TA : Pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Kasinogen Dengan Menggunakan View Potrait Berjudul "Plastic Bottles".

(1)

VIEW PORTRAIT BERJUDUL “PLASTIC BOTTLES”

TUGAS AKHIR

Oleh :

Nama : Makhrus Ali

Nim : 09510160070

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAGEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

2013

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(2)

KASINOGEN DENGAN MENGGUNAKAN VIEW POTRAIT

BERJUDUL “PLASTIC BOTTLES”

Makhrus Ali (2009)

Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Kata Kunci: Film Pendek, Bahaya Zat Karsinogen Terhadap Botol Plastik, Preventive

Film pendek adalah sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit. Pembuatan film pendek tentang zat karsinogen terhadap botol plastik ini bertujuan untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang penggunaan botol plastik secara berulang-ulang. Metode yang dilakukan ialah analisa, studi eksisiting dan wawancara, dari hasil semua itulah kemudian dapat dirangkum tahapan pembuatan film pendek tentang bahaya zat karsinogen dengan menggunakan view potrait botol plastik. Setelah melalui 3 tahapan yaitu pra produksi, produksi dan paska produksi maka jadilah kemudian film pendek. Dengan adanya film pendek ini, diharapkan adanya manfaat berupa pengetahuan bagi masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk menggunakan botol plastik yang berulang ulang dan memulai kebiasaan hidup sehat pula bagi anak-anak mereka nanti.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(3)

xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... . xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 5

BAB II Landasan Teori ... 6

2.1 Plastik ... 6

2.2 Zat Karsinogen ... 10

2.3 Film ... 11

2.4 Genre Film ... 14

2.5 View Potrait ... 18

2.6 Dasar Produksi Film ... 18

2.7 Tahapan Pembuatan Film ... 19

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(4)

xii

BAB IV Implementasi Karya ... 42

4.1 Produksi ... 42

4.2 Pasca Produksi ... 48

BAB V PENUTUP ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 58

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(5)

xiii

Gambar 3.2 ScreenshootFilm View Portrait Nasionalisme ... 29

Gambar 3.3 Screenshoot Story Of Us ... 30

Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci... 33

Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir ... 34

Gambar 3.6 Sketsa Poster ... 38

Gambar 3.7 Sketsa Cakram DVD ... 39

Gambar 3.8 Sketsa Sampul ... 39

Gambar 4.1 Sesi Wawancara ... 40

Gambar 4.2 Adegan Syuting Di Eastcost ... 42

Gambar 4.3 Adegan Syuting Kantor Humas Stikom ... 42

Gambar 4.4 Adegan Syuting di Lab Kimia SMAN 21 ... 43

Gambar 4.5 Adegan Syuting di Rumah Bagus ... 43

Gambar 4.6 Make Up Tua ... 44

Gambar 4.7 Adegan Syuting Di Taman Kebun Bibit 2 ... 44

Gambar 4.8 Adegan Syuting Di Foodcourt Urip Sumoharjo ... 45

Gambar 4.9 Proses Pemilihan Stock Shoot ... 46

Gambar 4.10 Proses Penataan Stock Shoot... 47

Gambar 4.11 Proses Penataan Adegan... 47

Gambar 4.12 Editing Animasi 3D Darah ... 49

Gambar 4.13 Proses Editing Suara ………. 50

Gambar 4.14 Poster ………. 51

Gambar 4.15 Sampul DVD ………. 52

Gambar 4.16 Cover Cakram DVD ……….………. 52

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(6)

xiv

Tabel 3.2 Analisis Kekurangan dan Kelebihan Film Story Of Us ... 30 Tabel 3.3 Hasil Wawancara ... 44

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(7)

xv

Lampiran 1. Biodata ... 58 Lampiran 2. Skenario ... 59

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Fenomena di masyarakat saat ini adalah banyaknya individu atau masyara-kat seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja, seringkali menggunakan botol plastik yang digunakan berulang kali. Persoalannya, sebagian masyarakat tidak menyadari bahwa botol plastik yang digunakan berulang kali itu akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Berangkat dari permasalahan itulah, hasil penelitian ini akan diarahkan pada pembuatan film live shoot atau film pendek berjudul “Botol Plastik”.

Air merupakan sumber alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Salah satunya yaitu manusia, manusia mempergunakan air salah satunya untuk di minum. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, orang tak banyak lagi memasak air untuk diminum, tetapi mereka lebih banyak menggunakan air dalam kemasan seperti air galon dan air dalam botol.

Air dalam kemasan memang lebih praktis dan mudah didapat. Tingginya harga minyak tanah dan bahayanya menggunakan tabung gas, menjadi alasan tersendiri bagi masyarakat untuk mengkonsumsi air minum dalam kemasan.

orang-orang akan mencari hal yang lebih mudah dan praktis untuk melakukan sesuatu. Dengan alasan yang lebih praktis dan dapat di bawa kemana-mana, orang-orang lebih memilih air dalam botol daripada menggunakan dengan gelas keramik atau semacamnya.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(9)

Kebiasaan meminum dengan botol plastik sangat tidak dianjurkan dan dapat mengganggu kesehatan. Bahan botol plastik yang disebut juga Polyethylene Ter-ephthalate atau PET mengandung zat-zat karsinogen. Oleh karena itu tidak aman jika digunakan berkali-kali. Apalagi botol tersebut dicuci ulang dan ditempatkan di dekat jangkauan sinar matahari. Hal tersebut dapat membuat zat-zat karsinogen masuk ke dalam air dalam botol plastik tersebut.

Ada pun bahaya botol plastik yang dapat menyerang tubuh kita hingga mengakibatkan kanker. Bahaya tersebut dikarenakan air minum dalam botol yang di jual tersebut terkena cahaya sinar matahari secara langsung dan ketika air tersebut berada di dalam botol plastik yang terdapat di dalam mobil. Hawa panas dalam mobil dapat menyebabkan zat kimia dari plastik keluar dan bercampur dalam air. Menurut Sudiyanto Pandji kombinasi lemak, panas tinggi dan plastik akan melepas dioxin kedalam makanan atau minuman yang akhirnya akan masuk dalam sel-sel tubuh.( http://polahidupsehat.co.id).

Gejala-gejala yang terjadi ketika minum-minuman panas dalam botol plastik adalah akan merasa pusing. Hal inilah yang kurang disadari oleh masyarakat. Oleh karena itu masih banyak masyarakat yang belum mengerti akan hal tersebut.

Banyaknya masyarakat yang masih belum mengerti akan hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh masyarakat. Masyarakat saat ini lebih mengarah ke masyarakat modern, walaupun masih ada yang tergolong masyarakat kurang modern. Padahal, telah banyak dari lembaga-lembaga maupun perseorangan yang telah memberi peringatan, rumor, bahkan info lewat artikel-artikel di surat kabar dan internet tentang bahaya plastik. Tetapi

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(10)

tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli, sampai melakukan penelitian lebih lanjut. Umumnya, masyarakat lebih mudah percaya dan lebih mudah menangkap suatu informasi dengan gambar dan suara, dengan arti lain lebih mudah menangkap informasi dari gambar bergerak dan suara, bukan hanya membaca. Dengan demikian, informasi tentang bahaya zat karsinogen dalam botol plastic tersebut diharapkan lebih efisien dengan tampilan berbentuk film.

Film merupakan salah satu sarana komunikasi massa. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton. Penonton akan dapat diarahkan dan di gunjang sampai ke hatinya jika pesan dalam film tersebut tersampaikan. Dengan demikian, hal ini di manfaatkan oleh penulis dalam tugas akhirnya yang ingin menyampaikan pesan-pesan dalam bahaya botol plastik.

Pesan-pesan yang dirangkum dalam sebuah film ini akan ditampilkan dengan media yang khusus. Film sekarang memiliki media yang luas yaitu dapat ditampilkan lewat televise dan gadget. Gadget lebih flexible dalam penggunaan dan lebih mudah dibawa daripada membawa televise kemana-mana. Oleh karena itu kesempatan masyarakat dalam mendapatkan informasi akan lebih sering di dalam sebuah gadget, contohnya handphone dan Tablet. Setting tampilan sebuah gadget adalah view portrait, dengan demikkian penulis menggunakan view por-trait sebagai tampilan filmnya dengan alasan masyarakat lebih sering menggunakan gadget ketimbang televise dan setting tampuilan dalam gadget adalah view portrait.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(11)

1.2Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat film pendek tentang bahaya zat karsinogen berjudul

“Plastic Bottle”?

2. Bagaimana mengaplikasikan view potrait kedalam film pendek berjudul

“Plastic Bottle”?

1.3Batasan Masalah

Dari rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan beberapa batasan masalah sebagai berikut:

1. Pembuatan film pendek tentang Botol Plastik dengan menggunakan view por-trait.

2. Tampilan media hanya dalam gadget, proyektor, LCD TV posisi portrait. 3. Durasi film 33 menit.

1.4Tujuan

Dari batasan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Membuat film pendek tentang bahaya zat karsinogen berjudul “plastic

bot-tle”.

2. Mengaplikasikan view potrait kedalam film pendek berjudul “plastic bottle”.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(12)

3. Mempermudah masyarakat dalam melihat film pendek view portrait di dalam gadget yang setting tampilan awal portrait.

1.5Manfaat

Manfaat dari pembuatan film dokumenter ialah: 1. Manfaat Keilmuan

Temuan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang dampak buruk yang ditimbulkan botol plastik . 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembuatan film pendek dan menjadi bahan untuk kepentingan pendidikan yang mendalami dunia multimedia dan umumnya sebagai wawasan dan pengetahuan tentang dampak buruk yang ditimbulkan botol plastik.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(13)

6 2.1 Plastik

Plastik berasal dari (bahasa Latin) plasticus = mudah dibentuk. Plastik bagian polimer termoplastik, yaitu polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita inginkan. Setelah dingin polimer ini akan mempertahankan bentuknya yang baru

Plastik diciptakan pertama abad ke-19 untuk menggantikan gading, karet dan lak. Alexander Parkes yang menemukan plastik pada 1862 yang terbuat dari selulosa bernama Parkesine. Temuan ini dipamerkan di Great International Exhibition, London dan diklaim lebih fleksibel dan lebih murah dibandingkan karet yang saat itu banyak digunakan.

Pada tahun 1940-an, nilon, akrilik, neoprene, SBR dan polietilen berkembang semakin luas. Semua penemuan di atas memberi jalan bagi kemunculan berbagai jenis plastik, termasuk polyvinyl chloride (PVC) atau vinil, klorida polyvinylidence (SaranTM), Teflon, polyethylene terephthalate (PET), high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP) dan polistirena (PS).

Berbeda dengan kertas, kaca atau logam, yang mudah untuk didaur ulang, perjalanan plastik dari pabrik biasanya berakhir langsung di tempat pembuangan. Lembaga Perlindungan Lingkungan AS (United States Environmental Protection Agency) melaporkan pada 2008:

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(14)

1. Sebanyak 780,000 ton gelas dan piring plastik di produksi dan dalam jumlah yang sama dibuang.

2. Sebanyak 930,000 ton plastik sampah diproduksi dan 930,000 ton dibuang. 3. Sebanyak 3,960,000 ton kantong, bungkus dan karung plastik diproduksi dan

hanya 9.8% yang berhasil didaur ulang (390,000). Sebanyak 3,570,000 ton sisanya dibuang.

4. Sebanyak 4,810,000 ton barang sekali pakai lain seperti popok bayi, alas kaki dan pakaian diproduksi dan dalam jumlah yang sama dibuang.

5. Sebanyak 2,680,000 ton botol dan tempat minum plastik diproduksi dan hanya 27.2 % berhasil didaur ulang (730,000 tons), sisanya 1,950,000 ton dibuang. 6. Sebanyak 750,000 ton botol HDPE (botol putih transparan) diproduksi dan

dalam jumlah yang sama dibuang.

7. Sebanyak 3,720,000 ton produk plastik lain seperti plastik pelapis, tutup plastik, karton telur, plastik keranjang dsb diproduksi. Hanya 3% (110,000 ton) berhasil didaur ulang sementara sisanya 3.610.000 ton dibuang.

Dari data ini terbukti 90% bahan plastik terbuang percuma sebagai sampah dan tidak pernah didaur ulang. Dalam daur ulang, logam, gelas, dan kertas bisa kembali seperti semula tanpa butuh bahan tambahan. Namun untuk mendaur ulang plastik dibutuhkan proses yang panjang. Plastik ketika didaur ulang biasanya memiliki kualitas yang lebih rendah karena terkontaminasi oleh makanan, minyak dan bahan-bahan polutan lain.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(15)

Plastik juga membutuhkan tempat pencairan terpisah dan tidak semua bahan plastik bisa didaur ulang seperti plastik untuk sampah, produk kesehatan, alat cukur yang dibuat dari plastik dan metal.

Bahan baku plastik untuk kantong belanjaan juga murah, sehingga biaya daur ulang tidak lebih efisien dari memproduksi plastik baru. Plastik apabila dibakar akan melepas bahan-bahan beracun ke udara yang berakhir di laut mirip racun merkuri yang berasal dari pembakaran batu bara.

Tapi sulitnya mendaur ulang plastik tidak menghentikan permintaan atas produk plastik baru. Semakin besar jumlah produksi plastik berarti semakin banyak pula produk plastik yang akan terbuang.

Sampah yang dibuang akan mencemari tanah, lingkungan dan berakhir di samudra. Samudra kini menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar karena kantong plastik mudah terbawa angin dan air ke lautan.

Dalam penggunaannya, plastik (plastics) memimiliki banyak pengertian. Secara umum istilah ini digunakan untuk menyatakan bahan pembungkus yang materialnya cukup mantap atau "stabil" dalam penggunaan normal, tapi tidak alias goyah atau "labil" pada batas ekstrim, dimana ia dapat berubah bentuk secara fisik karena suhu dan atau tekanan, dan tak saja dapat mengalami perubahan fisik tapi juga kimiawi. Istilah atau sebutan plastik berasal dari nama ilmiah, yang diambil dari dalam bahasa Yunani, "plastikos" dari "elastikos" yang artinya kenyal, melar, bisa meleleh, dan bisa dimodel ke dalam berbagai rupa, bentuk, dan bangun. Dari istilah ini juga muncul istilah plastisin. Berdasarkan pada komposisi dan elastisitas material, plastik dibedakan atau dua kelompok besar, yakni

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(16)

termoplastik alias plastik kenyal (elastic plastic), dan termosetplastik (thermosetting plastic, thermosetter) alias plastik kaku (rigid plastic).

Beda utama antara termoplastik dan termosetplastik adalah bahwa, jika plastik kenyal mengalami perubahan suhu dan atau tekanan, maka ia tak kehilangan sifat plastisitas alias elastisitas atau kekenyalan bahannya, meskipun ia mengalaminya berkali-kali, seperti misalnya dipanaskan dan didinginkan berulang kali. Sedangkan plastik kaku sekali mengalami perubahan suhu dan atau tekanan diluar batas operasional, maka ia kehilangan sifat plastisitas selamanya alias berubah permanen, dan bekasnya yang telah mengalami pembentukan-ulang plastik dinamakan plastomer.

Pemakaian berulang-ulang, dengan cara mencuci botol terlebih dahulu, malah akan merusak lapisan plastik pada botol tersebut dan secara potensial menyebabkan kebocoran zat karsinogen ke dalam air yang diminum. Seorang professor dari Idaho University, Margrit von Braun, mengatakan bahwa semakin sering botol plastik tersebut digunakan, semakin banyak pula zat-zat lain yang dapat masuk ke dalam air dalam botol tersebut.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(17)

2.2 Zat Karsinogen

Zat karsinogen adalah salah satu zat yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan mengganggu proses-proses biologis. Sedangkan karsinogenik adalah sifat yang mengendap dan merusak tubuh. Karsinogen berada di sekeliling kita dan tanpa disadari tercampur dengan udara yang kita hirup, makanan dan minuman. Secara mendasar, karsinogen terbagi menjadi dua golongan, yaitu karsinogen yang berasal dari bahan pangan dan non-pangan. Karsinogen dari bahan pangan terdapat pada sebagian besar lemak, hydrazine pada jamur, solanin pada kentang yang berwarna hijau, aflatoksin pada jagung, benzoapyrene pada makanan yang diawetkan dengan pengasapan, sakarin dan siklamat juga ditenggarai memicu kanker secara mutagen. Sedangkan karsinogen dari bahan non-pangan yaitu pada asap rokok, polusi udara yang mengandung timbal atau karbon monoksida, kandungan merkuri pada kosmetika, pengaruh alkohol, penggunaan obat kimia yang tidak semestinya, botol plastik yang digunakan secara berulang-ulang dan terpapar suhu yang panas, pembakaran plastic yang membuat keluarnya senyawa dioksin, dan sebagainya.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(18)

2.3 Film

Film hingga saat ini banyak yang telah beredar, dengan berbagai jenis, isi, makna dan lain-lain. Menurut Yolanda (Yolanda, 2012) dalam laporan tugas akhir dijelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi utnuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor, komedi, dan action.

Lebih lanjut Rayya Makarim (Makarim, 2008) mengatakan, bahwa film adalah deretan kata-kata. Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah nyata atau kisah rekaan, riwayat hidup, sandiwara radio atau komik sebagai sumber penceritaan.

Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya). Bertitik tolak dari situ, maka film dalam arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan gambar bergerak(Panca, 2011:1). Kecepatan perputaran potongan-potongan gambar itu dalam satu detik adalah 24 gambar (24-25 frame per second/fps). Berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang universal(Panca, 2011:1).

Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video(Panca, 2011:1). Film, secara kolektif, sering disebut ‘Sinema’.Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(19)

benda/lensa (kamera) atau animasi. Ada banyak sekali keistimewaan media film. Lima diantaranya:

1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.

2. Film dapat mengilustrasi kontras visual secara langsung.

3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau luas ke dalam prespektif pemikiran.

4. Film dapat memotifasi penonton untuk membuat perubahan.

5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar (Panca, 2011:1).

Menurut yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan. Kemampuan film mengungkapkan sesuatu benar-benartak terbatas, apresiasi yang seimbang dapat menempatkan pandangan, seharusnya film bukan sekedar barang dagangan, atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang terjadi kenyataannya lain atau justru sebaliknya.

Penuturan film adalah sebuah rangkaian dari kesinambungan citra (image) yang berubah yang menggambarkan kejadian-kejadian dari skenario-sekenario film cerita dilengkapi dengan type dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(20)

dalam suatu sequence (Joseph, 1986:6).yang lebih baik melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.

1. Jenis Film

Secara umum jenis-jenis film yaitu:

a. Film Dokumenter (Documentary Films)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumire Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1980-an(Panca, 2011: 2).

b. Film Panjang (Feature-Length Films)

Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60menit. Umumnya berkisar antara 90-100 menit (Panca, 2011: 2).

c. Film Cerita Pendek (Short Films)

Kalau dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen, maka di dalam dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek. Yang dimaksud film pendek di sini artinya sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit (Panca, 2011:3).

Secara umum film selalu menggunakan tampilan landscape. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa view portrait dapat digunakan dalam tampilan video seperti iklan sebuah produk.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(21)

2.4 Genre Film

Dalam pembuatan film sineas memiliki sebuah idealisme dalam menentukan tema untuk “membungkus” cerita agar dapat diterima oleh penontonnya. Beberapa genre tersebut antara lain:

1. Film Laga atau action

Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap scene.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak tubuh para tokoh yang tengah berkelahi.

2. Film Horor

Genre film ini banyak menempatkan legenda yang menyeramkan pada suatu daerah atau legenda yang sengaja dibuat untuk menghadirkan film ini.Antara lain Kuntilanak, Suster Ngesot, The Ring, dan sebagainya.

3. Film Thiller

Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam diri.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(22)

4. Film

Menurut Sheila Curran Bernard (Bernard, 2004) film dokumenter merupakan film non-fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi apa adanya, tanpa persiapan, atau langsung pada kamera atau pewancara. Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.

Dokumenter

5. Film Fantasi

Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Contoh Harry Potter, Golden Compas dan sebagainya.

6. Film Perang

Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka. Contoh 300, The Last Samurai, dan sebagainya.

7. Film Ilmiah

Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam genre film ini karna apa yang sesuatu mereka hasilkan akan menjadi konflik utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(23)

8. Film Drama

Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang dirasakan para tokohnya. Seperti Romeo and Juliet, Haciko.

Film yang dalam bahasa Inggris disebut motion picture (gambar hidup), merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang melibatkan ilmu teknologi dan seni, (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat sosiologis, film bersifat secara umum.

1.

Mac Millan (dalam Andries,1984:7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.

Film Bersifat Teknis

2. Film Bersifat Sosiologis

Mac Millan (Andries, 1984:8), menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni dan sebagai media hiburan massa membuat kita sulit merumuskan batasannya. Sejak 300 (tiga ratus) tahun penemuannya, film telah membuat dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(24)

pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau penyambungan film, dan sebagainya.

3. Film Bersifat Umum

Meyer T (Andries, 1984:9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga dapat menghibur audience.

Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa film adalah urutan gerak dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media komunikasi yang lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar kepada seni ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari kehidupan modern.

Kesimpulan lain bahwa film adalah salah satu media komunikasi yang menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari menggabungkan ini tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap dan dimengerti dengan baik oleh penerima pesan.

perilaku komunikasi.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(25)

2.5 View Portrait

Portrait sering di artikan dengan pemotretan wajah manusia secara close up atau dalam format setengah atau ¾ badan. Padahal, kata portrait sendiri berasal dari bahasa Latin “protrahere” yang artinya mengekspresikan keluar. Ini berarti foto atau video portrait yang berarti view portrait harus mampu berfungsi menonjolkan karaker atau ekspresi manusia tersebut. Karakter tersebut bisa berasal dari manusianya sendiri atau manusia bersama lingkungan dan peristiwa yang ada di sekitarnya.

2.6 Dasar Produksi Film

Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011), menjelaskan tahapan produksi sebuah film, deskripsi kerja, dan manajemen produksi. Hal-hal yang harus disiapkan dalam produksi film antara lain:

1. Penulisan dan Penyutradaraan 2. Sinematografi

3. Tata Suara 4. Tata Artistik 5. Editing

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(26)

2.7 Tahapan Pembuatan Film

Menurut Heru Efendi (Efendi, 2009) dalam bukunya yang berjudul Mari Membuat Film, sebelum memulai shooting ada beberapa tahapan yang harus ditempuh. Tahap pertama perencanaan shooting adalah membuat script breakdown, yaitu mengurai setiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk keperluan shooting.

Dalam film dokumenter drama, hal-hal yang dibutuhkan untuk keperluan shooting antara lain:

1. Lokasi atau set

Cantuman lokasi yang sesuai skenario. 2. Wardrobe

Bagian ini khusus mencatat pakaian yang sesuai dengan adegan. Catatan ini hanya diperlukan apabila ada pakaian khusus yang dipakai oleh pemeran yang penyediaannya memerlukan biaya dan waktu khusus.

3. Make Up

Di bagian ini, terdapat beberapa cantuman khusus tentang tata rias dan tata rambut untuk setiap peran yang ada.

4. Properti, Set Dressing

Properti adalah semua benda yang dipakai atau dibawa oleh pemeran nantinya. Misalnya, pipa cangklong, tasbih dan sebagainya. Properti diurus oleh kru yang telah ada, untuk memastikan bahwa properti sesuai dengan keseluruhan adegan yang ada. Set dressing merupakan tata lokasi dimana lokasi sudah diatur dan dihias oleh kru yang bersangkutan.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(27)

Selanjutnya, menurut buku Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) tahap pembuatan film secara teknis ada tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi.

1. Tahap Pra Produksi

Tahap pra produksi adalah proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jawdal shooting, penyusunan crew dan pembuatan skenario. Dalam pembuatan film dokumenter yang didasari oleh realita atau fakta perlihal pengalaman hidup atau seorang mengenai peristiwa. Untuk mendapatkan suatu ide, dibutuhkan kepekaan dokumetaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta dengan cara melakukan riset atau observasi.

1.

Hal awal yang perlu ditetapkan adalah konsep dan tema yang dipilih, dan dalam menentukan hal tersebut beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

2.

Apa yang akan dibuat atau diproduksi

3.

Gaya pendekatan dan bentuk dokumenter Target penonton

Pendekatan pada subyek merupakan proses penting yang dimulai sejak riset hingga syuting nantinya. metode riset yang dilakukan seorang dokumnetaris bukanlah melalui pengumpulan kuisoner atau angket yang biasa dilakukan dalam suatu penelitian sosial, namun seorang dokumentaris harus terjun langsung dan berkomunikasi dengan subjeknya.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(28)

2. Tahap Produksi

Tahap produksi adalah proses eksekusi semua hal yang sebelumnya telah di persiapkan pada proses pra produksi. Proses ini merupakan proses yang membutuhkan stamina si pembuat film. Pada proses ini kerja sama tim di utamakan.

Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Tata kamera

Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah camera angle atau sudut kamera. Menurut gerzon, dalam pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton, karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.

Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) menjelaskan tipe angel kamera di bagi menjadi 2 jenis antara lain :

a. Angle Kamera Objektif

Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(29)

kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara lain.

1) High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.

2) Eye Angle

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar.

3) Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.

4) Frog Eye

Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu pemandanagan yang aneh atau ganjil.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(30)

b. Angle Kamera Subyektif

Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:

1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan,

2)

sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.

Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh pemain yang memandang ke luar layar

3)

tersebut.

Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan

c. Angle kamera point of view

penonton bisa dibangun dengan cara seperti ini.

Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(31)

pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot.

2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi

Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang kita tampilkan.

Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.

Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya. Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(32)

Dalam Mahir Bikin Film (Javandalasta, 2011) menjelaskan beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain:

a. Extreme Long Shot (ELS)

Gambar ini memiliki komposisi

b. Very Long Shot (VLS)

sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.

c. Long Shot (LS)

Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek berada.

d. Medium Long Shot (MLS)

Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan memberikan kesan padat pada gambar.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(33)

e. Medium Shot (MS)

Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.

f. Medium Close Up (MCU)

Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.

g. Close Up (CU)

Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan.

h. Big Close Up (BCU)

Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga bertujuan menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu. i. Extreme Close Up (ECU)

Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(34)

j. Over Shoulder Shot (OSS)

Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang orang lain.

3. Tahap Pasca Produksi

Tahap ini merupakan tahap akhir sebuah film bagaimana nantinya film itu dapat memberi pesan kepada penontonnya. Dalam proses ini, semua gambar yang telah di dapat pada proses produksi di satukan dan di edit oleh seorang editor.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(35)

28

Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film pendek ini.

3.1 Metodologi

Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.

Pada perkuliahan Metodologi Penelitian oleh Karsam (Karsam, 2009) dijelaskan bahwa, metode penelitian memiliki ruang yang sangat luas. Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian dapat dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu penelitian aplikatif, penelitian maksud, dan penelitian berdasarkan jenis informasi. Pada penelitian aplikatif, terdapat 2 jenis penelitian, yaitu penelitian murni dan terapan. Dalam dalam film Tugas Akhir ini yang di gunakan adalah penelitian terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang hasilnya dapat digunakan langsung untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi. Namun sebagai dasar pemahaman dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dibutuhkan pula penelitian berdasarkan jenis informasi dimana di dalamnya terdapat metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai dasar pemikiran

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(36)

untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternatif terpilih berdasarkan data kualitatif melalui survey.

1. Tahap Analisa

Tahap analisa disini meliputi pengambilan data, survey lokasi, wawancara, kemudian menjadi storyboard, untuk kemudian menjadi bekal untuk pengambilan gambar dan menjadi acuan editing. Berikut urutan pengerjaan yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini tersusun pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan Metodologi

Pengambilan data disini meliputi wawancara dan survey lokasi. Wawancara disini juga melibatkan beberapa narasumber yang menjadi point utama dalam

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(37)

mencari data. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian storyboard tercipta. Storyboard disini adalah gambaran untuk dijadikan acuan saat melakukan pengambilan gambar. Storyboard di sini meliputi gambar atau arahan sudut kamera, dan alur cerita. Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu, storyboard juga memudahkan dalam alur proses editing.

2. Study Eksisting

Study Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas Akhir. Study Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi kajian yaitu:

a. Film Pendek “Nasionalisme”

Film pendek dengan durasi 14 menit 38 detik ini menceritakan tentang rasa nasionalisme seorang anak SD yang ingin membeli bendera Indonesia dengan berjualan bendera plastik. Anak tersebut memiliki keinginan untuk mengibarkan bendera merah putih tersebut.

Pada gambar 3.2 ini merupakan beberapa cuplikan gambar adegan dari film Nasionalisme.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(38)

Gambar 3.2 Screenshot Film View Portrait- Nasionalisme

Tabel 3.1 Analisis kekurangan dan kelebihan film view portrait Nasionalisme.

Kekurangan dari film “Nasionalisme”

Kelebihan dari film “Nasionalisme”

Terlalu sering dalam menggunakan transisi dissolve. Sehingga ada transisi yang kurang tepat.

Komposisi dari view portrait yang di tampilkan memiliki ketepatan komposisi. Sehingga penonton dapat menikmati film dengan view portrait

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(39)

b. Film Pendek “Story Of Us”

Film pendek yg berceritakan tentang kisah cinta, pertemanan, dan pernikahan ini memiliki alur dan DOP yang bagus. Alur di dalam film pendek ini mundur kemudian maju. Dari film pendek tersebut penulis menggunakan beberapa angle yang terdapat di film pendek ini untuk di tuangkan ke dalam angle di cerita film penulis. Gambar 3.3 merupakan cuplikan gambar dari film Story Of Us.

Gambar 3.3 Screenshot Story Of Us

Tabel 3.2 Analisis kekurangan dan kelebihan pada film Story Of Us

Kekurangan dari film “Inside Mecca”

Kelebihan dari film “Inside Mecca” Alur yang sedikit membuat

penonton bingung, sehingga scene satu dengan yang lain ada bebrapa yang kurang dimengerti

Teknik pengambilan gambar yang sudah sangat bagus.

.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(40)

3. Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan langsung oleh penulis kepada narasumber untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai film dokumentasi yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen Dengan Menggunakan View Potrait berjudul “Botol Plastik” . Film ini menggunakan cerita fiktif berisi informasi yang memerlukan wawancara pada Ketua Komunitas Nol Sampah.

Tabel 3.3 Hasil Wawancara

No. NAMA TEMPAT DAN JAM KETERANGAN

1. Bp.Hermawansome (Ketua Komunitas

Nol Sampah)

Data diambil pada pukul 16.00 WIB

Royal Plasa

Data yang dapat diambil dari keterangan Bp.

Hermawansome selaku ketua Komunitas Nol Sampah adalah bahaya zat karsinogen

di dalam botol plastik jika di pake berulang-ulang. 2. Mbak Riska Data diambil pada

pukul 10.30 WIB Kampus UNAIR Fakultas Sains & Teknologi, Lab.

Histologi.

Data yang diambil dari Mbak Riska adalah zat karsinogen

dapat mengaktifkan sel kanker dalam tubuh dan mempengaruhi hormone

dalam tubuh..

Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara:

a. Botol atau kemasan plastik yang biasa diemui sehari-hari terbagi dalam 7 kategori jenis plastik yaitu PET/PETE (Polyethylene terephthalate),

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(41)

HDPE (High Density Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polipropilen), PS (Polystyrene), SAN (Styrene Acrylonitrile)

b. Plastik PETE atau PET (Polyethylene terephthalate)berwarna jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol jenis ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Pemakaian berulang kali menyebabkan lapisan polimernya akan terurai dan dapat bersifat karsinogenik jika terakumulasi dalam tubuh.

3.2 Pra Produksi

Pada proses pra produksi ini terdapat beberapa langkah atau tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu:

1. Pencarian Kata Kunci

Pencarian kata kunci disini mengikuti segmentasi pasar yang ada. Bagaimana mencari kata preventif untuk penentuan warna yang akan dipakai dalam editing vidio nantinya.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(42)

Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci

Bagan ini disusun berdasarkan segmentasi pasar. Film pendek yang berisi tentang informasi penyuluhan bagi masyarakat ini ditujukan kepada masyarakat kota besar yang memeiliki kecenderungan tingkat kesibukan yang tinggi, mobile dan serba instan. Dimana penggunaan air kemasan dalam botol menjadi satu-satunya alternatif bagi mereka untuk memberikan asupan mineral bagi tubuh.

2. Bagan Perancangan

Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(43)

seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar bagan tahap perancangan, agar lebih jelas.

Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir

Tahap perancangan disini meliputi beberapa masalah yang ada kemudian diolah menjadi data yang pada akhirnya menjadi sebuah konsep cerita. Dari konsep cerita ini, warna dan jenis huruf dapat ditentukan. Dalam cerita terdapat beberapa unsur, yaitu tokoh dan alur cerita. Dalam dokumenter drama ini terdapat narasumber sebagai sumber data, cerita dan alurnya. Dari cerita, kemudian didapat kesimpulan tentang kostum, setting atau aturan lokasi dan alur dialog/adegannya. Setelah semua data lengkap dan cerita akurat kemudian dikembangkan menjadi sinopsis, naskah, dan storyboard.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(44)

Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa dimulai.

3. Konsep Perancangan

Ide membuat film pendek tentang bahaya botol plastic secara berulang . 4. Segmentasi Pasar

Segmentasi untuk film pendek dikhususkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas dengan usia berkisar antara 17-25 tahun dengan jenis kelamin lelaki maupun perempuan yang hidup di kota besar dan terletak di tengah kota dengan pendidikan minimal SMA. Dengan memiliki target yang masih sangat muda, itu dapat memudahkan dalam menyampaikan pesan karena target masih dalam tahap pembentukan jati diri.

5. Tokoh

Tokoh-tokoh yang akan muncul di film pendek ini ada beberapa tokoh drama. Namun, hanya ada dua pemeran utama. Berikut rincian tokohnya.

a. Bagus

Sosok Bagus adalah pria muda yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya. Bagus seseorang yang sangat gila bekerja atau workaholic dan keras kepala sehingga aktifitas dan kesibukannya menuntut dia untuk melakukan semuanya dengan serba cepat dan instan. Begitu pula dalam hal air minum.

b. Riska

Gadis trendy usia 24 tahun yang bekerja dibidang penelitian farmasi, Riska adalah kekasih yang bawel tentang kesahatan Bagus

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(45)

6. Alur

Alur cerita pada film pendek tentang bahata zat karsinogen memiliki beberapa tahapan atau segmentasi, yaitu: pembuka/cuplikan gambaran keadaan ketika Bagus sudah dihari tuanya sedang bercerita kepada anak laki-lakinya tentang kehidupan masa mudanya

7. Cerita

Dikisahkan ada seorang pria bernama Bagus yang aktifitasnya merupakan pekerja kantoran sedang berangkat kerja. Sesampai di tempat kerja, sambil membawa air minum dalam botol dia di tegur oleh teman kerjanya bahwa botol tersebut jika digunakan brulang kali tidak baik, karna akan merusak kesehatan. Kemudian ada seorang wanita bernama Riska yg sebagai peneliti yang meneliti bahaya botol plastik jika digunakan berulang-ulang. Ternyata Riska tersebut merupakan teman SMA Bagus, saat itu secara tidak sengaja mereka bertemu kembali. Mereka merencanakan untuk bertemu kembal hingga mereka sering kali bertemu di sebuah tempat. Dari situlah timbul rasa cinta. Dalam kehidupan sehari-hari Bagus masih menggunakan botol plastic secara berulang untuk minum, namun dia belum mengetahui bahwa riska telah melakukan riset tentang bahaya benda tersebut. Namun, akhirnya Bagus mengetahui semua yg dilakukan riska dan dampak buruk dari riset yg dilakukan riska ketika Bagus menjemput Riska pulang. Tapi bagus sudah terlambat untuk menghindari dampak buruk dari bahaya penggunaan botol plastik secara berulang kali. Hingga suatu saat Bagus memberanikan diri untuk melamar riska, namun penyakit yang diderita bagus telah muncul

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(46)

karena dampak botol plastic yang ia gunakan untuk minum berulang kali. Hingga muncul saat tua, penyakit yang ia derita sudah pada puncaknya, ketika itu dia ssedang menceritakan kehidupan kelamnya bersama botol plastik kepada anaknya dan Riska sang ibu. Bagus berpesan kepada anknya agar ia tidak melakukan hal yang sama seperti ayahnya yang selalu menggunakan botol plastik secara berulang-ulang untuk minum, namun Bagus tetap menyuruh anknya untuk bergaya hidup sehat. Akhirnya pesan tersebut merupakan pesan terakhir ayahnya, Bagus memejamkan mata untuk selama-lamanya di karenakan penyakit yang ia derita.

8. Treatment

Penyusunan plot atau treatment dalam film dokumenter ini bertujuan untuk menuliskan tentang urutan adegan (scene) dan shot pada saat editing. Urutan adegan tersebut akan dibagi menjadi tiga bagian antara lain perkenalan, dimana bagian ini berisi adegan aktifitas Bagus dan saat bertemunya kembali Bagus dan Riska. Sedangkan dalam bagian penekanan lebih kepada Bagus sering mengkonsumsi air minum dalam botol yang dipakai secara berulang-ulang dan timbul gejala-gejala penyakit kanker yang diderita Bagus karena penggunaan Botol plastik tersebut. Hingga pada akirnya tertuju pada bagian penutup yaitu meninggalnya Bagus dan terdapat adengan-adegan yang memiliki nilai informatif dimana bagian ini sebagai kesimpulan dari film pendek ini.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(47)

9. Sinopsis

Dikisahkan, ada seorang pria kantoran yang sering menggunakan botol plastik secara berulang-ulang untuk minum dan seorang wanita sebagai peneliti dampak botol plastik. Mereka berdua bertemu dan memiliki rasa cinta hingga akhirnya mereka mempunyai anak. Semasa hidup bagus, dia menderita penyakit kanker dikarenakan mengkonsumsi botol plastic secara berulang. Hingga akhirnya semasa tua ia meninggal pada saat ia bercerita tentang bahaya botol plastik kepada anknya.

10.Publikasi

Konsep publikasi ini mempertimbangkan unsur-unsur seperti, penataan layout yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

1. Poster a. Konsep

Untuk pembuatan poster ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

Gambar 3.6 Sketsa Poster

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(48)

2. Cover cakram DVD a. Konsep

Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan cover cakram pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

Gambar 3.7 Sketsa Cakram DVD

3. Sampul DVD a. Konsep

Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan sampul DVD pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

Gambar 3.8 Sketsa Sampul DVD

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(49)

55 5.1Simpulan

1. Berdasarkan observasi, masyarakat diantaranya mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja biasa menggunakan botol bekas yang dipakai berulang kali. Bahkan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa botol plastik yang digunakan berulang kali akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Dalam proses pembuatan film pendek ini dilakukan berbagai tahapan yaitu, pra produksi, produksi dan paska produksi. Pada pra produksi dilakukannya observasi dan survey lokasi kemudian wawancara dengan berbagai narasumber yang ada. Setelah semua selesai barulah diadakan kegiatan produksi. Bila produksi telah diselesaikan, maka kegiatan paska produksi dapat dilaksanakan. Paska produksi inilah akhir dari proses pembuatan film pendek ini.

2. Dengan mencoba menampilkan cerita tentang seseorang yang terbiasa menggunakan botol plastik air minum untuk kemudian diisi ulang dengan air mineral lagi secara berulang sehingga berimbas terhadap kesehatannya. Disinilah inti dari film pendek ini yaitu dapat memberikan informasi tentang bahaya penggunaan botol air minum plastik bekas.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(50)

5.2 Saran

Observasi tentang bahaya zat karsinogen dengan menggunakan botol plastik yang di aplikasikan kedalam sebuah karya film pendek ini diharapkan dapat menjadi wawasan, informasi dan penyuluhan bagi para khalayak luas. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan hasil observasi ini kedalam video dokumenter karena dalam pembuatan film dokumenter ini sangat diperlukan perencanaan dan perancangan yang lebih matang dan didukung oleh beberapa crew dengan spesifikasi (Job descirptions) tersendiri. Namun dalam pembuatan film pendek berjudul Bahaya Zat Karsinogen dengan menggunakan view potrait berjudul “Botol Plastik” ini dikerjakan dengan jumlah crew yang terbatas.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(51)

42

produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan view portrait.

4.1Produksi

Setelah tahapan pra produksi dilakukan, kemudian dilakukanlah tahap observasi dan pengambilan gambar secara bersamaan. Pada gambar 4.1 dapat dilihat bagaimana proses wawancara tersebut.

Gambar 4.1 Sesi Wawancara dengan Beberapa Narasumber

Setelah melakukan beberapa observasi atau penelitian barulah dilakukan wawancara kepada narasumber terkait. Setelah data didapat, hasil itu dikumpulkan bersama data yang berasal dari studi literatur dan studi eksisting. Ide berkembang

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(52)

menjadi sinopsis. Dari sinopsis menjadi treatment yang kemudian dijabarkan lebih detail menjadi sebuah skenario Dalam pra produksi di lapangan yang paling ditekankan adalah bahaya zat karsinogen dalam botol plastik jika digunakan berulang kali.

Selain itu, sebelum produksi dalam tahapan pra-produksi disiapkan berbagai perencanaan dan peralatan shooting diantaranya:

1. Budgeting

Pada tahapan bugeting dilakukan guna merumuskan dan merencanakan pengeluaran pada tahap produksi.

2. Kru

Pemilihan kru dilakukan guna membantu proses produksi. 3. Persiapan peralatan

Tahap ini dilakukan guna mempersiapkan peralatan shooting guna mempermudah pengambilan gambar.

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap pengambilan gambar. Pengambilan gambar 100% di lakukan di Surabaya, meliputi kantor Humas Stikom, Eastcost PTC, Lab. Kimia SMA Negeri 21, Rumah Bagus Ardianto, Rumah Cak No, Jalan Raya Demak, Depan Foodcourt Urip Sumoharjo.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(53)

Gambar 4.2 adegan syuting di Eastcost

Gambar 4.3 Adegan syuting di kantor Humas Stikom

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(54)

Gambar 4.4 Adegan syuting di Lab Kimia SMAN 21

Gambar 4.5 Adegan syuting di rumah Bagus (wastafel dan kamar)

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(55)

Gambar 4.6 Make up tua

Gambar 4.7 Adegan syuting di Taman Kebun Bibit 2

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(56)

Gambar 4.8 Adegan syuting di depan foodcourt urip sumoharjo

Pengambilan gambar sesuai pada skenario yang telah dibuat. Pengambilan gambar di Surabaya membutuhkan banyak waktu karena penulis melakukan semuanya lebih sering tanpa kru dikarenakan banyak teman yang sibuk. Kemudian talent lenih banyak sibuk karena kerja, hingga mengurus perijinan tempat sampai ke dinas pendidikan.

Dalam pembuatan film pendek ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu :

1. Camera DSLR Canon 7D.

2. Lensa 50mm f 1.4, 1.8, 18-55, 18-125 3. Microphone.

4. Laptop Sony VAIO editing. 5. Memori kamera.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(57)

Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek berjudul “Plastic Bottle” diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.2Pasca Produksi

Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan pemberian efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.

Gambar 4.9 Proses Pemilihan Stock Shoot

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(58)

2. Proses Penataan video

Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing video. Setelah melakuan pemilihan video stock shoot, Proses selanjutnya melakukan penataan yang mengacu kepada shooting list.

Gambar 4.10 Proses Penataan Stock Shoot

Gambar 4.11 Proses Penataan Adegan

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(59)

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot. Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi di taati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot-shotnya, tetapi arti scene itu sendiri. Penataan video di sini dapat di lihat dari shooting list yang ada sebagai acuan peletakan video.

3. Proses Motion 3D

Dalam proses ini, Motion 3D adalah proses membuat animasi 3D saat adegan zat karsinogen yang bercampur dengan air dalam kemasan dan adegan darah Bagus. Hal ini dibuat agar memperlihatkan detail tercampurnya zat karsinogen dalam botol plastik yang terpakai berulang kali.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(60)

Gambar 4.12 Editing Animasi 3D Darah

4. Editing Suara

Dalam proses editing suara, memberikan tambahan efek de noiser untuk menjernihkan suara dari noise yang ada. Kemudian penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film dokumenter drama rudat menggunakan musik free lisence yang didapat dari berbagai situs musik di internet. Pada prosesnya sound dalam film dokumenter drama rudat terbagi menjadi 2 channel dimana channel pertama berisikan suara asli yang dihasilkan dari gambar dan channel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(61)

Gambar 4.13 Proses Editing Suara

5. Rendering

Render dalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek berjudul Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen Dengan Menggunakan View Portrait Berjudul “Plastic Bottle” menggunakan format media AVI.

6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah dirender dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini menggunakan media DVD.

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah poster dan

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(62)

DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover wajah dan cover cakram) seperti gambar di bawah ini:

a. Poster

Gambar 4.14 Poster

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(63)

b. Sampul DVD

Gambar 4.15 Sampul DVD

c. Cakram DVD

Gambar 4.16 Cover cakram DVD

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(64)

57 Press.

Bernard, S. C. (2004). Documentary storytelling for film and videomakers. Focal press.

Bouvier, H. (2002). Seni musik dan pertunjukan dalam masyarakat madura. Madura

Efendi, H. (2009). Mari Membuat Film. Jakarta: Penerbit Erlangga. Fenner, D. E. (2008). Art in Context. Ohio: Ohio University.

Javandalasta, P. (2011). Lima Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: MUMTAZ Media.

Makarim, R. (2003). Rumah ke-7. Michigan: Metafor Pub.

NTB, D. K. (1996). Naskah rekaman gambar dan suara TARI RUDAT. Mataram: DIKBUD KANWIL NTB.

Wahyudi, J. B. (1986). Media Komunikasi Massa Televisi. Michigan: Alumni Sudiyanto. (2008). Pola Hidup Sehat. www. polahidupsehat.co.id. Diakses 11

05,2012.

Okky, Yolanda. 2012. Landasan Teori. 21. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(1)

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot. Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu

scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik

disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi di taati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot-shotnya, tetapi arti scene itu sendiri. Penataan video di sini dapat di lihat dari shooting list yang ada sebagai acuan peletakan video.

3. Proses Motion 3D

Dalam proses ini, Motion 3D adalah proses membuat animasi 3D saat adegan zat karsinogen yang bercampur dengan air dalam kemasan dan adegan darah Bagus. Hal ini dibuat agar memperlihatkan detail tercampurnya zat karsinogen dalam botol plastik yang terpakai berulang kali.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(2)

Gambar 4.12 Editing Animasi 3D Darah

4. Editing Suara

Dalam proses editing suara, memberikan tambahan efek de noiser untuk menjernihkan suara dari noise yang ada. Kemudian penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film dokumenter drama rudat menggunakan musik free lisence yang didapat dari berbagai situs musik di internet. Pada prosesnya sound dalam film dokumenter drama rudat terbagi menjadi 2 channel dimana channel pertama berisikan suara asli yang dihasilkan dari gambar dan channel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(3)

Gambar 4.13 Proses Editing Suara

5. Rendering

Render dalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering

memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek berjudul Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen

Dengan Menggunakan View Portrait Berjudul “Plastic Bottle” menggunakan

format media AVI. 6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah dirender dipindahkan ke

dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini menggunakan media DVD.

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah poster dan

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(4)

DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover wajah dan cover cakram) seperti gambar di bawah ini:

a. Poster

Gambar 4.14 Poster

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(5)

b. Sampul DVD

Gambar 4.15 Sampul DVD

c. Cakram DVD

Gambar 4.16 Cover cakram DVD

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y


(6)

57 Press.

Bernard, S. C. (2004). Documentary storytelling for film and videomakers. Focal press.

Bouvier, H. (2002). Seni musik dan pertunjukan dalam masyarakat madura. Madura

Efendi, H. (2009). Mari Membuat Film. Jakarta: Penerbit Erlangga. Fenner, D. E. (2008). Art in Context. Ohio: Ohio University.

Javandalasta, P. (2011). Lima Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: MUMTAZ Media.

Makarim, R. (2003). Rumah ke-7. Michigan: Metafor Pub.

NTB, D. K. (1996). Naskah rekaman gambar dan suara TARI RUDAT. Mataram: DIKBUD KANWIL NTB.

Wahyudi, J. B. (1986). Media Komunikasi Massa Televisi. Michigan: Alumni Sudiyanto. (2008). Pola Hidup Sehat. www. polahidupsehat.co.id. Diakses 11

05,2012.

Okky, Yolanda. 2012. Landasan Teori. 21. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM.

S

T

IK

O

M

S

U

R

A

B

A

Y