Siswa Komponen Pendidikan Inklusi
25 berinteraksi dengan orang lain, mengalihkan pandangan kepada orang
lain, dan berkomunikasi dengan orang lain pada ragam aktivitas; 4 fleksibilitas, adalah kemampuan yang sangat penting untuk
mengembangkan hubungan sosial Hogan and The Option Institute Fellowship, 2007: 42-43. Meskipun sebagian besar anak autistik
sudah mampu melakukan kontak mata, bukan berarti dapat terlihat dan berinteraksi sosial dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mirza
Maulana 2008: 43 yang mengatakan bahwa anak autistik sulit membagikan perhatian dengan oran lain joint social attention dan
memusatkan perhatian sehingga sulit terlibat dalam interaksi sosial. Bagi individu pada umumnya kontak mata digunakan untuk
membaca bahasa tubuh, wajah, mimik, yang mampu memberikan informasi bermakna. Akan tetapi Setiap individu autistik melakukan
kontak mata dengan cara yang berbeda. Mereka terkadang memandang dengan tatapan kosong dan sebagian tidak bisa menanggkap tanda-
tanda samar yang ditunjukan orang untuk mengungkap perasaan secara emosional Thompson, 2010: 86-87. Disamping itu, pemahaman
sosial anak autistik terhambat karena mereka tidak menaruh perhatian sama sekali pada tanda-tanda emosi dan perhatian orang lain di
sekeliling mereka. Sama halnya dengan pendapat Hobson dalam Bandi Delphie, 2009: 16 yang mengatakan bahwa anak autistik
mempunyai permasalahan dalam memahami emosi dan ekspresi wajah oran lain di sektarnya.
26 Salah satu karakteristik anak autistik dilihat dari segi interaksi
sosial menurut Andri Priyatna 2010: 14 kegagalan anak autistik untuk membangun hubungan pertemanan dengan anak-anak lain,
kurang minat dalam berbagi kesenangan aktivitas atau prestasi dengan orang lain adalah ciri atau simtom umum anak autistik. Hal ini tidak
lain disebabkan karakteristik utama anak autis yang kesulitan melakukan kontak mata dengan orang lain, akan tetapi karena
rendahnya rasa tertarik pada aktivitas-aktivitas tertentu yang ditunjukkan dengan sikap anak autistik yang hanya berfokus pada satu
titik atau hanya berfokus pada bagian tertentu dari suatu benda. Misalnya pada mobil-mobilan, anak autistik hanya akan melihat
bagian rodanya saja, atau bahkan sampai memainkan roda-rodanya saja dan tidak memainkan mobil-mobilan tersebut sesuai fungsinya
seperti lazimnya anak-anak normal. Hal ini karena daya imajinatif anak autistik sangat kurang.
Anak autistik mengalami kesulitan bermain dengan cara yang yang dilakukan anak-anak lain karena mereka tidak bisa menggunakan
imajinasi mereka dengan cara yang sama. Mereka akan bermain denga cara itu-itu saja dan menggunakan sedikit imajinasi. Seorang anak
autistik bisa terobsesi memainkan mainan tertentu dan kesulitan melakukan transisi dari bermain ke kegiatan menulis dan membaca,
hal ini disebabkan mereka tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
27 Kurangnya daya imajinasi dapat berupa ketidak mampuan untuk
menciptakan dunia khayalan yang sering anak-anak lakukan saat bermain, memainkan mainan tanpa imajinasi, atau menggunakan suatu
alat dengan cara yag tidak wajar atau sebaliknya hanya dipegang. Kessick, 2009:2