Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Redaktur dan Wartawan di Harian Suara Merdeka T1 362012008 BAB IV

(1)

23

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1

Sejarah Berdirinya Harian Suara Merdeka

Suara Merdeka lahir pada 11 Februari 1950, pendirinya adalah H. Hetami. Angkutan tradisional becak dapat dikatakan memiliki andil besar terhadap Suara Merdeka, karena di atas becak yang berputar-putar keliling kota itulah H Hetami menemukan ide untuk mendirikan koran. Menjelang akhir tahun 1950 H Hetami sering berputar-putar kota menaiki becak. Hal itu biasanya dilakukan pada malam hari tanpa tujuan pasti. Orang tua H Hetami adalah juragan batik dari Sala namun ia lebih memilih mendirikan koran.1 H Hetami mendirikan koran berlandaskan rasa nasionalisme karena ia merasa prihatin di Semarang sebagai pusat pemerintahan Jawa Tengah belum ada koran Indonesia yang mewakili aspirasi rakyat. Sebagai seorang nasionalis, ia mempunyai ide perlu segera ada koran Indonesia, maka lahirlah Suara Merdeka.

Awalnya, dengan modal Rp 250.000 dari orang tuanya, H Hetami mendirikan Suara Merdeka. Kantornya pun masih harus berada di emper percetakan. Percetakannya masih menumpang harian De Locomotief, yaitu koran Belanda dan percetakan itu milik Belanda, di Jl. Kepodang. Tiras awal 5.000 eksemplar dengan terbit 4 halaman/hari. Saat itu Hetami berasumsi bahwa masyarakat sangat haus berita-berita yang berbau nasional dan kemerdekaan. Maklumlah sudah 350 tahun dijajah Belanda dan baru saja bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dari 5.000 tiras tersebut hanya sedikit sekali yang kembali dan ini sangat menggembirakan. Untuk tahap awal pasar Suara Merdeka diarahkan khusus Semarang dan Sala. Semarang sebagai basis pemasaran karena koran ini digarap dan berpusat di kota pesisir utara yang sarat dinamika masyarakat. Sala dijadikan sasaran pasar kedua setelah Semarang, karena secara historis H Hetami sebagai orang Sala asli mengetahui persis karakter masyarakat yang masih kental dengan feodalismenya, sekaligus sebagian penduduknya suka berdagang. Perkembangan selanjutnya, pasar meluas sampai ke daerah Kudus. Tampaknya wilayah ini tertarik terhadap berita Suara Merdeka karena tipe dagangnya sangat tinggi. Ini juga sesuai dengan isi koran yang

1


(2)

24

banyak memberikan tentang ekonomi, politik, kriminal dan sebagainya.

Sasaran kedua adalah masyarakat Tionghoa yang di Semarang jumlahnya cukup banyak. Karena itu, harian ini yang semula hanya punya dua wartawan, yaitu HR Wahjoedi dan Soelaiman, kemudian ditambah tenaga baru yaitu, Tjan Thwan Soen. Strategi ini untuk menghadapi harian Sin Min yang pangsa pasarnya jelas-jelas masyarakat Tionghoa. Harian ini sama-sama dicetak di Jl. Kepodang. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan tiras, akhirnya jumlah wartawan ditambah dan tenaga-tenaga kerja baru direkrut. Tenaga kerja tesebut diantaranya Soewarno SH, Mochtar Hidayat, Moeljono (ketiganya sudah almarhum), Hanapi dan L Pudjisrijono, Soetanto (untuk TU) dan Wagiman sebagai copy boy. Dalam akta pendirian koran ini terdapat dua nama yaitu H Hetami dan H Abdoelkadir dari Pekalongan. Operasional ditanganinya langsung, dibantu oleh beberapa orang. Jadi, H Hetami sebagai Pemimpin Umum, Pemimpin Perusahaan, sekaligus Pemimpin Redaksi.

Pada tahun 1952 Suara Merdeka mendapat bantuan Pemerintah berupa satu unit percetakan terdiri atas empat mesin intertype dan satu mesin cetak Flatbed Half Rotation Press buatan Swiss. Dengan mesin baru itu Suara Merdeka dengan 4 halaman bisa dicetak 6.000 eksemplar per jam. Sekitar tahun 1962 percetakan tidak lagi menumpang di percetakan De Locomotief, tapi pindah ke Jalan Merak 11A, yaitu Percetakan Dagang Milik Sendiri. Dengan mesin Duplex dan mesin penyusunan huruf

linotype serta intertype atau lebih dikenal dengan hot metal alias timah panas. Gambar-gambar foto masih harus mempergunakan klise maupun matrija buatan luar negeri. Waktu itu mesin Duplex ini satu-satunya termodern di Jawa Tengah, sebab mesinnya mencetak sekaligus bisa memotong dan melipat. Naskah berita masih dipotong dalam beberapa bagian, untuk dibagikan kepada tukang mengeset (setter), dengan masing-masing potong diberi nomor serta judul berita. Dengan peralatan sedemikian sederhananya, Suara Merdeka terus merangkak maju.

Ruangan untuk redaksi sangat sederhana, hanya terdapat beberapa meja tulis, meja besar untuk koreksi dan tiga lemari. Jumlah mesin ketik sangat terbatas sehingga untuk membuat berita wartawan harus bergantian menunggu mesin ketik menganggur. Saat itu berita yang diproduksi sendiri hanya untuk berita kota dan daerah, selebihnya memanfaatkan bahan berita dari Kantor Berita Antara terutama untuk berskala nasional dari Jakarta. Untuk berita luar negeri memanfaatkan siaran radio luar negeri, sehingga harus aktif mendengarkan radio dan mencatat hal-hal penting karena belum ada alat rekam dan televisi pun belum ada. Pada awalnya Suara Merdeka terbit sore.


(3)

25

Tahun 1970 Suara Merdeka membeli mesin cetak offset buatan Inggris bermerek Pacer 36. Saat itulah menata timah tidak diperlukan lagi. Dengan empat unit mesin baru, bisa mencetak koran 16 halaman dengan kecepatan 22.000 eksemplar per jam.

Pada tahun 1970-an H Abdoelkadir menjual sahamnya kepada Hetami, sehingga mulai saat itu Suara Merdeka menjadi milik penuh Hetami. H Soetarso dipercaya menjadi komisaris. Karyawan Tata Usaha, termasuk Bagian Langganan (Sirkulasi) lebih kurang berjumlah 10 orang. Di Bagian Redaksi pun lebih kurang 10 orang.

Pada 11 Februari 1982, kantor redaksi pindah ke Jalan Raya Kaligawe Km 5. Dioperasikan pula mesin offset baru dengan merek Goss Community yang mempunyai kecepatan lebih tinggi dan bisa mencetak berwarna. Tahun 1988, komputer mulai dikenal para wartawan dan jajaran Redaksi. Memasuki tahun 1990-an Suara Merdeka mel1990-angkah ke era komputerisasi. awal tahun 1990, wartaw1990-an mulai bekerja dengan menggunakan disket, bukan lagi kertas. Tahun 1992, awal dilakukan

lay out langsung pada layar. Kemudian pada tahun 1996, tepatnya bulan Juli, sudah berlangsung jaringan on line di jajaran Redaksi. Sistem on line ini mempersingkat waktu kerja, juga mengurangi risiko error karena disket rusak.

Untuk mendukung kerja wartawan, perangkat teknologi pun dilengkapi. Selain itu, dibentuk pula Departemen Pracetak yang langsung mengoordinasi proses setelah naskah wartawan siap siar oleh redaktur sampai proses mesin cetak sebelum plate dipasang ke mesin cetak, tanggung jawab ada di Departemen Percetakan, kemudian setelah itu baru di bawah tanggung jawab kepala percetakan. Alat penerima dan pengirim foto pertama kali dipunyai Suara Merdeka pada tahun 1982, sejak kantor redaksi pindah ke Kaligawe. Teknologi tercanggih pada masa itu adalah peralatan yang bernama radiofoto, keluaran United Press International (UPI). Teknologi pengiriman gambar melalui sinya-sinyal udara. Untuk mengefisienkan biaya, pengiriman dari luar kota, terutama Jakarta yang frekuensi pengiriman fotonya sangat tinggi dipergunakanperangkat radio SSB (Single Side Band).

Pada tahun 1993, Suara Merdeka membeli alat pengirim foto yang lebih canggih, yaitu radio foto merek Nikon. Wartawan bisa hanya mengirim file negatif saja, untuk bisa diproses dengan alat ini dan ditampilkan di koran. Pada tahun 1996, selangkah lebih maju, Suara Merdeka mempunyai peralatan scanning foto. Dengan alat ini pengiriman dilakukan dengan data elektronik, sehingga bisa langsung di-lay out komputer.


(4)

26

Saat perkembangan teknologi di dekade terakhir milenium kedua, keluarlah mesin faksimile dan dengan alat ini pengiriman berita menjadi lebih praktis. Kemudian dengan teknologi modem, pengiriman berita pun menjadi makin praktis. Kemudian setelah berkembang teknologi internet, pengiriman berita menjadi makin cepat dan murah. Kini dari luar kota dan luar negeri, berita bisa dikirim dengan fasilitas e-mail (elektronic mail). Penggunaan internet baru bisa dilakukan mulai tahun 1998. Pada tahun ini pula, Suara Merdeka sudah melakukan globalisasi distribusi, karena sudah mengikuti teknologi online internet system.

Mengimbangi persaingan dalam hal penyediaan data, dalam usia ke-50 Suara Merdeka sebagai koran Jawa Tengah telah mengadakan pembaruan yang revolusioner dalam bidang pengorganisasian data. Mulai Agustus 1999 Suara Merdeka telah mengembangkan penyimpanan data dengan sistem dan format baru, yaitu dengan menggunakan media komputer. Sistem dan format baru di Suara Merdeka ini bernama PusIDa (Pusat Informasi Data). Tahap pertama PusIDa digunakan untuk mendukung wartawan/desk dalam pengadaan data, khususnya Suara Merdeka. Tahap kedua PusIDa akan mengembangkan suatu hubungan jaringan (on-line) segi tiga antara Suara Merdeka Kaligawe (pusat)-Wawasan-Suara Merdeka Pandanaran. Langkah-langkah pembaruan dan keberhasilan ini akan menempatkan Suara Merdeka sebagai salah satu media yang siap bersaing dalam era globalisasi dan informasi pada milenium ke-3.

4.2

Profil Harian Suara Merdeka

Pada usia 50 tahun Suara Merdeka, dengan label “Korannya Jawa Tengah”, Suara Merdeka telah bulat membidik segmen psikografis, yakni masyarakat Jawa Tengah. Sebagai koran orang Jawa Tengah, Suara Merdeka punya karakteristik tersendiri. Prinsip yang ditekankan yakni Suara Merdeka bisa berperan sebagai moderator dan komunikator untuk menjaga keharmonisan antarkelompok masyarakat. Peran sebagai moderator terasa menjadi lebih penting pada era reformasi sekarang, ketika dinamika masyarakat meningkat. Suara Merdeka adalah alat komunikasi bagi satu kelompok masyarakat yang punya persamaan kebutuhan informasi dan titik singgung di bidang budaya, sebagai basis budaya Jawa Tengah. Koran ini mengemban tugas merangsang daya pikir, nalar masyarakat, sehingga menghidupkan kekerabatan fungsional antarkelompok. Suara Merdeka selalu berusaha hadir dengan bahasa yang


(5)

27

lugas, mudah dimengerti serta dicintai pembaca.

Moto “Independen, Objektif,Tanpa Prasangka” bukan sekedar semboyan asal

pasang, melainkan dasar idealisme pengelolaan redaksional sehari-hari. Independen: menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok. Objektif: pemberitaan tidak diwarnai oleh pamrih dan harus seimbang. Tanpa Prasangka: setiap wartawan dalam membuat berita harus bebas opini pribadi.

Suara Merdeka yang tidak bisa lepas dari nama pendirinya, H Hetami, menjadi seperti sawah bagi pengasuhnya, mulai dari tingkat pimpinan sampai tingkat paling bawah. Karena itu, suasana kerja pun selalu dipenuhi dengan iklim kekeluargaan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip manajemen modern. Hetami memandang karyawannya sebagai keluarga sendiri. Para karyawan sering diajak bicara, apalagi bagian Redaksi, setiap sebulan sekali diajak makan bersama sambil diberi pengarahan hal-hal yang berkaitan dengan berita.

Pada usia ke-60 tahun, Suara Merdeka mengubah label menjadi “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Label tersebut sesungguhnya merupakan 2pernyataan posisi (positioning statement). Dalam teori pemasaran (marketing) positioning menunjukan persepsi konsumen terhadap suatu produk. Suara Merdeka menetapkan label “Perekat Komunitas Jawa Tengah” karena ingin dipersepsi oleh konsumen (masyarakat) sebagai perekat komunitas di masyarakat Jawa Tengah. Begitu pula dengan moto “Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” maka koran ini berkehendak dipersepsikan oleh masyarakat sebagai koran yang independen, objektif dan tidak berprasangka dalam melakukan praktik-praktik jurnalisme. Oleh karena itu bagi Suara Merdeka, independensi, objektivitas dan tanpa prasangka tetap menjadi kiblat pemberitaan meskipun mustahil untuk tercapai seratus persen, dengan menggeser positioning-nya menjadi “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Koran ini ingin dipersepsi sebagai kekuatan yang hidup, berkembang dan ikut mempersatukan berbagai komunitas di wilayah Jawa Tengah, seiring dengan era otonomi daerah sejak tahun 1999. Tagline itu antara lain diwujudkan dengan model penerbitan edisi-edisi lokal Semarang Metro, Solo Metro, Suara Pantura, Suara Muria, dan Suara Kedu yang melekat pada edisi nasional atau regional Suara Merdeka.

2


(6)

28

4.3

Kebijakan Redaksional Harian Suara Merdeka

1) Harian Suara Merdeka yang didirikan oleh almarhum H Hetami pada 11 Februari 1950 di Semarang. Ketika pertama dirintis surat kabar ini dijiwai oleh semangat untuk memberi penerangan dan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat agar meningkat pengetahuan dan kecerdasannya.

2) Slogan yang selalu diembannya adalah “Independen – Objektif – Tanpa Prasangka”. Independen berarti tidak memihak kepada kepentingan siapa pun kecuali kepentingan seluruh bangsa dan negara. Juga harus bersikap netral dalam suatu peristiwa, dalam artian liputan berimbang (to cover multisides). Setiap wartawan bebas memiliki aspirasi politik tetapi tidak boleh mewarnai dan memengaruhi kebijakan redaksional. Objektif berarti dalam menyajikan berita, laporan maupun opini harus selalu bersikap faktual dan tidak memanipulasi. Semua yang dilakukan dengan pemberitaan itu tidak dilandasi oleh prasangka buruk.

3) Sebagai surat kabar yang telah menjadi besar dan oleh karenanya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan-kepentingan bisnis, maka sudah sewajarnya jika segala kebijakan dalam redaksional juga memeprtimbangkan aspek bisnis, tidak sekadar aspek ideal. Oleh karena itu pertimbangan-pertimbangan khusus dan fleksibilitas merupakan kompromi antara aspek ideal dan material tanpa merugikan kepentingan salah satu dari aspek tersebut. Dalam hal ini harus ada keserasian hubungan kebijakan redaksional dengan stakeholder perusahaan. 4) Suara Merdeka telah memposisikan dirinya sebagai korannya orang Jawa

Tengah dalam artian surat kabar ini telah hidup dan besar bersama gerak dan dinamika masyarakat Jawa Tengah. Oleh karena itu, strong point pemberitaan dan kebijakan redaksional tetap harus mengutamakan segala masalah dan kepentingan Jawa Tengah, tanpa mengurangi kenyataan bahwa pembaca koran di Jawa Tengah mempunyai tuntutan informasi seperti pembaca koran di mana pun. Untuk berita yang ada di Jawa Tengah, Suara Merdeka harus tetap nomor satu, baik dalam aktualitas maupun kelengkapannya. Suara Merdeka harus mampu bersaing dengan koran lain, karena itu kebijakan redaksional harus menjamin bahwa pembaca sudah merasa cukup terpenuhi kebutuhan akan informasinya dengan membaca koran Suara Merdeka.


(7)

29

5) Aspek ideal lain adalah bagaimana kebijakan redaksional mampu mengangkat harkat kemanusiaan, seperti golongan-golongan lemah yang masih tertinggal sebagai bagian mayoritas dari masyarakat dalam konteks budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya harus menjadi titik perhatian penting.

6) Segmen pasar yang dituju adalah masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat lain yang mempunyai kaitan primordial dengan Jawa Tengah meskipun tinggal di luar daerah ini. Kebijakan redaksional mengarah pada segmen geografis dan sosiografis masyarakat pembacanya. Meskipun berita mempunyai nilai-nilai universal, namun tetap bisa lebih diarahkan kepada kepentingan dan kebutuhan khusus pembacanya, seperti memperhatikan aspek pemerataan pemberitaan. Selain itu juga memperhatikan tren berita yang lebih disukai pembaca yang diketahui berdasarkan angket dan masukan-masukan lainnya.3

4.4

Porsi Pemberitaan di Harian Suara Merdeka

Porsi pemberitaan, gambar, ulasan, laporan dan Suara Merdeka secara umum, melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman, berkisar sebagai berikut:

1) Berita regional dan lokal (berita regional khusus berita tingkat Jawa Tengah dan berita lokal khusus berita kabupaten dan kota) = 60 %

2) Berita nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30 % 3) Berita internasional = 10 %

4.5

Lokasi Harian Suara Merdeka

Kantor Suara Merdeka Semarang bertempat di tiga lokasi, diantaranya adalah: 1) Jalan Pandanaran 30, Semarang

Terdiri dari kantor Direksi dan Manajemen, Kantor Biro Semarang, Departemen Iklan, Pemasaran, TU, Keuangan, R&D, Akutansi, PR, Suara Merdeka, CyberNews, Merdeka Suryatama, Merdeka Jati Perkasa.

3


(8)

30 2) Jalan Raya Kaligawe, Semarang

Terdiri dari Redaksi Suara Merdeka, PT. Masscomm Graphy, PT. Masscomm Media.

3) Jalan Merak 11A, Semarang

Terdiri dari Kantor Redaksi Tabloid Cempaka Minggu ini, Kantor Redaksi Tabloid Otospeed, Kantor Wartawan Biro Semarang Suara Merdeka, Bagian Kendaraan, Koperasi Karyawan, Pusat Dokumentasi Koran.

4.6

Agenda Rapat Redaksi Harian Suara Merdeka

4.6.1 Rapat Program

Rapat program merupakan 4rapat yang dilakukan redaksi untuk membahas agenda liputan yang akan dilakukan besok dan untuk berita yang akan diterbitkan di hari berikutnya (lusa). Rapat program biasanya dipimpin oleh redaktur pelaksana atau koordinator liputan. Jika ada informasi yang memang harus digali lebih mendalam atau harus diambil kebijakan yang tepat, biasanya Pemimpin Redaksi akan terlibat pula dalam rapat program ini. Rapat ini diikuti oleh 5tujuh kepala biro dan masing-masing desk yang ada di Suara Merdeka. Dalam rapat program ini dilakukan evaluasi mengenai berita sebelumnya jika terdapat berita lanjutan yang akan diterbitkan. Redaktur pelaksana atau koordinator liputan akan mencatat agenda liputan besok yang disampaikan masing-masing kepala biro dan desk. Dibahas pula arah pemberitaan akan seperti apa nantinya serta narasumber yang akan diambil.

Rapat ini dilaksanakan pada pukul 21.00 hingga 22.00 di ruangan rapat redaksi Harian Suara Merdeka. Awalnya rapat program dilakukan setiap pagi pukul 09.00 di ruang rapat Harian Suara Merdeka. Sebelum melakukan aktifitas peliputan, dilakukan rapat program ini pada pagi hari. Namun karena semakin lama persaingan semakin ketat dan membutuhkan perencanaan

4

Hasil observasi pada bulan Maret 2016.

5

Tujuh biro tersebut adalah biro Muria, biro Pantura, biro Kedu, biro Semarang, biro Solo, biro Banyumas, biro Jakarta


(9)

31

program untuk berita lebih mendalam dan matang, maka rapat program dipindah menjadi malam hari.

4.6.2 Rapat Budgetting

Rapat budgetting disebut pula rapat distribusi berita. Rapat budgetting dilakukan setiap hari oleh redaksi untuk menentukan tata letak (layout) ; menentukan berita mana yang akan dijadikan headline, berita mana yang harus ditempatkan pada halaman satu dan seterusnya, serta grafis untuk berita hasil liputan hari ini yang akan diterbitkan esok harinya. Rapat budgetting diikuti oleh kepala biro dan masing-masing desk. Kepala biro dan desk akan menyampaikan hasil liputan hari ini yang telah dilakukan wartawan serta menu berita yang akan diterbitkan besok kepada Redaktur Pelaksana. Rapat ini dipimpin oleh Redaktur Pelaksana selaku pengendali pemberitaan. Rapat budgetting dilakukan pukul 18.30 hingga 19.30 di ruangan redaksi Harian Suara Merdeka.

4.6.3 Rapat Mingguan

Rapat mingguan merupakan rapat yang dilaksanakan seminggu sekali , yaitu setiap hari Senin, pukul 09.00 hingga 10.30. Rapat ini membahas arah kebijakan Suara Merdeka terhadap suatu informasi atau isu yang sedang berkembang serta menentukan arah pemberitaan selama sepekan. Rapat ini diikuti oleh seluruh pimpinan redaksi, kepala biro dan desk serta wartawan Harian Suara Merdeka.


(10)

32

4.7

Struktur Organisasi Harian Suara Merdeka

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Redaksi Suara Merdeka

4.8

Job Desk dan Tanggung Jawab Redaksi

4.8.1 Reporter/Wartawan

Melakukan liputan secara kreatif sesuai yang dibebankan Kepala Desk tanpa menunggu order, melaporkan hasil liputan, dan memenuhi standar minimal jumlah liputan. Wartawan bertanggung jawab kepada Kepala desk dan Kepala Biro.

4.8.2 Redaktur Pelaksana

Mengendalikan seluruh isi berita/opini koran, memimpin rapat perencanaan dan pengendalian pemberitaan dengan kepala biro, melaksanakan


(11)

33

koordinasi peliputan lintas biro, memberikan masukan kepada Pemred/Wapemred soal pemberitaan yang bersifat perlu penanganan khusus, melakukan tugas-tugas superfisi kepada desk, wartawan dan editor bahasa, melaksanakan tugas-tugas administrasi di bidang liputan. Redaktur Pelaksana ini bertanggung jawab kepada Pemimpin Redaksi atau Wakil Pemimpin Redaksi.

4.8.3 Redaktur

Memantau perkembangan berita, memberikan masukan ke Redaktur Pelaksana dan Kepala Desk menyangkut perkembangan berita dan berita baru eksklusif di saat kritis, berkoordinasi dengan Redaktur Pelaksana dan petugas piket Layout untuk penggantian berita dan memberikan laporan tertulis. Redaktur malam atau Redaktur Bidang ini bertanggung jawab kepada Redaktur Pelaksana.


(1)

28

4.3

Kebijakan Redaksional Harian Suara Merdeka

1) Harian Suara Merdeka yang didirikan oleh almarhum H Hetami pada 11 Februari 1950 di Semarang. Ketika pertama dirintis surat kabar ini dijiwai oleh semangat untuk memberi penerangan dan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat agar meningkat pengetahuan dan kecerdasannya.

2) Slogan yang selalu diembannya adalah “Independen – Objektif – Tanpa

Prasangka”. Independen berarti tidak memihak kepada kepentingan siapa pun

kecuali kepentingan seluruh bangsa dan negara. Juga harus bersikap netral dalam suatu peristiwa, dalam artian liputan berimbang (to cover multisides). Setiap wartawan bebas memiliki aspirasi politik tetapi tidak boleh mewarnai dan memengaruhi kebijakan redaksional. Objektif berarti dalam menyajikan berita, laporan maupun opini harus selalu bersikap faktual dan tidak memanipulasi. Semua yang dilakukan dengan pemberitaan itu tidak dilandasi oleh prasangka buruk.

3) Sebagai surat kabar yang telah menjadi besar dan oleh karenanya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan-kepentingan bisnis, maka sudah sewajarnya jika segala kebijakan dalam redaksional juga memeprtimbangkan aspek bisnis, tidak sekadar aspek ideal. Oleh karena itu pertimbangan-pertimbangan khusus dan fleksibilitas merupakan kompromi antara aspek ideal dan material tanpa merugikan kepentingan salah satu dari aspek tersebut. Dalam hal ini harus ada keserasian hubungan kebijakan redaksional dengan stakeholder perusahaan. 4) Suara Merdeka telah memposisikan dirinya sebagai korannya orang Jawa

Tengah dalam artian surat kabar ini telah hidup dan besar bersama gerak dan dinamika masyarakat Jawa Tengah. Oleh karena itu, strong point pemberitaan dan kebijakan redaksional tetap harus mengutamakan segala masalah dan kepentingan Jawa Tengah, tanpa mengurangi kenyataan bahwa pembaca koran di Jawa Tengah mempunyai tuntutan informasi seperti pembaca koran di mana pun. Untuk berita yang ada di Jawa Tengah, Suara Merdeka harus tetap nomor satu, baik dalam aktualitas maupun kelengkapannya. Suara Merdeka harus mampu bersaing dengan koran lain, karena itu kebijakan redaksional harus menjamin bahwa pembaca sudah merasa cukup terpenuhi kebutuhan akan informasinya dengan membaca koran Suara Merdeka.


(2)

29

5) Aspek ideal lain adalah bagaimana kebijakan redaksional mampu mengangkat harkat kemanusiaan, seperti golongan-golongan lemah yang masih tertinggal sebagai bagian mayoritas dari masyarakat dalam konteks budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya harus menjadi titik perhatian penting.

6) Segmen pasar yang dituju adalah masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat lain yang mempunyai kaitan primordial dengan Jawa Tengah meskipun tinggal di luar daerah ini. Kebijakan redaksional mengarah pada segmen geografis dan sosiografis masyarakat pembacanya. Meskipun berita mempunyai nilai-nilai universal, namun tetap bisa lebih diarahkan kepada kepentingan dan kebutuhan khusus pembacanya, seperti memperhatikan aspek pemerataan pemberitaan. Selain itu juga memperhatikan tren berita yang lebih disukai pembaca yang diketahui berdasarkan angket dan masukan-masukan lainnya.3

4.4

Porsi Pemberitaan di Harian Suara Merdeka

Porsi pemberitaan, gambar, ulasan, laporan dan Suara Merdeka secara umum, melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman, berkisar sebagai berikut:

1) Berita regional dan lokal (berita regional khusus berita tingkat Jawa Tengah dan berita lokal khusus berita kabupaten dan kota) = 60 %

2) Berita nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30 % 3) Berita internasional = 10 %

4.5

Lokasi Harian Suara Merdeka

Kantor Suara Merdeka Semarang bertempat di tiga lokasi, diantaranya adalah: 1) Jalan Pandanaran 30, Semarang

Terdiri dari kantor Direksi dan Manajemen, Kantor Biro Semarang, Departemen Iklan, Pemasaran, TU, Keuangan, R&D, Akutansi, PR, Suara Merdeka, CyberNews, Merdeka Suryatama, Merdeka Jati Perkasa.

3


(3)

30

2) Jalan Raya Kaligawe, Semarang

Terdiri dari Redaksi Suara Merdeka, PT. Masscomm Graphy, PT. Masscomm Media.

3) Jalan Merak 11A, Semarang

Terdiri dari Kantor Redaksi Tabloid Cempaka Minggu ini, Kantor Redaksi Tabloid Otospeed, Kantor Wartawan Biro Semarang Suara Merdeka, Bagian Kendaraan, Koperasi Karyawan, Pusat Dokumentasi Koran.

4.6

Agenda Rapat Redaksi Harian Suara Merdeka

4.6.1 Rapat Program

Rapat program merupakan 4rapat yang dilakukan redaksi untuk membahas agenda liputan yang akan dilakukan besok dan untuk berita yang akan diterbitkan di hari berikutnya (lusa). Rapat program biasanya dipimpin oleh redaktur pelaksana atau koordinator liputan. Jika ada informasi yang memang harus digali lebih mendalam atau harus diambil kebijakan yang tepat, biasanya Pemimpin Redaksi akan terlibat pula dalam rapat program ini. Rapat ini diikuti oleh 5tujuh kepala biro dan masing-masing desk yang ada di Suara Merdeka. Dalam rapat program ini dilakukan evaluasi mengenai berita sebelumnya jika terdapat berita lanjutan yang akan diterbitkan. Redaktur pelaksana atau koordinator liputan akan mencatat agenda liputan besok yang disampaikan masing-masing kepala biro dan desk. Dibahas pula arah pemberitaan akan seperti apa nantinya serta narasumber yang akan diambil.

Rapat ini dilaksanakan pada pukul 21.00 hingga 22.00 di ruangan rapat redaksi Harian Suara Merdeka. Awalnya rapat program dilakukan setiap pagi pukul 09.00 di ruang rapat Harian Suara Merdeka. Sebelum melakukan aktifitas peliputan, dilakukan rapat program ini pada pagi hari. Namun karena semakin lama persaingan semakin ketat dan membutuhkan perencanaan

4

Hasil observasi pada bulan Maret 2016.

5

Tujuh biro tersebut adalah biro Muria, biro Pantura, biro Kedu, biro Semarang, biro Solo, biro Banyumas, biro Jakarta


(4)

31

program untuk berita lebih mendalam dan matang, maka rapat program dipindah menjadi malam hari.

4.6.2 Rapat Budgetting

Rapat budgetting disebut pula rapat distribusi berita. Rapat budgetting dilakukan setiap hari oleh redaksi untuk menentukan tata letak (layout) ; menentukan berita mana yang akan dijadikan headline, berita mana yang harus ditempatkan pada halaman satu dan seterusnya, serta grafis untuk berita hasil liputan hari ini yang akan diterbitkan esok harinya. Rapat budgetting diikuti oleh kepala biro dan masing-masing desk. Kepala biro dan desk akan menyampaikan hasil liputan hari ini yang telah dilakukan wartawan serta menu berita yang akan diterbitkan besok kepada Redaktur Pelaksana. Rapat ini dipimpin oleh Redaktur Pelaksana selaku pengendali pemberitaan. Rapat budgetting dilakukan pukul 18.30 hingga 19.30 di ruangan redaksi Harian Suara Merdeka.

4.6.3 Rapat Mingguan

Rapat mingguan merupakan rapat yang dilaksanakan seminggu sekali , yaitu setiap hari Senin, pukul 09.00 hingga 10.30. Rapat ini membahas arah kebijakan Suara Merdeka terhadap suatu informasi atau isu yang sedang berkembang serta menentukan arah pemberitaan selama sepekan. Rapat ini diikuti oleh seluruh pimpinan redaksi, kepala biro dan desk serta wartawan Harian Suara Merdeka.


(5)

32

4.7

Struktur Organisasi Harian Suara Merdeka

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Redaksi Suara Merdeka

4.8

Job Desk dan Tanggung Jawab Redaksi

4.8.1 Reporter/Wartawan

Melakukan liputan secara kreatif sesuai yang dibebankan Kepala Desk tanpa menunggu order, melaporkan hasil liputan, dan memenuhi standar minimal jumlah liputan. Wartawan bertanggung jawab kepada Kepala desk dan Kepala Biro.

4.8.2 Redaktur Pelaksana

Mengendalikan seluruh isi berita/opini koran, memimpin rapat perencanaan dan pengendalian pemberitaan dengan kepala biro, melaksanakan


(6)

33

koordinasi peliputan lintas biro, memberikan masukan kepada Pemred/Wapemred soal pemberitaan yang bersifat perlu penanganan khusus, melakukan tugas-tugas superfisi kepada desk, wartawan dan editor bahasa, melaksanakan tugas-tugas administrasi di bidang liputan. Redaktur Pelaksana ini bertanggung jawab kepada Pemimpin Redaksi atau Wakil Pemimpin Redaksi.

4.8.3 Redaktur

Memantau perkembangan berita, memberikan masukan ke Redaktur Pelaksana dan Kepala Desk menyangkut perkembangan berita dan berita baru eksklusif di saat kritis, berkoordinasi dengan Redaktur Pelaksana dan petugas piket Layout untuk penggantian berita dan memberikan laporan tertulis. Redaktur malam atau Redaktur Bidang ini bertanggung jawab kepada Redaktur Pelaksana.