34
28. Ki Uda Kusuma melacak kepergian Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsari
ke arah barat.
29. Ki Uda Kusuma mengundurkan diri dari Mataram bermaksud menunggui
dan menjaga makam Ki Ageng Giring.
30. Panembahan Senapati mendapat ilham demi kelengkapan Kerajaan Mataram
harus mempunyai pusaka berupa Ganjur dan Sodor.
31. Ki Singa Kerti menolak ajakan Ki Uda Kusuma untuk menghadap Raja
menyerahkan benda pusaka.
32. Ki Singa Kerti mengadakan perjanjian dengan Ki Uda Kusuma, apabila
hadiah yang diterima Ki Singakerti ikut merasakan tapi bila hukuman tidak mau dilibatkan.
33. Ki Singa Kerti merasa ketakutan bila Ki Uda Kusuma mendapat hukuman
lalu pergi ke desa Wagir Pandan.
34. Adipati Ukur memimpin pemberontakan di Mataram.
35. Adipati Ukur ditawan hidup-hidup oleh Wira Kusuma dan pemberontakan
dapat dipadamkan.
36. Adipati Ukur menghasut Wira Kusuma untuk melakukan pemberontakan di
Gunung Tidar.
37. Raden Jono memberantas pemberontakan yang dipimpin oleh kakanya
sendiri.
38. Wira Kusuma mendapat hukuman potong leher.
39. Ki Uda Kusuma baru mengakui anaknya setelah ada pemberian hukuman.
40. Panembahan Senapati menghadiahi emas namun Ki Uda Kusuma memilih
keris tanpa wrangka, jubah, dan picis yang semuanya mempunyai makna tersendiri.
41. Panembahan Senapati memberikan tanah Gumelem dan diangkat menjadi
demang dan dibebaskan dalam segala bentuk pajak, sejak saat itu berdiri perdikan Gumelem.
4.1.2 Peristiwa Event dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Giring
4.1.2.1 Kejadian Happening
Kejadian yang terjadi dalam cerita rakyat Ki Ageng Giring yaitu pada saat Ki Ageng Giring mendapat ilham lewat mimpinya. Ki Ageng Giring
mendapat wangsit atau ilham, yaitu bila Ki Ageng Giring bisa minum air kelapa muda yang berbuah hanya satu dalam sekali teguk, maka apa yang dicita-
citakannya kelak akan terkabul dan bisa menjadi raja di tanah Jawa. Ilham yang
35
diterima oleh Ki Ageng Giring lewat mimpinya tersebut yaitu terlihat seperti pada sekuen berikut;
S-1 Ki Ageng Giring mendapat ilham lewat mimpi.
S-2 Ki Ageng Giring menemukan pohon kelapa yang berbuah hanya satu
buah kelapa saja.
”Sinten piyantunne ingkang saged ngunjuk toya dawegan isi setunggal menika saged nurunaken raja-raja ing tanah Jawa”.
Tuturan lisan dari Bapak Sujeri, 22 Maret 2008 Sekuen di atas menunjukkan bahwa Ki Ageng Giring kelak dapat
menurunkan raja-raja di tanah Jawa bila bisa meminum air kelapa muda yang dalam satu pohon berbuah hanya satu buah saja.
Kejadian selanjutnya yaitu saat Ki Ageng Giring merasa belum haus kemudian menyimpan kelapa muda yang berkhasiat itu di atas para, dan pergi ke
ladang untuk bekerja, namun sepulang dari ladang kelapa muda yang disimpannya sudah tidak ada lagi karena telah diminum oleh Ki Ageng
Pemanahan. Ki Ageng Giring meminta agar keturunan kedua dari Ki Ageng Pemanahan diakui menjadi anak. Kejadian tersebut terlihat seperti pada sekuen
berikut ini; S-3
Ki Ageng Giring menyimpan kelapa muda tersebut di atas para dan pergi ketegalan.
S-4 Ki Ageng Giring pulang dari tegalan mencari kelapa muda yang
disimpannya. S-5
Istri Ki Ageng Giring menceritakan bahwa air kelapa muda telah diminum oleh Ki Ageng Pemanahan.
S-6 Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan agar kelak
keturunan kedua dari Ki Ageng Pemanahan diakui sebagai anak.
”Nyi Giring nyritakake menawa kang ngombe banyu degan yaitu Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Giring eling karo wangsit saka impen,
banjur njaluk supaya keturunan kaping pindho saka Ki Ageng Pemanahan diakoni dadi anak, supaya apa kang dadi gegayuhan bisa kaleksanen.
36
Panjaluke kanthi kaping pitu banjur Ki Ageng Pemanahan nyangguhi lan ngucap ’Wallhu a’lam’ ”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan Ki Ageng Giring sangat menginginkan
agar cita-citanya bisa terkabul yaitu menjadi raja di tanah Jawa. Kemudian Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan supaya keturunanya
tetap bisa menjadi raja di tanah Jawa. Ki Ageng Giring terus meminta sampai pada permintaan ketujuh Ki Ageng Pemanahan mengangguk sambil mengucap
”Wallhu a’lam”. Kejadian lain dalam cerita rakyat Ki Ageng Giring yaitu pada waktu
Joko Umbaran berusia dua belas tahun mencari ayahnya yang bernama Raja Sena. Dengan penuh rasa penasaran Joko Umbaran pergi ke Mataram menemui
ayahnya. Sang Raja tidak berkenan dengan kehadiran Joko Umbaran, kemudian memberinya pesan untuk disampaikan kepada Ki Ageng Giring.
Hal tersebut terlihat pada sekuen berikut; S-10
Joko Umbaran mencari ayahnya yaitu Panembahan senapati.
S-11 Panembahan Senapati memberikan pesan kepada Joko Umbaran
untuk membawa keris kepada kakeknya agar dibuatkan wrangka dengan kayu ”Purwa Sari”
”Nalika Joko Umbaran wis umur 12 taun banjur lunga menyang Mataram nggoleki Prabu Sena. Prabu Sena ngakoni menawa Joko
Umbaran iku anake, banjur menehi pesen kanggo Ki Ageng Giring supaya keris pusaka digawekna wrangka saka kayu Purwosari.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menunjukkan bahwa Raja Sena memberi perintah kepada
Joko Umbaran untuk menyampaikan pesannya kepada Ki Ageng Giring. Setelah mendengar pesan tersebut Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsari terkejut,
37
karena mereka tahu apa yang dimaksudkan dalam pesan yang disampaikan oleh Sang Raja melalui Joko Umbaran. Kejadian tersebut mengakibatkan Ki
Ageng Giring dan Dewi Nawangsari harus pergi ke arah barat. Kejadian berikutnya dalam cerita rakyat Ki Ageng Giring yaitu pada
saat perjalanan Ki Ageng Giring yang mengembara ke arah barat bersama Dewi Nawangsari, telah sampai di desa Selamerta kemudian menetap
beberapa tahun di desa tesebut. Namun masyarakat desa tersebut keberatan dengan kepergian Dewi Nawangsari karena kedatangan Dewi Nawangsari
telah memberikan banyak ilmu agama dan ilmu lainnya, dan sudah memberikan ketentraman dalam bermasyarakat. Kejadian tersebut terlihat pada
sekuen berikut; S-14
Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsari melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di desa Selamerta dan berpisah dengan Dewi
Nawangsari.
S-15 Ki Ageng Giring melanjutkan perjalanan ke arah utara dan sampai di
daerah Sabrang lor dukuh Pabuaran.
”Ki Ageng Giring lan Dewi Nawangsari ninggalake Mataram, banjur urip ing desa Selamerta pirang-pirang taun. Nalika Ki Ageng Giring arep
lunga Dewi Nawangsari ora melu amarga pendhuhuk desa Selamerta ngrasa menawa Dewi Nawangsari akeh menehi ilmu agama lan ilmu
liyane”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan perjalanan Ki Ageng Giring dan Dewi
Nawangsari setelah meninggalkan Mataram, hingga sampai ke desa Selamerta. Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsari berpisah, karena penduduk desa itu
keberatan dengan kepergian Dewi Nawagsari. Kemudian Ki Ageng Giring melanjutkan perjalanan ke arah utara sampai di daerah Sabrang lor dukuh
Pabuaran.
38
Kejadian selanjutnya yaitu pada saat kesehatan Ki Ageng Giring mulai berkurang, maka Ki Ageng Giring melanjutkan perjalanan ke arah
selatan dengan ditandu oleh para pengikutnya. Dalam perjalanannya melewati beberapa daerah dan karena sesuatu hal daerah tersebut diberi nama. Hal
tersebut terlihat pada sekuen berikut; S-16
Ki Ageng Giring melanjutkan perjalanan dengan ditandu oleh pengikutnya ke arah selatan.
S-17 Kesehatan Ki Ageng Giring menurun oleh para pengikutya sudah
tidak boleh ditanya lagi dilarang maka daerah itu diberi nama Larangan.
S-18 Ki Ageng Giring penglihatannya sudah tidak jelas lagi kurang awas
maka daerah tersebut diberi nama Karang Lewas.
S-19 Ki Ageng Giring melanjutkan perjalanan ke arah timur menyebrangi
sungai, banyak pengikut Ki Ageng Giring yang hampir tenggelam kemelem maka daerah tersebut diberi nama Gumelem.
”Ki Ageng Giring nglanjutke lampahane nanging ditandhu, Ki Ageng Giring ing para pengikut ora entuk ditakoni meneh banjur tlatah iku
dijenengi Larangan. Paningalane Ki Ageng Giring kurang awas banjur tlatah iku dijenengi Karang Lewas. Rombongan nyabrang kali lan akeh
padha kemelem banjur tlatah iku dijenengi Gumelem”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Berdasarkan sekuen di atas, kejadian tersebut menjadikan beberapa
daerah yang telah diberi nama masih tetap berdiri mengenang jasa Ki Ageng Giring ketika melewati daerah tersebut. Daerah yang telah dilewati
oleh Ki Ageng Giring yaitu desa Larangan, desa Karang Lewas, serta desa Gumelem yang dulunya bernama Karang Tiris.
Kejadian berikutnya yaitu pada saat rombongan Ki Ageng Giring beristirahat di sebuah igir lereng pegunungan yang agak rendah. Kemudian
Ki Ageng Giring berpesan kepada para pengikutnya bila tandu tidak kuat
39
diangkat, maka dimakamkan di tempat tersebut. Hal tersebut terlihat pada sekuen berikut;
S-20 Rombongan Ki Ageng Giring menaiki sebuah igir dan beristirahat.
S-21 Ki Ageng Giring meminta bila tandu tidak bisa diangkat lagi maka
diistirahatkan di tempat tersebut.
”Rombongan Ki Ageng Giring nglewati bukit utawa igir. Nalika rombongan padha leren, Ki Ageng Giring kandha ing jero tandhu
menawa tandhu iki wis ora bisa digotong banjur Ki Ageng Giring njaluk disarekake ing tlatah iku”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan ketika sedang beristirahat Ki Ageng
Giring memberikan pesan kepada pengikutnya. Bila tandu sudah tidak bisa diangkat lagi maka Ki Ageng Giring minta diistirahatkan di tempat tersebut.
Selanjutnya pada saat tandu akan diangkat terasa sangat berat, ternyata Ki Ageng Giring telah menghilang. Kejadian tersebut terlihat pada sekuen
berikut; S-22
Para pengikutnya tidak bisa mengangkat tandu yang terasa berat.
S-23 Ki Ageng Giring menghilang setelah tandunya dibuka.
S-24 Ki Ageng Giring menghilang dan tandu dikubur di bukit yang
diberi nama ”Girilangan”.
”Nalika arep nglanjutke lampahan tandhu Ki Ageng Giring ora bisa digotong. Sakuwise tandhu dibukak pranyata Ki Ageng Giring ngilang.
Banjur tandhu iku dikubur ing bukit lan bukit iku dijenengi Girilangan”.
Tuturan lisan dari Bapak Sujeri, 22 Maret 2008 Sekuen di atas menggambarkan kejadian hilangnya Ki Ageng Giring.
Ketika tandu akan diangkat terasa sangat berat, setelah dibuka ternyata tandu sudah kosong dan Ki Ageng Giring menghilang. Berdasarkan pesan dari Ki
Ageng Giring, kemudian yang dikubur hanya tandunya saja, maka bukit
40
tersebut diberi nama Girilangan yang berarti diigir itulah Ki Ageng Giring menghilang.
Kejadian berikutnya yaitu pada saat pengikut Ki Ageng Giring akan memberi tahu kepada Dewi Nawangsari di desa Selamerta, ia bertemu dengan
salah satu pembantu Dewi Nawangsari, dan mencari Dewi Nawangsari ke tempat pertapaannya, namun tidak dapat bertemu karena Dewi Nawangsari
telah menghilang seperti Ki Ageng Giring. Kejadian tersebut terlihat seperti pada sekuen berikut;
S-25 Pengikut Ki Ageng Giring memberitahu kepada Dewi Nawangwulan
di Selamerta.
S-26 Pengikut Ki Ageng Giring mencari Dewi Nawangsari yang sedang
bertapa di bawah pohon elo disisi sungai Sapi.
S-27 Pembantu Dewi Nawangsari menguburkan tempat Kinang atau
Bogem disisi Kali Sapi, maka daerah tersebut diberi nama Bogem.
”Salah sijining abdi Ki Ageng Giring lunga menyang Selamerta nyritakake kedadean ilange Ki Ageng Giring. Banjur nggoleki Dewi
Nawangsari kang lagi tapa ing ngisor wit elo sisih kali Sapi. Nanging Dewi Nawangsari uga ngilang kaya Ki Ageng Giring”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan ketika pengikut Ki Ageng Giring pergi
ke Selamerta untuk memberitahu kejadian hilangnya Ki Ageng Giring. Namun Dewi Nawangsari yang sedang bertapa di bawah pohon elo ditepi sungai Sapi,
ternyata juga menghilang seperti Ki Ageng Giring. Berdasarkan kejadian tersebut pembantu Dewi Nawangsari dan pengikut Ki Ageng Giring menguburkan tempat
Kinang tlepok Bogem ditempat sisi Kali Sapi tersebut, kemudian daerah tersebut diberi nama Bogem yang artinya tempat Kinang.
41
Kejadian lain yang terjadi pada cerita rakyat Ki Ageng Giring yaitu pada saat Ki Uda Kusuma seorang panglima perang di Mataram,
diperintahkan oleh Sang Raja untuk melacak Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsari yang pergi ke arah barat. Ki Uda Kusuma mendengar cerita
bahwa Ki Ageng Giring dikubur di sebuah bukit di Gumelem, kemudian beliau menetap disana. Ki Uda Kusuma kembali ke Mataram melaporkan
peristiwa hilangnya Ki Ageng Giring kepada Panembahan Senapati dan bermaksud mengundurkan diri sebagai panglima perang, keinginannya
tersebut disetujui oleh Sang Raja. Kejadian tersebut terlihat pada sekuen berikut;
S-28 Ki Uda Kusuma melacak kepergian Ki Ageng Giring dan Dewi
Nawangsari ke arah barat.
S-29 Ki Uda Kusuma mengundurkan diri dari Mataram bermaksud
menunggui dan menjaga makam Ki Ageng Giring.
”Ki Uda Kusuma nglacak lungane Ki Ageng Giring lan Dewi Nawangsari. Banjur keprungu crita menawa Ki Ageng Giring dikubur ing bukit desa
Gumelem. Ki Uda Kusuma mudhun saka jabatane dadi panglima perang ing Mataram, amarga arep nunggoni lan njaga makam Ki Ageng Giring”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan bahwa Ki Uda Kusuma sebagai Panglima
perang mengundurkan diri dari Mataram menjadi seorang rakyat biasa dan menetap di desa Gumelem untuk menjaga makam Ki Ageng Giring.
Kejadian selanjutnya yaitu pada suatu waktu Mataram mendapat ilham untuk melengkapi pusaka yang berupa Ganjur dan Sodor. Ki Uda
Kusuma mendapatkan pusaka yaitu sebuah Ganjur yang berupa seperti kelabet dan Sodor yang berupa tombak dari penduduk asli Gumelem yang
42
bernama Ki Singa Kerti, tetapi Ki Singa Kerti tidak mau diajak untuk menghadap Raja menyerahkan pusaka tersebut, lalu sepakat mengadakan
perjanjian dengan Ki Uda Kusuma. Hal tersebut terlihat pada sekuen berikut; S-30
Sang Raja mendapat ilham demi kelengkapan Kerajaan Mataram harus mempunyai pusaka berupa Ganjur dan Sodor.
S-31 Ki Singa Kerti menolak ajakan Ki Uda Kusuma untuk menghadap
Raja menyerahkan benda pusaka.
S-32 Ki Singa Kerti mengadakan perjanjian dengan Ki Uda Kusuma,
apabila hadiah yang diterima Ki Singakerti ikut merasakan tapi bila hukuman tidak mau dilibatkan.
S-33 Ki Singa Kerti merasa ketakutan bila Ki Uda Kusuma mendapat
hukuman lalu pergi ke desa Wagir Pandan.
”Ing sawijining wektu Prabu Sena entuk ilham kanggo nglengkapi Mataram yaiku kudu duwe pusaka Ganjur lan Sodor. Ki Uda Kusuma
entuk pusaka iku saka pendhudhuk asli Gumelem yaiku Ki Singa Kerti. Nanging Ki Singa Kerti ora gelem ngadep Prabu banjur ngadakake
perjanjen karo Ki Uda Kusuma”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas merupakan kejadian yang dialami Ki Uda Kusuma dalam
mendapatkan pusaka yang diperintahkan oleh Raja, yang bertemu dengan Ki Singa Kerti. Ki Singa Kerti merasa ketakutan bila Ki Uda Kusuma mendapat
hukuman dari Sang Raja, kemudian Ki Singa Kerti pergi ke desa Wagir Pandan.
Kejadian lainnya yang terjadi pada cerita rakyat Ki Ageng Giring yaitu pada saat terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Adipati Ukur,
Wirakusuma putra Ki Uda Kusuma berhasil menangkap Adipati Ukur, tetapi dihasud oleh Adipati Ukur untuk tidak tunduk kepada Mataram dan
melakukan pemberontakan di Gunung Tidar. Kejadian tersebut terlihat pada sekuen berikut;
S-34 Adipati Ukur memimpin pemberontakan di Mataram.
43
S-35 Adipati Ukur ditawan hidup-hidup oleh Wira Kusuma dan
pemberontakan dapat dipadamkan.
S-36 Adipati Ukur menghasut Wira Kusuma untuk melakukan
pemberontakan di Gunung Tidar.
”Nalika ing Mataram ana pamberontakan kang dipimpin Adipati Ukur, Wira Kusuma ditunjuk kanggo nglawan Adipati Ukur. Nanging Wira
Kusuma dihasut Adipati Ukur supaya nglawan Mataram lan mimpin pamberontakan ing Gunung Tidar”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan ketika Adipati Ukur berhasil ditangkap,
Wirakusuma termakan hasutan dari Adipati Ukur untuk tidak tunduk kepada Mataram, sehingga melakukan pemberontakan di Gunung Tidar.
Kejadian selanjutnya yaitu pada saat Raden Jono berhasil memberantas pemberontakan di Gunung Tidar itu, dan ternyata pemimpin pemberontakan
tersebut adalah kakaknya sendiri. Wira Kusuma dihukum tetapi Ki Uda Kusuma tidak mengakui Wira Kusuma sebagai putranya, karena kesalahan harus
dibayar dengan hukuman. Hal tersebut terlihat pada sekuen berikut; S-37
Raden Jono memberantas pemberontakan yang dipimpin oleh kakanya sendiri.
S-38 Wira Kusuma mendapat hukuman potong leher.
S-39 Ki Uda Kusuma baru mengakui anaknya setelah ada pemberian
hukuman.
”Pamberontakan iku bisa dikalahke, Wira Kusuma ditangkap lan digawa menyang Mataram. Nalika Wira Kusuma sadar Raden Jono ngerti
menawa pemimpin iku kang mase. Nanging Ki Uda Kusuma ora ngakoni menawa Wira Kusuma iku putrane”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan keberhasilan Raden Jono dalam
memberantas pemberontakan yang dipimpin oleh Wira Kusuma, kakaknya sendiri. Ki Uda Kusuma tetap tegas menerima hukuman yang diberikan kepada
Wira Kusuma, karena yang melakukan kesalahan adalah putranya sendiri.
44
Kejadian berikutnya yaitu saat Ki Uda Kusuma diberi hadiah oleh Sang Raja, yang dipilihnya adalah tiga buah pusaka yang kesemuanya
mempunyai makna tersendiri. Panembahan Senapati juga memberikan hadiah tanah Gumelem kepada Ki Uda Kusuma. Hal tersebut terlihat pada sekuen
berikut; S-40
Raja menghadiahi emas namun Ki Uda Kusuma memilih keris tanpa wrangka, jubah, dan picis yang semuanya mempunyai makna
tersendiri.
”Raja kandha menawa Ki Uda Kusuma pantes dikurmati lan diwenehi hadiah yaiku perhiasan, emas, lan picis Raja brana. Ki Uda Kusuma ora
milih perhiasan lan emas, nanging milih keris tanpa wrangka, jubeyah, lan picis”.
Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menggambarkan kemurahan hati Sang Raja atas jasa Ki
Uda Kusuma dengan memberikan hadiah berupa keris tanpa wrangka, jubah, dan surban. Ki Uda Kusuma ingin mukti seperti Panembahan Senapati
walaupun sebagai rakyat kecil, kemudian Sang Raja menghadiahi tanah Gumelem yang terbebas dari pajak dan mengangkat Ki Uda Kusuma menjadi
Demang pertama. Hadiah yang diberikan tersebut seperti pada sekuen berikut;
S-41 Raja memberikan tanah Gumelem dan diangkat menjadi demang dan
dibebaskan dalam segala bentuk pajak, sejak saat itu berdiri perdikan Gumelem.
”Tanah Gumelem sa jurang perenge sun paringake, sun angkat dadi demang, lan sun perdikake saking bulu bekti ghodhong pangarang-
ngarang.”
Terjemahan:
”Tanah Gumelem seluruhnya saya berikan dan saya angkat menjadi demang dan saya bebaskan dari segala bentuk upeti atau pajak”.
Tuturan lisan dari Bapak Sujeri, 22 Maret 2008
45
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Raja memberikan hadiah kepada Ki Uda Kusuma berupa tanah Gumelem yang bebas dari berbagai bentuk pajak
dan Ki Uda Kusuma diangkat menjadi Demang pertama, maka sejak saat itulah berdiri perdikan Gumelem.
4.1.2.2 Tindakan Action