TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Alkitabiah Model Pembelajaran Rasul Paulus
Sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran rasul Paulus, terlebih dahulu diperkenalkan latarbelakang rasul Paulus. hal ini perlu untuk diketahui karena latar belakang rasul Paulus yang meliputi latar belakang kehidupan dan panggilan rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus memberikan pengaruh bagi Paulus dalam menjalankan proses pembelajaran dalam pelayanannya.
Latar Belakang Rasul Paulus
Latar belakang Paulus meliputi 3 (tiga) bagian besar yaitu latar belakang kehidupan dan panggilan Rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus. Berikut ini adalah penjabaran ketiga hal tersebut:
Ibid., 90.
35 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 156.
Latar belakang kehidupan dan Panggilan Rasul Paulus
Paulus adalah seorang rasul Tuhan dimana kata “rasul” dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikannya
kepada manusia. 36 Dalam Strong’s Concordance “rasul” dalam bahasa Yunani (apostolos) yang artinya seorang ”utusan”, khususnya seorang utusan laskar
Kristus, rasul Kristus, dengan kuasa mujizat: rasul, pemberi kabar, dia yang diutus. 37 nama Paulus sebelum bertobat adalah Saulus, nama dalam bahasa Ibrani, ia adalah
orang yang menganiaya orang-orang percaya termasuk Stefanus dikatakan dalam Kisah Para Rasul 8:1, “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh”, ia dilahirkan di Tarsus yaitu sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Selain itu Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan, banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian
tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. 38 Karena kemajuan kota Tarsus ini membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan
Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33). 39 Paulus memiliki kewarganegaraan Romawi, dan
ibunya adalah seorang Farisi, sehingga ia adalah seorang keturunan Farisi dan memiliki kepercayaan Farisi (Kisah Para Rasul 21:39; 22:3, 25; 25:16) sehingga ia memiliki pengetahuan yang kuat tentang tradisi-tradisi umat Yahudi. Ia juga memiliki ketrampilan sebagai seorang pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:3; I Tesalonika 2:9) dimana setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008 ), 730.
37 James Strong, The New Strong’s exhaustive Concordance of the Bible (Tennesse : Thomas Nelson Publishers,1982), 12.
38 John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 289.
39 Ibid., 290.
samping menuntut ilmu agar bermamfaat bagi kehidupan dan pelayanannya, ia belajar di bawah bimbingan seorang filsuf Besar Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3) yang adalah cucu dan pengganti rabi Hillel yang tersohor kira-kira tahun 60 SM-20 M. Jadi dari beberapa fase kehidupannya ini maka John Drane menyimpulkan bahwa Paulus memiliki tiga pengaruh utama yang ia dapatkan pada masa mudanya, yakni agama
Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia. 40
Homrighausen menambahkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang ulung, ia benar-benar tokoh penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik
untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. 41 Dari segi kepribadian Tim Lahaye menyimpulkan bahwa Paulus memiliki temperamen yang kolerik, karena Paulus adalah
seorang pemimpin yang alami, memiliki keyakinan yang kuat, dan penuh dengan ide dan gagasan yang cemerlang. 42
Rasul Paulus dipanggil Tuhan melalui penglihatan pada jalan menuju ke Damsyik pada waktu Tuhan Yesus sudah tidak lagi melayani secara fisik di dunia. Pada waktu perjalanan menuju ke Damsyik berdasarkan surat kuasa yang ia minta dari imam besar untuk menangkap orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan di Damsyik. Pada saat mendekati kota Damsyik. Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya melalui sebuah cahaya yang memancar dari langit mengelilingi dia, ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suara berkata kepadanya, “Saul, Saul mengapa engkau menganiaya Aku ? ” Jawab Saulus, “Siapakah engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat. ” Paulus berdiri dari tanah dan mendapati
40
John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 291. 41 E.G.Homrighausen & IH.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2008), 6-7. 42 Tim Lahaye,Transformed Temperaments (Illinois:Tyndale House Publisher,1993), 96.
dirinya buta. Beberapa orang yang ikut dengan dia menuntunnya dan membawanya ke Damsyik. Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Dan Allah mengutus Ananias untuk meyakinkan Paulus akan panggilannya, dimana Allah berkata kepada Ananias, Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. ” Pernyataan ini sangat berbeda dengan panggilan terhadap kedua belas rasul, dimana ruang lingkup pelayanan yang dipercayakan oleh Allah kepada Paulus lebih luas daripada kedua belas rasul. Selain itu panggilan Paulus ini ditulis sampai tiga kali dalam Kisah Para Rasul yaitu pada pasal 9:1-18, 22: 6:16 dan 26:12-18. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya panggilan Paulus bagi pelayanan dan pengajaran kekristenan. Kejadian yang dialami Paulus dalam perjalanan ke Damsyik ini mengubah seluruh kehidupannya. Dari seorang penghujat menjadi alat Tuhan dan bahkan mengalami penderitaan demi pekabaran injil. Paulus menggambarkan keadaannya melalui I Korintus 15:8 “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya .”
Untuk lebih memahami pentingnya panggilan Rasul Paulus maka Cornelius.R.Stam dalam bukunya yang berjudul Things That Differ membandingkan panggilan Rasul Paulus dengan keduabelas Rasul, sehingga melalui perbandingan ini dapat dimengerti bahwa panggilan rasul Paulus sangat berpengaruh bagi perkembangan
pelayanan pada masa kini. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut 43 :
Pertama , kedua belas Rasul dipilih oleh Allah di bumi (Lukas 6:13) dan mengenal Tuhan Yesus sejak Tuhan Yesus ada di bumi, sedangkan rasul Paulus dipilih
C.R.Stam, Things That Differ ( Chicago: Berean Bible Society, 1985), 79-80.
ketika Yesus sudah naik ke surga (Kisah Para Rasul 9: 3-5; 26:16) dan belum pernah bertemu dengan Tuhan Yesus sewaktu masih di bumi.
Kedua, keduabelas rasul mewakili bangsa Israel, hal ini jelas dilihat dari janji Tuhan kepada mereka. Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Matius 19:28). ” Sedangkan Paulus sebagai seorang rasul yang mewakili tubuh Kristus. Di dalam diri Paulus terdapat keturunan Yahudi (Filipi 3:5) dan memiliki warganegara Roma.
Ketiga, pelayanan keduabelas rasul pertama sekali diutus untuk mengabarkan Kerajaan Surga sudah dekat (Matius 1:7) ke bangsa Israel dan melalui Israel bisa dibawa sampai ke seluruh dunia( Kisah Para Rasul.1:6-8, 3:19-26). Sedangkan Paulus diutus untuk mengabarkan injil kasih karunia Allah (Kisah Para Rasul 20:24, Efesus 3:1-3), ia tidak pernah mengabarkan tentang kerajaan surga sudah dekat.
Keempat , kedua belas rasul diberikan kuasa mujizat ( Matius 10:8) sedangkan Rasul Pa ulus pada awalnya ia memiliki “tanda-tanda seorang rasul.” Karunia kuasa mujizatnya ditarik oleh Allah berhubungan dengan pemberian wahyu Allah kepadanya (I Korintus 13:8-13; 2 Korintus 12:7-10; Filipi 2:26-27; I Timotius 5:23).
Kelima, keduabelas rasul diutus kepada orang Israel untuk pertama kali dan keselamatan orang bukan Israel adalah melalui kebangkitan bangsa Israel.(Matius 10:56; Lukas 24:47; Kisah Para Rasul 3:25-26), sedangkan Paulus di dalam pelayanannya kedudukan bangsa Israel dan orang bukan Israel adalah sama di hadapan Allah sebagai anggota tubuh Kristus. (Roma 3:22-23; 10:12-13)
Perbandingan ini menunjukkan dengan jelas bahwa rasul Paulus bukan bagian dari kedua belas rasul dan bukan pula penerus dari pelayanan kedua belas rasul. Karena ada pendapat yang menyimpulkan bahwa rasul Paulus adalah rasul yang ketiga belas, Paul Sadler menyikapinya dengan mengatakan, “Paulus memiliki pelayanan yang berbeda dari keduabelas rasul yang lain, ia dipanggil Allah dari surga untuk memperkenalkan betapa dalamNya kasih karunia Allah kepada bangsa-bangsa di luar
bangsa Israel 44 ”. Lebih lanjut Paul Sadler menjelaskan bahwa:
Pendapat beberapa ahli yang menerima kesimpulan bahwa Paulus seharusnya menjadi Rasul yang ketigabelas akan merusak sistem penomoran dari program nubuatan, juga akan merusak keberlangsungan ketidaksalahan Firman Allah. Nomor 12 adalah nomor pemerintahan, yang sudah permanen ditetapkan untuk Israel. Ada 12 Putra Israel yang datang dari 12 suku Israel yang memiliki tanah perjanjian yang dibagi ke dalam 12 bagian dengan 12 pangeran yang memerintah suku-suku. Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridNya bahwa mereka akan duduk di 12 tahta untuk menghakimi ke-12 suku Israel (Matius 19:28). Karena kesetiaan mereka, mereka juga diberikan penghargaan yaitu nama mereka akan ditulis pada keduabelas batu dasar di Yerusalem Baru (Wahyu 21:14). Nubuatan tidak memberikan ruangan pada rasul yang
ketigabelas! 45 Rasul Paulus adalah rasul yang dikhususkan Allah untuk suatu panggilan yang khusus,
dimana Allah sudah berpaling dari bangsa Israel kepada bangsa-bangsa lain sebagai akibat dari kekerasan hati bangsa Israel. Panggilan rasul Paulus menjadi suatu pintu gerbang pekabaran Injil ke seluruh dunia tanpa ada batasan baik wilayah, suku, bangsa dan budaya.
Dasar Pengajaran Rasul Paulus
Dasar pengajaran Rasul Paulus disampaikan dalam Efesus 3:2-3, Paulus berkata :
Paul M Sadler, Exploring The Unsearchable Riches of Christ (Wisconsin: Berean Bible Society, 1993), 26. 45 Ibid, 28-20
Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.
Konteks dari perikop ini menurut E.K Simpson dan F.F.Bruce adalah rasul Paulus dituntut untuk mempertahankan kerasulannya dengan kuat untuk menentang orang- orang yang menyangkalnya, rahasia Kristus merupakan keunikan Injil yang
dipercayakan kepadanya. 46 Lebih lanjut lagi Robert G Gromacki menjelaskan bahwa Kitab Efesus terbagi atas 3 (tiga) bagian besar di mana bagian pertama pasal 1-3, Paulus
menguraikan tentang natur gereja sebagai tubuh Kristus dengan menunjukkan kedaulatan panggilan, yang terbentuk dari orang Yahudi dan bukan Yahudi dan tujuan
kekal. 47
Berdasarkan konteks terlihat bahwa pernyataan rasul Paulus ini menunjukkan keyakinannya atas panggilan dan wahyu yang Tuhan sampaikan kepadanya. Paulus menyatakan bahwa ia dipercayakan suatu tugas penyelenggaraan kasih Karunia Allah. Tugas penyelenggaraan berasal dari kata οίκονομον artinya administration (of a household or estate). 48 Kata οίκονομον (oikonomian) merupakan gabungan dari kata
oikos artinya rumah dan nemo artinya mendistribusikan atau membagikan makanan atau aturan-aturan. Jadi bila digabung artinya ”aturan rumah tangga, pengurusan
E.K.Simpson dan F.F.Bruce, The New International CommentaryOn The New Testament (Grandrapid: WM.B.Eerdmans Publishing, 1980), 70.
47 Robert G.Gromacki, New Testament Survey (Grand Rapid: Baker Book House,1989), 247 48 James Strong, The New Strong’s Exhaustive Concordance Of the Bible
(Nashville:Thomas Nelson,1990), 62.
rumah tangga, jabatan mengurus rumah tangga, tugas mengurus, rencana, pembinaan .” Dalam Alkitab Bahasa Inggris King James Version, kata οίκονομον memakai kata ”Dispensation” sedangkan dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan baru diterjemahkan dengan : pengurus rumah, bendahara, yang kepadanya dipercayakan, pelayan-pelayan, pengawas, pengatur rumah . Charles Ryrie menghitung dalam Perjanjian Baru kata “Oikonomos” dipergunakan sebanyak dua puluh kali yaitu:
Kata kerja oikonomeo digunakan sebanyak satu kali dalam Lukas 16:2, diterjemahkan sebagai "to be a steward” atau menjadi seorang bendahara, Kata
benda oikonomos dipakai sepuluh kali (Lukas12:42; 16:1,3,8; Roma 16:23; I Korintus. 4:1, 2; Galatia. 4:2; Titus. 1:7; I Petrus. 4:10), biasanya diterjemahkan sebagai steward (penatalayanan) atau manager (pengelola) dan juga bendahara negeri dalam Roma. 16:23. Dan Kata benda oikonomia dipakai sembilan kali (Lukas 16:2, 3, 4; I Korintus. 9:17; Efesus 1:10; 3:2, 9; Kolose 1:25; I Timotius
1:4). 49 Jadi dari pengertian kata dispensasi ini maka Stam mendefinisikan tugas
penyelenggaraan atau dispensation adalah The Act of dealing out or That which is dealt out, 50 artinya suatu tindakan membagikan .
C. I. Scofield mendefinisikan dispensasi yaitu “suatu dispensasi adalah suatu masa ketika ketaatan manusia terhadap pernyataan
kehendak Tuhan tertentu itu diuji. Ada tujuh dispensasi berbeda semacam ini dalam Alkitab. 51 ” Berkhof menanggapi pernyataan C. I. Scofield dengan mendefinisikan
dispensasi bahwa: “Itu merupakan suatu pengurusan, suatu penataan, atau suatu pengadministrasian, tetapi tidak pernah merupakan suatu masa pengujian atau suatu
masa percobaan. 52 ” Frans Tamarol mengutip definisi dari Brown menuliskan “suatu dispensasi (atau pembagian Kitab Suci) adalah Allah memperkenalkan apa yang
menjadi kehendaknya dalam waktu tertentu, dimana Allah membuat suatu peraturan
Charles C.Ryrie, Dispensationalism., terj, Ny.Endyahswarawati ( Malang: Gandum Mas,1995), 33-34.
50 C.R.Stam, Things That Differ (Chicago:Berean Bible Society,1985), 17. 51 C.I.Scofield, The Scofield study Bible(New York:Oxford,1945), 5.
52 Louis Berkhof, Systematic Theology (Grand Rapids: Wm.B.Eerdmans Publishing, 1941), 290.
dengan kepada seseorang, ujian kepada orang yang mau menerima atau menolak
53 wahyuNya. ” Dari beberapa definisi di atas maka penulis lebih setuju dengan definisi Brown, karena dispensasi berbicara tentang program Allah yang di dalamnya meliputi
adanya jangka waktu. Jadi dispensasi bukanlah semata-mata pembagian masa atau waktu. Dalam dispensasi terdapat kehendak Allah yang diatur secara khusus bagi orang-orang tertentu pada waktu tertentu, yang di dalamnya mencakup suatu jangka
waktu yang mungkin berbeda antara dispensasi yang satu dengan dispensasi yang lain. 54 Ryrie memberi tanggapan bahwa age (zaman) dan dispensation bukan sinonim walau
keduanya mungkin persis sama ditilik dari penyelesaian historisnya. Pada dasarnya suatu dispensasi terkait dengan pengaturan bukan terkait dengan waktu. 55
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi inti utama dari tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepada rasul Paulus adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus baik Yahudi maupun bukan Yahudi terbentuk menjadi satu wadah yang disebut sebagai tubuh Kristus. Dalam program sebelumnya antara bangsa Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan yang berbeda di hadapan Allah dan bahkan bangsa bukan Yahudi selalu disebut bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, dan sampai Yesus sendiri menyebut bangsa bukan Israel adalah anjing-anjing (Matius 15: 26). C.R. Stam menulis dalam program r ahasia Allah “Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah 56 ” (Roma 10:12, 11:32, Efesus 2:16,17).
Frans P.Tamarol, Ayat-Ayat Alkitab Saling bertentangan, Benarkah?( Jakarta: PELITA, 2005), 26. 54 Ibid., 25-26 55 Charles C.Ryrie, Dispensationalism ( Malang: Gandum Mas, 1995), 38.
56 C.R.Stam, Things That Differ (Chicago:Berean Bible Society,1985), 64.
Untuk lebih memahami tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam program tugas penyelenggaraan kasih karunia yang tersembunyi pada masa terdahulu:
Pertama, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus pada masa kini memiliki kedudukan yang sama dalam Tubuh Kristus. Donald Guthrie mengatakan gagasan mengenai Tubuh Kristus ini menunjukkan betapa eratnya
ikatan yang mempersatukan semua orang percaya. 57 Paul Enns menambahkan bahwa ilustrasi tubuh juga menekankan kesatuan dari semua orang percaya pada zaman gereja
merekonsiliasi orang Yahudi dan bukan Yahudi ke dalam satu tubuh. 58 Dalam Efesus 2:14, Paulus mengatakan,
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
Tembok yang memisahkan yang menimbulkan perseteruan itu dimengerti sebagai sebagai Taurat Musa, yang melindungi bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, dengan
demikian mencegah bangsa bukan Yahudi datang kepada Allah. 59 Jadi karena kasih Yesus yang begitu besar sehingga ia rela mati di kayu salib untuk menebus dosa
manusia, sehingga orang yang dahulu adalah orang yang tidak layak datang kepada Allah sekarang diperdamaikan dengan Allah dan di dalamNya tidak ada perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, keduanya menjadi satu ciptaan baru yaitu anggota Tubuh Kristus.
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 71.
58 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT, 2003), 434. 59 Ibid.
Kedua , Yesus Kristus adalah kepala dari tubuh Kristus, rasul Paulus menulis dalam Kolose 1:18 ”Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. ” Dan dalam Efesus 1:22-23, ”Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan kepala dari segala sesuatu.” Donald Guthrie menambahkan bahwa “konsep Kristologi dalam Tubuh Kristus diperkenalkan dengan cara yang lebih khusus, Yesus sebagai kepala mengendalikan jemaat, Ia dipandang sebagai sumber kehidupan dan kepenuhan
jemaat. Dialah yang paling utama (Kolose 1:18) 60 ”. Dalam nubuatan tidak pernah dikatakan bahwa Yesus adalah kepala dalam tubuh Kristus, di dalam program nubuatan
Yesus Kristus selalu dikatakan sebagai raja.
Ketiga , program Allah tentang gereja sebagai tubuh Kristus adalah suatu kesatuan yang tidak sama dengan program Allah bagi bangsa Israel. Charles Ryrie memberikan beberapa bukti untuk membedakan antara gereja dan Israel, yaitu:
(1).Dalam Perjanjian Baru, orang Israel dan bukan Israel jelas dibedakan setelah gereja didirikan.(2) Orang Israel dengan jelas dibedakan dari gereja.(I Korintus 10:32),(3).dalam Galatia 6:16, ”Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah. ” Memberikan bukti yang jelas bahwa gereja berbeda dengan Israel. 61 ”
Pada saat ini yang berlangsung adalah program Allah kepada gereja yaitu perpaduan antara Israel dengan bukan Israel menjadi satu tubuh, hal ini tidak pernah ditemukan pada program Allah kepada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan.
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 71. 61 Charles Ryrie, Teologi Dasar 2 ( Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 191-192.
Keempat, berkat utama dalam Tubuh Kristus adalah berkat rohani, dalam Efesus 1: 3 Rasul Paulus menulis, ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga .” Dan dalam 2 Korintus 4:18 ,”Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. ”sedangkan di dalam program nubutan berkat-berkat Allah selalu berhubungan dengan hal-hal jasmani mulai dari berkat-berkat keturunan, kesuksesan, dan berkat kerajaan yang akan didirikan di atas bumi.
Kelima , pengharapan gereja yang adalah Tubuh Kristus adalah menantikan kedatangan Kristus diangkasa untuk mengangkat orang percaya ke sorga, dalam I Korintus 15: 51-52, Paulus menulis, “ Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. ” Paulus juga menulis dalam I Tesalonika 4: 16-17:
Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama- lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
Pengharapan gereja sebagai tubuh Kristus ini berbeda dengan pengharapan yang dinantikan oleh bangsa Israel. Dalam Perjanjian Lama, para nabi menubuatkan tentang kedatangan Yesus sebagai raja untuk mendirikan kerajaanNya di muka bumi ini. Nubuatan Zakharia tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah pada saat Ia menginjakkan kakiNya di Kaki bukit Zaitun “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan Pengharapan gereja sebagai tubuh Kristus ini berbeda dengan pengharapan yang dinantikan oleh bangsa Israel. Dalam Perjanjian Lama, para nabi menubuatkan tentang kedatangan Yesus sebagai raja untuk mendirikan kerajaanNya di muka bumi ini. Nubuatan Zakharia tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah pada saat Ia menginjakkan kakiNya di Kaki bukit Zaitun “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan
pengharapan tubuh Kristus. 62
Model Pembelajaran Rasul Paulus
Dalam menjalankan panggilannya rasul Paulus sebagai seorang rasul yang dipercayakan untuk menjalankan tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah memerlukan model pembelajaran untuk dapat mencapai tujuannya. Sebagai seorang guru, rasul Paulus harus memiliki kemampuan dalam menentukan model pembelajarannya sehingga ia dapat menyampaikan isi pengajarannya. Dasar model pembelajaran rasul Paulus dalam menjalankan tugas pelayanannya tertulis pada
2 Timotius 2:15 : “ Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran
itu.” Pernyataan rasul Paulus kepada Timotius ini merupakan salah satu perintahnya dalam rangka melanjutkan pelayanan rasul Paulus yang sudah mau mengakhiri masa
pelayanannya, Sidlow Baxter mengatakan :
Paulus sadar tidak lama lagi ia sendiri akan meninggal; maka kedua surai ini adalah perintah , supaya Timotius yang masih muda berani dan setia
Joel Finck, The Mystery (South Dakota: Grace Bible Publishing, 1997), 50.
”Memelihara Petaruh” itu pada hari-hari yang akan datang . Dalam I Timotius 1:11 in tisari dari ”Petaruh” itu dinyatakan sebagai injil dari Allah yang mulia
dan Maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku. 63
Dalam ayat ini mengandung tiga kebenaran yang berhubungan dengan pembelajaran, yaitu :
Pertama, kata usahakanlah dalam bahasa Yunani memakai kata spouda artinya to make effort, be prompt or earnest, be diligent (forward), endeavour, labour,
study 64 . Dalam Alkitab New International Version memakai kata ”do your best ” artinya lakukan yang terbaik, sedangkan dalam King James version memakai kata study artinya
belajar . Jadi berusaha melakukan yang terbaik melalui belajar merupakan perintah yang terkandung di dalam ayat ini. Oleh sebab itu belajar Alkitab bukanlah hanya tugas sebagian orang saja yang dianggap sudah terpilih untuk mempelajarinya seperti: pendeta, gembala sidang, evangelis, penatua dan lain-lain. Alkitab diberikan untuk menjadi pelajaran maka belajar Alkitab adalah perintah Tuhan bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Kedua, sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu. Dalam King James version diterjemahkan a workman that needeth not to be ashamed, ini adalah motivasi dari seorang pengajar. Apabila seorang pengajar memiliki motivasi yang keliru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dalam pendidikan agama Kristen maka akan terjadi banyak kekeliruan dalam sistem pembelajaran pendidikan agama Kristen. Dalam diktat kuliah Etika Mengajar, Ruth F. Selan memberikan penjelasan tentang syarat seorang pengajar pendidikan agama Kristen. Salah satunya adalah “semua Guru PAK harus mengalami pertobatan yang memiliki hubungan erat dengan Tuhan, memupuk
J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 4 (Jakarta:OMF Bina Kasih,1999), 158. 64 James Strong, The New Strong’s Exhaustive Concordance Of the Bible (Nashville:Thomas
Nelson,1990), 83.
kehidupan imannya dengan mempelajari Firman Tuhan dan menghidupinya setiap hari. 65 ” Motivasi yang murni muncul karena memiliki hati yang murni. Sikap hati akan
mempengaruhi motivasi seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jadi pertobatan merupakan syarat mutlak bagi seorang pengajar PAK. Para pengajar harus menerima Yesus di dalam hatinya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Rasul Paulus berkata dalam Roma 10:9-10, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. ” Dengan demikian dalam hati seorang pengajar sudah ada Roh Kudus yang memurnikan motivasi tersebut. “Menjadi seorang pekerja yang layak dihadapan Tuhan dan sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu ” merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk tetap giat dalam menjalankan tugasnya sehingga nama Tuhan bisa dimuliakan melalui pelayanannya di dalam pendidikan agama Kristen.
Ketiga, ”yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Pada bagian ini mengandung model pembelajaran. Dimana kata ”berterusterang” dalam bahasa Inggris ”rightly dividing” artinya membagi dengan tepat. Jadi bisa disimpulkan bahwa belajar Firman Tuhan adalah perintah Tuhan kepada semua orang percaya agar bisa menjadi pekerja/orang percaya yang tidak usah malu dengan cara membagi Alkitab dengan benar.
Metode membagi dengan tepat ini menjadi model pembelajaran yang diterapkan rasul Paulus dalam pelayanannya sebagai seorang rasul yang dipercayakan Allah untuk bangsa Israel dan juga keluar bangsa Israel. Komitmen rasul Paulus yang ia nyatakan dalam Kisah Para Rasul 20:24, ”Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja
Ruth F.Selan, Diktat kuliah Etika Mengajar ( Makassar: STT Jaffray, 2011), 12.
aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. ” Komitmen tersebut akan tercapai dengan menggunakan metode ini disertai dengan pertolongan Roh Kudus. Melalui metode ini rasul Paulus memiliki model pembelajaran yang terbagi dalam tiga kategori yaitu : (1).Model pembelajaran dalam membagi program Allah dengan tepat, (2).Model pembelajaran dalam membagi sasaran pelayanan dengan tepat, dan (3).Model pembelajaran dalam membagi tugas dengan tepat.
Model Pembelajaran Dalam Membagi Program Allah Dengan Tepat
Rasul Paulus menuliskan dalam Efes us 3:2, “--memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa rasul Paulus memiliki tugas tersendiri dalam menjalankan pelayanannya. Lebih lanjut lagi pada ayat selanjutnya dalam Efesus 3:8- 9, Paulus menuliskan, “Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang- orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu. ” Program Allah yang dipercayakan kepada rasul Paulus terlihat jelas pada pembahasan sebelumnya tentang latar belakang dan dasar pengajaran rasul Paulus. Allah membuat program untuk berhubungan dengan ciptaanNya khususnya manusia sebagai penerima mandat untuk mengelola seluruh ciptaan Allah, melalui program tersebut Allah menyatakan kehendakNya yang harus dijalankan oleh manusia. Warren W.Wiersbe mengatakan bahwa:
Allah memiliki cara yang berbeda dalam mengatur programnya dari masa ke masa, dan perbedaan-perbedaan pengaturan ini disebut oleh mahasiswa teologi sebagai
“Dispensasi” (Efesus 1:9-10). Prinsip Allah tidak berubah, tetapi metodeNya berhubungan dengan manusia berubah sesuai dengan sejarah. 66
Rasul Paulus dipercayakan oleh Allah untuk menjalankan salah satu dari program Allah tersebut, yaitu program tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah atau The Dispensation of Grace of God. Dalam menjalankan program ini tentunya banyak tantangan yang ia hadapi, khususnya dari kalangan para imam Yahudi dan juga murid-murid. Jadi sebagai seorang pengajar rasul Paulus menggunakan beberapa model pendekatan dalam membagi program Allah dengan tepat, yaitu:
Pertama, dalam setiap keadaan Paulus lebih mengandalkan pengajaran daripada karunia-karunia yang biasa digunakan oleh keduabelas rasul. Dari sejak awal panggilannya Paulus sudah mengajar untuk membuktikan kerasulannya. Rasul Paulus membuktikannya dengan membagi program Allah dengan tepat, dimana program yang dipercayakan Allah kepadanya berbeda dengan program yang dipercayakan oleh orang-orang sebelumnya. Untuk menunjukkan keunikan wahyu yang ia terima, Paulus sering memakai istilah “injilku”, “injil yang kuberitakan” dan “injil yang kumasyurkan” (Roma 2:16; Roma 16:25; II Timotius 2:8, I Korintus 15:1; Galatia 1:11). Untuk lebih meyakinkan orang Galatia Paulus berkata, “Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus (Galatia 1:12). ” Karena keadaan ini maka dalam pelayanannya rasul Paulus lebih banyak berperan sebagai seorang guru. Prinsip pembelajaran langsung diterapkan rasul Paulus di mana ia menjadi pusat pembelajaran sebagai sumber pelajaran baik melalui tatap muka langsung atapun melalui surat-suratnya. Paulus menyampaikannya dengan gaya bercerita atau berceramah.
Kedua, Paulus selalu terfokus pada pokok permasalahan. Dalam pelayanannya,
Warren W.Wiersbe, Be Rich : Are you losing things that money can’t buy?(Wheaton:Victor Book, 1981)70.
Paulus berusaha untuk menjelaskan tentang program Allah yang dipercayakan oleh Allah kepadanya. Karena itu menjadi pokok permasalahan yang ia temukan dalam pelayanannya. Di mana menurut orang Yahudi dan juga para rasul pada saat itu, Paulus sedang menyampaikan berita yang berbeda dengan yang mereka ajarkan. Paulus menentang keras tuduhan yang disampaikan oleh orang Yahudi kepadanya, ia tetap yakin bahwa injil yang ia sampaikan adalah bukan dari manusia tetapi dari Yesus Kristus, sehingga terjadi perdebatan antara Paulus dan orang-orang Yahudi, akhirnya jemaat Antiokhia mengirimkan Paulus dan Barnabas untuk mendiskusikan tentang perdebatan ini dengan para rasul. Charles Baker menanggapi keberangkatan Paulus ke Yerusalem dengan berkata:
Kepergian Paulus dan Barnabas ke Yerusalem, bukanlah untuk menyatakan apakah ajaran Paulus salah atau benar, tetapi agar Paulus dapat menyatakan dihadapan Para Rasul bahwa sesuai dengan Galatia 2:2 , Allah telah memberikan wahyu khusus kepadanya agar pergi ke Yerusalem untuk menyampaikan dan memperjelas kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah telah memberikan kepadanya suatu injil yang diberitakan untuk bangsa lain yang ia namakan “ Injil bagi orang tak bersunat”. Untuk membedakan Injil yang ia beritakan dengan Injil y ang diberitakan oleh Petrus yaitu “Injil bagi orang Bersunat”(Galatia 2:7) 67
Model pembelajaran berbasis masalah diterapkan oleh Paulus dalam hal ini, Paulus dapat melokalisir masalah yang sedang dipermasalahkan oleh orang Yahudi dengan membagi dengan tepat program Allah yaitu program Allah yang dipercayakan kepada keduabelas rasul dengan program Allah yang dipercayakan kepadanya. Berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan rasul Paulus dalam membagi program Allah dengan benar maka dalam pelayanan gereja ada beberapa hal yang perlu diterapkan dalam program pelayanan, yaitu:
1. Pembelajaran dalam Gereja
67
Charles Baker, Understanding The book of Acts (Michigan: Grace Mission Press,1981), 86.
Dalam perjalanan pelayanannya rasul Paulus pergi dari satu kota ke kota lain ke luar Israel. Dalam setiap kota yang ia kunjungi, ia selalu pergi ke sinagoge dan tempat- tempat ibadah orang Yahudi untuk mengajar, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 14:1, “Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya. ” Dan juga di kota-kota lain yang tertulis di Kisah Para Rasul 13:5; 17:1-2; 17:10; 18:4; 19:8; 22:19). Karena dalam tempat ibadah tanpa harus dipanggil atau diundang orang sudah datang untuk beribadah dan Paulus dapat memberikan pengajaran tentang program Allah yang dipercayakan kepadanya. Jadi ini merupakan strategi yang dipakai oleh rasul Paulus, dimana ia melakukan pembelajaran dalam jemaat untuk menyampaikan isi pengajarannya. Ia tidak perlu mencari orang karena orang-orang sudah datang berkumpul di rumah ibadah. Melalui pembelajaran di rumah ibadah, rasul Paulus berusaha meyakinkan orang Yahudi dan bukan Yahudi, para petinggi maupun orang biasa sehingga banyak dapat percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima pengajaran Paulus. Meskipun ada sebagian yang menentang pengajaran rasul Paulus namun itu tidak mengurangi semangat Rasul Paulus dalam menjalankan pelayanannya. Ia menganggap bahwa itu merupakan bagian yang harus dihadapinya.
Pembelajaran dalam jemaat merupakan suatu bentuk pengembangan dari sekolah minggu atau sunday school. Sekolah minggu biasanya diidentikkan dengan anak-anak
namun sebenarnya sekolah minggu adalah sebagai “sarana kegiatan dalam gereja untuk melatih, memahami dan mempelajari Firman Allah secara bersama-sa
ma.” 68 Jadi yang mengikuti sekolah minggu adalah semua kategori usia yang ada di dalam jemaat baik
dewasa, pemuda, remaja dan anak-anak. Praktek inilah yang sudah mulai hilang dalam pelayanan gereja pada masa kini, yang masih tinggal hanya untuk kelas anak-anak dan
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK (Yogyakarta: Yayasan Andi,2010), 135.
remaja, Namun yang dewasa sudah jarang dan bahkan tidak ada. Richard Lawrence mengatakan:
Untuk mencapai pengajaran yang efektif sehingga orang dapat saling melayani dan bertanggungjawab penuh untuk menerapkan Firman Allah ke dalam kehidupan secara pribadi adalah dengan jalan mengerti proses interaksi dengan Firman Tuhan, karena Firman Tuhan bukan semata-mata informasi melainkan membukakan kehidupan kita agar diteliti oleh Allah dan mengerti bagaimana caranya memberi
respons kepada Allah supaya kita dapat bertumbuh secara rohani . 69 Proses interaksi inilah yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran dalam jemaat, jadi
selain khotbah yang sifatnya monolog perlu dimasukkan pembelajaran dalam liturgi ibadah. Di dalam pembelajaran ini pendeta atau penatua sebagai pengajar memberikan materi yang dibutuhkan jemaat dalam pertumbuhan rohaninya.
2. Pembelajaran di luar Gereja
Selain mengadakan pembelajaran di rumah-rumah ibadat, dalam pelayanannya rasul Paulus juga mengadakan pembelajaran di luar rumah ibadat yaitu di dalam rumah keluarga-keluarga yang rindu untuk dilayani. Dalam Kisah Para Rasul 20:20, “Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perku mpulan di rumah kamu.” Pembelajaran di dalam rumah memberikan peluang yang besar bagi pengajar dan jemaat yang dilayani untuk berinteraksi lebih banyak membicarakan hal-hal yang menjadi permasalahan baik itu dalam doktrin ataupun kehidupan praktis sehari-hari.
Dalam pelayanan gereja masa kini pembelajaran ini lebih dikenal dengan pos pemahaman Alkitab disingkat PA atau dalam bahasa Inggris “Bible Study”. Melalui pos pemahaman Alkitab pembelajaran lebih terfokus pada masalah yang terdapat dalam kekristenan ataupun hal-hal yang mengakibatkan kekeliruan dalam jemaat. Model
Richard O.Lawrence, Mengajarkan Alkitab secara Kreatif (Bandung: Kalam Hidup, 1970), 360.
pembelajaran diskusi dan pembelajaran berbasis masalah menjadi model yang dipakai dalam menerapkan pembelajaran ini. Pos pemahaman Alkitab juga menjadi salah satu strategi untuk memenangkan jiwa baru bagi Kristus.
Indikator pelaksanaan dan keberhasilan dari model pembelajaran dalam membagi program Allah dengan tepat yang diterapkan dalam gereja masa kini dapat dilihat dari :
1. Ketertarikan terhadap Pembelajaran
Seperti yang disampaikan oleh Ratumanan bahwa Model pembelajaran PBM mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks para peserta didik, maka melalui pembelajaran dalam gereja maupun di luar gereja akan dapat melatih jemaat untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang mereka terima tentang kebenaran Firman Tuhan khususnya pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, dan juga di dalam menjalani kehidupan dan mampu mendapatkan solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi dan sudah tentu dibantu dengan kekuatan doa yang senantiasa disampaikan kepada Tuhan.
Dalam pelayanannya rasul Paulus mampu memberikan daya tarik orang-orang yang dilayaninya terhadap pembelajaran yang ia berikan. Hal ini karena kemampuannya dalam memvariasikan model pembelajaran sehingga orang-orang yang sebelumnya bertentangan dengan dia dapat menjadi pengikutnya.
2. Kemampuan membedakan program Allah.
Setiap gereja memiliki dasar pengajaran masing-masing sesuai dengan dasar teologi yang dibangun. Oleh sebab itu setiap gereja memiliki keunikan tersendiri dalam praktek-praktek pelayanan yang dilakukan di dalam gereja masing. Hal ini tentunya
menimbulkan kebingungan bagi kaum awam dalam memposisikan dirinya di tengah- tengah keunikan-keunikan tersebut. Jadi melalui model pembelajaran membagi Firman Allah dengan tepat semua keunikan itu akan dapat diketahui penyebabnya, semuanya itu adalah karena ketidakmampuan dalam membedakan program Allah dengan tepat, sehingga ada banyak praktek-praktek yang dilakukan kelihatannya dibangun atas dasar Alkitab namun sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus dipraktekkan pada masa kini. Allah sudah mewahyukan program Allah melalui rasul Paulus yang ditujukan kepada orang percaya yang hidup dalam tugas penyelenggraaan kasih karunia ini. Oleh sebab itu keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran membagi program Allah dengan tepat dapat diukur dari kemampuan jemaat dalam membedakan program Allah bagi umatNya. Seperti yang diterapkan oleh rasul Paulus dimana pada saat terjadi permasalahan di dalam jemaat, Paulus mampu membedakan setiap program Allah sehingga orang yang diajar dapat dengan mudah mengerti. Karena melalui model ini akan memberikan jawaban atau solusi terhadap hal-hal yang kelihatannya bertentangan di dalam Alkitab.
Model Pembelajaran dalam Membagi Sasaran Pelayanan dengan Tepat
Pelayanan rasul Paulus mengandung lingkup pelayanan yang lebih luas dibandingkan dengan keduabelas rasul. Rasul Paulus memiliki sasaran pelayanan yang lebih komplikasi. Karena pelayanannya tidak dibatasi oleh daerah, budaya, status, jabatan, dan pendidikan. Paulu s berkata dalam Galatia 3:28, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki- laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. ” Konteks ayat ini adalah kesatuan di dalam Kristus, rasul Paulus menjelaskan kepada orang Galatia yang masih terpengaruh dengan ajaran Hukum Taurat yang selalu menawan mereka. Yesus Kristus telah menggenapi seluruh tuntutan Hukum Taurat tersebut sehingga barangiapa yang hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus akan dipersatukan Pelayanan rasul Paulus mengandung lingkup pelayanan yang lebih luas dibandingkan dengan keduabelas rasul. Rasul Paulus memiliki sasaran pelayanan yang lebih komplikasi. Karena pelayanannya tidak dibatasi oleh daerah, budaya, status, jabatan, dan pendidikan. Paulu s berkata dalam Galatia 3:28, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki- laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. ” Konteks ayat ini adalah kesatuan di dalam Kristus, rasul Paulus menjelaskan kepada orang Galatia yang masih terpengaruh dengan ajaran Hukum Taurat yang selalu menawan mereka. Yesus Kristus telah menggenapi seluruh tuntutan Hukum Taurat tersebut sehingga barangiapa yang hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus akan dipersatukan
kedagingan, manusia dipandang sudah mati, dengan semua pembedaan keduniawian dan kedagingannya telah lenyap. Semua orang dipandang sudah mati melalui kematian
Kristus, sehingga telah menjadi calon kehidupan kekal. 70 ”
Dengan demikian objek pelayanan Paulus bersifat heterogen, maka untuk menghadapi keberagaman dalam pelayanannya maka rasul Paulus menggunakan model pembelajaran kontekstual, dimana melalui model pembelajaran kontekstual ia dapat mempersatukan pengetahuan dengan keadaan nyata. B.S Sidjabat mengatakan bahwa “strategi pembelajaran kontekstual mengasumsikan konteks kehidupan sosial dan budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna. 71 ” Untuk itulah rasul
Paulus berusaha membagi sasaran pelayanan yang sedang ia layani, Paulus harus memiliki kemampuan dalam memilah-milah kelompok yang sedang ia layani agar pembelajaran yang ia lakukan dapat diterima sesuai dengan konteks orang yang dilayaninya. Jadi pada saat dengan orang Yahudi ia akan seperti orang Yahudi, dengan orang yang hidup di bawah Hukum Taurat ia hidup seperti orang yang hidup di bawah Hukum Taurat, dengan orang lemah ia menjadi seperti orang lemah (IKorintus 9:21-23). Demikian pula pada saat ia ada di Athena, rasul Paulus melihat kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Paulus berusaha untuk menyelidiki dan mencari media yang dipakai dalam konteks Yunani, dan akhirnya melalui sebuah tulisan pada sebuah
mezbah tertulis, kepada Allah yang tidak dikenal (Kisah Para Rasul 17: 23), melalui tulisan ini Paulus memperkenalkan Allah yang benar yang telah menciptakan langit dan bumi yaitu Tuhan Yesus Kristus. B.S Sidjabat menjelaskan:
Charles F.Baker, A Dispensational Theologi.,terj.Johan Pandelaki ( Jakarta: Pustaka Alkitab Anugerah, 2009), 737. 71 B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 286.
Ketika melayani di Athena, ia melakukan pengamatan beberapa waktu untuk mengerti pola pikir, kebiasaan, dan tradisi masyarakat di sana. Ia juga bertukar pikiran dengan orang-orang terpelajar di pasar atau tempat pertemuan ( Agora). Walaupun tidak semua menerima berita Injil, sejumlah orang menjadi murid Tuhan ( Kisah Para rasul 17:16-34) 72
Kemampuan rasul Paulus dalam menjalankan pembelajaran kontekstual sangat membantu dalam perluasan pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Dan bahkan kemampuan rasul Paulus dalam pelayanan kontekstual untuk beberapa kali ia dapat lepas dari permasalahan yang sampai mengancam nyawanya seperti pada waktu ia ada di markas orang Romawi untuk dise sah, Paulus berkata,” bolehkah kamu menyesah warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?. ” Secara kontek Paulus mengetahui undang- undang yang berlaku di Roma, dimana sejak republik Roma didirikan di dalam undang- undang kewarganegaraannya telah diatur bahwa warganegara Roma dikecualikan dari segala bentuk hukuman yang merendahkan si terhukum. Mengetahui hal itu maka para tentara yang hendak menyesah Paulus mundur. Peristiwa selanjutnya pada waktu Paulus dihadapan mahkamah agama, Paulus memperhatikan bahwa yang hadir adalah golongan orang Saduki dan golongan orang Farisi, ia tahu bahwa orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan dan adanya malaikat dan Roh sedangkan orang Farisi mempercayai keduanya, ia berseru dalam mahkamah agama itu, katanya: ”Hai saudara- saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati (Kisah Para Rasul 23:6-7). ” Karena pernyataan itu maka terjadi keributan besar dan perpecahan di Mahkamah Agama dan akhirnya pengadilan terhadap Paulus tidak berlangsung.
B.S.Sidjabat menjelaskan bahwa model pembelajaran kontekstual yang diterapkan oleh Rasul Paulus ini sebenarnya diteladani dari Tuhan Yesus Kristus yang telah bersedia menjadi manusia (inkarnasi). Ia datang ke dalam konteks Yahudi di
Ibid., 288
Palestina pada masa lalu.( Yohanes 1:14). Ia hidup di tengah masyarakat selama kurang lebih 33 tahun. 73 Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, bukan berarti
bahwa Paulus kompromi terhadap kebudayaan, pengetahuan atau kebiasaan manusia yang di dalamnya masih terdapat unsur dosa, melainkan ini adalah salah satu kemampuan rasul Paulus di dalam pelayanan kontekstual atau sering juga disebut pelayanan lintas budaya, ia harus bisa melihat cara yang terbaik untuk bisa memenangkan orang yang dimaksud tanpa harus secara ekstrim menghilangkan budaya setempat.
Pengalaman yang bermakna dialami rasul Paulus dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, sehingga ia dapat menghibur dan menguatkan serta mendorong orang percaya agar tetap berpegang teguh akan pengharapan kepada Tuhan Yesus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia berkata dalam Filipi 4:12-13:
”Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. ”
Model pembelajaran dengan membagi sasaran pelayanan dengan benar memberikan dampak yang besar dalam pelayanan Paulus. Pencapaian orang-orang dari berbagai kalangan berhasil diraihnya.
Dalam pelayanan gereja masa kini penerapan model pembelajaran ini dapat diterapkan melalui pelayanan majemuk yaitu pelayanan yang tidak terikat pada suatu suku, status sosial, pekerjaan, dan apapun yang membuat batasan antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui kemampuan menyesuaikan dengan sasaran yang dituju oleh gereja maka diharapkan gereja mampu memenangkan jiwa-jiwa baru untuk Tuhan
B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 287.
dari berbagai latar belakang suku dan budaya. Sehingga terjadi kesatuan dalam Kristus di dalam jemaat bersama-sama memuji dan memuliakan nama Tuhan.
Konsep pelayanan majemuk merupakan konsep pelayanan gereja sebagai tubuh Kristus, dimana tubuh memiliki banyak anggota dan setiap anggota memiliki tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing yang dikaruniakan oleh Allah. Masing- masing anggota tubuh memiliki keunikannya masing-masing. Satu anggota tubuh tidak boleh memaksakan kehendaknya harus dilaksanakan oleh anggota lain. Chris Marantika mengatakan bahwa gereja sebagai tubuh Kristus memiliki tiga jenis hubungan yaitu satu di dalam Kristus, kebersamaan dalam pelayanan untuk Kristus dan kebergantungan satu
dengan yang lain di dalam keluarga Allah. 74
Pelayanan majemuk juga berhubungan dengan sikap gereja terhadap kebudayaan, Richard Niehbur memberikan lima jenis kedudukan gereja di dalam kebudayaan. Kedudukan ini menjadi pertimbangan gereja untuk memposisikan Kristus di dalam kebudayaan. Adapun kelima kedudukan itu adalah:
Kristus menentang kebudayaan (Christ Against Culture), Kristus milik kebudayaan ( Christ of Culture), Kristus di atas kebudayaan ( Christ on The Culture), Kristus dan Kebudayaan dalam Paradoks (Christ and The Culture in Paradox), dan Kristus sebagai mengubah kebudayaan (Christ transform the
culture). 75
Dalam pelayanan majemuk gereja diharapkan memiliki kepekaan terhadap kebudayaan dalam mengambil tindakan seperti yang disampaikan oleh Richard Niehbur. Kemampuan gereja dalam menentukan sikap terhadap budaya akan menopang
Chris Marantika, Principles & Practice of The World Mission ( Yogyakarta: Iman Press, 2002), 34 . 75 Richard Niebuhr, Kristus dan Kebudayaan ( Petra Jaya: Jakarta 1995) , 5.
pertumbuhan pelayanan dalam setiap budaya, sehingga keberagaman di dalam jemaat semakin nyata.
Indikasi keberhasilan pelaksanaan dan keberhasilan pelayanan majemuk dalam pelayanan gereja masa kini sebagai penerapam model pembelajaran dalam membagi sasaran pelayanan dengan tepat dapat dilihat dari :
1.Keberagaman dalam jemaat
Keberagaman dalam jemaat merupakan hasil dari pelayanan majemuk yang dilakukan di dalam program pengembangan jemaat. Kebenaran Firman Tuhan tidak dirasakan oleh masyarakat yang homogen saja, yang berdasarkan budaya, pekerjaan, status sosial, bahasa dan lain sebagainya. Namun gereja yang melakukan pelayanan majemuk akan menghasilkan kuantitas jemaat yang majemuk pula. Jemaat yang heterogen bersatu dalam Yesus Kristus seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus tentang kesatuan orang-orang percaya dalam Kristus di Kolose 3:11, “dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. ” Dan selanjutnya Paulus menjelaskan dalam Kolose 3:14, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. ”
Selain menghasilkan keberagaman dalam jemaat, pelayanan majemuk menunjukkan bahwa Firman Tuhan adalah kebutuhan dari semua orang tanpa ada batasan apapun. Melalui pembagian program Allah yang tepat maka Allah memiliki program tersendiri bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dengan demikian setiap orang yang mengerti program Allah dapat menikmati Firman Allah sesuai dengan kebutuhannya.
2. Penerapan Firman Tuhan
Dalam I Korintus 9:19, Paulus berkata ”Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. ” Dalam konteks ayat ini Paulus menjelaskan tentang kedudukannya sebagai seorang rasul yang memiliki kuasa dari Tuhan dan tidak terikat dengan kuasa apapun di muka bumi ini. Namun ia tidak membuat kedudukannya tersebut untuk kesempatan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Justru Paulus rela menjadikan dirinya hamba bagi semua hanya dengan alasan untuk memenangkan jiwa baru bagi Kristus. Dalam penerapan Firman Tuhan, Rasul Paulus memposisikan dirinya sama seperti orang yang sedang dilayani. Hal ini menjadi indikasi keberhasilan pelaksanaan pelayanan majemuk, dimana dengan memberikan pembelajaran Firman Tuhan yang sesuai dengan sasaran pelayanan yang tepat maka akan menghasilkan praktek penerapan Firman Tuhan yang benar. Rasul Paulus perlu membagi dengan tepat sasaran pelayanannya, sehingga ia dapat menyesuaikan pengajaran yang ia sampaikan sesuai dengan sasaran-sasaran pelayanannya demi memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan. Melalui penerapan Firman Tuhan yang sesuai dengan program Allah yang sedang berlangsung menunjukkan Firman Tuhan bersifat progressif dan dinamis, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai latarbelakang yang berbeda-beda. Dengan demikian Firman Tuhan menjadi kebutuhan bagi seluruh manusia tanpa ada batasan apapun.
Model Pembelajaran Dalam Membagi Tugas Dengan Tepat
Dalam menjalankan tugasnya rasul Paulus mengibaratkan pelayanannya seperti sekelompok orang yang bekerja mendirikan suatu bangunan. Ia memposisikan dirinya sebagai seorang ahli bangunan yang cakap yang memimpin kelompok orang dalam Dalam menjalankan tugasnya rasul Paulus mengibaratkan pelayanannya seperti sekelompok orang yang bekerja mendirikan suatu bangunan. Ia memposisikan dirinya sebagai seorang ahli bangunan yang cakap yang memimpin kelompok orang dalam
Oleh sebab itu pola membagi dengan tepat juga harus diterapkan dalam pembagian tugas. Pembagian tugas yang tepat akan memberikan hasil yang tepat pula. Model pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus dalam membagi tugas dengan tepat adalah model pembelajaran diskusi. Dalam menjalankan model pembelajaran ini, Paulus terlebih dahulu mempersiapkan melalui suatu wadah pembelajaran untuk melatih orang-orang yang akan ditugaskan dalam membantu menjalankan tugasnya. Penerapan model pembelajaran dalam membagi tugas dengan tepat dapat diterapkan pula dalam pelayanan gereja masa kini dengan melakukan :
1. Pelatihan ( Training )
Pelatihan menjadi sarana pembelajaran untuk memperlengkapi orang-orang yang terpanggil di dalam pelayanan. Rasul Paulus berkata dalam 2 Timotius 2:2, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. ” Ayat ini menunjukkan bahwa rasul Paulus sudah mempersiapkan terlebih dahulu Timotius sebelum ditugaskan di dalam pelayanan. Pelatihan untuk membekali Timotius baik pengetahuan maupun kemampuan serta kedewasaan rohani menjadi persiapan awal Pelatihan menjadi sarana pembelajaran untuk memperlengkapi orang-orang yang terpanggil di dalam pelayanan. Rasul Paulus berkata dalam 2 Timotius 2:2, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. ” Ayat ini menunjukkan bahwa rasul Paulus sudah mempersiapkan terlebih dahulu Timotius sebelum ditugaskan di dalam pelayanan. Pelatihan untuk membekali Timotius baik pengetahuan maupun kemampuan serta kedewasaan rohani menjadi persiapan awal
pembelajaran itu untuk memperkaya hidup orang percaya (Kisah Para Rasul 19:9-10). 76 Dalam surat kirimannya ke jemaat di Efesus, Paulus menegaskan orang-orang yang
diberi karunia khusus dari Tuhan agar memperlengkapi warga jemaat supaya semakin dewasa dalam iman kepada Kristus (Efesus 4:11-16). 77 Demikian juga jemaat di Berea
yang selalu meneliti kitab suci untuk menguji kebenarannya (Kisah Para Rasul 18:11- 12). Dengan demikian akan terbentuk para pelayan yang benar-benar siap dipakai di dalam pelayanan yang memiliki pengetahuan yang benar serta kemampuan yang mendukung pelayanannya dan kedewasaan rohani.
2. Pendelegasian
Setelah menjalani pelatihan, Paulus menugaskan murid-muridnya untuk menjalankan tugas pelayanan ketempat-tempat yang menurut Paulus cocok untuk mereka layani. Di dalam pelayanan Paulus orang –orang yang sudah dipersiapkan dan ditugaskan dalam pelayanan yaitu, pertama, Titus ditugaskan Paulus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Titus 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (1Timotius 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa
76
B.S.Sidjaba55t, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 54. 77 Ibid., 285
itu, Paulus menulis surat kepada Titus. menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Kedua, Timotius ditugaskan untuk menjalankan tugas pelayanan di jemaat Efesus (I Timotius 4:11 ; 6:2), ia mengingatkan agar tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati (I Timotius 4:11; 6:2) juga Paulus menghimbau untuk mengajar dengan segala kesabaran (2 Timotius 4:2) dan harus mempercayakan tugas pelayanan kepada mereka yang cakap mengajar (2 Timotius 2:2). Paulus menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja. Paulus mempercayakan pekerjaan pelayanan kepada Timotius (1 Tim1:18). Ketiga, Epapfroditus seorang yang membantu pelayanan Paulus, ditugaskan kembali bersama-sama dengan jemaat di Filipi ( Filipi 2: 25-29). Dan ada beberapa orang lagi yang ditugaskan Paulus untuk melanjutkan pelayanan yang sudah pernah di layani yaitu seperti Febe yang melayani di Kengkrea.
Pendelegasian tugas diterapkan rasul Paulus untuk menjalankan pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Mengingat kebutuhan pelayanan yang semakin banyak, daerah yang dijangkau semakin luas dan orang yang dilayani semakin banyak. Maka pendelegasian adalah strategi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hal ini dapat dilihat melalui pendapat Yakob Tomatala mendefinisikan delegasi adalah sebagai berikut, “delegasi adalah proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/ keorganisasian untuk melibatkan sebanyak mungkin orang secara langsung dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan dan pengerjaan kerja yang berkaitan dengan
pemastian tugas. 78 ” Salah satu penyebab kegagalan dalam gereja adalah pada saat
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen Yang Dinamis (Jakarta: YT Leadership, 1997), 195.
pelayanan bergantung pada satu orang saja, penyebab lain adalah pada saat gereja merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa di dalam pelayanan.
Indikasi pelaksanaan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan pelatihan dan pendelegasian untuk melaksanakan model pembelajaran membagi tugas pelayanan dengan benar adalah sebagai berikut :
1. Keterlibatan dalam Pelatihan
Keterlibatan dalam pelatihan merupakan tindak lanjut dari pengembangan jemaat dalam pembelajaran, dengan demikian keterlibatan jemaat untuk diperlengkapi melalui pelatihan merupakan indikasi kerinduan jemaat untuk lebih meningkatkan komitmennya dalam pelayanan. Semua jemaat sebagai anggota tubuh Kristus memiliki keunikan tersendiri dalam pelayanan, sehingga semua jemaat memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam pelatihan.
Jadi dalam pelayanan gereja masa kini seharusnya selalu siap dalam memfasilitasi atau sebagai sarana untuk melengkapi para jemaat dalam pelayanan, jadi pelatihan sebagai sarana untuk memperlengkapi jemaat perlu dilakukan untuk mempersiapkan jemaat dalam menjalankan tugas pelayanan yang akan dipercayakan kepadanya. Melalui pelatihan jemaat dapat memahami serta tahu bagaimana menjadi ahli dalam bidang pelayanan tertentu.
2. Keterlibatan dalam Pelayanan
Setelah diperlengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan, jemaat akan mengalami suatu proses pembentukan di dalam diri mereka secara rohani. Tantangan baru untuk lebih terlibat dalam pelayanan sudah semakin nyata. Oleh sebab Setelah diperlengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan, jemaat akan mengalami suatu proses pembentukan di dalam diri mereka secara rohani. Tantangan baru untuk lebih terlibat dalam pelayanan sudah semakin nyata. Oleh sebab
mengkhususkan dirinya dalam apa yang terbaik mereka bisa lakukan. Ini menjadi motivasi kepada para pemimpin gereja agar lebih peka terhadap potensi yang ada dalam gerejanya. Pendelegasian merupakan suatu bentuk kepercayaan yang diberikan agar jemaat dapat menunjukkan segala kemampuan mereka dalam pelayanan, sehingga bila ini terjadi dalam jemaat maka semua jemaat akan terfokus pada tugas yang telah mereka terima dan berusaha mengembangkan segala yang mereka miliki untuk dipakai dalam pelayanan.
Pertumbuhan Gereja
Pertumbuhan gereja merupakan hasil dari seluruh proses pelayanan yang dilaksanakan oleh para hamba Tuhan. Termasuk Paulus dalam menerapkan semua model-model pembelajaran adalah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yaitu orang-orang yang dilayani dapat mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, seperti di Ikonium sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya ( Kisah Para Rasul 14:1), di Tesalonika sebagian besar orang
Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 160.
Yunani dan beberapa perempuan terkemuka menjadi percaya kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 17:5).
Peter Wagner mendefinisikan pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggungjawab. 80 Dari definisi ini pertumbuhan gereja berbicara
tentang pertumbuhan secara kuantitas dan kualitas, dimana perkembangan kuantitas adalah pertumbuhan jumlah orang-orang yang dibawa kepada Kristus dan pertumbuhan kualitas adalah membawa mereka pada pengenalan Kristus sehingga menjadi orang percaya yang bertanggungjawab. Untuk memahami lebih dalam tentang pertumbuhan gereja, perlu untuk mengetahui prinsip-prinsip Alkitab tentang pertumbuhan gereja. George W. Peters mengatakan bahwa “Dia adalah penyebab langsung dari pertumbuhan gereja. Pekerjaan rohani hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus. Dalam Kerajaan Allah pernyataan tersebut meyakinkan: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh- 81 Ku, firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6). Peter Wongso sependapat dengan prinsip ini dengan mengatakan “Ide pertumbuhan gereja bukan berasal dari pikiran manusia, melainkan dari kehendak Allah sendiri, tatkala Allah menciptakan manusia, ia memberikan mereka agar bertambah banyak
dengan cara berkembang biak memenuhi bumi. 82 ”
Jadi pertumbuhan gereja baik pertumbuhan kualitas maupun pertumbuhan kuantitas berjalan seiring karena keduanya berasal dari Allah. Dengan memaksimalkan potensi yang ada di dalam jemaat secara kualitas maka akan mendorong pertumbuhan
C.Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh ( Malang: Gandum Mas, 1996), 11. 81 George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja (Malang: Yayasan Yayasan Gandum
Mas, 2002), 111. 82 Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi masa Kini (Malang:SAAT, 1996), 97.
dari segi jumlah yaitu secara kuantitas. Oleh sebab itu gereja sebagai tubuh Kristus yang bertumbuh merupakan gereja yang mengfungsikan seluruh anggota- anggota yang berbeda-beda serta fungsi dan kemampuan yang berbeda-beda. Chris Marantika memberikan penjelasan tentang gereja sebagai tubuh Kristus dalam hubungan dengan pertumbuhan gereja,bahwa:
Gereja adalah merupakan lembaga Ilahi , yang di dalamnya terdapat unsur- unsur yang berbeda dan memiliki tiga Prinsip yang sama yaitu kesatuan di dalam Kristus sebagai Hakikat Orang percaya (Inggris: oneness in Christ), Kebersamaan dalam pelayanan bersama Kristus sebagai pola kerja mereka (Inggris: Togetherness in The ministry for Christ) dan kebergantungan kepada
satu sama lain. (Inggris: Interdependence upon each other 83 ). Chris Marantika menambahkan bahwa prinsip kesatuan, kesamaan dan ketergantungan
ini tidak dapat diabaikan atau diperkecil kehadirannya dalam pertumbuhan gereja, Semakin dalam penerapan ketiga prinsip ini maka pertumbuhan gereja semakin besar . Secara praktis penerapan ketiga prinsip ini dapat dijangkau dengan pengadakan
program (1) doa bersama, (2) daya bersama, (3) dan dana bersama. 84
Untuk mendorong penerapan prinsip kesatuan, kesamaan dan ketergantungan di dalam gereja sebagai Tubuh Kristus maka perlu diketahui hal-hal yang akan dicapai di dalam pertumbuhan gereja tersebut. Berikut ini adalah tiga hal yang menjadi indikator pertumbuhan gereja yaitu hal-hal yang akan dicapai sebagai kerinduan bagi para hamba Tuhan dan orang percaya yang punya kerinduan untuk bertumbuh di dalam Tuhan.
Bertumbuh Dalam Pengetahuan Yang Benar
Pada bagian sebelumnya sudah disampaikan bahwa motivasi Paulus dalam mempelajari kebenara Firman Tuhan adalah agar ia menjadi seorang pekerja yang tidak
83
Chris Marantika, Diktat Teologi Pertumbuhan Gereja (Yogyakarta:STII,2005), 47. 84 Ibid.
usah malu. Melalui pengetahuan yang benar yang dimilikinya ia dapat memberi jawab atas apa yang diyakininya. Dalam surat-suratnya rasul Paulus selalu mengingatkan kepada jemaat yang dilayaninya tentang kerinduannya seperti dalam Efesus 4:13 Paulus berkata, “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepe nuhan Kristus” dan juga di dalam dalam Filipi 1:9, “ Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian” dan dalam Kolose 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar K haliknya” Dari beberapa pernyataan kerinduan Paulus kepada jemaat dilayaninya maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akan kebenaran tentang Allah menjadi dasar bagi orang percaya untuk dapat bertumbuh secara rohani. Pengetahuan yang benar tentang Allah khususnya tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat orang yang percaya kepadaNya yang tentunya semuanya bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. B.S.Sidjabat menyimpulkan tujuan Paulus mengajar adalah untuk mengomunikasikan kebenaran Allah yang membebaskan dan memberikan hidup, memperlengkapi senjata rohani, menolon g supaya lepas dari belenggu “ ilah
aman” yang membutakan segi-segi dan kemampuan rohani mereka. 85
Pengetahuan yang benar akan Firman Tuhan juga dapat memberikan kepercayaan diri orang percaya dalam memberi jawab atas keyakinan yang telah diterima. Dengan demikian orang percaya tidak akan diombang-ambingkan lagi oleh ajaran dan filsafat kosong yang mengarahkan orang percaya menjauh dari Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan dalam I Timotius 4:16, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah
ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau
B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 56.
akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. ” Dalam ayat ini rasul Paulus mengingatkan Timotius agar tetap bertekun dalam pengetahuan yang benar agar tetap menjadi teladan bagi orang percaya, karena banyak ajaran-ajaran yang berusaha menggoyahkan iman dari orang percaya pada masa itu.
Bertumbuh Dalam Kesaksian Yang Benar
Kesaksian merupakan wujud nyata yang kelihatan dari iman yang tidak bisa dilihat oleh mata. Oleh sebab itu Kesaksian yang benar menjadi indikator pertumbuhan rohani dari orang percaya. Rasul Paulus berkata dalam Efesus 2:10, “ Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. ” Paulus juga berkata dalam Kolose 3:17, “ Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur o leh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Dari beberapa pernyataan rasul Paulus ini menunjukkan bahwa kerinduannya agar jemaat yang dilayaninya dapat bertindak sesuai dengan iman mereka karena Allah menginginkan demikian. Pendapat yang mengatakan bahwa Rasul Paulus tidak menonjolkan ajaran untuk berbuat baik adalah keliru, ia juga mengatakan dalam Roma 6:1- 2, “ Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
Rick Warren memberikan langkah bagi orang percaya untuk dapat menghasilkan kesaksian yang baik yaitu: mengetahui apa yang akan dilakukan (pengetahuan), mengapa melakukannya (perspektif), dan bagaimana melakukannya (kemampuan) dan semuanya akan tidak berguna bila kita tidak punya keyakinan untuk termotivasi Rick Warren memberikan langkah bagi orang percaya untuk dapat menghasilkan kesaksian yang baik yaitu: mengetahui apa yang akan dilakukan (pengetahuan), mengapa melakukannya (perspektif), dan bagaimana melakukannya (kemampuan) dan semuanya akan tidak berguna bila kita tidak punya keyakinan untuk termotivasi
pandang yang bertolak dari Firman Tuhan, kemudian pengetahuan dan cara pandang tersebut diyakini sehingga memotivasi orang percaya untuk mampu melakukannya atau menerapkan Firman Tuhan dalam kehidupannya pribadi.
Kesaksian hidup yang benar juga akan timbul karena adanya keberagaman dalam jemaat. Sebagai anggota tubuh Kristus, rasul Paulus mengingatkan bahwa tiap- tiap orang adalah anggota yang seorang terhadap yang lainnya ( Roma 12: 4-5), jadi keberagaman tersebut mendorong orang percaya untuk saling mengasihi dan saling mendahulukan dalam memberi hormat (Roma 12:10).
Bertumbuh dalam Komitmen
Bertumbuh dalam komitmen merupakan puncak dari pertumbuhan secara rohani. Dimulai dari jemaat yang dilayani dari orang yang belum memiliki keyakinan yang benar tentang Yesus Kristus hingga mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kemudian belajar Firman Tuhan dengan belajar dan bertumbuh dalam kesaksian yang benar dan mengambil komitmen untuk dipakai lebih lagi di dalam pelayanan gereja. Rick Warren dalam mengembangkan potensi jemaatnya agar bertumbuh dalam komitmen dalam jemaat ia berkata,
Di Saddleback, kami mengajar bahwa setiap orang Kristen diciptakan untuk pelayanan (2 Timotius 1:9), dipanggil ke dalam pelayanan (Efesus 2:10), diselamatkan untuk pelayanan ( 2 Timotius 1:9), Dipanggil ke dalam pelayanan (I Petrus 2:9-10), dikaruniakan untuk pelayanan( I Petrus 4:10), dipercayakan untuk pelayanan ( matius 28:18-20), diperintahkan untuk melayani ( Matius 20:26-28), dipersiapkan untuk pelayanan ( Efesus 4:11-12), diperlukan untuk
Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 355.
pelayanan ( I Korintus 12:27), bertanggungjawab untuk pelayanan, dan akan di beri mahkota sesuai dengan pelayanannya ( Kolose 3:23-24) 87
Jadi kehendak Tuhan adalah supaya semua yang ia selamatkan juga dapat mengambil keputusan untuk dipakai didalam ladang pelayanan Tuhan. Dengan potensi yang dimiliki dari tiap-tiap orang yang percaya kepadaNya. Keberagaman yang mendorong saling ketergantungan satu dengan yang lain, sehingga mereka saling membutuhkan dan saling melayani.
Melalui ketiga indikasi pertumbuhan rohani ini maka dalam tubuh Kristus yang memiliki anggota yang berbeda-beda harus bertumbuh seimbang dan serasi, supaya dapat menghasilkan hasil pertumbuhan yang sempurna. Jika satu bagian anggota bertumbuh tetapi yang lain tidak bertumbuh maka kelihatan agak aneh. Oleh sebab itu karunia rohani yang diberikan kepada gereja harus bertumbuh secara bersama-sama. Dengan demikian Roh Kudus akan mengembangkan semua karunia rohani tersebut dan Allah akan memberikan pertumbuhan bagi tubuh Kristus, karena pertumbuhan itu adalah berasal dari Allah sendiri.
Hubungan Model Pembelajaran Rasul Paulus dengan Pertumbuhan Gereja
Perkembangan pelayanan yang dijalankan oleh Allah kepada Rasul Paulus mengalami perkembangan di mulai dari Antiokhia di benua Asia sampai ke Eropa berkembang sangat maju. Setiap hari jumlah mereka semakin bertambah, Pengaruh pelayanan rasul Paulus sangat besar disetiap daerah-daerah yang ia layani. Selain itu jemaat juga bertumbuh secara rohani baik dalam pengetahuan yang benar, kesaksian yang benar dan juga komitmen. Rasul Paulus merasakan buah dari pelayanannya dimana jemaat di Filipi yang sudah bertumbuh dengan baik secara rohani berkomitmen untuk terbeban di dalam pelayanan Rasul Paulus. ( Filipi 4:10) demikian juga jemaat di
Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Manila: OMF Literature, 2002), 368
Roma yang sekali belum pernah dikunjungi rasul Paulus namun mereka bisa bertumbuh dalam kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati (Roma 15:14).
Pertumbuhan ini terjadi karena adanya sarana pendukung yaitu model pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus dalam pelayanannya. Pengajaran rasul Paulus yang memiliki perbedaan dengan pengajaran para rasul sebelumnya namun karena kemampuan rasul Paulus dalam menggunakan model-model pembelajaran menghasilkan pertumbuhan rohani yang baik dalam pelayanannya. Tantangan dalam pelayanan baik dari dalam maupun dari luar dapat dihadapinya dengan menggunakan model-model pembelajaran tersebut.
Jadi model pembelajaran rasul Paulus memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan rohani jemaat. Ajaran rasul Paulus yang memang ditujukan bagi gereja pada masa kini menjadi lebih mudah untuk dimengerti dan diterapkan pada gereja masa kini karena dibantu oleh model pembelajaran yang sudah lebih dahulu diterapkan oleh rasul Paulus pada gereja mula-mula sehingga itu menjadi contoh bagi gereja pada masa kini untuk mengembangkan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan rohani jemaat dan dengan pertumbuhan rohani akan mendorong pertumbuhan jemaat secara jumlah seperti yang terjadi pada pelayanan rasul Paulus.
Kerangka Berpikir
Model Pembelajaran Rasul Paulus yang berdasarkan atas pola membagi dengan Tepat menjadi sarana dalam mencapai tujuan pembelajaran Rasul Paulus. Melalui tiga pembagian besar model pembelajaran rasul Paulus yaitu membagi program Allah dengan tepat, membagi sasaran pelayanan dengan tepat dan membagi tugas dengan tugas, akan menghasikan kualitas orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga dapat bertumbuh secara rohani dan dengan pertumbuhan jemaat secara rohani orang percaya akan terdorong untuk memenangkan jiwa baru untuk Kristus sehingga merangsang pertumbuhan jemaat secara kuantitas.
Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir dalam penulisan tesis ini:
Model Pembelajaran
Rasul Paulus
(Variabel X) Pertumbuhan Gereja
(Variabel Y)
1. Membagi Program Allah
dengan Tepat - Ketertarikan terhadap
Pembelajaran - Pemahaman Alkitab
1. Pengetahuan yang
2. Membagi Sasaran
Benar
pelayanan dengan tepat - Keberagaman dalam jemaat
2. Kesaksian Hidup yang - Penerapan Firman
baik
Tuhan
3. Membagi Tugas dengan tepat
- Keterlibatan dalam
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesa penelitian ini adalah model pembelajaran rasul Paulus berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di Makassar.