TA : Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Berjudul "Ketegaranku".

(1)

KETEGARANKU

TUGAS AKHIR

Nama : Ahmad Syarif P.S

NIM : 08.51016.0098

Program Studi : DIV (DIPLOMA EMPAT)

Jurusan : Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa ... 7

2.1.1 Faktor Molornya Mahasiswa………. 8

2.2 Tangung Jawab ... 9

2.3 Film ... 12

2.3.1 Pengertian Film………. 13

2.3.2 Film Pendek………... 17

2.3.3 Film Bergenre Drama………. 18

2.4 Tahap Produksi Karya Film ... 19

2.4.1 Pra Produksi……….. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi ... 37

3.2 Teknik Pengumpulan Data……….. 38

3.2.1 Studi Literatur ... 38


(3)

3.5 Produksi ... 51

3.6 Publikasi……….. 52

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Pra-produksi ... 55

4.2 Produksi ... 56

4.3 Pasca produksi ... 57

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(4)

Gambar 3.2 Konsep poster film drama “Ketegaranku” ... 53

Gambar 4.1 Gambar stock shoot film drama “Ketegaranku” ... 56

Gambar 4.2 Pemilihan shoot film drama “Ketegaranku” ... 58

Gambar 4.3 Penataan stock shoot film drama “Ketegaranku” ... 59

Gambar 4.4 Proses proses colour grading effect ... 60

Gambar 4.5 Proses editing equalizer audio... 61

Gambar 4.6 Proses rendering pada film drama “ketegaranku” ... 62


(5)

Tabel 3.2 Analisis STP (Segmenting, Targeting, Positioning) ... 42 Tabel 3.3 Analisis Keyword ... 45 Tabel 3.4 Anggaran produksi film pendek drama “Ketegaranku” ... 64


(6)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan film di Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah film setiap tahunnya yang ada di Indonesia. Dalam website www.tempo.co dijelaskan bahwa Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu dalam syukuran dan puncak perayaan Hari Film Nasional (HFN) ke-63 di Belairung Soesilo Soedirman, Gedung Sapat Pesona, Mei 2013, bahwa terjadi peningkatan 7 persen jumlah produksi film Indonesia pada 2013. Dari periode Januari hingga pertengahan Mei 2013, ada 44 judul film Indonesia dirilis, dibanding jumlah film impor sebanyak 74 film. Pada tahun sebelumnya, dalam periode yang sama hanya 40 judul film Indonesia dirilis. Dengan semakin meningkatnya jumlah film yang diproduksi di Indonesia, menunjukkan bahwa film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

Industri perfilman tidak henti-hentinya memproduksi film yang lebih baik. Saat ini telah terjadi persaingan bagi para pembuat film untuk merebut hati penonton melalui stasiun-stasiun televisi dan bioskop-bioskop. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya macam film-film yang ditayangkan stasiun-stasiun televisi atau di bioskop-bioskop di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini akan semakin membantu para pembuat film untuk memperbaiki kualitas film-film yang akan ditunjukkan kepada masyarakat, baik itu film panjang maupun film pendek.


(7)

Menurut Gotot Prakosa dalam bukunya Film Pinggiran (1997:8-9 ) film pendek merupakan film yang berdurasi singkat, tetapi dengan singkatnya waktu tersebut para pembuat film semestinya bisa lebih selektif mengungkapkan materi-materi yang ditampilkan. Dengan demikian dalam setiap pengambilan gambar akan menghasilkan suatu pesan yang dapat dimaknai oleh penontonnya. Dalam film pendek tidak ada cerita yang bertele-tele karena dibatasi durasi yang pendek, maka dari itu film pendek memiliki keunggulan tersendiri dari film durasi normal, yaitu bagaimana menyampaikan pesan yang memiliki arti besar pada durasi yang pendek. Hal itu membuat banyak sineas-sineas muda merasa tertantang untuk bisa lebih mengekspresikan diri dengan menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui media film pendek.

Perkembangan film pendek di Indonesia tidak lepas dari andilnya para sineas muda yang ingin mengekspresikan diri dan menghasilkan karya-karya secara independent. Dengan makin banyaknya festival film independent akhir-akhir ini para sineas muda tidak berhenti untuk menggali kreatifitas serta mengekspresikan diri dalam memproduksi film-film pendek, hal ini berdampak semakin majunya perfilman independent di Indonesia (www.fimela.com), dan sebagaimana film pada umumnya, film pendek pun terbagi dalam beberapa genre.

Di dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi, dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi, atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, serta karakter. Dari klasifikasi tersebut, dapat dihasilkan genre-genre film popular. Seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, western, dan


(8)

sebagainya (Prastita, 2008: 27). Salah satu genre film adalah drama sosial yang merupakan cerminan permasalahan di masyarakat yang bersifat memberi nilai positif dan mendidik.

Keberadaan film sebagai bentuk komunikasi massa telah diatur dalam ketetapan MPRS/No.II/MPRS/1960, yang dituliskan bahwa film bukanlah semata-mata barang dagangan, tapi juga merupakan alat pendidikan dan penerangan.. Dalam Undang-Undang RI. No. 8 tahun 1992, pasal 5. Dituliskan bahwa film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi. Keberadaan film sebagai media komunikasi yang diharapkan oleh pemimpin kurang mendapat perhatian dari pembuat-pembuat film di Indonesia.

Film di Indonesia saat ini masih seragam, mengikuti arus yang diinginkan oleh pasar. Saat ini film yang diproduksi di Indonesia penuh dengan film horror yang bisa dibilang film horror tanggung. Horror yang kemudian diikuti dengan komedi-seks, atau tayangan-tayangan sinetron saat ini yang sama sekali tidak mencerminkan kondisi masyarakat di Indonesia, dan isinya tidak terdapat pesan-pesan moral, ataupun nilai-nilai pendidikan di dalamnya (www.galuhdaridesa.wordpress.com).

Berdasarkan hal tersebut, mendorong penulis untuk memproduksi sebuah film yang didalamnya terdapat pesan-pesan moral yang positif dengan mengedepankan aspek tanggung jawab di dalamnya, dengan latar belakang kehidupan mahasiswa, dan dikemas dalam bentuk film pendek.


(9)

Saat ini banyak mahasiswa yang mengalami keterlambatan kelulusan dalam kuliahnya atau molor. Dikatakan terlambat atau molor karena para mahasiswa tersebut melebihi batas semester yang wajar untuk lulus, yaitu delapan semester untuk S1 atau D4, dan enam semester untuk D3, ada beberapa hal yang menyebabkan kuliah menjadi molor, yaitu kuliah karena terpaksa, salah jurusan, terlalu menikmati kebebasan karena jauh dari orang tua, sibuk mengikuti organisasi kemahasiswaan, menekuni hobi secara berlebihan, bisa mendapat uang sendiri, tidak adanya jaminan kerja setelah lulus kuliah (http://pakarpendidikan.blogspot.com). Berdasarkan keterangan tersebut, menjadi inspirasi bagi penulis untuk memproduksi film pendek dengan judul ketegaranku.

Berdasarkan judul ketegaranku ini, penulis bermaksud menyampaikan pesan bahwa jika melihat seseorang jangan melihat dari yang tampak saja, tanpa mengetahui keadaan sebenarnya, dan memberikan pandangan terhadap kepada masyarakat bahwa mahasiswa yang molor karena kerja sambilan tidak selalu disebabkan karena demi memenuhi kebutuhan pribadinya semata, akan tetapi ada tanggung jawab yang mesti diembannya.

Pembuatan film ini akan mengambil tema tentang kehidupan sosial, dengan latar belakang kehidupan mahasiswa yang menempuh pendidikannya. Pembahasan utama berupa seorang mahasiswa yang molor kuliahnya dikarenakan tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga yang menyebabkan terhambatnya mahasiswa tersebut untuk menyelesaikan kuliahnya. Berdasarkan ide awal tersebut, akan dikembangkan menjadi cerita dengan alur-alur yang


(10)

menjadi klimaks. Yang diharapkan dalam pembuatan film ini, yaitu makna dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat film pendek bergenre drama dengan latar belakang kehidupan seorang mahasiswa yang molor perkuliahannya?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas agar permasalahan tidak menyimpang, maka batasan masalah yang akan dikerjakan antara lain:

1. Membuat film pendek bergenre drama dengan latar belakang kehidupan seorang mahasiswa yang perkuliahannya molor.

2. Membuat film menggunakan kamera DSLR.

3. Membuat film pendek live shot untuk golongan masyarakat dewasa muda

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Memproduksi sebuah film pendek berjenis drama dengan latar belakang

kehidupan seorang mahasiswa.

2. Menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap film pendek di Indonesia.

1.5 Manfaat


(11)

1. Dapat mengetahui proses pembuatan suatu film, terutama film pendek bergenre drama dengan latar belakang kehidupan seorang mahasiswa.

2. Sebagai proses pembelajaran dalam pembuatan film pendek menggunakan DSLR dengan teknik liveshot selanjutnya.


(12)

7

Untuk mendukung pembuatan karya film pendek yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Berjudul “Ketegaranku”, akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain mahasiswa, tanggung jawab, sejarah film, film pendek, mekanisme produksi karya film, dan proses pembuatan film.

2.1 Mahasiswa

Mahasiswa diambil dari dua suku kata pembentuknya, yaitu maha dan siswa, dengan kata lain adalah pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal menyempurnakan pembelajaranya. Dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Sedangkan menurut Sarwono (1978: 23) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

Mahasiswa menurut Knopfemacher dalam Suwono (1978: 7) mahasiswa merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga


(13)

merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat (http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/).

Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang menuntut ilmu di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi, dan merupakan calon-calon intelektual.

Setiap mahasiswa memiliki kecenderungan untuk berpikir kritis, dan bertindak dengan cepat dan tepat dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dimana hal tersebut merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007: 121). Mahasiswa dinilai memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, serta kecerdasan berpikir dan perencanaan yang matang dalam bertindak.

Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas dalam kepribadian, karena berkurangnya gejolak-gejolak yang ada di dalam perasaanya (eprints.uny.ac.id). saat seseorang memasuki jenjang mahasiswa, mereka cenderung memiliki kepribadian yang dewasa dan mandiri, serta kematangan berpikir terhadap apa yang akan diraihnya, sehingga mereka memiliki kesadaran dalam bertindak, baik bagi diri sendiri maupun lingkunganya.

2.1.1 Faktor Molornya Kuliah Mahasiswa

Ada beberapa faktor yang menyebabkan molornya kuliah mahasiswa. Menurut www.pakarpendidikan.blogspot.com ada 7 hal utama yang


(14)

mempengaruhi molornya kuliah mahasiswa, antara lain: kuliah karena dipaksa, salah jurusan, terlalu menikmati kebebasan karena jauh dari orang tua, menekuni hobi secara berlebihan, bisa mendapat uang sendiri (kerja), tidak adanya jaminan kerja setelah lulus.

Dari penjelasan diatas, kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan molornya kuliah mahasiswa, hal itu dikarenakan mahasiswa sudah merasa nyaman dengan mendapatkan uang sendiri dan susah membagi waktunya untuk kuliah.

2.2 Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung jawab segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Tanggung jawab secara bahasa terdiri dari dua kata, tanggung dan jawab. Pada kosa kata tanggung, mempunyai konotasi memberikan sebagian dari potensi yang dimiliki kepada sesuatu untuk kemaslahatan yang lebih luas, atau menunaikan kewajiban yang diemban. Sedangkan pada kosa kata jawab, artinya memberikan penjelasan untuk memuaskan pihak tertentu yang meminta keterangan dari beban yang telah diberikannya. Dedy Mulyana dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2007: 82) secara faktual mengartikan tanggung jawab mecakup unsur pemenuhan tugas dan kewajiban. Lebih lanjut dia


(15)

menjelaskan tugas dan kewajiban dipertanggung jawabkan kepada individu dan kelompok lain, juga dipertanggung jawabkan ketika memenuhi standar yang disepakati, dan dapat dipertanggung jawabkan secara hati nurani.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap manusia di bebani dengan tanggung jawab. Apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan yang berbuat (http://baguspemudaindonesia.blogdetik.com).

Melihat dari aspek psikologi, tanggung jawab pada seseorang terkait dalam sikap, dan moralitasnya, Wendell L. French dalam bukunya Human Resource Managemet (2006:132). Selanjutnya Wendell L Membagi tanggung jawab menjadi dua, yaitu:

1. Tanggung jawab moral (Moral Responsibility)

Yaitu kesadaran moralitas pada seseorang untuk melakukantuntutan terhadap dirinya (memikul dan menanggung beban) dalam bentuk tugas dan kewajiban tertentu, sesuai dengan kedudukan dan fungsinya sebagai bagian dari lingkungan sosialnya

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas yaitu kesadaran individu dalam menerima segala konsekuensi dari pelaksanaan tugas dan kewajiban yang telah dilakukan , baik berupa dampaknya, maupun kelalaian dalam melaksanakanya.

Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, yang disengaja maupun tidak disengaa. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia


(16)

hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia, selain makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab, mengingat manusia memerankan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individ-ual ataupun teologis.

Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Selain itu, orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.

Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajiban. Menurut Hartono (1991 :95) kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kewajiban Terbatas.

Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh, mencuri, dan dapat diadakan hukuman-hukuman.


(17)

Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada seiap orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh orang lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab, akan menghadapi kesulitan karena tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Masalah utama yang dirasakan pada zaman sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkurangnya nilai-nilai moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.

2.3 Film

Menurut Boucher (1959: 288) gambar bergerak yang lebih dikenal dengan istilah film adalah suatu teknik tertentu dalam merekam gambar dengan teknik fotografi dan berdasarkan sebuah fenomena psikologi dari mata manusia yang disebut The Persistence of Vision (ketetapan penglihatan). Fenomena ini merupakan fenomena dimana sebuah gambar yang ditangkap oleh retina selama sekitar sepersepuluh detik akan direkam selama beberapa saat lamanya. Lamanya gambar tersebut terekam di mata manusia tergantung pada beberapa faktor, terutama intensitas cahaya dan warna pada gambar tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, penyempurnaan-penyempurnaan teknologi di bidang fotografi yang pada akhirnya berkembang pesat telah melahirkan konsep pada gambar hidup tersebut yang disebut film.


(18)

2.3.1 Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976) film memiliki dua arti, pertama sebuah selaput tipis yang dibuat oleh seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dimainkan di bioskop, kedua Film adalah lakon atau cerita gambar hidup.

J. B Wahyudi (1986: 53) menjelaskan bahwa berdasarkan teori film, film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu. Film akan menunjukan kehidupan masyarakat saat itu, seperti kehidupan sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan lain-lain.

Menurut Amura dalam bukunya yang berjudul Perfilman Indonesia Dalam Era Baru (1989:132) mengatakan bahwa film bukan semata-mata barang dagangan, melainkan alat penerangan dan pendidikan. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya. Dengan demikian film juga merupakan media yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai soisal budaya suatu bangsa.

Menurut Peacock dalam bukunya The Art of Moviemaking: Script to Screen (2001: 1-3),

film atau movie merupakan tampilan pada layar oleh kilatan atau flicker cahaya yang muncul sebanyak 24 kali (24 gambar) tiap detiknya dari lampu proyektor. Kejadian itu dapat dilihat oleh mata manusia hanya saja karena kemampuan mata manusia yang terbatas, maka potongan-potongan gambar tidak terlihat sedangkan yang muncul adalah pergerakan gambar yang halus. Fenomena ini disebut persistence of vision.


(19)

Film bila dianalisis memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat sosiologis, film bersifat secara umum.

1. Film Bersifat Teknis

Mac Millan dalam Andries (1984: 7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.

2. Film Bersifat Sosiologis

Mac Millan dalam Andries (1984: 8), menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni dan sebagai media hiburan massa membuat kita sulit merumuskan batasannya. Sejak 300 (tiga ratus) tahun penemuannya, film telah membuat dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau penyambungan film, dan sebagainya.


(20)

3. Film Bersifat Umum

Meyer T dalam Andries (1984: 9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga dapat menghibur audience.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah suatu media audio visual yang menyampaikan cerita, pesan, ataupun gagasan kepada masyarakat atau salah satu media komunikasi yang menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari menggabungkan ini tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap dan dimengerti dengan baik oleh penerima pesan.

Film memiliki beberapa genre yang akan memberikan karakteristik dalam sebuah film. Segmentasi audien dalam sebuah film akan memperhatikan jenis genrenya. Penggunaan genre dalam sebuah film akan membuat daya tarik tersediri bagi setiap audien yang menontonya, menurut Bambang Semhedi (2011: 24-25) film tebagi menjadi beberapa genre, antara lain:

1. Film Drama

Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang dirasakan para tokohnya. Seperti Romeo and Juliet, Haciko.


(21)

2. Film Laga atau action

Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap sce-ne.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak tubuh para tokoh yang tengah berkelahi.

3. Film Horor

Genre film ini banyak menempatkan legenda yang menyeramkan pada suatu daerah atau legenda yang sengaja dibuat untuk menghadirkan film ini.Antara lain Kuntilanak, Suster Ngesot, The Ring, dan sebagainya.

4. Film Thiller

Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam diri.

5. Film Fantasi

Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Contoh Harry Potter, Golden Compas, Narnia, dan sebagainya.

6. Film Perang

Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka. Contoh 300, The Last Samurai, dan sebagainya.


(22)

7. Film Ilmiah

Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam gen-re film ini karna apa yang sesuatu megen-reka hasilkan akan menjadi konflik utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.

8. Film Dokumenter

Menurut Frank E. Beaver dalam bukunya Dictionary of Film Terms (Beaver, 1994: 119) film dokumenter merupakan film non-fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi apa adanya, tanpa persiapan, atau langsung pada kamera atau pewancara. Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.

2.3.2 Film Pendek

Film pendek merupakan film yang durasinya singkat yaitu di bawah 60 menit dan di dukung oleh cerita yang pendek (Mabruri, 2010: 8). Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Mengenai cara bertuturnya, film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika varias-variasi tersebut menciptakan cara pandang baru tentang bentuk film secara


(23)

umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan sinema.

Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indie. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih luas kepada para sineas dalam bereksperimentasi secara idealis. Meski tidak sedikit juga yang menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan bagi para-para sineas-sineas muda untuk menuju film cerita panjang.

2.3.3 Film Bergenre Drama

Mnurut Bambang Semhedi (2013: 24) film drama adalah film yang memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang dirasakan para tokohnya.

Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita,setting, karakter,

serta suasananya yang memotret kehidupan nyata

(http://harislennon.blogspot.com/2011/10/genre-film.html). Tema yang diangkat pada umunya adalah isu sosial baik di masyarakat atau skala yang lebih kecil seperti keluarga atau sekelompok orang.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa film drama adalah film yang menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan sisi human interest atau rasa kemanusiaan. Tujuannya adalah untuk menyentuh perasaan simpati dan empati penonton, sehingga meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Dengan


(24)

demikian dalam pembuatan film drama yang perlu ditekankan adalah kekuatan dari segi penceritaan.

2.4 Tahapan Produksi Karya Film

Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan dalam proses pengerjaan film pada umumnya (Mabruri, 2010: 15). Mekanisme tersebut meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi sedangkan 10% tahap pasca produksi. Menurut Panca Javandalasta (2011: 23) tahap pembuatan film secara teknis ada tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi.

2.4.1 Pra Produksi

Tahap pra produksi adalah proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jawdal shooting, penyusunan crew dan pembuatan skenario.

1. Ide

Ide adalah proses awal mula dari pembuatan sebuah film, pengertian ide adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita dalam skenario. Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 46-50), dijelaskan bahwa ide didapatkan dari kisah pribadi penulis, novel, cerpen, film lain yang diambil inti cerita dan diadaptasikan, dan juga produser itu sendiri. Setelah ide mulai terbentuk, pastikan plot yang


(25)

digunakan bercabang atau lurus dan juga setting yang digunakan seperti apa. Hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Lutters, menurut Askurifal Baksin dalam bukunya Membuat Film Indie Itu Gampang (2003: 62-65), ide dapat diperoleh dari pengalaman pribadi, percakapan sehari-hari, biografi seseorang, komik, novel, music, olahraga, dan sastra.

2. Naskah

Setelah ide kemudian naskah, naskah adalah pengembangan ide menjadi sebuah synopsis. Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 61), synopsis bukan hanya ringkasan cerita tetapi sebuah ikhtisar yang memuat semua data dan informasi dalam scenario. Penyusunan bagan cerita dan kerangka tokoh, tokoh diberi karakteristik yang detail dari sifat, postur badan, agama, latar belakang dan lain-lain. Karakter tokoh dibuat dengan detail. Naskah tersebut berupa skenario, storyboard, dan lain-lain.

Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 90), skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dengan bentuk visual. Skenario berisi informasi-informasi seperti scene, nama pemeran, deskripsi visual, tokoh yang berdialog, beat, dialog dan transisi.

Menurut Heru Effendy dalam bukunya mari membuat film (2002: 150), sto-ryboard adalah sejumlah sketsa yang menggambarkan aksi di dalam film, atau bagian khusus film yang disusun teratur pada papan buletin dan dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya atau deskripsi adegan. Storyboard adalah satu rangkaian ilustrasi-ilustrasi atau gambaran-gambaran yang dipertunjukkan di


(26)

dalam urutan untuk tujuan previsualizing satu grafik gerakan atau urutan media yang interaktif. Dalam pembuatan storyboard, sutradara dapat dibantu oleh seorang ilustrasi dan harus mengerti teknik-teknik pengambilan gambar. Menurut Rikrik El Saptaria dalam bukunya Acting Handbook (2006: 120), shot adalah satu bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang yang direkam dengan satu take saja.

Menurut Elizabeth Lutters di bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 86), treatment adalah pengembangan cerita dari sebuah synopsis yang didalamnya berisi plot secara detail, dan cukup padat. Menurut Heru Effendy di buku Mari Membuat Film (2002: 154), treatment adalah presentasi detail dari sebuah cerita sebuah film, namun belum berbentuk naskah. Treatment adalah satu potongan dari prosa, kartu-kartu peristiwa, pemandangan dan draft pertama dari satu cerita untuk film.

Umumnya disepakati lebih panjang dan lebih terperinci dibanding satu garis besar dan lebih pendek dan lebih sedikit yang terperinci dibanding selangkah menguraikan secara singkat tetapi mungkin meliputi rincian directorial gaya bahwa satu garis besar menghilangkan. Mereka terbaca seperti satu cerita pendek.

Setelah skenario selesai setiap scenenya dikembangkan menjadi shooting script yang menurut Heru Effendy di buku Mari Membuat Film (2002: 150), adalah pekerjaan akhir sebuah naskah film, membuat detail gambar satu persatu dan memberi nomor urutan.


(27)

Tahap produksi adalah proses eksekusi semua hal yang sebelumnya telah di persiapkan pada proses pra produksi. Proses ini merupakan proses yang membutuhkan stamina si pembuat film. Pada proses ini kerja sama tim diutamakan.

Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahaman dari ilmu sinematrografi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pengambilan Gambar (Shot)

Sutisno daIam bukunya yang berjudul Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi Dan Video (Sutisno, 1993: 19) dan situs milik Media College (http:www.mediacollege.com/) dijelaskan berbagai contoh teknik pengambilan gambar atau shot, yaitu:

a. Long Shot

Untuk pengambilan gambar keseluruhan. Bila objeknya orang maka seluruh tubuh dan latar belakang akan tampak semua.

b. Medium Shot

Disebut juga Waist Shot. Di sini objek menjadi lebih besar dan dominan, objek manusia ditampakkan dari atas pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan obyek utama.

c. Medium Close up

Sering disebut Chest/Bust Shot. Untuk objek orang tampak kepala sampai dada atas, bila benda tampak seluruh bagiannya. Shot amat dekat, objek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU ini yang paling sering dipergunakan dalam televisi.


(28)

d. Close up

Untuk objek orang hanya tampak wajahnya, sedangkan untuk benda tampak jelas bagian-bagiannya. Shot yang menampilkan se1uruh permukaan wajah hingga sebagian dada.

e. Big Close up

Big Close Up atau sering disebut Very Close Shot. Bila objeknya orang hanya tampak bagian tertentu, seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.

f. Extreme Close up

Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.

g. Two Shot

Bila objeknya orang, pengambilan difokuskan kepada dua orang. h. Over Shoulder Shot

Biasanya digunakan untuk meliput dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilannya melalui belakang bahu orang (membelakangi kamera). Shot dilakukan dari belakang lawan pemain subjek dan memotong frame hingga belakang telinga. Wajah pemain subjek berada pada 1/3 frame. Shot ini membantu meyakinkan posisi pemain dan memberikan kesan penglihatan dari sudut pandang lawan pemain subjek yang lain.


(29)

Pergerakan kamera memiliki peran penting dalam sebuah video sehingga shot yang dihasilkan tidak diam atau statis. Hal ini dipertegas oleh Bambang Semhedi dalam bukunya yang berjudul Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar (2011: 57-60) menjelaskan bahwa jenis gerakan kamera yang dikenal dalam pembuatan video atau film, didasari oleh 4 gerakan pokok yaitu:

1. Panning

Pan adalah sebuah shot yang diambil dengan menolehkan kamera dalam sebuah garis horizontal dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Gerakan kamera ini biasanya digunakan untuk merekam sebuah panorama yang luas yang tak tercakup hanya dengan pengambilan gambar dari satu sudut saja. Pan shot bergerak berputar pada porosnya secara horizontal ke kiri atau ke kanan. Pan shot dapat dicontohkan dengan menolehkan kepala kita ke kiri atau ke kanan.

2. Tilting

Tilt adalah gerakan kamera dalam bidang vertikal dari atas ke bawah atau sebaliknya dari bawah ke atas. Jika ingin menunjukkan ketinggian sebuah gedung yang tak tertangkap seluruhnya oleh camcorder dalam satu shot, bisa mulai merekam dari dasar gedung lalu perlahan mendongakkannya ke atas hingga dapat memperlihatkan puncak gedung atau sebaliknya. Kamera bergerak pada porosnya secara vertical ke atas dan ke bawah. Contoh penggunaan tilt ini adalah kamera merekam mengikuti pergerakan roket yang meluncur ke angkasa.


(30)

3. Zoom

Zoom adalah gerakan kamera yang memungkinkan menangkap lebih dekat subjek yang jauh. Bisa dari long shot ke medium shot, atau bahkan ke closeup shot. Dijelaskan pula bahwa Zoom dapat menampilkan gambar secara penuh atau full shot hingga close up tanpa menggerakkan kamera. Berbeda dengan shot yang menggunakan dolly, zoom diatur melalui focal length pada kamera.

4. Pedestal

Pedestal adalah pergerakan kamera ke atas/ke bawah secara vertikal, namun berbeda dengan tilt up/down, untuk bergerak pedestal, seluruh bagian kamera, termasuk body dan lensa bergerak ke atas/ke bawah, namun ujung lensa tetap tidak berubah. Berbeda dengan tilt, body kamera tilt tetap pada sumbunya, hanya ujung kamera yang mengarah ke atas atau ke bawah.

3. Pencahayaan (Lighting)

Dalam produksi suatu film/video, pencahayaan atau lighting mempunyai peranan yang penting, dengan pengaturan lighting yang tepat, penulis dapat memberikan efek positif atau negative terhadap sebuah objek yang di shoot. Dalam lighting Bambang Semhedi dalam bukunya Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar (2011, 69-73) membaginya dalam tiga, yaitu:


(31)

Kualitas cahaya diukur dengan ketajamannya, bukan ditinjau dari intensitasnya. Oleh karena itu, para juru lampu (light engineer) membagi kualitas cahaya menjadi berikut:

1) Cahaya yang sangat tajam (hard light). Hard light biasanya dapat dihasilkan oleh lampu yang bisa diarahkan fokusnya (spot light), dengan salah satu cirri bisa menampilkan detail objek.

2) Cahaya lunak (soft light). Cahaya jenis ini dihasilkan oleh lampu yang tidak terlalu fokus atau spot light yang dilengkapi dengan alat pemecah cahaya (diffuser) atau cahaya matahari yang tidak langsung. Cirinya, cahaya ini menghasilkan gambar yang relative rata, dan tidak menampakkan detail dengan baik.

3) Cahaya sangat lunak (ultra soft light). Cahaya jenis ini biasanya didapatkan dengan cara meempatkan diffuser atau penggunaan reflec-tor yang lunak (kain, dan lain-lain), dengan harapan agar gambar akan tampak lebih halus.

b. Suhu Warna

Pencahayaan memang diperlukan untuk pengambilan gambar, tanpa cahaya yang memadai, tentu tidak akan mendapatkan gambar yang baik. Untuk itulah, setiap cameramen ataupun sutradara, harus memahami pengetahuan tentang tata cahaya yang dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Day Light

Day light adalah cahaya matahari, jika diukur dengan suhu warna, maka rata-rata suhunya akan menunjukkan angka 5.500 derajat Kelvin


(32)

atau di atasnya. Cahaya day light mempunyai cirri khas, yaitu agak berwarna kebiru-biruan atau bloeish. Sinar matahari yang terekam di gambar akan berwarna kebiru-biruan. Walau demikian, sinar matahari senja dan fajar memang mempunyai suhu warna yang lebih rendah dari 3200 derajat Kelvin.

2) Tungsten

Untuk cahaya buatan, khususnya lampu pijar atau incandescent light, suhu warnanya sekitar 3200 derajat kelvin (Kelvin meter adalah alat pengukur suhu warna). Suhu warna yang dihasilkan oleh lampu pijar biasanya berwarna agak kemerahan (reddish), sementara cahaya matahari (daylight) berwarna agak kebiruan (blueish). Tidak semua jenis lampu pijar menghasilkan suhu warna yang sama, yaitu 3.200 derajat Kelvin. Untuk lampu pijar 100 watt biasanya mempunyai suhu 2.850 derajat Kelvin, sementara lilin mempunyai suhu warna 1.990 derajat Kevin.

c. Intensitas cahaya

Intensitas atau kuat-tidaknya cahaya diukur dengan satuan lux, untuk kawasan di luar Amerika Serikat, sementara di Amerika Serikat sendiri, diukur dengan foot candle (FC). Para ahli membandingkan antara lux dengan foot candle dengan agkan 10,74 lux = 1 FC. Untuk membuat gamabar yang baik, maka perlu pencahayaan yang cukup, namun intensitas cahaya yang cukup saja belum bisa menghasilkan gambar yang


(33)

baik jika ditinjau dari segi artistiknya, apalagi untuk menghasilkan efek tertentu. Untuk itu perlu adanya teknik penempatan sumber cahaya yang dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

1). Main Light

Merupakan cahaya utama yang digunakan untuk menerangi model. Biasanya lampu main light diset pada intensitas cahaya yang paling besar dari lampu-lampu yang lain. Main light kadang disebut juga dengan istilah key light.

2) Fill Light

Fill light adalah cahaya pengisi yang digunakan untuk membantu menerangi daerah-daerah yang gelap atau berbayang. Biasanya peletakan fill light berlawan arah dengan main light (cahaya utama). 3) Back Light/Rim Light

Back light adalah cahaya yang digunakan untuk menerangi model dari arah belakang. Back light menyebabkan pinggiran atau sisi-sisi dari sang model menjadi berpendar dan membantu memisahkan antara model dengan latar belakangnya. Back light yang intensitasnya lebih besar dari main light akan menghasilkan siluet. Back light kadang disebut juga dengan istilah rim light.


(34)

Cahaya yang digunakan untuk menerangi rambut model. Hair light dapat dihasilkan dengan menembakkan lampu dari belakang atau dari atas model, yang arahnya langsung mengenai bagian rambut.

5) Background Light

Merupakan cahaya yang digunakan untuk menerangi latar belakang model, dengan maksud untuk menghilangkan cahaya yang jatuh di latar belakang.

C. Tahap Pasca Produksi (editing)

Cutting atau editing adalah salah satu proses tahapan pasca produksi yang sangat menentukan (Bambang Semhedi, 2011: 87). Pengertian editing adalah sebuah proses merakit atau menyusun gambar secara utuh dan berkesinambungan. Hal ini dipertegas oleh Dan Ablan pada bukunya yang berjudul Digital Cinema-tography & Directing (2003: 110) diuraikan bahwa editing adalah proses merangkai atau merekontruksi kembali scene (adegan) yang terpisah menjadi satu kesatuan sehingga enak untuk ditonton.

Editing merupakan suatu proses memilih atau menyunting gambar dari hasil shoting dengan cara memotong gambar ke gambar cut to cut atau dengan menggabungkan gambar-gambar dengan menyisipkan sebuah transisi (Biran, 2006: 62).


(35)

Editing merupakan salah satu proses tahapan produksi gambar yang sangat menentukan. Editor atau sutradara yang erpengalaman dan menguasai ilmu sinematografi terkadang mengalami kesulitan ketika melakukan editing, apalagi jika kameramen yang bertugas mengambil gambar tidak sesuai dengan harapan editor atau sutradara (Bambang Semhedi, 2011: 87).

Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan software dalam edit-ing film saat ini sudah menjadi kebutuhan untuk mejadikan film lebih menjadi lebih indah secara tampilan gambar, dinamis dan juga menarik (Bambang Semhedi, 2011: 88). Beberapa jenis software untuk mengedit film antara lain seperti:

1. Windows Movie Maker. 2. Ulead Video Studio. 3. Pinnacle Studio. 4. EDIUS Pro.

5. Adobe Premier Pro. 6. Adobe After Effect.

Editing juga merupakan mengurutkan gambar, sehingga gambar akan mampu bercerita. Pada prinsipnya, bercerita menggunakan gambar terdapat dua hal (Bambang Semhedi, 2011: 94), yaitu:

1. Gambar yang bergerak wajar harus ditampilkan secara utuh sehingga ceritanya berjalan wajar

2. Jika terdapat gambar yang tidak bergerak, maka disitulah editor mempunyai kesempatan untuk menyingkat waktu cerita tanpa harus memutuskan alur


(36)

cerita, dengan melakukan penyambungan ke gambar selanjutnya melalui transisi dan lain-lain.

Jika penonton melihat gambar yang kurang sesuai urutan gambarnya, maka penonton akan sulit mencerna atau mengikuti alur cerita. Demikian juga jika terdapat sambungan yang tidak wajar, walaupu alurnya tetap terpelihara, penonton akan menyaksikan adegan yang melompat-lompat secara tidak wajar (Bambang Semhedi, 2011: 95). Menurut Bambang Semhedi (2011: 96-97) pada dasarnya, editing dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. News Story Editing

Editing jenis ini dipakai untuk keperluan berita, atau dokumentasi. Editing jenis ini sangat mengandalkan shoot yang dihasilkan oleh cameramen. Artinya panduan editor ketika melakukan editing adalah skrip kasar yang tidak mencantumkan shot-shot yang disusun terlebih dahulu di dalam shoot-ing scipt atau scenario seperti halnya film cerita, namun hanya mengandalkan lokasi atau materi objeknya. News story editing menuntut kemampuan editor untuk menyambung gambar sesuai dengan imajinasnya, oleh karena itu alur cerita sangat ditentukan oeh editor. Jika editor kurang pengalaman atau kurang mengetahui materi yang akan diedit, pasti hasilnya akan kurang baik. Editor biasanya juga menentukan waktu atau durasi tayangnya tergantung bahan dasar atau shoot yang telah disiapkan oleh jiru kamera. Editing jenis ini sangat mengandalkan kemampuan editor dalam berkreativitas atau berimajinasi.


(37)

Continuity editing, yaitu editing untuk sebuah film/video cerita. Pada continu-ity editing ini dimaksudkan sebagai alat untuk menghubungkan beberapa titik dari objek yang sedang melakukan aktivitas, baik berupa dialog maupun pergerakan. Editor mengandalkan skrip yang sudah dipersiapkan dengan matang berupa shooting script. Editor tinggal menyambung gambar sesuai tuntutan skrip. Peran editor hanya sebagai asisten sutradara, karena seluruh shoot dan juga transisi atau bahkan berbagai variasi editing, sudah dipersiapkan matang sebelumnya.

Menurut Bambang Semedhi dalam bukunya Sinematografi-Videografi. Suatu Pengantar (2011: 97-100) editing terbagi menjadi beberapa pendekatan, yaitu:

1. Cut on Shot

Editor berperan sangat besar di dalam menciptakan alur cerita agar jajaran gambar yang dibuatnya bisa bercerita seperti yang diharapkan. Editor dituntut mempunyai kemampuan kreativitas yang bisa memainkan emosi penonton, sementara untuk menambah informasi, setelah gambar selesai diedit, diberikanlah narasi dan ilustrasi.

2. Cut on Sound

Editing jenis ini sangat mengandalkan shooting script dan editor bertugas untuk menyambung gambar berdasar suara yang telah direkam, seumpamanya suara dialog atau suara lain, dan mungkin termasuk suara musik. Setelah suara yang telah terekam oleh juru kamera disambung sesuai


(38)

urutannya, editor tinggal memasukan stock shoot berupa insert atau cut away untuk menghilangkan gambar-gambar jumping. Setelah itu, editor tinggal membuat transisi-transisi sesuai yang dituntut oleh alur cerita. Cut on sound biasanya dilakukan untuk editing film/video cerita dan film/video music, khususnya klip.

3. Thematic Editing

Thematic editing adalah editing berdasarkan tema yang ada. Thematic editing tidak mengharuskan seluruh shoot terjajar rapi tanpa jumping, namun sebaliknya, gambar boleh jumping, komposisi gambar boleh tidak sesuai dengan temanya. Cirri thematic editing ialah shoot-nya relative pendek, tidak menggambarkan suatu alur cerita, namun mengetengahkan potongan gambar sesuai temanya, dan hanya tampak mengemukakan perasaan atau ide saja. Oleh karena itu, baik iklan video, ataupun video clips banyak shoot yang jumping, namun tetap enak ditonton dan terkadang hanya menonjolkan ilustrasi atau lagu pengiringnya.

4. Pararel Editing

Pararel editing dimaksudkan untuk menunjukkan dua peristiwa atau lebih yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Pararel editing dilakukan dengan penyambungan dua buah peristiwa secara bolak-balik, artinya beberapa saat muncul sebuah tampilan serangkaian adegan di suatu tempat, dan tiba-tiba tersambung dengan adegan di tempat lain, dan dilakukan berkali-kali. Hal ini akan member kesan kepada penonton bahwa dua


(39)

peristiwa yang sedang berlangsung secara bersamaan waktunya. Contohnya adalah seorang ibu sedang masak di rumah, dan tiba-tiba disambung dengan seorang anak kecil yang sedang bermain di halaman, kembali lagi ke dalam rumah dengan gambar sang ibu sedang memasak, dan kembali lagi ke anaknya yang sedang bermain. Hal itu akan memberikan kesan, selama ibu dari anak tersebut sedang memasak di dalam rumah, anaknya sedang bermain di halaman. Itulah yang disebut pararel editing, yang member kesan dua peristiwa yang berlangsung di tempat berbeda namun dalam waktu yang bersamaan.

5. Linear/Nonlinear Editing

Liniear editing adalah editing dengan menggunakan dua atau lebih cassette berisi raw material atau bahan yang akan di edit. Biasanya menggunakan dua buah cassette. Cassette pertama disebut sebagai roll A, dan cassette kedua disebut roll B. Roll A berisi bahan baku utama seperti dialog atau shoot-shoot pokok, sementara roll B berisi bahan gambar berupa insert atau cut away. Pada praktiknya, editing dengan cara liniear harus selalu mengganti cassette dari mesin editing secara bergantian sesuai kebutuhan. Sementara untuk nonliniear editing, semua bahan baku ditempatkan ke dalam satu media, seperti computer yang lazim digunakan sekarang ini. Untuk shoot-shoot pokok dan juga seluruh stock shoot berupa insert dan cut away sudah tersedia atau terekam didalam hard disk, sehingga pekerjaan editing menjadi lebih mudah. Jadi editing yang dilakukan menggunakan computer sekarang ini bisa disebat nonliniear editing.


(40)

6. On/Off Line Editing

Istilah on line editing dimaksud sebagai cara editing menggunakan seluruh jalur atau track yang sudah komplit (termasuk ilustrasi, narasi, efek, colour corrections, dan lain-lain) sehingga hasil editing sudah final atau langsung bisa ditayangkan. Sedangkan off line editing adalah editing untuk menyambung raw material atau bahan dasar sehingga hasilnya masih berupa bahan setengah jadi, karena masih perlu penambahan berbagai bahan lain, seperti sound effect, video effect, ilustrasi, transisi, mungkin perlu penambahan credit title dan lain-lain.

7. Cut Motivation

Terdapat beberapa cut yang ditawarkan oleh perangkat lunak (software) saat ini, namun sebagai sineas yang memahami berbagai motivasi, perlu juga mengetahui motivasi setiap cut. Hal ini sangat penting mengingat setiap cut yang ditampilkan, akan member kesan tersendiri bagi penonton. Dari beberapa perangkat lunak (software), dikenal jenis-jenis cut, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Cut, yaitu bentuk cut yang benar-benar potongan gambar, artinya gambar tampak dipotong-potong setiap shoot.

b. Wipe, yaitu bentuk cut yang menyapu, baik secara vertikal maupun hori-zontal.

c. Super imposed, yaitu jenis cut yang menumpukkan gambar satu dengan lainnya. Artinya, setiap akan berakhirnya cut tertentu. Sudah menumpukkan gambar shoot berikutnya beberapa saat. Perlahan-lahan


(41)

gambar shoot awal menghilang seiring dengan semakin jelasnya gambar awal shoot berikutnya.

d. Dissolve, yaitu jenis cut yang disambung dengan cara menghilangkan secara cepat akhir dari sebuah shoot, dan secara cepat pula diganti dengan awal shoot berikutnya.

e. Fade in-fade out, yaitu jenis cut yang disambung dengan cara menghilangkan secara perlahan akhir dari sebuah shoot, sampai benar-benar hilang dan layar tampak hitam, dan layar tampak hitam beberapa saat, dan disambung dengan munculnya secara perlahan awal shoot yang berikutnya.

Beberapa motivasi dalam cut:

a. Cut to cut: untuk memberikan kesan kejadiannya berlangsung pada waktu yang sama atau berurutan.

b. Wipe: untuk memberikan kesan kejadian yang berlangsung pada waktu yang sama, tetapi berlainan waktu atau beralih kepada topik/materi lain. c. Super imposed: untuk memberikan kesan dua kejadian berlangsung

bersamaan waktu, walaupun berbeda tempat, atau member kesan persamaan materi/topik.

d. Dissolve: untuk memberikan kesan perbedaan tempat, perbedaan waktu dan mungkin perbedaan materi/topik.

e. Fade in-fade out: untuk memberikan kesan perbedan waktu yang relative lama, biasanya setelah fade out muncul teks, misalnya: …sepuluh tahun kemudian.. dan lain-lain.


(42)

(43)

37

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

Penulisan Laporan Tugas Akhir pada BAB III ini menjelaskan konsep atau pokok pikiran utama yang menjadi dasar rancangan karya sebagai proses pra-produksi.

3.1 Metodologi

Dalam penelitian, agar permasalah dapat teratasi, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas.

Suatu metode penelitian atau perancangan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah dan menghadapi semua tantangan dimana pengambilan keputusan harus segera dilakukan dengan tepat.

Jenis penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memecahkan masalah yang bersumber dari literatur-literatur, serta dilakukannya pengamatan secara langsung (observasi) di lapangan untuk mendapatkan data yang sepenuhnya akurat. Melalui observasi, dapat diperoleh pandangan secara langsung mengenai apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Penelitian kualitatif merupakan prosedur peneleitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau


(44)

perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. (Lexy J. Moleong, 2006:6) menjelaskan :

“Penelitian kualitatif juga, bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”

Dalam metode kualitatif, kenyatan dipandang sebagi sesuatu yang memiliki banyak bagian. Penelitian kualitatif dimaksudkan agar mendapat gambaran secara akurat dari sudut pandang objek penelitian. Pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang film yang akan diproduksi, maka diperlukan data-data yang sesuai dengan tema film yang akan diproduksi. Maka dari itu penulis mengumpulkan data-data yang erasal dari studi literature, serta wawancara dengan seorang Mahasiswa yang memiliki kehidupan yang hampir sama dengan tema film ini.

3.2.1 Studi Literatur

Merupakan beberapa buku dan website internet yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yaitu:


(45)

1. Pengantar Vidiografi oleh Askurifai Baskin yang mengajarkan dasar dasar implementasi teori videografi.

2. The Art of Moviemaking : Script to Screen 2001 oleh Richard Beck Peacock yang secara garis besar berisi tentang etika dan estetika pembuatan film atau cerita dalam video.

3. Bikin Film Indie itu Mudah oleh M. Bayu Widagdo & Winastwan Gora S. yang mengajarkan cara membuat film.

4. Film sebagai media belajar oleh Teguh Trianton yang berisi tentang bagaimana sebuah film tidak hanya sebagai media hiburan semata, akan tetapi juga dapat mengkomunikasikan pesan pendidikan secara efektif

5. Website/internet.

3.2.2 Studi Eksisting

Untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam bentuk karya di Tugas Akhir ini, penulis telah melakukan kajian terhadap sebuah karya film yaitu: 1. 21

21 merupakan sebuah film Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2008. Film yang disutradarai oleh Robert Luketic ini pemainnya antara lain ialah Jim Sturgess, Kate Bosworth, Laurence Fishburne, dan masih banyak lagi. Tanggal rilisnya pada 28 Maret 2008. Film ini mengisahkan tentang sekelompok mahasiswa MIT yang menggunakan ilmu matematika sederhana untuk berjudi blackjack di casino di kota las vegas. mereka bermain sebagai satu tim dibawah pengawasan seorang dosen bernama micky untuk


(46)

menerapkan metode card counting sehingga bisa mengetahui dengan pasti posisi-posisi yang menguntungkan untuk meraup kemenangan dalam permainan itu. salah satu dari mereka ben (Jim Sturges) bergabung dalam tim ini demi mendapatkan uang $300.000 untuk membiayai kuliah kedokteran di harvard. kegiatan berjudi ini hanya dilakukan setiap akhir pekan, sedangkan dihari-hari lain mereka menjadi mahasiswa biasa. kehidupan mereka di akhir pekan sebagai penjudi di las vegas sangat bertolak belakang dengan kehidupa mereka sebagai mahasiswa biasa. di vegas mereka mendapatkan apapun yang mereka inginkan dari hasil berjudi. kamar hotel kelas satu, clubbing di pub berkelas, berbelanja barang-barang bermerk ternama. dari hasil berjudi ini mereka juga bisa mengumpulkan uang hingga ratusan ribu dollar. memiliki kehidupan lain yang menyenangkan di vegas membuat ben terasing dari 2 sahabatnya sebelum bergabung dalam tim penjudi. bahkan 2 sahabatnya ini akhirnya memutuskan hubungan dengan ben karena dianggap sudah tidak peduli pada persahabatn mereka. sayangnya kesenangan ben dan kawan-kawan harus berakhir saat aksi mereka diketahui oleh salah satu petugas pengelola casino. Ben tertangkap, wajahnya discan dan dipaksa untuk bekerjasama menangkap micky, dosen yang mengajari teknik card counting. karena adanya konflik internal dalam tim, micky mengambil semua uang $300.000 lebih milik ben yang disimpan di atap kamar asramanya. selain itu ben juga dinyatakan gagal pada mata kuliah yang di tangani oleh micky. hal ini membuat ben menaruh dendam pada micky dan mengajak teman-temannya untuk bekerjasama menjebak micky di vegas. ben berusaha


(47)

memperbaiki hubungannya dengan micky dan berhasil mengajaknya ke vegas untuk berjudi. dengan bantuan teman-temannya, termasuk 2 sahabat ben yang sebelumnya memutuskan hubungan, micky akhirnya berhasil ditangkap oleh petugas casino, sedangkan ben menggunakan kisahnya selama ia menjadi penjudi sebagai essai untuk mendapatkan beasiswa kedokteran di harvard

Gambar 3.1 Poster Film “21”

Tabel 3.1 Analisis SWOT film “21”

Kekurangan Kelebihan

 Tidak menunjukkan sisi moralitas mahasiswa, lebih

 Perlatan rekaman yang canggih serta biaya produksi yang besar mampu menghasilkan film yang berkualitas dari segi sinematografi.


(48)

mengutamakan cara apa saja untuk mendapatkan tujuanya walau cara itu tidak patut

 Dari segi cerita serta penokohan aktor serta artis dapat teraplikasikan dengan baik

Berdasarkan studi eksisting dari film “21” dan cerita yang digunakan untuk pembuatan film pendek bergenre drama berjudul “Ketegaranku” dengan penggabungan unsur live shoot dan pewarnaan yang dramatis ini dapat diketahui melalui STP. STP dari kedua film dijelaskan dalam tabel 3.2 analisis STP.

Tabel 3.2 Analisis STP (Segmenting, Targeting, Positioning)

STP 21

Segmentasi & Targeting

Geografis - Ukuran kota: kota besar - Letak kota: Tengah kota Demografis - usia: 18 – 50 tahun

- Gender:

laki-laki, perempuan - Pendidikan:

Pelajar, Mahasiswa, Sarjana Psikografis - Kelas sosial:

menengah - Gaya hidup:

hidup enak

21 diposisikan sebagai film action dengan pesan perjuangan didalamnya.


(49)

Positioning

Dari analisis STP film 21 dapat disimpulkan bahwa pembuatan film diperlukan beberapa hal yang berkaitan dengan jenis atau bentuk film itu sendiri. Film yang baik mempunyai ciri dimana konsep serta tema yang dituju dapat diterima penonton sehingga cerita yang dibuat dapat dimengerti. Selain itu dapat disimpulkan bahwa suatu film harus mampu mempresentasikan pesan yang ingin disampaikan dengan semiotika cerita. Selain teknik yang dilakukan, penggabungan antar keduanya seimbang agar terlihat nyata dan tidak kaku.

Dengan jelasnya target pasar serta penempatan film maka konsep tersebut dapat diterima oleh penikmatnya sesuai dengan tujuan film itu dibuat.

3.2.2 Wawancara

Mahasiswa yang duduk di semester 11 bernama Rizal Zhaini berusia 24 tahun dan kuliah di salah satu perguruan tnggi di Surabaya. Berikut hasil wawancara:

Penulis: “Anda seorang mahaiswa yang sekaligus bekerja serabutan, bisa dijelaskan bekerja apa saja anda?”

Rizal : “Saya bekerja sebagai guru les anak SMA, loper koran, kalau ada borongan ya saya ikut nguli”

Penulis: “Apa itu mengganggu kuliah anda, kalau iya, apa saja yang terganggu”


(50)

Rizal : “Ya terganggu, kerja saya menyita banyak waktu kuliah saya, saya sering tidak bisa masuk kuliah karena bekerja”

Penulis: “Apa motivasi anda untuk lebih mementingkan pekerjaan anda?” Rizal : “Saya merupakan tulang punggung keluarga saya semenjak

bapak saya sakit, saya tidak mungkin membiarkan keluarga saya kelaparan”

Penulis: “Dengan keadaan anda yang seperti itu, apa anda masih punya keinginanan untuk lulus kuliah?”

Rizal : “Tentu saja, walau bagaimanapun kesulitannya, saya yakin kalau saya bisa menyelesaikannya”

Penulis: “Baik, terima kasih saudara Rizal, semoga anda segera mendapat kemudahan”

Rizal : “Iya sama-sama mas, terima kasih”

Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja mengalami kesusahan dalam pengaturan waktu.

3.3 Analisis Data

Dalam analisis ini dilakukan analisa dari target pasar dan tujuan film berjudul “Ketegaranku” ini dibuat. Untuk menentukan konsep karya maka akan dilakukan penelitian terdahulu untuk merujuk ke satu point kunci (keyword), analisis ini berguna untuk mencari keyword yang kemudian akan diterapkan dalam film


(51)

Tabel 3.3 Analisis Keyword Pekerjaan

Keluarga

Kecil Miskin

Kesusahan Mencari Nafkah

Menjalin Kebahagiaan Harmonis Mahasiswa Kerja keras Idealis Mandiri Rasa tanggung

jawab

Kehidupan yang Cepat

Kota Besar

Terlantar Ramai

Himpitan Hidup Kehidupan susah

Ekonomi Bawah Pekerjaan

Serabutan Pendapatan

Pas-pasan

Dari analisa keyword pada tabel 3.3 maka hasilnya adalah menggunakan keyword Kesusahan. Analisa ini sesuai dengan kelas sosial yang akan menjadi landasan tema dalam film ini yaitu kehidupan keluarga miskin. Dalam pewarnaan sebuah film dapat menimbulkan ciri khas sebuah film. Analisis pewarnaan dalam film pendek “Ketegaranku” ini sesuai pada analisis keyword yaitu kesusahan. Berdasarkan pemilihan pewarnaan pada analisis keyword tabel 3.3 didapatkan pewarnaan dramatis warna soft yang akan mendominasi hasil karya film pendek yang bertema kemiskinan.


(52)

3.4 Perancangan Karya

Pengerjaan tugas akhir ini berawal dari ide dan konsep yang kemudian dimatangkan dengan hasil studi literatur dan studi eksisting. Kemudian diolah menjadi treatment dan storyboard yang menjadi acuan dalam pembuatan film ini.

Setelah selesai, dilakukan pemilihan pemeran, dilanjutkan pemilihan kostum. Selain itu dicari pula setting lokasi. Setelah itu maka dilakukan syuting dan pengambilan audio.

Setelah rangkaian syuting selesai maka tiba ke proses editing. Proses editing melewati beberapa tahap mulai dari pemberian pewarnaan gambar/tone dan penambahan sound di dalamnya.

3.4.1 Bagan Perancangan 1. Ide dan Konsep Cerita

Berawal dari penulis melihat kehidupan sebagian mahasiswa saat ini yang bekerja sambilan, mereka mengambil kerja sambilan dengan berbagai alasan, akan tetapi dengan mengambil kerja sambilan tersebut, akhirnya banyak yang tidak dapat membagi fokus antara pekerjaanya dengan kuliahnya, dan akibat yang didapat banyak kuliahnya yang terbengkalai dan molor, melihat realita tersebut, maka timbul keinginan penulis untuk membuat sebuah karya film pendek bertemakan kehidupan mahasiswa yang bekerja sambilan.


(53)

Ide muncul berawal dari realita kehidupan mahasiswa yang bekerja sambilan saat ini, banyaknya mahasiswa yang molor kuliahnya dikarenakan kerja sambilan, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai mahasiswa yang materialistis, atau hanya mengejar materi demi kepuasan pribadi semata. Berawal dari fakta tersebut menginspirasi penulis untuk membuat karya tentang mahasiswa yang molor dikarenakan bekerja sambilan, bukan berlandaskan kebutuhan materi pribadi semata, akan tetapi ada tanggung jawab yang mesti diembannya, yaitu kebutuhan hidup keluarganya, dikarenakan bapak mahasiswa tersebut tidak dapat bekerja lagi dikarenakan mengalami sebuah kecelakaan. Maka film pendek yang berjudul “Ketegaranku” ini akan diproduksi untuk memberikan contoh sisi lain kehidupan mahasiswa molor yang bekerja sambilan demi menghidupi keluarganya. Arti judul film pendek ini diartikan bahwa seberat apapun tanggung jawab yang diemban, akan tetap berjuang demi tercapainya keinginan. Yang dimaksudkan oleh penulis adalah perjuangan seorang mahasiswa yang akan selalu melakukan apapun untuk menghidupi keluarganya dikarenakan bapaknya sudah tidak dapat bekerja lagi karena sebuah kecelakaan yang menyebabkanya hanya bisa terbaring di kamar dan seorang adik perempuan yang masih duduk di sekolah dasar. Walaupun dengan kemiskinan yang dia alami. Penulis berharap mampu menyampaikan pesan berupa tanggung jawab, dan keikhlasan.

Dalam film ini menggunakan 1 tokoh utama seorang mahasiswa molor yang bekerja sambilan bernama Ahmad Syarif, agar penjiwaan peran


(54)

muncul pada film ini. Dalam pembuatan film pendek berjudul Ketegaranku, ada beberapa pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada masyarakat nantinya, antara lain:

a. Berusahalah sebagai layaknya laki-laki yang selalu akan melindungi dan berusaha untuk membanggakan keluarganya. b. Pendidikan dan kerja keras adalah faktor utama seorang laki-laki

untuk menghidupi keluarganya kelak.

c. Terbukalah kepada orang-orang dekat, dengan itu mungkin akan dapat bantuan atau jalan keluar untuk masalah yang di hadapi. Penulis disini membuat karya film pendek dengan pengambilan gambar teknik live shot, karena film pendek dengan teknik live shot dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam, dan nilai-nilai pesan moral yang akan disampaikan dapat terlihat nyata daripada dengan media animasi. Penulis ingin membuktikan bahwa para sineas muda tidak kalah dan mampu menghasilkan karya yang baik dan layak dinikmati masyarakat Indonesia.

Pada proses syuting penulis dalam melakukan live shot tidak menggunakan kamera video pada umumnya, tapi penulis menggunakan kamera DSLR dalam pengambilan gambar.

Keuntungan dari pengambilan video shooting dengan menggunakan kamera DSLR adalah:

1. Fitur video dapat merekam hingga kualitas HD, sehingga menghindari gambar yang pecah karena resolusi yang kecil.


(55)

3. Lensa kamera DSLR lebih variatif dan mudah di dapat.

4. ISO yang tinggi antara 100-6400, menjadikan kamera DSLR lebih sensitif terhadap penangkapan cahaya.

2. Sinopsis

Sinopsis merupakan pengembangan ide cerita. Susunan sinopsis merupakan acuan dalam pembuatan skenario. Pada sinopsis, mulai terdapat pengembangan cerita, tokoh utama dan setting. Sinopsis Tugas Akhir film pendek berjudul Ketegaranku ini adalah sebagai berikut:

Bercerita tentang seorang mahasiswa yang molor kuliahnya yang hidup di sebuah keluarga kecil yang miskin di sebuah perkampungan sederhana, keluarga tersebut hidup seorang bapak bernama Subroto beserta dua orang anak, yang pertama adalah Ahmad, yang kedua adalah sang adik bernama Putri. Berawal dari kecelakaan yang menimpa Subroto yang menyebabkannya hanya bisa terbaring di kamar, kehidupan keluarga ini menjadi susah. Sebagai anak pertama yang sudah dewasa, keadaan tersebut membuat Ahmad merasa memiliki tanggung jawab untuk menggantikan peran bapaknya sebagai pencari nafkah untuk keluarganya, walau pada saat itu Ahmad sedang dalam proses menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi, akan tetapi dikarenakan rasa taggung jawabnya terhadap keluarganya membuat Ahmad menyingkirkan rasa khawatirnya terhadap kuliahnya yang nantinya akan banyak yang terbengkalai. Dengan ikhlas Ahmad membanting tulang untuk keluarganya. Ahmad selalu berusaha


(56)

agar dapat membahagiakan keluarganya. Ahmad sebisa mungkin bekerja demi sesuap nasi untuk keluarganya, selain itu Ahmad berusaha agar adiknya yang masih bersekolah di Sekolah Dasar tidak sampai putus sekolah, disamping membiayai biaya kuliahnya sendiri.

Suatu saat seusai kuliah Ahmad bersama teman-temanya menuju warung yang terletak tidak jauh dari kampus yang sudah menjadi langganan Ahmad bersama teman-temannya, setelah mengobrol dan bercanda sebentar, Ahmad lalu berpamitan pulang, hal tersebut membuat teman Ahmad heran, karena biasanya Ahmad jika sedang bersama teman-temanya di warung tidak pernah berpamitan pulang secepat ini, dan pada hari itu masih ada kuliah yang harus dijalani, pada saat ditanya Ahmad selalu berkilah dengan berbagai alasan. Pernah juga Ahmad dimarahi dosen walinya dikarenakan sebagai mahasiswa yang kuliahnya sedang molor dan harus mengulangi beberapa mata kuliah, Ahmad malah jarang masuk kuliah. Ahmad sendiri berkeras dalam hati, untuk tidak menceritakan keadaannya kepada dosen maupun teman-temannya, dikarenakan Ahmad sifat idealisnya, Ahmad tidak ingin dikasihani oleh siapapun, dan walau keadaanya yang susah, akan tetapi Ahmad tidak ingin teman-temannya serta dosennya mengetahui keadaanya yang sebenarnya, karena Ahmad yakin kalau dia mampu megatasinya sendiri.

Hari yang paling tidak diinginkan Ahmad tiba, Ahmad mendapati Bapaknya dipanggil yang Maha Kuasa, kesedihan merasuki hati Ahmad. Tampak kesedihan yang begitu mendalam diraut wajahnya, seakan tidak


(57)

mempercayai fakta bahwa saat itu bapaknya telah tiada. Mendengar berita duka tersebut, sebagai bentuk bela sungkawa, teman-teman Ahmad bersama dosen walinya datang melayat ke rumah Ahmad. Setelah satu-persatu teman-teman Ahmad dan dosen walinya menemui Ahmad mereka duduk di halaman rumah Ahmad bersama tetangga-teangga Ahmad yang datang melayat. Dosen wali Ahmad lalu bertanya kepada seorang tetangga Ahmad tentang penyebab kematian Bapak Subroto. Tetangga tersebut lalu menceritakan tentang bapak Subroto yang lumpuh sejak mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu. Dan menceritakan bagaimana Ahmad seorang diri bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi keluarganya, serta menjelaskan kenapa Ahmad tidak menceritakan keadaanya tersebut kepada teman-teman maupun dosennya. Setelah mendengar hal tersebut, dosen wali Ahmad dan teman-temannya langsung tertunduk dan tidak mampu berkata apapun.

3. Karakter

Karakter yang digunakan di film pendek berjudul “Ketegaranku” antara lain: Pemeran utama sebagai seorang Mahasiswa adalah Ahmad berusia 23 tahun.

3.5 Produksi

Untuk meminimalkan dana dan waktu, produksi dilakukan selama 12 hari di 4 tempat yang berbeda. Proses syuting pertama dilakukan di daerah perkampungan Medayu Utara Surabaya, kemudian dilanjutkan syuting di Warung


(58)

Pak Yasir Jl. Kedung Baruk Surabaya untuk pengambilan adegan berkumpul bersama teman-temannya, lalu di kampus STIKOM Surabaya untuk pengambilan adegan Ahmad dimarahi Dosen walinya, dan yang terakhir di Wiyung Surabaya untuk pengambilan adegan kerja di proyek bangunan.

Pemilihan backsound untuk film pendek ini harus sesuai dengan film yang akan di produksi, Penulis memilih backsound berupa aransemen-aransemen musik yang diolah sedemikian rupa agar sesuai dengan tiap-tiap adegan yang ditampilkan dalam karya film pendek Tugas Akhir ini.

3.6 Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD. Poster disebar lewat sosial media dan forum-forum mahasiswa sehingga dirasa bisa menarik simpati publik. Berikut konsep dan sketsa dari desain publikasi dari film pendek ini:

1. Poster

a. Konsep poster

Penulis menggunakan konsep pada poster dengan menampilkan peran utama dan pewarnaan yang sesuai dengan analisis keyword, serta pemberian background gedung tinggi yang sedang dalam proses pembangunan yang mewakili untuk mencapai keinginan yang tinggi,


(59)

diperlukan kerja keras serta tekad yang kuat sebagai pondasinya agar tercapainya tujuan.


(60)

2. Anggaran pembuatan film pendek drama “Ketegaranku”

Tabel 3.4 Anggaran produksi film pendek drama “Ketegaranku”

Pembelian Steadicam, Tripod. 2 Buah Rp. 1.100.000,-

Pembelian Memory SDHC. 2 buah Rp. 300.000,-

Penyewaan Lighting/Lampu. 2 Buah Rp.150.000,-

Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.

- Rp. 50.000,-

Penyediaan property, kostum, make-up. - Rp. 200.000,-

Penyediaan CD/DVD. 10 Buah Rp. 50.000,-

Akomodasi dan Transportasi Selama Proses Produksi.

- Rp. 300.000,-

Konsumsi Selama Proses Produksi. 2 Minggu Rp. 500.000,-

Lain-Lain. - Rp. 450.000,-


(61)

55

Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film pendek yang berjudul ”Ketegaranku”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi

Dalam tahapan pra-produksi disiapkan berbagai perencanaan dan peralatan shooting diantaranya:

1. Budgeting/Anggaran

Pada tahapan budgeting dilakukan guna perencanaan pengeluaran pada tahap produksi.

2. Crew

Pemilihan crew dilakukan guna membantu proses produksi, tentunya crew yang dipilih memenuhi kompetensi guna kelancaran proses produksi.

3. Penyusunan Materi

Tahap ini dilakukan untuk mematangkan konsep dan ide. Sehingga memperlancar proses produksi dan pasca produksi. Yang didalamnya terdapat study literatur dan study perbandingan.


(62)

4. Persiapan peralatan

Tahap ini dilakukan dengan mempersiapkan peralatan shooting untuk proses pengambilan gambar pada saat produksi.

4.2 Produksi

Setelah melakukan proses pra produksi, dimulainya tahap observasi lokasi yang sesuai dengan tema dan dilanjutkan dengan penentuan lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan observasi keesokan harinya dilakukan proses pengambilan gambar dari screen shoot yang ada.

gambar 4.1 gambar stock shoot film drama “Ketegaranku”

Penulis berusaha mengambil gambar yang mendukung untuk memberikan kesan dramatis. Disini aktor di arahkan terlebih dulu agar tiap scene bisa


(63)

benar-benar menjiwai perannya masing-masing, karena sedikit banyak perlu berperan layaknya mahasiswa yang memikul tanggung jawab untuk keluarganya.

Dalam proses produksi film pendek berjudul “Ketegaranku” ini menggunakan berbagai macam peralatan shooting berupa:

1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video 2. Lensa 120mm, 18-120mm

3. Microphone/micboom 4. Tripod dan Monopod 5. Memory SDHC kamera

Beberapa jenis shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek drama keluarga berjudul “Ketegaranku” diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.3 Pasca produksi

Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan penambahan sound efek dan lagu dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil selama 8 hari. Materi pemilihan berdasarkan asas-asas sinematrogafi berupa kelayakan gambar secara visual dan audio.


(64)

Gambar 4.2 pemilihan shoot film drama “Ketegaranku”

2. Proses Penataan Stock Shoot

Setelah proses pemilihan video maka dilakukan proses penataan video dengan bantuan program editing video, proses penataan ini dilakukan mengacu kepada storyboard.

Dalam penataan atau proses editing dimaksudkan untuk memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot. Yang kemudian diurutkan menurut story board dan dijadikan sebuah kesatuan yang siap ditampilkan, gambar-gambar hasil shoot harus disusun menuru logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan. Untuk menata suatu scene, stock shoot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up


(65)

dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi banyak diikuti oleh banyak sineas. Yang tetap dipertahankan sineas dalam membuat scene, bukan lagi shot-shotnya, tetapi makna dari scene itu sendiri.

Gambar 4.3 penataan stock shoot film drama “Ketegaranku”

3. Proses Colour Grading effect

Dalam proses ini adalah merubah atau memodifikasi warna terhadap gambar asli hasil shoot sehingga menimbulkan kesan tertentu. pemilihan warna sesungguhnya tidak didasari oleh teori khusus melainkan hanya untuk menajamkan dan memberikan nilai estetika tersendiri.


(66)

Gambar 4.4 proses proses colour grading effect

4. Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film pendek drama “Ketegaranku” ini menggunakan backsound dari aransemen instrumen-instrumen yang terlebih dahulu diedit melalui perangkat lunak yang mendukung.


(67)

Gambar 4.5 proses editing equalizer audio

5. Rendering

Adalah proses akhir dari editing dimana semua stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. dan dalam film pendek drama berjudul “Ketegaranku” menggunakan format media MOV.


(68)

Gambar 4.6 proses rendering pada film drama “ketegaranku”

6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film drama ini menggunakan media DVD.

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover DVD dan sampul cover DVD).


(69)

(1)

(2)

64

Anggaran pembuatan film pendek drama “Ketegaranku”

Pembelian Steadicam, Tripod. 2 Buah Rp. 1.100.000,-

Pembelian Memory SDHC. 2 buah Rp. 300.000,-

Penyewaan Lighting/Lampu. 2 Buah Rp.150.000,-

Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.

- Rp. 50.000,-

Penyediaan property, kostum, make-up. - Rp. 200.000,-

Penyediaan CD/DVD. 10 Buah Rp. 50.000,-

Akomodasi dan Transportasi Selama Proses Produksi.

- Rp. 300.000,-

Konsumsi Selama Proses Produksi. 2 Minggu Rp. 500.000,-

Lain-Lain. - Rp. 450.000,-


(3)

65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh penelitian hasil produksi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan film pendek bergenre drama dengan mengangkat kehidupan mahasiswa molor di sebuah keluarga kecil membutuhkan kematangan dalam segi karakter pemeran, seperti pemilihan pemain/casting yang benar-benar mengalami kejadian yang hampir serupa.

2. Film pendek yang bertema kehidupan mahasiswa memiliki pengaruh kepada para penikmat film untuk sebuah pesan yang sebenarnya terkandung di dalam film tersebut.

3. Sebuah film diharapkan tak hanya menjadi sebuah wahana hiburan atau barang dagangan semata melainkan menjadi sebuah penerangan dan media penyampaian pesan-pesan moral yang positif yang dapat menjadi pengaruh baik di masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran untuk penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian tentang tanggung jawab dalam kehidupan mahasiswa molor yang di aplikasikan kedalam sebuah karya film pendek ini diharapkan dapat menjadi wawasan, inspirasi dan hiburan bagi para penikmat film. Penulis


(4)

66

berharap bagi peneliti selanjutnya supaya dapat menampilkan film dengan mengangkat kehidupan sosial dengan kreativitas yang lebih baik.

2. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan hasil penelitian ini kedalam film pendek karena dalam pembuatan film pendek ini sangat diperlukan perencanaan dan perancangan yang lebih matang dan didukung oleh beberapa tim/crew yang solid dan handal serta biaya yang tidak sedikit. Namun dalam pembuatan film pendek bergenre drama keluarga berjudul Ketegaranku ini dikerjakan dengan jumlah tim/crew dan biaya yang terbatas.


(5)

67 .

Askurifai, Baksin. (2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis. Askurifai, Baksin. (2009). Pengantar Vidiografi. Bandung: Widya Padjadjaran. Andries (1984). Script-Writing fo Audio Visual Media, Radio, Film, Television, Strip, Slidefilm, New York, Teachers College Press.

Ayawaila, Gerson. R (2008). Dokumenter dari Ide sampai Produksi. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi, IKJ Press.

Baran, Stanley (2011). Komunikasi Massa Literasi Media dan Budaya. Jakarta: salemba Humanika

Beaver, Frank E. (1994) Dictinary df Film Terms. New York: Oxford University Press Inc

Boucher. (1959). “The Film Director”, New York, Coolier Book. Effendi, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.

French, Wendell L. (2006). Human Resource Management. New York.: Houghton Miffin.

Hartono. (1991). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Grasindo

Javandalasta, Panca. (2011). Mahir Menbuat Film. Surabaya: Java Pustaka Group. Mulyana, Dedy. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mabruri. (2005). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT.LKIS Pelangi Aksara

Pratista, Himawan (2008). Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka. Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka.

Rosady Ruslan, SH, MM, (2004) Metode Penelitian PR dan Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Semhedhi, Bambang. Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.


(6)

68

Siswoyo, Dwi. Cakrawala Pendidikan. (2007) Yogyakarta: IKIP Yogya.

Wahyudi, J.B. Dasar Dasar Jurnalistik dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1986

.

Peacock, Richard Beck. (2001). The Art of Moviemaking. London: Prentice Hall

Sumber internet:

(http://www.tempo.co/perkembangan-film-di-Indonesia.php=4275) diakses pada tanggal 10 september 2011( proses komunikasi).

(http://www.galuhdaridesacom/film-635.htm) diakses pada tanggal 09 september 2011(

jenis-jenis film)

(http://pakarpendidikan.blogspot.com) diakses pada tanggal 08 september 2012 ( fator

molor kuliah mahasiswa).

(http://ngada.org/p30-1990pjl.htm) diakses pada tanggal 02 Juni 2013 (pengertian mahasiswa menurut undang-undang)

(http://www.academia.edu) diakses pada tanggal 20 september 2011 (mahasiswa menurut Sarwono dan Suwono)

(http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli/). Diakses pada tanggal 07 Januari 2010 (definisi mahasiswa)

(http://eprints.uny.ac.id) diakses tanggal 19 februari 2010. (karateristik mahasiswa)

(http://baguspemudaindonesia.blogdetik.com). diakses tanggal 15 Juli 2009 (sifat tagging jawab)

(http://harislennon.blogspot.com/2011/10/genre-film.html). diakses tanggal 29 Agustus 2010 (definisi film drama)