55 pengalaman dalam berkomunikasi serta memiliki sikap
yang baik terhadap pasien dan keluarga.
4.6.2 Kepuasan Pasien
Dari 40 responden pasien menunjukkan bahwa 34 orang dengan presentase 85 berkategori puas dan 6
orang dengan presentase 15 berkategori cukup puas terhadap komunikasi yang dilakukan perawat. Dari hasil
penelitian survei respon kepuasan pasien ini dapat disimpulkan memiliki respon sebagian besar kategori
puas terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat.Hal ini menyatakan bahwa pelayanan perawat
dalam hal berkomunikasi sudah memenuhi kepuasan pasien akan pelayanan prima berdasarkan kasih sesuai
dengan visi Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dari sisi kejelasan
informasi serta
kesediaan perawat
mendengarkan keluhan dan membantu permasalahan pasien sehingga membantu mewujudkan motto Rumah
Sakit Panti Waluyo yaitu “cepat, tepat dan memuaskan”. Junaedi 2002, menyatakan bahwa kepuasan konsumen
atas suatu produk tergantung kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
tinggi dari harapan konsumen, maka konsumen akan mengalami kepuasan.
56 Meskipun 34 dari 40 responden menilai puas
terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat, tetapi masih terdapat 6 dari 40 yang menilai cukup puas.
Hal ini dikarenakan kesan pertama pertemuan antara perawat dan pasien yang kurangmenunjukkan sikap
saling terbuka, terutama sikap penerimaan perawat terhadap kedatangan pasien diruangan perawatan. Hal
ini dibuktikan dengan pernyataan pasien menjawab sebagian besar perawat tidak memperkenalkan diri saat
melakukan tindakan, tidak menyepakati kontrak waktu, perawat tidak berjabat tangan dan pasien tidak mengerti
fungsi tindakan maupun fungsi obat yang diberikan.Oleh karena
itu, perawat
harus memperhatikan
dan menerapkan pendekatan komunikasi yang lebih baik lagi.
Hal lain yang mendukung hasil ini adalah karakteristik
pasien menurut
pendidikan terakhir.
Frekuensi pendidikan terakhir pasien dari sampel 40 orang, sebagian besar adalah SMP dengan jumlah 16
orang 40. SMP merupakan kategori ilmu dasar dan dalam menilai sesuatu menerima apa adanya dan kurang
kritis sehingga kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat cenderung lebih banyak berkategori
puas. Hasil penelitian oleh Rorie, Pondag Hamel
57 2014, menunjukkan bahwa responden dengan tingkat
pendidikan lebih rendah akan merasa lebih puas. Sama halnya dengan penelitian oleh Lestari, Sunarto Kuntaro
2009, menunjukkan
bahwa tingkat
pendidikan seseorang
akan cenderung
membantunya untuk
membentuk suatu pengetahuan sikap dan perilakunya terhadap sesuatu serta memiliki kemampuan yang kritis
untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek yang ditentukan.
Selanjutnya karakteristik pasien dalam hal pekerjaan
mendukung pula
dalam menentukan
bagaimana seseorang berespon atau menilai apa yang diterima. Frekuensi pekerjaan dari 40 responden pasien
sebagian besar adalah swasta dengan jumlah 30 orang 75 seperti pekerjaan menjaga warnet, membuka
warung, berjualan kue, menjaga rumah makan dan lain- lain yang memiliki penghasilan kecil. Oleh sebab itu, hasil
penelitian ini sebagian besar puas terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat. Menurut
Anoraga 2009, konsumen yang memiliki pekerjaan kurang baik atau yang menghasilkan uang yang kurang
atau tidak bekerja cenderung lebih puas daripada konsumen yang tingkat pekerjaannya lebih baik atau
58 yang bekerja. Hal tersebut terjadi karena mereka
menganggap bahwa kepuasan berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
pelayanan yang baikpula sehingga kecenderungan mereka akan tidak puas ketika pelayanan yang diberikan
tidak sesuai dengan harapan.
4.6.3 Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien