan lalu ia berpeluk-pelukkan istri dan bercium-ciuman antara keduanya. Maka citeralah kedua-duanya sehingga habis citerakan keduanya itu. Maka sudah ia berciterakan hal ke hadapan sebelah pihak Qamaruzzaman baik dan lagi di sebelah As- Sayidatul Budur pun baik. Maka masing-masinglah bertangisan keduanya. Kemudian antara keduanya sangatlah suka cita telah bertemu dengan suami istri kerana lamanya telah bercerai. Kemudian mereka beradunya masuk ke dalam mah[li]gai 197 beradu dan duduk berkasihsayanglah sampai selamanya. Wallahua lam. Tamat. 1324 Sannah. /

196 Tertulis

3. Daftar Kata Sukar

Kosakata Bahasa Melayu

1. Azali = bersifat azal, bersifat kekal

2. Baharu

= baru

3. Balang = tempat menyimpan air, barang- barang atau makanan

4. Bangat-bangat = amat sangat, terlalu

5. Berhinap = memikirkan suatu perkara

6. Berperi-peri = bersungguh-sungguh

7. Berselawar

= memakai celana

8. Biduanda

= suruhan raja

9. Bikir = dara, gadis, perawan

10. Bilut

= ikan darat

11. Dakwat = cecair berarna (merah, hitam, dsb) yang digunakan untuk menulis, tinta

12. Daulat = bahagia; benar, kuasa,

13. Daulat bahari = kekuasaan yang indah, molek,

elok

14. Dian = lampu atau cahaya penerang

15. Diintikkan

= intip, intai

= : abu, baginda = : abu, baginda

18. Emas sekati = alat bunyi-bunyian

19. Emas tempawan = gelaran atau sebutan untuk perempuan yang cantik yang dikasihi

20. Encik = panggilan untuk orang laki-laki yang tidak dikenal; panggilan kepada ibu; panggilan sebelum nama orang laki-laki; panggilan untuk orang cina asli.

21. Helah = akal, muslihat, tipu daya; alasan yang dibuat-buat, dalih

22. Kabus-kabus matanya = tidak nyata kelihatan, kabur, berembun atau beruap air

23. Khadam = orang suruhan, pelayan, hamba

24. Kunjukkan

= tunjukan

25. Mati lawat = menziarahi orang mati

= pahlawan; pahala

29. Panca persada = tempat bersemayam raja waktu

pertabalan

30. Patik

= hamba, saya

31. Selawar

= celana

32. Sembilu = kulit buluh yang nipis lagi tajam

33. Sikap majlis = cantik, indah, elok

34. Silalah = sila, minta dengan hormat,

mempersilakan

35. Simpang ampat tiga

= pertigaan jalan

36. Suluh = sesuatu yang digunakan untuk menerangi; lampu

37. Tajuk mahkota = perhiasan kepala yang dibuat

dari emas

38. Takzim

= hormat

39. Tepoh hari

= tempo hari

40. Tingkap = jendela di atap (di dinding, dan sebagainya); ada bermacam- macam rupa dan namanya.

41. Wazir = menteri, perdana menteri

Kosakata Bahasa Arab

= Mengingat laki-laki dan

perempuan

2. Ainul bana

= Mata bangunan

= Segala puji bagi Allah yang memberi keselamatan

4. Allah Ilahi Al jabar = Allah yang Maha Perkasa

5. -ahzan

= Rumah kesedihan

= Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

= Kamar mandi

9. Isnain

= Hari Senin

10. Jannah adnan

= Surga Adnan

11. -Rahman

= Maha Pencipta Maha Pengasih

12. Khamis

= Hari Kamis

= Tiada daya dan upaya kecuali Allah yang Maha Tinggi dan

15. Malikul alam

= Penguasa alam

16. Malikur rahmat = Penguasa yang pengasih

19. Men-qadra = Menakdirkan, menentukan

20. musonif

= Pengarang

21. Nurul aini

= Cahaya mata

22. Qadar = Takdir, Ketetapan

23. Qalam

= Pena

24. Rabbul Izzati

= Tuhan yang Kuat

25. Rabbul Jalali = Tuhan yang Berkuasa

= Hari Selasa

28. Walimatul ursy

= Pesta pernikahan

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 1 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Tenaga Kerja Terdidik Pada Dunia Perbankan (Studi Kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Unit di Kota Kabanjahe)

0 0 10

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan - Analisis Pinjaman Polis di AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan

0 1 27

BAB II BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT A. Sejarah Ringkas 1. Kementerian Pekerjaan Umum - Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai S

0 0 30

Sistem Akuntansi Penggajian Dan Pengupahan Pada PT. Auto Kencana Andalas-Ford Medan

0 1 27

Kajian Dampak Letak Biji Dan Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma

0 0 14

Sistem Pengendalian Intern Pembelian Bahan Baku Pada Pt Dan Liris Sukoharjo

0 1 81

Efektivitas Dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Di Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011

0 0 73

Isolasi, Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Pada Ekstrak Petroleum Eter Umbi Teki (Cyperus Rotundus L.)

1 3 48