Wahyu Gagak Emprit Wahyu Keraton Tanah Jawa

67 yang berstatus sosial tinggi dan bertempat tinggal di Kerajaan, sedangkan Joko Umbaran yang terlahir dari seorang perempuan yaitu Dewi Nawangsari yang tinggal di suatu desa dan berstatus sosial rendah. Struktur cerita rakyat Ki Ageng Giring di dalamnya terdapat latar setting. Latar setting tersebut dapat dilihat dari peristiwa-periatiwanya, dari nama-nama tokoh juga karakter yang dimilikki para tokohnya. Selain itu dapat juga dilihat dari status sosial yang dimiliki oleh tokoh.

4.2 Simbol dan Makna Pada Cerita Rakyat Ki Ageng Giring di Desa

Gumelem Kabupaten Banjarnegara Simbol dapat diartikan sebagai sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap objek, yang mengandung maksud tertentu. Dalam karya sastra khususnya pada cerita rakyat Ki Ageng Giring, terdapat beberapa simbol yang mempunyai makna. Kajian mengenai cerita rakyat Ki Ageng Giring di desa Gumelem Kabupaten Banjarnegara ini akan dicari simbol-simbol yang terdapat pada cerita. Setelah simbol ditemukan, kemudian dilanjutkan dengan mencari makna pada simbol tersebut.

4.2.1 Wahyu Gagak Emprit Wahyu Keraton Tanah Jawa

Simbol yang dapat ditemukan pada cerita rakyat Ki Ageng Giring di desa Gumelem Kabupaten Banjarnegara yaitu simbol yang terdapat pada wangsit atau ilham yang diterima oleh Ki Ageng Giring. Yang dimaksudkan adalah kelapa muda yang menyimbolkan cikal bakal berdirinya kerajan-kerajaan di tanah Jawa. Hal ini terlihat pada sekuen berikut; S-1 Ki Ageng Giring mendapat ilham lewat mimpi. 68 S-2 Ki Ageng Giring menemukan pohon kelapa yang berbuah hanya satu buah kelapa saja. “Nalika semedi Ki Ageng Giring nrima wisik wangsit yaiku sasmita gaib kang isine bisa kaleksana apa sing dadi gegayuhane yaiku entuk wakyu kraton tanah Jawa, menawa bisa ngombe banyu degan saka wit klapa ing mburi omah”. Arsip desa: Riwayat Singkat Desa Gumelem Sekuen di atas menegaskan bahwa dalam wangsit atau ilham yang diterima oleh Ki Ageng Giring yaitu Wahyu Keraton Tanah Jawa atau disebut dengan Wahyu Gagak Emprit tersebut disimbolkan dengan ‘kelapa muda’ yang dalam satu pohon hanya berbuah satu buah kelapa saja. Pohon kelapa yang dimaksudkan berbuah hanya satu tidaklah bisa ditemukan, karena dalam satu pohon kelapa bisa menghasilkan puluhan buah kelapa. Kelapa Muda menyimbolkan cikal bakal pendiri sebuah kerajaan di tanah Jawa. Makna yang dimaksudkan dari pohon kelapa yang hanya berbuah satu buah kelapa saja bermakna bahwa wilayah tanah Jawa hanya ada satu orang raja yang berkuasa. Dengan demikian dalam wangsit tersebut disebutkan bila ada yang bisa meminum air kelapa muda dari pohon kelapa yang berbuah hanya satu buah kelapa saja, maka kelak dapat menurunkan raja-raja di tanah Jawa. Hal ini diperjelas dengan kutipan seperti berikut; ”Sinten piyantunne ingkang saged ngunjuk toya dawegan isi setunggal menika saged nurunaken raja-raja ing tanah Jawa”. Tuturan lisan dari Bapak Sujeri, 22 Maret 2008 Kutipan di atas memperjelas bahwa Ki Ageng Giring memperoleh kelapa muda berdasarkan wangsit atau ilham yang diterimanya. Ki Ageng Giring 69 meyakini bila ia meminum air kelapa muda tersebut dalam sekali teguk, maka impiannya kelak menjadi kenyataan.

4.2.2 Kayu Purwasari