TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH METODE ILM

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH METODE ILMIAH

Disusun Oleh: Kelompok 3

Kelas Q

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG


(2)

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH METODE ILMIAH

Disusun : Kelompok 3

Kelas Q

Rifena Pangestuweni 115040201111153 Mukti Budi Waluyo 115040201111206

Novia Dwirani 115040201111217

Regina Pramitha Putri 115040201111219 Lifatin Nur Ida L. 115040201111220 Karisma Aditya W. 115040201111232 Erviani Marlitasari 115040201111238 Bergas Redityo 115040201111251

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG


(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang berkaitan dengan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, di mana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Dalam analisis pertumbuhan, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun, nisbah luas daun dan nisbah berat daun pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintetsis.

Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman. Menurut Leopold dan Kriedermann (1975) dan Radford (1967) parameter pertumbuhan yang diduga antara lain adalah Indek Luas Daun (Leaf Area Index), Laju Tumbuh Pertanaman (Crop Growth Rate), Laju Asimilasi Netto (Net Assimilation Rate), Nisbah Luas Daun (Leaf Area Ratio) dan Laju Tumbuh Relatif (Relatif Growth Rate).

Pada pengamatan ini, parameter yang diamati adalah Leaf Area Index, jumlah daun, tinggi tanaman, luas area tanam, luas bagian tanaman yang sakit, berat daun, dan keragaman tanaman pada bidang/ petak yang diamati.


(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Leaf Area Index (LAI)

Leaf Area Index (LAI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan intensitas radiasi yang dapat diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis. LAI juga sebagai peubah struktur tunggal yang banyak digunakan untuk menghitung karakteristik pertukaran energi dan massa pada sebuah ekosistem terestrial seperti intersepsi, transpirasi, fotosintesis netto dan asimilasi kanopi. Tajuk tanaman yang memperhatikan konsep LAI optimum atau LAI kritis menujukan nilai Crop Growth Rate (CGR) bersama dengan meningkatkanya LAI, sampai tercapai nilai LAI pada saat penyerapan radiasi matahari paling besar (Gardner, et al. 1991).

Radiasi surya merupakan faktor penting bagi tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung radiasi dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan secara tidak langsung radiasi dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Diharapkan pada akhirnya tanaman ini dapat terus dikembangkan, sehingga dapat menjadi salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Kapasitas tanaman dalam mengintersepsi radiasi matahari ditentukan oleh indeks luas daun (leaf area index atau LAI), yaitu luas helai daun per satuan luas permukaan tanah. Semakin besar LAI maka semakin besar pula radiasi surya yang dapat diintersepsi untuk dimanfaatkan oleh tumbuhan. Pengukuran LAI secara konvensional didasarkan pada nisbah antara luas daun dengan luas bidang tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan tajuk(Gardner, et al. 1991).

Luas daun diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter. Indeks Luas Daun dihitung dengan rumus :

Lt LD

ILD, dimana :


(5)

LD = Luas daun

Lt = Luas lahan yang ditumbuhi tanaman

Sedangkan untuk bentuk daun teratur bisa menggunakan rumus Leaf Area Indeks = Panjang daun x Lebar daun.

a. Leaf Area Indeks Tanaman Airis Daun Besar LAI = Panjang daun x Lebar Daun

= 89 x 3,5 = 311,5 cm2/3 m2

b. Leaf Area Indeks Tanaman Airis Daun Kecil LAI = Panjang daun x Lebar Daun

= 5,5 x 1

= 5,5 cm2/0,5 m2

Daun adalah organ fotosintetik tanaman sehingga luas daun yang tercermin dari ILD penting diperhatikan. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukukan fotosintesis, sedangkan ILD mencerminkan besarnya intersepsi cahaya oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi lebih aktivitas lebih efektif terjadi pada daun.

Pada pengamatan yang dilakukan, tanaman yang diukur indeks luas daunnya (ILD) adalah tanaman Airis. Dijelaskan di atas bahwa ILD berkaitan dengan intersepsi cahaya, dimana hasil pengukuran didapatkan ILD Airis besar adalah 311,5 cm2 dan ILD Airis kecil adalah 5,5 cm2. Semakin luas daun, maka kemampuan tanaman dalam menyerap cahaya matahari untuk fotosintesis akan semakin baik pula. Hal ini berkaitan dengan komposisi klorofil dalam daun tersebut. Panjang dan lebar daun pada tanaman Airis yang


(6)

diamati ini lebih besar dari rata-rata panjang dan lebar daun Airis yang disebutkan dalam literatur.

2.2 Deskripsi Tanaman

Tanaman Airis merupakan tanaman semak yang mampu tumbuh menahun dengan tinggi tanaman berkisar 20 cm hingga 50 cm. Batang tanaman ini pendek, bulat, kasar, berwarna coklat dan membentuk rimpang. Daunnya merupakan daun tunggal berwarna hijau dengan bentuk lanset yang tersusun seperti kipas dengan ujung runcing dan tepi rata. Pangkal daun melekat pada batang dengan rata-rata panjang 20-50cm, dan lebar 1-2 cm. Bunga Airis merupakan bunga tipe majemuk dan berbentuk bulir, dengan mahkota lonjong, tepi beringgit, berbulu, beralur dan benang sari berhadapan dengan mahkota. Umumnya bunga Airis berwarna kuning dan ada pula yang berwarna ungu.

Airis adalah tanaman sejenis rumput gajah yang bunganya berwarna kuning menyerupai anggrek. Setiap tanaman yang sudah cukup umur rata-rata dapat berbunga setiap hari atau dua hari sekali. Dari batang yang telah berbunga tersebut biasanya akan keluar tunas muda yang semakin lama akan membesar dan jumlahnya bisa antara lima sampai sepuluh tunas. Tunas-tunas inilah bibit tanaman airis yang baru yang siap kita pisahkan dari induknya untuk kemudian ditanam mandiri ke tanah. Untuk


(7)

mengembangbiakan airis ini tidak terlalu susah, setiap tunas bisa langsung dipotong dari tangkai induknya kemudian ditanam atau tancapkan ke tanah begitu saja maka airis sudah bisa hidup dan berkembang dengan sendirinya.

2.3 Luas Area Tanam

Luas Area tanaman yang kita amati pada pengamatan ini adalah 1,3 m2. 2.4 Luas Bagian Yang Sakit

Penghitungan intensitas penyakit didasarkan pada data yang didapatkan dari data pengamatan gejala penyakit. Dengan demikian suatu standart pengamatan gejala penyakit sangat diperlukan agar kita mendapatkan data intensitas penyakit yang dapat dipercaya. Untuk mendapatkan standar pengamatan gejala penyakit yang baik kita melakukan peniaian terhadap gejala penyakit. Pada dasarnya penilaian penyakit didasarkan pada dua cara yaitu:

a. Dengan menghitung jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Intensitas penyakit dinyatakan dalam jumlah persen tanaman atau bagian tanaman yang sakit terhadap jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati, seluruhnya atau dengan rumus:

IP = x 100%

a = jumlah tanman atau bagian tanaman yang sakit b = jumlah tanman atau bagian tanaman yang sehat b. Dengan menggunakan skala deskriptif (skor penyakit)

Skala deskriftip adalah angka yang menggambarkan tingkat kerusakan tanaman atau bagian tanaman oleh penyakit. Skala ini diperoleh dengan membagi gejala penyakit dalam beberapa kategori atau kelas, dari mulai


(8)

bebas penyakit sampai penuh dengan penyakit. Dalam praktek pekerjaan ini dikenal dengan pemberian skor penyakit.

Tabel skoring penyakit

Skor Penyakit Uraian

0 Tidak ada infeksi

1 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang mencapai 10%

2 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 10% samapai dengan 25%

3 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 25% samapai dengan 50%

4 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 50%.

Intensitas serangan dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :

I = Intensitas Serangan

n = jumlah daun dari tiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan

Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah daun yang diamati

Dari pengamatan yang telah kita lakukan pada intensitas penyakit tanaman airis didapatkan perhitingan sebgai berikut:


(9)

a. Satu rumpun = 3/9 x 100% = 0,3 %

b. Per daun = 3/311,5 x 100%

= 0,9 %

Dapat disimpulkan bahwa intensitas serangan penyakit baik per rumpun maupun perdaun serangannya masih kecil karena tidak lebih dari 1% jadi dapat dikatakan serangannya masih kecil.

2.5 Inventarisasi Dan Skema Gambar 1

Keterangan : : Tanah : Selokan : Tanaman Airis : Rumput


(10)

GAMBAR 2

Pengamatan dilakukan pada 2 petak berukuran masing-masing adalah 1,3 m2. Jenis tanaman yang mendominasi pada petak 1 adalah Tanaman Airis dan pada petak 2 adalah rumput teki. Pada petak 1 dijumpai tanaman Airis, dan pada petak 2 terdapat beberapa jenis rumput yakni rumput teki dan rumput gajah paitan.

Keterangan :

: Rumput teki


(11)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamtan yang telah kelompok kami lakukan pada petak yang terdapat tanaman airis dan rumput teki serta paitan kita mengamati dengan luasan area 1,3 m2. Leaf Area Index (LAI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan intensitas radiasi yang dapat diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis, pada LAI pengamatan tanaman airis tersebut termasuk baik. Sedangkan untuk infentarisasi pada area tersebut terdapat tanaman airis, rumput teki dan rumput paitan.

3.2 Saran

Sebelum melakukan pengamatan dipelajari terlebih dahulu cara kerja pengumpulan datanya, agar pada saat diapangan tidak terjadi kesalahan pengambilan data.


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P. ; Pearce, R.B dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Pendamping Subiyanto. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sumarsono.2008. Analisis Kuantitatif Pertimbuhan Tanaman Kedelai(Soybean). Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univbesitas Diponegoro Semarang


(1)

mengembangbiakan airis ini tidak terlalu susah, setiap tunas bisa langsung dipotong dari tangkai induknya kemudian ditanam atau tancapkan ke tanah begitu saja maka airis sudah bisa hidup dan berkembang dengan sendirinya.

2.3 Luas Area Tanam

Luas Area tanaman yang kita amati pada pengamatan ini adalah 1,3 m2. 2.4 Luas Bagian Yang Sakit

Penghitungan intensitas penyakit didasarkan pada data yang didapatkan dari data pengamatan gejala penyakit. Dengan demikian suatu standart pengamatan gejala penyakit sangat diperlukan agar kita mendapatkan data intensitas penyakit yang dapat dipercaya. Untuk mendapatkan standar pengamatan gejala penyakit yang baik kita melakukan peniaian terhadap gejala penyakit. Pada dasarnya penilaian penyakit didasarkan pada dua cara yaitu:

a. Dengan menghitung jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sakit.

Intensitas penyakit dinyatakan dalam jumlah persen tanaman atau bagian tanaman yang sakit terhadap jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati, seluruhnya atau dengan rumus:

IP = x 100%

a = jumlah tanman atau bagian tanaman yang sakit b = jumlah tanman atau bagian tanaman yang sehat b. Dengan menggunakan skala deskriptif (skor penyakit)

Skala deskriftip adalah angka yang menggambarkan tingkat kerusakan tanaman atau bagian tanaman oleh penyakit. Skala ini diperoleh dengan membagi gejala penyakit dalam beberapa kategori atau kelas, dari mulai


(2)

bebas penyakit sampai penuh dengan penyakit. Dalam praktek pekerjaan ini dikenal dengan pemberian skor penyakit.

Tabel skoring penyakit

Skor Penyakit Uraian

0 Tidak ada infeksi

1 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang mencapai 10%

2 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 10% samapai dengan 25%

3 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 25% samapai dengan 50%

4 Luas permukaan tanaman atau bagian tanaman yang terserang lebih besar dari 50%.

Intensitas serangan dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :

I = Intensitas Serangan

n = jumlah daun dari tiap kategori serangan v = nilai skala tiap kategori serangan

Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah daun yang diamati

Dari pengamatan yang telah kita lakukan pada intensitas penyakit tanaman airis didapatkan perhitingan sebgai berikut:


(3)

a. Satu rumpun = 3/9 x 100% = 0,3 % b. Per daun = 3/311,5 x 100%

= 0,9 %

Dapat disimpulkan bahwa intensitas serangan penyakit baik per rumpun maupun perdaun serangannya masih kecil karena tidak lebih dari 1% jadi dapat dikatakan serangannya masih kecil.

2.5 Inventarisasi Dan Skema Gambar 1

Keterangan : : Tanah : Selokan : Tanaman Airis : Rumput


(4)

GAMBAR 2

Pengamatan dilakukan pada 2 petak berukuran masing-masing adalah 1,3 m2. Jenis tanaman yang mendominasi pada petak 1 adalah Tanaman Airis dan pada petak 2 adalah rumput teki. Pada petak 1 dijumpai tanaman Airis, dan pada petak 2 terdapat beberapa jenis rumput yakni rumput teki dan rumput gajah paitan.

Keterangan :

: Rumput teki


(5)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamtan yang telah kelompok kami lakukan pada petak yang terdapat tanaman airis dan rumput teki serta paitan kita mengamati dengan luasan area 1,3 m2. Leaf Area Index (LAI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan intensitas radiasi yang dapat diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis, pada LAI pengamatan tanaman airis tersebut termasuk baik. Sedangkan untuk infentarisasi pada area tersebut terdapat tanaman airis, rumput teki dan rumput paitan.

3.2 Saran

Sebelum melakukan pengamatan dipelajari terlebih dahulu cara kerja pengumpulan datanya, agar pada saat diapangan tidak terjadi kesalahan pengambilan data.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P. ; Pearce, R.B dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Pendamping Subiyanto. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sumarsono.2008. Analisis Kuantitatif Pertimbuhan Tanaman Kedelai(Soybean). Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univbesitas Diponegoro Semarang