Penetapan Parameter Fisika .1 Penentuan Indeks Bias Analisis Komponen Minyak Atsiri

Minyak yang diperoleh kemudian dianalisis dengan GC-MS dan spektrofotometer IR. Kemudian dilakukan penetapan parameter fisika yang meliputi penentuan indeks bias dan penentuan bobot jenis. Bagan isolasi minyak atsiri dapat dilihat pada lampiran 23,24 halaman 77-78. 3.6 Identifikasi Minyak Atsiri 3.6.1 Penetapan Parameter Fisika 3.6.1.1 Penentuan Indeks Bias Penentuan indeks bias dilakukan dengan menggunakan alat Refraktometer Abbe. Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 57. Caranya : Alat Refraktometer Abbe dihidupkan. Prisma atas dan prisma bawah dipisahkan dengan membuka klem dan dibersihkan dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. Cuplikan minyak diteteskan ke prisma bawah lalu ditutup. Melalui teleskop dapat dilihat adanya bidang terang dan bidang gelap lalu skrup pemutar prisma diputar sedemikian rupa, sehingga bidang terang dan bidang gelap terbagi atas dua bagian yang sama secara vertikal. Dengan melihat skala dapat dibaca indeks biasnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 68. 3.6.1.2 Penentuan Bobot Jenis Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan alat Piknometer Gambar alat dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 57. Caranya: Piknometer kosong ditimbang dengan seksama. Piknometer kosong diisi dengan air suling lalu ditimbang dengan seksama. Kemudian piknometer dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan alkohol kemudian dikeringkan dengan bantuan hairdryer. Piknometer diisi dengan minyak atsiri Universitas Sumatera Utara selanjutnya dilakukan seperti pengerjaan pada air suling. Hasil bobot minyak atsiri diperoleh dengan mengurangkan bobot piknometer yang diisi minyak atsiri dengan bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot minyak atsiri dengan bobot air suling dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain dalam monograf keduanya ditetapkan pada suhu 25 C Depkes RI, 1995. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12,13 halaman 66-67.

3.6.2 Analisis Komponen Minyak Atsiri

Penentuan komponen minyak atsiri yang diperoleh dari buah segar dan kering tumbuhan attarasa Litsea cubeba Pers. dilakukan dilaboratorium Kimia Organik FMIPA UGM dengan menggunakan seperangkat alat Infra Red Spectrofotometer IR model Shimadzu FTIR-8201 PC dan seperngkat alat Gas Chromatograph-Mass Spectrometer GC-MS model Shimadzu QP 2010 S. Kondisi analisis adalah jenis kolom kapiler Rtx-5MS, panjang kolom 30 m, diameter kolom 0,25 mm, suhu injektor 270 C, gas pembawa helium dengan laju alir 0,5 mlmenit. Suhu kolom terprogram temperature programming dengan suhu awal 60 C selama 5 menit, lalu dinaikkan perlahan-lahan dengan rute kenaikan 10,0 Cmenit sampai mencapai suhu akhir 280 C yang dipertahankan selama 30,0 menit. Cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan membandingkan spektrum massa dengan komponen minyak atsiri yang diperoleh unknown dengan data library yang memiliki tingkat kemiripan similarity index tertinggi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor terhadap tumbuhan attarasa yang diteliti adalah jenis Litsea cubeba Pers., dari suku Lauraceae.

4.2 Karakterisasi Simplisia Buah Attarasa Table 1. Hasil Karakterisasi Simplisia Buah Attarasa

No Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Kadar Praktek 1. Penetapan kadar air 5,99 2. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol 19,68 3. Penetapan kadar sari yang larut dalam air 12,25 4. Penetapan kadar abu total 3,87 5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,06 6. Penetapan kadar minyak atsiri: - Kadar Minyak atsiri dari buah segar 4,73 - Kadar Minyak atsiri dari buah kering 13,33 Kadar air simplisia buah attarasa telah memenuhi persyaratan MMI, dengan kadar air tidak lebih dari 10 Depkes RI, 1989. Pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat yang diinginkan. Dengan kadar air yang cukup aman maka simplisia tidak mudah rusak jika disimpan dalam jangka waktu yang lama. Apabila simplisia yang dihasilkan tidak cukup kering maka akan terjadi pertumbuhan jamur dan jasad renik lainya. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Isolasi Minyak Atsiri Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Secara Gc-Ms Dari Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet SM.)

14 107 104

Karakterisasi Simplisia dan Isolasi serta Analisis Komponen Minyak Atsiri secara GC-MS dari Simplisia Temu Putih (Kaemferia rotunda L.)

4 53 80

Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri dari RimpangLengkuas Merah (Galangae rhizoma.) Secara GC-MS

4 62 94

Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Kemukus (Cubebae fructus) dari Wonosobo dan Padang Sidempuan Secara GC-MS

2 78 87

Minyak Atsiri Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Karakterisasi Simplisia, Isolasi, Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Secara GC-MS

10 100 103

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

0 29 98

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

0 0 3

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

0 0 32

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

1 1 16

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

0 0 2