Kurikulum Sarana Dan Prasarana

24

a. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Soekanto Burhan Bungin, 2006: 55 menyebutkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antar perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial pada penelitian ini diartikan sebagai hubungan, keterlibatan, ketertarikan timbal balik personalitas anak autistik terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Menurut Mirza Maulana 2007: 40, minimal ada dua gejala yang timbul pada gejala-gejala hambatan kualitatif dalam interaksi sosial anak autistik seperti berikut di bawah ini. 1 Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai yaitu kontak mata yang sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, dan gerak gerik yang kurang fokus. 2 Tidak bisa bermain dengan teman sebaya 3 Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain 4 Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik Selanjutnya pada program Son-Rise interaksi sosial terdiri dari empat pilar yaitu 1 kontak mata, yaitu tahap dasar bagaimana individu melakukan hubungan dengan individu lain disekitarnya; 2 komunikasi, yaitu cara untuk tetap berhubungan sosial antar individu, 3 rentang perhatian interaktif seperti misalnya kapasitas untuk 25 berinteraksi dengan orang lain, mengalihkan pandangan kepada orang lain, dan berkomunikasi dengan orang lain pada ragam aktivitas; 4 fleksibilitas, adalah kemampuan yang sangat penting untuk mengembangkan hubungan sosial Hogan and The Option Institute Fellowship, 2007: 42-43. Meskipun sebagian besar anak autistik sudah mampu melakukan kontak mata, bukan berarti dapat terlihat dan berinteraksi sosial dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mirza Maulana 2008: 43 yang mengatakan bahwa anak autistik sulit membagikan perhatian dengan oran lain joint social attention dan memusatkan perhatian sehingga sulit terlibat dalam interaksi sosial. Bagi individu pada umumnya kontak mata digunakan untuk membaca bahasa tubuh, wajah, mimik, yang mampu memberikan informasi bermakna. Akan tetapi Setiap individu autistik melakukan kontak mata dengan cara yang berbeda. Mereka terkadang memandang dengan tatapan kosong dan sebagian tidak bisa menanggkap tanda- tanda samar yang ditunjukan orang untuk mengungkap perasaan secara emosional Thompson, 2010: 86-87. Disamping itu, pemahaman sosial anak autistik terhambat karena mereka tidak menaruh perhatian sama sekali pada tanda-tanda emosi dan perhatian orang lain di sekeliling mereka. Sama halnya dengan pendapat Hobson dalam Bandi Delphie, 2009: 16 yang mengatakan bahwa anak autistik mempunyai permasalahan dalam memahami emosi dan ekspresi wajah oran lain di sektarnya.