Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual Remaja

22 d Ciuman bibir e Ciuman bibir sambil pelukan f Meraba atau diraba deaerah erogen dalam keadaan berpakaian g Mencium atau dicium derah erogen dalam keadaan berpakaian h Saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian i Meraba atau diraba daerah erogen dalam keadaan tanpa berpakaian j Mencium atau dicium daerah erogen dalam keadaan tanpa berpakaian k Saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa berpakaian l Hubungan seksual

2.2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual Remaja

Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja menurut Sarwono, 2006 antara lain : a Meningkatkanya libido seksual Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido. Energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. b Penundaan usia perkawinan Dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya untuk bersekolah dulu. c Tabu larangan Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan masturbasi, untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut. d Kurangnya informasi seks Remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap jika kurang mendapat pengarahan dari orangtua maka pengendalian perilaku seksual akan sulit. Mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan seksual pornografi 23 melalui media massa yang membuat merka melakukan perilaku seksual secara bebas. e Pergaulan semakin bebas pada remaja. Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja. Menurut Forehand 1997 dalam sarlito, semakin tinggi tingkat pemantauan orangtua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh karena itu di samping komunikasi yang baik dengan anak, orangtua juga perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orang tua. Remaja akan melakukan perilaku-perilaku seksual karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhinya. Dimulai dari meningkatnya libido seksual, libido seksual ini meningkat karena kematangan fisik pada diri remaja. Penundaan usia perkawinan juga mempengaruhi perilaku seksual remaja karena tuntutan jaman yang semakin maju, maka remaja dituntut untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sehingga orangtua melarang anaknya untuk menikah sebelum masa studinya selesai. Kurangnya informasi seks membuat remaja semakin merasa penasaran terhadap perilaku-perilaku seksual dan pergaulan yang semakin bebas membuat remaja dengan seenaknya sendiri melakukan perilaku-perilaku seksual tanpa memikirkan akibatnya. Soetjiningsih 2006 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja yaitu: 1 Faktor idividual self-esteem dan religiusitas. 2 Faktor keluarga hubunga orang tua remaja-remaja. 3 Faktor di luar keluarga tekanan negatif teman sebaya, eksposur media pornografi. 24 Hal-hal yang mendorong remaja melakukan perilaku seksual dalam berpacaran menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser dalam Dariyo, 2004 adalah : a Hubungan seks Bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam pacaran. Dalam hal ini bentuk ungkapan rasa cinta kasih sayang dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah. b Kehidupan iman yang rapuh. Orang yang taat beragama, selalu dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri agar tidak berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam hatinya, selalu ingat terhadap Tuhan, sebab mata Tuhan selalu mengawasi setiap perbuatan manusia. Oleh karena itu, tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacaranya, sebelum menikah secara resmi. Sebaliknya bagi individu yang rapuh imanya, cenderung mudah melakukan pelanggaran terhadap ajaran-ajaran agamanya. Sehingga tak heran kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan perilaku seksual sebelum menikah. c Faktor kematangan biologis Dengan kematangan biologis seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa lainya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan melihat film porno. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung berakibat negatif, yakni terjadinya hubungan seksual pra nikah di masa pacaran remaja. Dari penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kiaser di atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang sangat mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual adalah adanya kesalah pahaman pengertian dalam pacaran, bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam pacaran, kebanyakan remaja 25 menganggap dengan melakukan perilaku seksual dengan pacarnya adalah wujud kasih sayang yang ia berikan terhadap pacarnya. Iman yang tidak kuat juga sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. Remaja yang imannya rapuh gampang terpengaruh oleh ajakan-ajakan negatif dari pacarnya atau teman sebayanya.

2.2.5 Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja