Profil Harian Suara Merdeka

26 Saat perkembangan teknologi di dekade terakhir milenium kedua, keluarlah mesin faksimile dan dengan alat ini pengiriman berita menjadi lebih praktis. Kemudian dengan teknologi modem, pengiriman berita pun menjadi makin praktis. Kemudian setelah berkembang teknologi internet, pengiriman berita menjadi makin cepat dan murah. Kini dari luar kota dan luar negeri, berita bisa dikirim dengan fasilitas e-mail elektronic mail. Penggunaan internet baru bisa dilakukan mulai tahun 1998. Pada tahun ini pula, Suara Merdeka sudah melakukan globalisasi distribusi, karena sudah mengikuti teknologi online internet system. Mengimbangi persaingan dalam hal penyediaan data, dalam usia ke-50 Suara Merdeka sebagai koran Jawa Tengah telah mengadakan pembaruan yang revolusioner dalam bidang pengorganisasian data. Mulai Agustus 1999 Suara Merdeka telah mengembangkan penyimpanan data dengan sistem dan format baru, yaitu dengan menggunakan media komputer. Sistem dan format baru di Suara Merdeka ini bernama PusIDa Pusat Informasi Data. Tahap pertama PusIDa digunakan untuk mendukung wartawandesk dalam pengadaan data, khususnya Suara Merdeka. Tahap kedua PusIDa akan mengembangkan suatu hubungan jaringan on-line segi tiga antara Suara Merdeka Kaligawe pusat-Wawasan-Suara Merdeka Pandanaran. Langkah- langkah pembaruan dan keberhasilan ini akan menempatkan Suara Merdeka sebagai salah satu media yang siap bersaing dalam era globalisasi dan informasi pada milenium ke-3.

4.2 Profil Harian Suara Merdeka

Pada usia 50 tahun Suara Merdeka, d engan label “Korannya Jawa Tengah”, Suara Merdeka telah bulat membidik segmen psikografis, yakni masyarakat Jawa Tengah. Sebagai koran orang Jawa Tengah, Suara Merdeka punya karakteristik tersendiri. Prinsip yang ditekankan yakni Suara Merdeka bisa berperan sebagai moderator dan komunikator untuk menjaga keharmonisan antarkelompok masyarakat. Peran sebagai moderator terasa menjadi lebih penting pada era reformasi sekarang, ketika dinamika masyarakat meningkat. Suara Merdeka adalah alat komunikasi bagi satu kelompok masyarakat yang punya persamaan kebutuhan informasi dan titik singgung di bidang budaya, sebagai basis budaya Jawa Tengah. Koran ini mengemban tugas merangsang daya pikir, nalar masyarakat, sehingga menghidupkan kekerabatan fungsional antarkelompok. Suara Merdeka selalu berusaha hadir dengan bahasa yang 27 lugas, mudah dimengerti serta dicintai pembaca. Moto “Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” bukan sekedar semboyan asal pasang, melainkan dasar idealisme pengelolaan redaksional sehari-hari. Independen: menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan kelompok. Objektif: pemberitaan tidak diwarnai oleh pamrih dan harus seimbang. Tanpa Prasangka: setiap wartawan dalam membuat berita harus bebas opini pribadi. Suara Merdeka yang tidak bisa lepas dari nama pendirinya, H Hetami, menjadi seperti sawah bagi pengasuhnya, mulai dari tingkat pimpinan sampai tingkat paling bawah. Karena itu, suasana kerja pun selalu dipenuhi dengan iklim kekeluargaan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip manajemen modern. Hetami memandang karyawannya sebagai keluarga sendiri. Para karyawan sering diajak bicara, apalagi bagian Redaksi, setiap sebulan sekali diajak makan bersama sambil diberi pengarahan hal-hal yang berkaitan dengan berita. Pada usia ke- 60 tahun, Suara Merdeka mengubah label menjadi “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Label tersebut sesungguhnya merupakan 2 pernyataan posisi positioning statement. Dalam teori pemasaran marketing positioning menunjukan persepsi konsumen terhadap suatu produk. Suara Merdeka menetapkan label “Perekat Komunitas Jawa Tengah” karena ingin dipersepsi oleh konsumen masyarakat sebagai perekat komunitas di masyarakat Jawa Tengah. Begitu pula dengan moto “Independen, Objektif, Tanpa Prasangka” maka koran ini berkehendak dipersepsikan oleh masyarakat sebagai koran yang independen, objektif dan tidak berprasangka dalam melakukan praktik-praktik jurnalisme. Oleh karena itu bagi Suara Merdeka, independensi, objektivitas dan tanpa prasangka tetap menjadi kiblat pemberitaan meskipun mustahil untuk tercapai seratus persen, dengan menggeser positioning-nya menjadi “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Koran ini ingin dipersepsi sebagai kekuatan yang hidup, berkembang dan ikut mempersatukan berbagai komunitas di wilayah Jawa Tengah, seiring dengan era otonomi daerah sejak tahun 1999. Tagline itu antara lain diwujudkan dengan model penerbitan edisi-edisi lokal Semarang Metro, Solo Metro, Suara Pantura, Suara Muria, dan Suara Kedu yang melekat pada edisi nasional atau regional Suara Merdeka. 2 http:eprints.undip.ac.id384723Bab_2.pdf 28

4.3 Kebijakan Redaksional Harian Suara Merdeka