26 tersebut bertentangan dengan hasil penelitian dari Manullang 2002 yang
menyatakan bahwa ROE tidak signifikan untuk mempengaruhi nilai CAR sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. ROE merupakan salah satu ukuran
profitabilitas yang menunjukkan tingkat pencapaian laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang digunakan oleh bank. Semakin tinggi ROE yang
dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga CAR semakin meningkat. Dengan kata lain ROE berhubungan positif dengan CAR
dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H 2 : ROE berpengaruh signifikan positif terhadap CAR
2.2.3. Pengaruh BOPO Terhadap CAR
Sebagaimana dijelaskan dimuka, rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit berdasarkan jumlah dana
yang berhasil dikumpulkan. Dalam pengumpulan dana terutama dana masyarakat dana pihak ketiga, diperlukan biaya selain biaya bunga termasuk biaya iklan.
Etty dan Aryati 2000 dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara CAR bank yang sehat dan CAR
bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian Sugiyanto dkk 2002 yang menunjukkan hasil hahwa BOPO mampu memprediksi kebangkrutan bank
salah satunya diproksi melalui CAR. Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1
27 sebaliknya bank yang kurang sehat termasuk Bank Beku Operasi BBO rasio
BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata lain BOPO berhubungan negatif dengan CAR dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H 3 : BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap CAR
2.2.4. Pengaruh NIM Terhadap CAR
N1M menunjukkan rasio antara pendapatan bunga bersih pendapatan bunga kredit minus biaya bunga simpanan terhadap outstanding credit dari debet
rata-rata. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman
kredit. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva, produktif dalam bentuk kredit. Peneliti terdahulu yang
menggunakan NIM sebagai variabel pengukur kesehatan bank antara lain dilakukan oleh: Sugiyanto dkk 2002 dan Indira 2002 hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa NIM mampu digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kesehatan bank salah satunya diproksi melalui CAR. Berdasarkan
kerangka teori dan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa semakin tinggi NIM yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga
CAR semakin meningkat. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:
H 4 : NIM berpengaruh signifikan positif terhadap CAR
28
2.2.5. Pengaruh LDR Terhadap CAR