PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RAUDHATUL ATHFAL FADNUR AISYAH MEDAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

Veryawan, NIM. 8156181035. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Make a match dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun di Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match dan model pembelajaran ekspositori, (2) Perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah dan (3) Interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak. Populasi penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan. Teknik penarikan sampel dengan teknik

purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang masing-masing berjumlah 15 anak didik. Teknik pengumpulan data dengan instrumen berupa tes data kemampuan berhitung dan instrumen untuk data minat belajar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu dengan rancangan faktorial 2 x 2. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Anava dua jalur

pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran make a match adalah �= 28,1 lebih tinggi dari pada kemampuan anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori adalah � = 26,8 dengan Fhitung = 5,4 > Ftabel = 2,48 (2) rata-rata kemampuan berhitung anak dengan minat belajar tinggi adalah � = 29,8 lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung anak dengan minat belajar rendah adalah � = 25,3 dengan Fhitung = 15,1 > Ftabel = 2,48 dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak dengan Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,48.


(5)

ii ABSTRACT

Veryawan, NIM. 8156181035. Effects of Cooperative Learning Model Make a match and Interests Learning Ability Against Childhood Literacy in 5-6 Years Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan.

The purpose of this study is to determine: (1) Differences numeracy skills of children who study learning model Make a match and model of expository, (2) Difference numeracy skills of children who have learning interest high and interest in learning low and (3) The interaction between learning model Make a match with the child's interest in learning numeracy skills of children. The study population was children aged 5-6 years in Raudhatul Aisha RA Fadnur Medan. Sampling technique with purposive sampling technique. The study sample consisted of two classes: one class and one class of control experiments, each of which amounted to 15 students. Data collection techniques with the instrument in the form of data numeracy tests and instruments for data interest in learning. This study uses a quantitative method with a quasi-experimental approach with a 2 x 2 factorial design data analysis technique used is a two-lane Anova test at

significant level α = 0.05. The results of the research are: (1) the average

numeracy skills children learn to make a match the learning model is X = 28.1 higher than in the ability of children to learn with expository teaching model is the

X = 26.8 with Fcount = 5.4 > F table = 2.48 (2) average numeracy skills of children with high learning interest is X = 29.8 higher than in the numeracy skills of children with low learning interest is X = 25.3 with Fcount = 15.1 > F table = 2,48 (3) there is no interaction between learning models and interest in learning about numeracy skills of children with Fcount = 5.7 > F table = 2.48.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak menghadapi kendala dan keterbatasan, namun berkat arahan, bimbingan dan motivasi dosen pembimbing dan narasumber, serta rekan-rekan mahasiswa pascasarjana akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah bagi mereka dan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta semua staf yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.

2. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan, bimbingan, motivasi dan saran dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S dan Bapak Prof. Dr. Siman, M.Pd selaku Narasumber yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini. 4. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dasar dan Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar dan staf yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan selama ini.

5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan program studi pendidikan dasar yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis dalam menjalankan tugas sarana dan prasarana sesuai dengan profesi penulis.


(7)

6. Ibu Ketua Yayasan Pendidikan Fadnur Aisyah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, termasuk pemanfaatan sarana dan prasarana, serta guru-guru dan staf administrasi sekolah yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

7. Khususnya kepada kedua orang tua saya tercinta Bapak Paimin Saring dan Ibu Suhartini, serta abang, adik dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil. 8. Rekan-rekan mahasiswa program studi pendidikan dasar yang telah

banyak memberikan motivasi dalam upaya menyelesaikan tesis ini.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini yang telah banyak memerikan motivasi maupun kontribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dari tesis ini. Untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran maupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaan. Terlepas dari kelemahan dan kekurangan yang ada, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan dimasa kini dan yang akan datang. Amin.

Medan, April 2017 Penulis,


(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 12

1.3. Batasan Masalah ... 12

1.4. Rumusan Masalah ... 13

1.5. Tujuan Masalah ... 13

1.6. Manfaat Masalah ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1. Kerangka Teoretis ... 15

2.1.1.Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini ... 15

2.1.2.Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match di Paud ... 26

2.1.3.Pembelajaran Ekspositori ... 40

2.1.4.Minat Belajar Anak Usia Dini ... 45

2.2. Penelitian Relevan ... 54

2.3. Kerangka Konseptual ... 58

2.4. Hipotesis Penelitian ... 62

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 63

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

3.3. Metode dan Desain Penelitian ... 63

3.4. Defenisi Operasional ... 65

3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 66

3.6. Instrumen Pengumpulan Data ... 68

3.7. Tehnik dan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 71

3.8. Teknik Analisis Data... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1. Hasil Penelitian ... 77


(9)

4.3. Pengujian Hipotesis ... 94

4.4. Uji Scheffe ... 97

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 109

5.1. Simpulan ... 109

5.2. Implikasi ... 110

5.3. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.2 Kegiatan Anak Didik dan Guru Dalam Pembelajaran

Berhitung dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Make a match ... 33

Tabel 3.3.1 Desain Penelitian Faktorial 2x2 ... 62

Tabel 3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung ... 67

Tabel 3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar... 68

Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match ... 74

Tabel 4.1.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori ... 76

Tabel 4.1.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan Minat tinggi ... 77

Tabel 4.1.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan Minat rendah ... 78

Tabel 4.1.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran Make a match dan Minat tinggi ... 80

Tabel 4.1.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran Make a match dan Minat rendah ... 81

Tabel 4.1.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran ekspositori dan Minat tinggi ... 82

Tabel 4.1.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran ekspositori dan Minat rendah... 84

Tabel 4.1.9 Rangkuman perhitungandengan formula Lilliefors ... 85

Tabel 4.1.10 Analisis Uji Homogenitas Model Pembelajaran ... 89

Tabel 4.1.11 Analisis Uji Homogenitas Minat Belajar ... 89

Tabel 4.1.12 Analisis Uji Homogenitas Model Pembelajaran dan Minat Belajar ... 90

Tabel 4.1.13 Data Kemampuan Berhitung Anak ... 91

Tabel 4.1.14 Ringkasan Perhitungan Analisis Varians ... 91


(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1.1 Histogram Kemampuan Berhitung Anak yang belajar

dengan model pembelajaran Make a match ... 75 Gambar 4.1.2 Histogram Kemampuan Berhitung Anak yang belajar

dengan model pembelajaran ekspositori ... 76 Gambar 4.1.3 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan minat

tinggi ... 78 Gambar 4.1.4 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan minat

rendah ... 79 Gambar 4.1.5 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model

Pembelajaran Make a match dan minat tinggi ... 80 Gambar 4.1.6 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model

Pembelajaran Make a match dan minat rendah ... 82 Gambar 4.1.7 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model

Pembelajaran ekspositori dan minat tinggi ... 83 Gambar 4.1.8 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model


(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Observasi Kemampuan Berhitung Anak ... 117

Lampiran 2 Lembar Penilaian Observasi Minat Belajar ... 128

Lampiran 3 RPPH Kelas Eksperimen Make a match ... 130

Lampiran 4 RPPH Kelas Kontrol Ekspositori ... 142

Lampiran 5 Validitas Instrumen Berhitung ... 149

Lampiran 6 Reliabilitas Kemampuan Berhitung ... 151

Lampiran 7 Data Hasil Penelitian Kemampuan Berhitung Anak ... 153

Lampiran 8 Perhitungan Statistik Deskriptif ... 154

Lampiran 9 Uji Normalitas Data ... 166

Lampiran 10 Uji Homogenitas Data ... 171

Lampiran 11 Analisis Anava ... 173

Lampiran 12 Uji Scheffe ... 176

Lampiran 13 Data Kemampuan Berhitung Anak Kelas Eksperimen ... 178


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya. Hal terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Hal serupa juga sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dari hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pada hakikatnya Pendidikan Anak Usia Dini ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan untuk anak usia dini khususnya TK/RA perlu menyediakan berbagai kegiatan


(14)

2

yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik.

PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini adalah menjamin mutu pendidikan anak usia dini dalam rangka memberikan landasan untuk melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak. Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial dan emosional sesuai dengan tingkat usianya.

Raudhatul Athfal (RA) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Program ini bertujuan membantu mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai moral, agama, disiplin, sosial emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik, motorik dan seni agar anak siap untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebutkan bahwa periode ini sebagai masa keemasan (golden age) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik dan dapat dengan


(15)

3

mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh orang lain. Mengingat betapa pentingnya periode ini bagi seorang anak maka stimulasi yang tepat sangat diperlukan.

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usia dan perkembangannya, salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak rentang usia 3 sampai 6 tahun, termasuk dalam kategori perkembangan berpikir praoperasional pada masa ini sifat egosentris anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain yang berada disekitarnya. Menurut Piaget (dalam Siregar, 2010) perkembangan kognitif dibagi dalam empat fase yaitu: 1) fase sensorimotor (usia 0-2 tahun) tahap sensorimotor lebih ditandai dengan aktivitas sensori (melihat, meraba, merasa, mencium dan mendengar), 2) fase praoperasional (usia 2-7 tahun) anak mulai menyadari bahwa pemahaman tidak hanya melalui kegiatan sensorimotor tetapi juga bisa melalui kegiatan bersifat simbolis, 3) fase operasional konkret (usia 7-12 tahun) kemampuan anak untuk berfikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber berfikir logis tersebut hadir secara konkret, dan 4) fase operasi formal (12 tahun-dewasa) ditandai dengan perpindahan dari cara berfikir konkret ke cara berfikir abstrak.

Oleh karena itu perkembangan berhitung pada anak usia dini berada pada masa praoperasional (2-7 tahun) pada fase ini akan menjadi permulaan untuk membangun pengetahuan dan kemampuan potensi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Novan (2014) perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap


(16)

4

kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya anak dapat mengeksplorasikan dirinya sendiri dan hal-hal yang berada disekitarnya sehingga mereka memperoleh pengetahuan. Kemampuan kognitif anak berkembang secara bertahap dan berada di pusat saraf. Kemampuan kognitif ini sangat berperan dalam membantu anak dalam memecahkan segala permasalahannya. Salah satu bagian dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan berhitung.

National Council of Teacher of Mathematics (Seefeldt & Wasik, 2008) merumuskan bahwa pembelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan pemahaman akan angka. Ketika kepekaan anak-anak terhadap angka berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada kegiatan berhitung. Menghitung ini menjadi landasan bagi kegiatan anak-anak dengan angka. Ketertarikan anak terhadap berhitung merupakan dasar bagi anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan yang diperlukan dalam pendidikan selanjutnya.

Menurut Susanto (2012) kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sesuai dengan kemampuan anak dapat meningkat ke tahapan pengertian mengenal jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.

Kemampuan yang berhubungan dengan berhitung atau konsep berhitung permulaan seperti mengenal angka (lambang bilangan), menyebutkan urutan bilangan, menghitung benda, meniru lambang bilangan, mengenal himpunan sederhana dengan nilai yang berbeda, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan menggunakan konsep ke abstrak, menghubungkan lambang


(17)

5

bilangan dan konsep bilangan dan menciptakan bentuk benda sesuai dengan konsep bilangan, (Kemdiknas, 2010). Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (route counting/rational counting). Sriningsih (2008: 63) mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.

Berhitungdi Raudhatul Athfal diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Pembelajaran berhitung di Raudhatul Athfal hanya diajarkan berhitung awal yaitu menyebutkan lambang bilangan 1-20, mengurutkan lambang bilangan 1-20, menghitung benda, meniru lambang bilangan, menghubungkan benda dengan lambang bilangan, membandingkan dua kumpulan benda dengan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama atau tidak sama jumlahnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya, berhitung di Raudhatul Athfal dilakukan secara menarik dan bervariasi. Mengingat pentingnya kemampuan berhitung maka berhitung dapat diberikan melalui berbagai macam cara. Guru juga dapat memilih berbagai macam model, metode dan media dalam pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran berhitung.

Menurut Suyanto (2005) berhitung sangat penting dalam kehidupan. Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi bilangan matematis. Secara


(18)

6

bertahap sesuai perkembangan mental anak belajar membilang, mengenal angka dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah apel diberi simbol dengan angka 1 dan dua buah apel diberi simbol dengan angka 2.Cockroft (2007) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada anak karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Aspek perkembangan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan berhitung. Berhitung adalah bagian dari matematika yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan dan lambang bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan berhitung. Pembelajaran berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan hanya diajarkan berhitung awal seperti menyebutkan urutan bilangan 1-20, membilang dengan benda 1-20, meniru lambang bilangan 1-20, menghitung benda 1-20, memasangkan lambang bilangan dengan benda 1-20, penambahan dan pengurangan 1-20, membedakan dua kumpulan benda yang sama dan tidak sama jumlahnya, membedakan banyak dan sedikit jumlah bendanya.


(19)

7

Berdasarkan observasi melalui pengumpulan hasil lembar kerja anak yang berupa hasil analisis data kegiatan pembelajaran dalam perkembangan berhitung anak yang rendah yaitu 49,45%, pada semester I (ganjil) tahun pelajaran 2016/2017 di RA Fadnur Aisyah Medan. Sehingga perkembangan anak masih tergolong sangat rendah yaitu dari 62 anak ada 29 anak diantaranya termasuk dalam daftar belum berkembang (BB), hal ini terlihat ketika melaksanakan pembelajaran kegiatan berhitung anak masih diam dan belum mampu untuk menyebutkan atau mengenal bilangan yang ditunjukkan guru. Kemudian ada 22 anak yang termasuk daftar anak mulai berkembang (MB), artinya dalam mengenal lambang bilangan anak sudah mampu mengenal angka 1-5 saja dan itu masih dalam proses bimbingan guru, dan 11 anak lainnya termasuk daftar anak berkembang sesuai harapan (BSH) artinya anak sudah mampu mengenal lambang bilangan, akan tetapi belum ada anak yang berkembang sangat baik (BSB) yang termasuk kategori anak mampu mengenal lambang bilangan dengan benar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (menurut Slameto (2010: 54-69) secara garis besar ada dua, yaitu:faktor internal faktor eksternal. Diantara berbagai faktor tersebut, faktor guru dan minat belajar anak didik yang diduga berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Model yang digunakan oleh guru juga akan berdampak terhadap minat belajar anak didik. Jika guru menggunakan model yang melibatkan anak didik aktif dalam belajar,hal ini akan mendorong anak didik untuk belajar lebih rajin. Tetapi jika guruhanya menerangkan meteri pelajaran kepada anak didik tanpa melibatkan anak didik dalam proses kegiatan belajar, maka anak didik akan merasa bosan mengikuti


(20)

8

pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka guru dapat meningkatkan minat anak didik untuk belajar lebih aktif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan memperhatikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dimana selama ini kegiatan berhitung di RA Fadnur Aisyah dilakukan dengan model ceramah bervariasi, artinya guruhanya memindahkan informasi yang diketahui oleh guru, anak didik diminta mendengarkan atau berceramah. Model ceramah bervariasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru kurang melibatkan anak didik dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak memberikan informasi-informasi sedangkan anak didik menunggu, tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi, pengalaman belajar anak didik terbatas hanya sekedar mendengarkan, dan masih rendahnya pengembangan proses berfikir siswa. Hasil wawancara peneliti dengan guru di RA Fadnur Aisyah,ditemukan dari 3 orang orang guru kelas lebih banyak menggunakan model ceramah bervariasi atau metode ekspositori. Model ceramah bervariasi yang demikian dapat menimbulkan rasa jenuh bagi peserta didik, sehingga tidak maksimal dalam menyerap materi pelajaran yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti temukan di lapangan, yaitu RA Fadnur Aisyah Medan menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak cenderung mengalami penurunan dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, terlihat anak kurang memahami konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kegiatan berhitung, anak kurang mampu untuk menyebutkan, membilang dan meniru lambang bilangan. Selain itu, anak juga


(21)

9

belum mampu untuk menghitung benda, memasangkan lambang bilangan dengan benda, penambahan dan pengurangan, membedakan dua kumpulan benda yang sama dan tidak sama jumlahnya, membedakan banyak dan sedikit jumlah bendanya, sehingga indikator yang diharapkan belum tercapai.

Dari data yang telah tertera di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung perlu ditingkatkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung adalah minat belajar. Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian anak didik dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri anak. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat anak akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat anak tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat terhadap berhitung, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang berhitung. Usman (2008) mengatakan pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha untuk membangkitkan minat belajar anak. Kurangnya minat belajar anak di RA Fadnur Aisyah karena model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat model ceramah bervariasi, kurangnya model dan media menjadi salah satu penyebab kurangnya minat belajar anak pada saat kegiatan berhitung. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang kuat, yakin, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan pembelajaran dalam kelas. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnnya.


(22)

10

Perlu dikembangkan pengajaran yang dapat membentuk minat anak dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran

Make a match (mencari pasangan). Karena penerapan model pembelajaran Make a match akan membentuk minat belajar anak dalam kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran Make a match adalah kegiatan belajar untuk mencari pasangan kartu soal serta jawaban sebelum batas waktu yang diberikan habis, anak yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi reward. Herdian (2009:118) mengemukakan bahwa model pembelajaran Make a match (mencari pasangan) merupakan model yang tepat untuk materi kegiatan berhitung. Menurut Dharmayuwati (2010), mencari pasangan (Make a match) merupakan salah satu jenis permainan yang dapat mengasah kognitif anak dan meningkatkan kemampuannya dalam berhitung. Berhitung bagi sebahagian anak merupakan sesuatu yang sangat sulit, bahkan menakutkan. Di sisi lain, dunia anak adalah dunia bermain. Menurut Mayesty (Sujiono, 2013:34), memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi dimana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan melalui bermain anak juga dapat berimajinasi, bereksplorasi, mengekspresikan perasaannya dan membangun


(23)

11

pengetahuan sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Kegiatan bermain dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk dan aturan dalam permainan, salah satunya dapat dilakukan dengan model

Make a match, melalui permainan ini guru dapat mengamati sejauh mana ketertarikan anak untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, terutama pada pembelajaran berhitung. Model pembelajaran Make a match adalah pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk perorangan. Dengan mengunakan model pembelajaran Make a match

maka anak didik lebih berminat untuk belajar berhitung pada tema kendaraan. Melalui penerapan model pembelajaran Make a match diharapkan anak didik menjadi lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berfikir, bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan anak lain yang menjadikan anak didik aktif di dalam kelas. Pada penerapan model Make a match diperlukan media berupa kartu-kartu. kartu tersebut terbagi dalam 2 kelompok. Kartu-kartu pada kelompok pertama berisi pertanyaan-pertanyaan dan kelompok kedua berisi jawaban dari setiap pertanyaan. Anak didik secara berkelompok akan memasangkan kartu-kartu pertanyaan dan jawabannya secara tepat. Anak didik yang aktif akan berminat untuk belajar, dengan begitu hasil belajarnya juga akan meningkat.

Dengan memperhatikan banyak faktor yaitu media yang digunakan masih sederhana yaitu buku berhitung sebagai sumber belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan berhitung kurang tepat dan masih terlihat monoton serta minat belajar anak yang rendah, namun ada dua faktor yang


(24)

12

diprediksi dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun, yakni model pembelajaran dan minat belajar anak yang sejauhmana kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Make a match

dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun di RA Fadnur Aisyah Medan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak, antara lain (1) kemampuan berhitung anak yang masih rendah (2) sumber belajar yang digunakan masih berdasarkan buku teks (3) kurangnya model pembelajaran yang digunakan guru (4) kurangnya minat belajar anak pada pembelajaran berhitung.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada pengaruh model pembelajaran Make a match dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan.


(25)

13

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkanbatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match dengan anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dengan anak yang memiliki minat belajar rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match dengan anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dengan anak yang memiliki minat belajar rendah.

3. Interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan.


(26)

14

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti atau bermakna bagi dunia pendidikan, antara lain:

1) Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:

a) Membantu anak meningkatkan kemampuan berhitung permulaan.

b) Membantu guru dalam merancang variasi model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

c) Sekolah dalam meningkatkan prestasi anak maupun kompetensi guru pada sekolah tersebut.

2) Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Make a match dalam kegiatan berhitung. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bandingan untuk penelitian lanjutan yang relevan.


(27)

109 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan pengolahaan, analisis dan pembahasan hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori. Hasil dari ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 5,4 > Ftabel = 2,48, dengan taraf signifikan 0,05. Kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match lebih tinggi dari pada anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari pada anak yang memiliki minat belajar rendah. Hasil dari ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 15,1 > Ftabel = 2,48, dengan taraf signifikan 0,05. Kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari pada anak dengan minat belajar rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak.Anak yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung yang lebih baik jika anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match, sedangkan anak yang memiliki minat belajar rendah memperoleh kemampuan berhitung yang lebih baik jika belajar dengan model pembelajaran ekspositori. Hasil dari


(28)

110

ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,48, dengan taraf signifikan 0,05.

5.2. Implikasi

1. Pengaruh Model Pembelajaran Make a match Terhadap Kemampuan Berhitung Anak

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran

Make a match lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori, hasil temuan ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru anak usia dini untuk menggunakan model pembelajaran

Make a match.

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make a match, anak dilatih untuk dapat mengembangkan keterampilan anak dalam berhitung dan bekerja sama. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, anak dapat melakukan keterampilan berhitung untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir melainkan memahami pada kegiatan berhitung dengan proses berfikir kreatif.

Melalui model pembelajaran Make a match, anak dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan cara bermain gambar dan angka dengan teman satu kelompoknya dalam upaya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, guru juga harus dapat memperhatikan situasi dan kondisi tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan guru harus dapat mengkondisikan anak dan


(29)

111

memfasilitasi serta memotivasi anak agar dapat mengembangkan minat belajar anak.

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih model pembelajaran Make a match dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung. Peran aktif guru dalam pemilihan model pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan, karena dengan kecermatan dan kesesuaian karakteristik pelajaran dan anak dalam kegiatan belajar menjadi salah satu faktor dalam melakukan pemilihan model pembelajaran.

2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Berhitung Anak

Hasil simpulan berikutnya menunjukkan bahwa anak yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung lebih tinggi apabila belajar dengan model pembelajaran Make a match. Demikian juga kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar rendah akan lebih tinggi apabila belajar dengan model pembelajaran ekspositori. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling sesuai untuk setiap karakteristik anak maupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi guru untuk memilih model pembelajaran


(30)

112

3. Interaksi Model Pembelajaran Make a match dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung

Dari hasil penelitian ini terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan, hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran yang digunakan guru dengan tingkat minat belajar anak. Penggunaan model pembelajaran dapat memaksimalkan kemampuan berhitung anak, baik pada anak yang memiliki minat belajar tinggi maupun minat belajar rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Dengan demikian guru bukan saja memperhatikan model pembelajaran sebagai cara/tehnik yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak namun juga lebih mengetahui minat belajar anak dan menumbuhkan minat belajar anak sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi anak dalam memperoleh kemampuan berhitung dengan baik.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada simpulan, maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak, maka guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Make a match, karena model pembelajaran Make a match memberikan anak peluang untuk berinteraksi dengan teman sebayanya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak.


(31)

113

2. Dalam rangka mengembangkan kemampuan berhitung anak, disarankan agar guru memperhatikan minat belajar anak. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang memiliki minat belajar rendah agar dapat terlibat secara aktif.

3. Perlu diadakan pelatihan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran untuk anak usia dini.

4. Perlu diadakan pendampingan kepada guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran Make a match untuk anak usia dini.

5. Bagi peneliti lain. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang sejenis atau mereplikasikan penelitian ini hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dan dapat menggantikan dengan variabel yang lain.

6. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang sejenis agar dapat mengupayakan anak yang memilikiminat belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung yang tinggi pada setiap model pembelajaran dan sebaliknya agar dapat juga mengupayakan kepada anak yang memiliki minat belajar rendah agar memperoleh kemampuan berhitung yang tinggi pula pada setiap model pembelajaran yang digunakan.


(32)

114

DAFTAR PUSTAKA

Copley, Juanita V. 2001. The Young Child and Mathematics. National Association for The Education of Young Cjildren.

Daylir dan Sumartono. 2003. Program Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Depdiknas, 2006. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas: Jakarta.

Dimyati, Liana. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Yogyakarta: Bening.

Fatimah. 2009. Fun Math: Matematika Asyik Dengan Metode Permodelan.

Bandung: Mizan Group.

Fatmawati, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8, November 2014.

Hasnimar. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Pps UNIMED.

Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar di TK. Bandung: Alfa Beta. Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.

Ismayati, Ani. 2010. Fun Math With Children. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Istarani. (2012). 58 ModelPembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada.

Iswanti. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui Permainan Memasangkan (Make a match). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 Edisi 2, November 2014. PPS Universitas Negeri Jakarta.


(33)

115

Jackman Hilda L. 2009. Early Education Curriculum A. Child’s Connection to

The Word. Amerika: Delmar.

Khairani, M. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Lestari, K. W. (2011). Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Kementrian Pendidikan Nasional.

Martini, J.2009. Kesulitan Belajar Perspektif Assessmen dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.

Masitoh. 2013. Strategi Pembelajaran TK/RA. Jakarta: Universitas Terbuka. Maulidiyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di MI Raudlatul Jannah). Jakarta: UIN

Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK. Jakarta: Depdiknas.

Nurhazizah. 2014.Peningkatan Kemampuan Matematika Awal Melalui Strategi Pembelajaran Kinestetik. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8 Edisi 2, November 2014.

Parmadi. 2012. Model Pembelajaran Ekspositori dalam Pembelajaran Matematika, (online) http://farmady4four.blogspot.com

Piaget, Jean & Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramdhan, T. 2008. Pembelajaran Kooperatif Make A Match. Diperoleh 7 Juni 2016, dari https://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran kooperatif-make-a-match.

Rusman. 2010. Model-ModelPembelajaran: MengembangkanProfesionalisme guru. Jakarta:Rajawali Pers.

Russefendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian dan Bidang Non Eksakta Lainnya.

Bandung: Tarsito.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia. Schwartz. Sydney L. 2005. Teaching Young Children Mathematics. Westport, CT:

Praeger.

Shamsudin, B. 2002. Kamus Matematika Bergambar Jakarta: Gramedia Widiasarana Indon.


(34)

116

Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sriningsih, N. 2009. Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Suharsimi, A. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sujiono, Y.N. 2007. KonsepDasar PAUD. Jakarta: UNJ.

Sujiono, Y. N., dan Bambang S. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunariadi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir Terhadap Keterampilan dengan Berbicara Siswa Kelas V SDN 10420 Bandar Setia Percut Sei Tuan. Medan: PPs UNIMED.

Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini(Pengantar dalam BerbagaiAspeknya). Jakarta: Kencana.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Suyanto, S. 2005. Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Suyanto, S. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media BuanaPustaka.

Swandewi, Anom. 2010. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbasis Penilaian Portofolio dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Ekadasi Denpasar. Jurnal Program Pascasarjana: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.


(35)

117

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana Aksara.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Grafindo.

Wahab, Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung:Alfabeta. Yus, Anita. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada


(1)

3. Interaksi Model Pembelajaran Make a match dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung

Dari hasil penelitian ini terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan, hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran yang digunakan guru dengan tingkat minat belajar anak. Penggunaan model pembelajaran dapat memaksimalkan kemampuan berhitung anak, baik pada anak yang memiliki minat belajar tinggi maupun minat belajar rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Dengan demikian guru bukan saja memperhatikan model pembelajaran sebagai cara/tehnik yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak namun juga lebih mengetahui minat belajar anak dan menumbuhkan minat belajar anak sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi anak dalam memperoleh kemampuan berhitung dengan baik.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada simpulan, maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak, maka guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Make a match, karena model pembelajaran Make a match memberikan anak peluang untuk berinteraksi dengan teman sebayanya sehingga dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak.


(2)

2. Dalam rangka mengembangkan kemampuan berhitung anak, disarankan agar guru memperhatikan minat belajar anak. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang memiliki minat belajar rendah agar dapat terlibat secara aktif.

3. Perlu diadakan pelatihan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran untuk anak usia dini.

4. Perlu diadakan pendampingan kepada guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran Make a match untuk anak usia dini.

5. Bagi peneliti lain. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang sejenis atau mereplikasikan penelitian ini hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dan dapat menggantikan dengan variabel yang lain.

6. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang sejenis agar dapat mengupayakan anak yang memilikiminat belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung yang tinggi pada setiap model pembelajaran dan sebaliknya agar dapat juga mengupayakan kepada anak yang memiliki minat belajar rendah agar memperoleh kemampuan berhitung yang tinggi pula pada setiap model pembelajaran yang digunakan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Copley, Juanita V. 2001. The Young Child and Mathematics. National Association for The Education of Young Cjildren.

Daylir dan Sumartono. 2003. Program Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Depdiknas, 2006. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas: Jakarta.

Dimyati, Liana. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Yogyakarta: Bening.

Fatimah. 2009. Fun Math: Matematika Asyik Dengan Metode Permodelan. Bandung: Mizan Group.

Fatmawati, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8, November 2014.

Hasnimar. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap

Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Pps UNIMED.

Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar di TK. Bandung: Alfa Beta. Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.

Ismayati, Ani. 2010. Fun Math With Children. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Istarani. (2012). 58 ModelPembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada.

Iswanti. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui Permainan Memasangkan (Make a match). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 Edisi 2, November 2014. PPS Universitas Negeri Jakarta.


(4)

Jackman Hilda L. 2009. Early Education Curriculum A. Child’s Connection to The Word. Amerika: Delmar.

Khairani, M. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Lestari, K. W. (2011). Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Kementrian Pendidikan Nasional.

Martini, J.2009. Kesulitan Belajar Perspektif Assessmen dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.

Masitoh. 2013. Strategi Pembelajaran TK/RA. Jakarta: Universitas Terbuka. Maulidiyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di MI Raudlatul Jannah). Jakarta: UIN

Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK. Jakarta: Depdiknas.

Nurhazizah. 2014.Peningkatan Kemampuan Matematika Awal Melalui Strategi Pembelajaran Kinestetik. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8 Edisi 2, November 2014.

Parmadi. 2012. Model Pembelajaran Ekspositori dalam Pembelajaran Matematika, (online) http://farmady4four.blogspot.com

Piaget, Jean & Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramdhan, T. 2008. Pembelajaran Kooperatif Make A Match. Diperoleh 7 Juni 2016, dari https://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran kooperatif-make-a-match.

Rusman. 2010. Model-ModelPembelajaran: MengembangkanProfesionalisme guru. Jakarta:Rajawali Pers.

Russefendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia. Schwartz. Sydney L. 2005. Teaching Young Children Mathematics. Westport, CT:

Praeger.

Shamsudin, B. 2002. Kamus Matematika Bergambar Jakarta: Gramedia Widiasarana Indon.


(5)

Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sriningsih, N. 2009. Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Suharsimi, A. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sujiono, Y.N. 2007. KonsepDasar PAUD. Jakarta: UNJ.

Sujiono, Y. N., dan Bambang S. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunariadi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir Terhadap Keterampilan dengan Berbicara Siswa Kelas V SDN 10420 Bandar Setia

Percut Sei Tuan. Medan: PPs UNIMED.

Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini(Pengantar dalam BerbagaiAspeknya). Jakarta: Kencana.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Suyanto, S. 2005. Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Suyanto, S. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media BuanaPustaka.

Swandewi, Anom. 2010. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbasis Penilaian Portofolio dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Ekadasi Denpasar. Jurnal Program Pascasarjana: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.


(6)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana Aksara.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Grafindo.

Wahab, Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung:Alfabeta. Yus, Anita. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada