Sejarah Berdirinya Harian Suara Merdeka

23 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Harian Suara Merdeka

Suara Merdeka lahir pada 11 Februari 1950, pendirinya adalah H. Hetami. Angkutan tradisional becak dapat dikatakan memiliki andil besar terhadap Suara Merdeka, karena di atas becak yang berputar-putar keliling kota itulah H Hetami menemukan ide untuk mendirikan koran. Menjelang akhir tahun 1950 H Hetami sering berputar-putar kota menaiki becak. Hal itu biasanya dilakukan pada malam hari tanpa tujuan pasti. Orang tua H Hetami adalah juragan batik dari Sala namun ia lebih memilih mendirikan koran. 1 H Hetami mendirikan koran berlandaskan rasa nasionalisme karena ia merasa prihatin di Semarang sebagai pusat pemerintahan Jawa Tengah belum ada koran Indonesia yang mewakili aspirasi rakyat. Sebagai seorang nasionalis, ia mempunyai ide perlu segera ada koran Indonesia, maka lahirlah Suara Merdeka. Awalnya, dengan modal Rp 250.000 dari orang tuanya, H Hetami mendirikan Suara Merdeka. Kantornya pun masih harus berada di emper percetakan. Percetakannya masih menumpang harian De Locomotief, yaitu koran Belanda dan percetakan itu milik Belanda, di Jl. Kepodang. Tiras awal 5.000 eksemplar dengan terbit 4 halamanhari. Saat itu Hetami berasumsi bahwa masyarakat sangat haus berita-berita yang berbau nasional dan kemerdekaan. Maklumlah sudah 350 tahun dijajah Belanda dan baru saja bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dari 5.000 tiras tersebut hanya sedikit sekali yang kembali dan ini sangat menggembirakan. Untuk tahap awal pasar Suara Merdeka diarahkan khusus Semarang dan Sala. Semarang sebagai basis pemasaran karena koran ini digarap dan berpusat di kota pesisir utara yang sarat dinamika masyarakat. Sala dijadikan sasaran pasar kedua setelah Semarang, karena secara historis H Hetami sebagai orang Sala asli mengetahui persis karakter masyarakat yang masih kental dengan feodalismenya, sekaligus sebagian penduduknya suka berdagang. Perkembangan selanjutnya, pasar meluas sampai ke daerah Kudus. Tampaknya wilayah ini tertarik terhadap berita Suara Merdeka karena tipe dagangnya sangat tinggi. Ini juga sesuai dengan isi koran yang 1 Dikutip dari buku 50 Tahun Suara Merdeka Meniti Waktu Menembus Zaman 24 banyak memberikan tentang ekonomi, politik, kriminal dan sebagainya. Sasaran kedua adalah masyarakat Tionghoa yang di Semarang jumlahnya cukup banyak. Karena itu, harian ini yang semula hanya punya dua wartawan, yaitu HR Wahjoedi dan Soelaiman, kemudian ditambah tenaga baru yaitu, Tjan Thwan Soen. Strategi ini untuk menghadapi harian Sin Min yang pangsa pasarnya jelas-jelas masyarakat Tionghoa. Harian ini sama-sama dicetak di Jl. Kepodang. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan tiras, akhirnya jumlah wartawan ditambah dan tenaga- tenaga kerja baru direkrut. Tenaga kerja tesebut diantaranya Soewarno SH, Mochtar Hidayat, Moeljono ketiganya sudah almarhum, Hanapi dan L Pudjisrijono, Soetanto untuk TU dan Wagiman sebagai copy boy. Dalam akta pendirian koran ini terdapat dua nama yaitu H Hetami dan H Abdoelkadir dari Pekalongan. Operasional ditanganinya langsung, dibantu oleh beberapa orang. Jadi, H Hetami sebagai Pemimpin Umum, Pemimpin Perusahaan, sekaligus Pemimpin Redaksi. Pada tahun 1952 Suara Merdeka mendapat bantuan Pemerintah berupa satu unit percetakan terdiri atas empat mesin intertype dan satu mesin cetak Flatbed Half Rotation Press buatan Swiss. Dengan mesin baru itu Suara Merdeka dengan 4 halaman bisa dicetak 6.000 eksemplar per jam. Sekitar tahun 1962 percetakan tidak lagi menumpang di percetakan De Locomotief, tapi pindah ke Jalan Merak 11A, yaitu Percetakan Dagang Milik Sendiri. Dengan mesin Duplex dan mesin penyusunan huruf linotype serta intertype atau lebih dikenal dengan hot metal alias timah panas. Gambar-gambar foto masih harus mempergunakan klise maupun matrija buatan luar negeri. Waktu itu mesin Duplex ini satu-satunya termodern di Jawa Tengah, sebab mesinnya mencetak sekaligus bisa memotong dan melipat. Naskah berita masih dipotong dalam beberapa bagian, untuk dibagikan kepada tukang mengeset setter, dengan masing-masing potong diberi nomor serta judul berita. Dengan peralatan sedemikian sederhananya, Suara Merdeka terus merangkak maju. Ruangan untuk redaksi sangat sederhana, hanya terdapat beberapa meja tulis, meja besar untuk koreksi dan tiga lemari. Jumlah mesin ketik sangat terbatas sehingga untuk membuat berita wartawan harus bergantian menunggu mesin ketik menganggur. Saat itu berita yang diproduksi sendiri hanya untuk berita kota dan daerah, selebihnya memanfaatkan bahan berita dari Kantor Berita Antara terutama untuk berskala nasional dari Jakarta. Untuk berita luar negeri memanfaatkan siaran radio luar negeri, sehingga harus aktif mendengarkan radio dan mencatat hal-hal penting karena belum ada alat rekam dan televisi pun belum ada. Pada awalnya Suara Merdeka terbit sore. 25 Tahun 1970 Suara Merdeka membeli mesin cetak offset buatan Inggris bermerek Pacer 36. Saat itulah menata timah tidak diperlukan lagi. Dengan empat unit mesin baru, bisa mencetak koran 16 halaman dengan kecepatan 22.000 eksemplar per jam. Pada tahun 1970-an H Abdoelkadir menjual sahamnya kepada Hetami, sehingga mulai saat itu Suara Merdeka menjadi milik penuh Hetami. H Soetarso dipercaya menjadi komisaris. Karyawan Tata Usaha, termasuk Bagian Langganan Sirkulasi lebih kurang berjumlah 10 orang. Di Bagian Redaksi pun lebih kurang 10 orang. Pada 11 Februari 1982, kantor redaksi pindah ke Jalan Raya Kaligawe Km 5. Dioperasikan pula mesin offset baru dengan merek Goss Community yang mempunyai kecepatan lebih tinggi dan bisa mencetak berwarna. Tahun 1988, komputer mulai dikenal para wartawan dan jajaran Redaksi. Memasuki tahun 1990- an Suara Merdeka melangkah ke era komputerisasi. awal tahun 1990, wartawan mulai bekerja dengan menggunakan disket, bukan lagi kertas. Tahun 1992, awal dilakukan lay out langsung pada layar. Kemudian pada tahun 1996, tepatnya bulan Juli, sudah berlangsung jaringan on line di jajaran Redaksi. Sistem on line ini mempersingkat waktu kerja, juga mengurangi risiko error karena disket rusak. Untuk mendukung kerja wartawan, perangkat teknologi pun dilengkapi. Selain itu, dibentuk pula Departemen Pracetak yang langsung mengoordinasi proses setelah naskah wartawan siap siar oleh redaktur sampai proses mesin cetak sebelum plate dipasang ke mesin cetak, tanggung jawab ada di Departemen Percetakan, kemudian setelah itu baru di bawah tanggung jawab kepala percetakan. Alat penerima dan pengirim foto pertama kali dipunyai Suara Merdeka pada tahun 1982, sejak kantor redaksi pindah ke Kaligawe. Teknologi tercanggih pada masa itu adalah peralatan yang bernama radiofoto, keluaran United Press International UPI. Teknologi pengiriman gambar melalui sinya-sinyal udara. Untuk mengefisienkan biaya, pengiriman dari luar kota, terutama Jakarta yang frekuensi pengiriman fotonya sangat tinggi dipergunakanperangkat radio SSB Single Side Band. Pada tahun 1993, Suara Merdeka membeli alat pengirim foto yang lebih canggih, yaitu radio foto merek Nikon. Wartawan bisa hanya mengirim file negatif saja, untuk bisa diproses dengan alat ini dan ditampilkan di koran. Pada tahun 1996, selangkah lebih maju, Suara Merdeka mempunyai peralatan scanning foto. Dengan alat ini pengiriman dilakukan dengan data elektronik, sehingga bisa langsung di-lay out komputer. 26 Saat perkembangan teknologi di dekade terakhir milenium kedua, keluarlah mesin faksimile dan dengan alat ini pengiriman berita menjadi lebih praktis. Kemudian dengan teknologi modem, pengiriman berita pun menjadi makin praktis. Kemudian setelah berkembang teknologi internet, pengiriman berita menjadi makin cepat dan murah. Kini dari luar kota dan luar negeri, berita bisa dikirim dengan fasilitas e-mail elektronic mail. Penggunaan internet baru bisa dilakukan mulai tahun 1998. Pada tahun ini pula, Suara Merdeka sudah melakukan globalisasi distribusi, karena sudah mengikuti teknologi online internet system. Mengimbangi persaingan dalam hal penyediaan data, dalam usia ke-50 Suara Merdeka sebagai koran Jawa Tengah telah mengadakan pembaruan yang revolusioner dalam bidang pengorganisasian data. Mulai Agustus 1999 Suara Merdeka telah mengembangkan penyimpanan data dengan sistem dan format baru, yaitu dengan menggunakan media komputer. Sistem dan format baru di Suara Merdeka ini bernama PusIDa Pusat Informasi Data. Tahap pertama PusIDa digunakan untuk mendukung wartawandesk dalam pengadaan data, khususnya Suara Merdeka. Tahap kedua PusIDa akan mengembangkan suatu hubungan jaringan on-line segi tiga antara Suara Merdeka Kaligawe pusat-Wawasan-Suara Merdeka Pandanaran. Langkah- langkah pembaruan dan keberhasilan ini akan menempatkan Suara Merdeka sebagai salah satu media yang siap bersaing dalam era globalisasi dan informasi pada milenium ke-3.

4.2 Profil Harian Suara Merdeka