Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB IV

(1)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Tempat Penelitian

Puskesmas Getasan terletak di jalan Raya Salatiga Kopeng kilo meter 10, Kecamatan Getasan. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1975 dan rawat inap berdiri pada tahun 1987 yang mempunyai 12 tempat tidur, 5 perawat, dan 1 bidan. Serta hanya mempunyai 3 ruangan yaitu BP, KIA dan Ruang Dokter. Seiring berjalannya waktu Puskesmas ini semakin berkembang dimana sudah mempunyai 8 perawat, 2 dokter umum, 7 kamar yang mempunyai 21 tempat tidur rawat inap,ruangan IGD ruangan post nifas, ruangan imunisasi, BP, KIA, gigi, loket, apotik, MTBS, laktasi, konsultasi terpadu, TU, laborat, dan dapur. Adapun pelayanan masyarat yang dilakukan dalam komunitas di 8 desa, 8 dusun terdapat 8 bidan desa. Ada 62 posyandu balita, 26 posyandu lansia, 2 pos usaha kesehatan kerja, 3 Pos bindu (pembinaan terpadu), 5 PKD (pos kesehatan desa), dan 3 poskesmas pembantu. Pelayanan kesehatan di desa dilakukan setiap minggu sekali di desa Getasan, Wates, Mandiyan, Batur, Kopeng, dan Nogosaren.

Visi Puskesmas adalah terwujudnya masyarakat sehat 2015, misi mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


(2)

34

individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan diwilayah Puskesmas Getasan, memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau diwilayah Puskesmas Getasan, mendorong kemandirian masyarakat diwilayah Puskesmas untuk hidup sehat yang bermutu, menggalang potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada dari Puskesmas Getasan, serta memberikan pelayanan yang terbaik dengan penuh keramahan (Hasil wawancara dengan perawat yang bernama Pak Darman).

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 April – 12 Juli 2016 selama 8 minggu. Peneliti menyebar kuesioner kepada responden sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti mengambil reponden rawat inap yang berumur 17 - 60 tahun, kondisi sadar, kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik, minimal 1 hari rawat inap dan menjelang pulang. Peneliti datang ke Puskesmas Getasan 3 sampai 4 kali dalam tiap minggunya. Kemudian memilih responden diruang jaga rawat inap yang sesuai kriteria inklusi. Setelah itu bertemu dengan responden, peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden selama penelitian dilakukan daan menjamin kerahasiaan responden. Kemudian jika responden menyetujui, peneliti meminta untuk menandatangani surat pernyataan


(3)

35

persetujuan menjadi responden. Setalah itu peneliti membagikan kuesioner yang sudah tersedia, dan kemudian menjelaskan cara menjawab kuesioner sesuai acuan kepada responden. Kemudian mempersilahkan pasien untuk mengisi kuesioner yang ada sesuai petunjuk. Jika pasien tidak bisa menulis keluarga atau peneliti sendiri bisa membantu untuk mengisi dengan menanyakan butir - butir pertanyaan yang ada kepada responden. Setelah kuesioner telah diisi responden, peneliti melihat kembali kuesioner yang sudah diisi sehingga tidak ada butir pernyataan yang terlewatkan.

4.3 Gambaran Responden Penelitian

Responden yang dikelompokan dalam karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama dirawat, serta yang sudah pernah atau pertama kali dirawat di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang.

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.3.1

50% 50%

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki


(4)

36

Dari hasil penelitian responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 30 orang dengan pergolongan jenis kelamin. Responden pada penelitian ini perempuan berjumlah 15 orang (50.0%) dan laki-laki berjumlah 15 orang (50,0%).

Bisa dilihat pada lampiran tabel 4.3.1

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 4.3.2

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah 30 responden berdasarkan usia yaitu yang paling sedikit golongan muda 18 – 31 (30,0%) berjumlah 9 orang, golongan dewasa 32 – 45 (33.3%) berjumlah 10 orang, dan sedangkan yang paling banyak adalah golongan tua 46 – 60 (36,7%) berjumlah 11 orang.

Bisa dilihat pada lampiran table 4.3.2

30% 33% 37%

Usia


(5)

37

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Gambar 4.3.3

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah 30 responden berdasarkan pendidikan yaitu paling sedikit adalah tidak sekolah dan D1/S1 (6,7 %) berjumlah 2 orang, SLTA (16,7%) bejumlah 5 orang, SLTP (20,0%) bejumlah 6 orang, dan yang paling banyak SD (50,0%) berjumlah 15 orang.

Bisa dilihat pada lampirantable 4.3.3

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama di rawat

Gambar 4.3.4 7%

50% 20%

16% 7%

Pendidikan

Tidak Sekolah SD SLTP SLTA D3/S1

43% 40%

10% 7%

Lama dirawat

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari


(6)

38

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah responden berdasarkan lama dirawat yaitu paling sedikit 4 hari rawat inap (6,7%) berjumlah 2 orang, 3 hari rawat inap (10,0%) berjumlah 3 orang, 2 hari rawat inap (40,0%) berjumlah 12 orang, dan yang paling banyak 1 hari rawat inap (43,3%) berjumlah 13 orang.

Bisa dilihat pada lampiran tabel 4.3.4

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sudah Pernah atau Pertama Kali di Rawat Inap di Puskesmas Getasan

Gambar 4.3.5

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah responden berdasarkan riwayat perawatan sebelumnya, dapat diketahui yaitu paling sedikit golongan yang pernah dirawat sebelumnya berjumlah 11 orang (36,7%) dan yang paling banyak golongan belum pernah dirawat sebelumnya berjumlah 19 orang (63,3%).

37% 63%

Sudah Pernah atau Pertama Kali

di Rawat Inap


(7)

39

Bisa dilihat pada lampiran pada tabel 4.3.5

4.4 Hasil Penelitian

Perhitungan dalam analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 16 for windows. Bagian ini akan menampilkan hasil penelitian yaitu analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien.

4.4.1 Komunikasi Terapeutik 4.4.1.1 Komunikasi Verbal

a. Jelas Dan Ringkas

Dari presentase variabel komunikasi terapeutik indikator komunikasi verbal poin pertama yaitu jelas dan ringkas mendapatkan hasil pasien mengatakan sangat puas 8 orang (27%), puas 18 orang (60%), netral 3 orang (11%) dan tidak puas 1 orang (3%). Dapat disimpulkan bahwa pada indikator jelas dan ringkas pasien dapat memahami apa yang di katakan oleh perawat dengan hasil pasien merasa puas sebanyak 18 orang (60%).

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

8 18

3 1 0 30

27% 60% 11% 3% 0% 100%


(8)

40

b. Perbendaharaan Kata (Mudah Dipahami)

Berdasarkan variabel komunikasi terapeutik indikator perbendaharaan kata mendapatkan hasil bahwa pasien mengatakan sangat puas ada 7 orang (23%), puas 20 orang (64%), netral 3 orang (12%).

c. Denotatif Dan Konotatif

Berdasarkan variabel komunikasi terapeutik indikator denotatif dan konotatif mendapatkan hasil bahwa pasien mengatakan sangat puas 5 orang (18%), puas 21 orang (72%), netral 3 orang (8%) dan tidak puas 1 orang (2%).

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 7 20 3 0 0 30 23% 65% 12% 0% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 5 21 3 1 0 30 18% 72% 8% 2% 0% 100%


(9)

41

d. Selaan Dan Kesempatan Bicara

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel komunikasi terapeutik indikator selaan dan kesempatan bicara yakni pasien mengatakan sangat puas ada 4 orang (14%), puas 20 orang (68%), netral 5 orang (16%), dan tidak puas 1 orang (2%).

e. Waktu Dan Relevansi

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel komunikasi terapeutik indikator waktu dan relevansi yakni pasien mengatakan sangat puas 8 orang (25%), puas 21 orang (68%), netral 2 orang (7%).

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 4 20 5 1 0 30 14% 68% 16% 2% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 8 21 2 0 0 30 25% 68% 7% 0% 0% 100%


(10)

42

4.4.1.2 KOMUNIKASI NON VERBAL

a. Kinesik

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel komunikasi terapeutik indikator komunikasi non verbal yakni kinesik pasien mengatakan sangat puas 5 orang (6,7%), puas 23 orang (76,7%), netral 2 orang (16,7%).

b. Haptik

Tabel di atas menunjukan presentase dari indikator komunikasi non verbal yakni haptik pasien mengatakan sangat puas 1 orang (3,3%), puas 21 orang (70%), netral 7 orang (23,3%), tidak puas 1 orang (3,3%).

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 5 23 2 0 0 30 6.7% 76,7% 16,7% 0% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 1 21 7 1 0 30 3,3% 70% 23,3% 3.3% 0% 100%


(11)

43 c. Paralinguistik

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel komunikasi terapeutik indikator paralinguistik yakni pasien mengatakan sangat puas 5 orang (17%), puas 22 orang (73%), netral 3 orang (10%).

d. Tampilan Fisik Tubuh

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel komunikasi terapeutik indikator tampilan fisik tubuh yakni pasien mengatakan sangat puas 9 orang (30%), puas 18 orang (60%), netral 2 orang (7%), dan tidak puas 1 (3%).

4.4.2 Analisis Komunikasi Terapeutik

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 5 22 3 0 0 30 17% 73% 10% 0% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 9 18 2 1 0 30 30% 60% 7% 3% 0% 100%


(12)

44

Komunikasi Terapeutik

Frekuensi Persen

(%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas Total 3 20 5 2 0 30 10% 67% 17% 6% 0% 100%

Pada tabel di atas menunjukan hasil presentase komunikasi terapeutik yakni pasien mengatakan sangat puas 3 orang (10%), puas 20 orang (67%), netral 5 orang (17%), dan tidak puas 2 orang (6%).

4.4.3 Tingkat Kepuasan Pasien

4.4.3.1 Bukti Langsung

Tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien dengan indikator bukti langsung, hasil yang didapat pasein mengatakan sangat puas 5 orang (18%), puas 18 orang (60%), netral 5 orang (18%), tidak puas 1 orang (2%), dan sangat tidak puas 1 orang (2%).

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 5 18 5 1 1 30 18% 60% 18% 2% 2% 100%


(13)

45 4.4.3.2 Keandalan

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien indikator keandalan, hasil yang didapat pasien mengatakan sangat puas 5 orang (15%), puas 20 orang (68%), netral 4 orang (15%), dan tidak puas 1 orang (2%).

4.4.3.3 Cepat Tanggap

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien dengan indikator cepat tanggap, hasil yang

Sangat Puas Puas

Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

5 20

4 1 0 30

15% 68% 15% 2% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

6 21

4 0 0 30

18% 70% 12% 0% 0% 100%


(14)

46

diperoleh pasien mengatakan sangat puas 6 orang (18%), puas 21 orang (70%), dan netral 4 orang (12%).

4.4.3.4 Jaminan

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien dengan indikator jaminan, hasil yang diperoleh pasien mengatakan sangat puas 4 orang (13%), puas 21 orang (68%), netral 4 orang (18%), dan tidak puas 1 orang (1%).

4.4.3.5 Empati

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien dengan indikator empati, hasil yang

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 4 21 4 1 0 30 13% 68% 18% 1% 0% 100%

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL 5 19 5 1 0 30 17% 63% 17% 3% 0% 100%


(15)

47

diperoleh pasien mengatakan sangat puas 5 orang (17%), puas 19 orang (63%), netral 5 orang (17%), dan tidak puas 1 orang (3%).

4.4.4 Analisis Tingkat Kepuasan Pasien

Tingkat Kepuasan Pasien Frekuensi Persen (%)

Sangat Puas Puas

Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas Total

5 19 4 1 1 30

17% 64% 13% 3% 3% 100%

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat kepuasan pasien yang mendapatkan hasil pasien mengatakan sangat paus 5 orang (17%), puas 19 orang (64%), netral 4 orang (13%), tidak puas 1 orang (3%), dan sangat tidak puas 1 orang (3%).

4.4.5 Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

tot_kepuasan .163 30 .042 .958 30 .278

tot_komunikasi .087 30 .200* .984 30 .923

a. Lilliefors Significance Correction


(16)

48

Setelah di lakukan uji normalitas pada hasil penelitian diketahui bahwa pada output pertama dapat diketahui bahwa jumlah data valid sebanyak 30 dan tidak ada data

missing. Pada output ke dua yaitu hasil uji normalitas, data kepuasan pasien nilai signifikansi sebesar 0,278 dan data komunikasi terapeutik nilai signifikansi 0,923 yang menunjukan data tersebut berdistribusi normal karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

4.4.6 Uji Linearitas

D a

r i

h

Hasil analisis untuk menguji linearitas pada hasil penelitian menunjukan bahwa dasar pengambilan keputusan linear atau ada hubungan antara kedua variabel tersebut berdasarkan nilai probabilitas (P), yakni (1) apabila

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

tot_kepuasan * tot_komunikasi

Between Groups

(Combined

) 1182.700 19 62.247 11.284 .000

Linearity 950.754 1 950.754 172.342 .000

Deviation from Linearity

231.946 18 12.886 2.336 .086

Within Groups 55.167 10 5.517


(17)

49

probabilitas (P) < 0,05 maka derajat hubungan dinyatakan membentuk garis linear; dan (2) jika probabilitas > 0,05 maka derajat hubungan dinyatakan tidak membentuk garis linear. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien menunjukan hubungan tersebut berbentuk garis linier (Purnomo, 2015).

4.4.7 Analisis Korelasi Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Correlations

tot_komunikasi tot_kepuasan

Spearman's rho

tot_komunikasi Correlation

Coefficient 1.000 .873

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

tot_kepuasan Correlation

Coefficient .873

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini menggunakan uji Spearman dengan jumlah responden yaitu 30 orang


(18)

50

(n=30). Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,873 dengan

signifikansi 0.000.

4.5 Pembahasan

Pada persentase karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mendapatkan hasil yang seimbang antara laki-laki 15 orang (50%) dan perempuan 15 orang (50%). Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang pada saat berinterksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan pesan yang diterimanya (Potter & Perry, 2005). Selanjutnya berdasarkan persentase karakteristik berdasarkan usia mendapatkan hasil lebih banyak rentan usia tua yakni 46-60 tahun (36,7%). Menurut Anjaryani (2009) dalam usia lanjut seseorang telah memasuki masa yang disebut menua. Beberapa masalah yang terjadi adalah keadaan fisik menjadi lemah dan tak berdaya sehingga tergantung dengan orang lain.

Berdasarkan persentase karakteristik pendidikan terakhir lebih dominan SD 15 orang (50%). Menurut Akbar (2013) semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima dan mengola pesan atau komunikasi dengan


(19)

51

baik. Tingkat pendidikan sesorang akan berpengaruh terhadap

gaya hidup dan pola pikir dalam mempertimbangkan sesuatu.

Karakteristik responden berdasarkan lama dirawat, memperoleh hasil dominan pasien yang dirawat 1 hari dengan 13 orang (43,3%). Pada karakteristik sudah pernah atau baru pertama kali dirawat mendapatkan hasil lebih dominan pasien yanag belum pernah dirawat sebelumnya dengan persentase 19 orang (63,3%). Berdasarkan pernyataan Pohan (2004) bahwa salah satu outcome dari menggunakan pengalaman pelanggan adalah kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasa pelayanan.

Pada persentase variabel komunikasi terapeutik indikator jelas dan ringkas mendapatkan hasil pasien lebih dominan mengatakan puas ada 18 orang (60%). Dengan demikian dapat di katakan bahwa perawat di Puskesmas Getasan dapat berkomunikasi dengan jelas kepada pasien. Supraktiknya (1995) juga berpendapat bahwa jika komunikasi interpersonal seseorang jelas, maka tidak akan susah untuk menyampaikan apa yang dipikirkan komunikator.

Indikator ke dua dari komunikasi terapeutik yaitu perbendaharaan kata mendapatkan hasil bahwa pasien puas sebanyak 20 orang (64%), sehingga dapat dikatakan bahwa


(20)

52

saat berkomunikasi penggunaan kata oleh perawat dapat di mengerti. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dapat membuat komunikan mengerti dan memahami apa yang dibicarakan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Supratiknya (1995) yang mengatakan bahwa penggunaan gaya bahasa yang sederhana akan membuat orang yang diajak bicara mengerti apa yang di maksud oleh komunikator.

Berdasarkan persentase indikator ke tiga yaitu denotatif dan konotatif mendapatkan hasil pasien dominan menjawab puas 21 orang (72%), dapat dikatakan bahwa penjelasan perawat mengenai keadaan pasien dan tentang cara minum obat yang baik dan benar dapat di pahami dengan baik oleh pasien. Pada indikator ke empat yaitu selaan dan kesempatan bicara mendapatkan hasil pasien dominan merasa puas 20 orang (68%), dapat disimpulkan bahwa perawat memberikan kesempatan berbicara dalam hal ini bertanya tentang kondisi pasien dan pasien merasa puas dengan hal tersebut. Pada indikator ke lima yaitu waktu dan relevansi mendapatkan hasil bahwa lebih dominan pasien menjawab puas dengan jumlah 21 orang (68%). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perawat memberikan waktu luang kepada pasien untuk istirahat tanpa


(21)

53

Berdasarkan variabel komunikasi non verbal pada indikator kinesik mendapatkan hasil bahwa dominan pasien mengatakan puas sebanyak 23 orang (76,7%). Hal ini menunjukan bahwa pasien merasa puas dengan penjelasan perawat tentang cara minum obat yang baik dan benar. Berdasarkan hasil persentase pada indikator haptik mendapatkan hasil bahwa lebih dominan pasien mengatakan puas 21 orang (70%), hal ini menunjukan bahwa pasien senang dengan perhatian perawat yang menepuk pundak dengan lembut ketika bertanya tentang kondisi pasien. Pada persentase indikator paralinguistik lebih dominan pasien mengatakan puas 22 orang (73%), dapat disimpulkan pasien senang dengan cara berkomunikasi perawat yang menggunakan nada lembut dan juga sopan ketika berbicara dengan pasien. Indikator terakhir dari komunikasi non verbal yakni tampilan fisik tubuh, paling banyak pasien mengatakan puas 18 orang (60%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan cara perawat berpakaian yang bersih dan rapi.

Berdasarkan hasil penelitian komunikasi terapeutik mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 20 orang (67%), dimana dapat dikatakan bahwa pasien merasa puas dengan komunikasi perawat di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang. Menurut Machfoedz (2009) komunikasi


(22)

54

yang di lakukan oleh perawat bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi pasien. Komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Darmawan (2009) dengan kuesioner sebagai instrument pengukur yaitu melebihi 50% (secara garis besar pasien merasa puas) dari jumlah responden yang diberikan kuesioner kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik.

Pada penelitian variabel tingkat kepuasan pasien indikator bukti langsung mendapatkan hasil pasien merasa puas 18 orang (60%). Baiknya mutu pelayanan pada variabel ini merupakan hal yang wajar, hal ini dikarenakan industri puskesmas merupakan industri yang mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat, kemampuan mutu pelayanan yang memperlihatkan kemampuan para dokter dan perawat secra tidak langsung memberikan edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal maupun wilayah puskesmas. Pada indikator keandalan dominan pasien mengatakan puas 20 orang (68%), dapat di simpulkan bahwa praktek perawat dalam tindakan keperawatan sudah baik dan pasien nyaman ketika perawat melakukan tindakan keperawatan. Selanjutnya pada indikator cepat tanggap


(23)

55

dominan pasien mengatakan puas sebanyak 21 orang (70%). Dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan perhatian perawat secara individual kepada pasien dan mengerti kebutuhan pasien.

Berdasarkan hasil persentase indikator jaminan mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 21 orang (68%). Skor yang tinggi pada indikator ini menjelaskan secara nyata bahwa interprestasi perawat secara personal dianggap mampu menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan etika profesi yang dimiliki. Disisi lain jaminan akan kemampuan dari Puskesmas memberikan pelayanan yang baik bagi pasien sehingga pasien memberikan kontribusi terhadap peningkatan citra Puskesmas yang lebih baik dimata masyarakat.

Pada indikator empati mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 19 orang (63%), sehingga dapat di simpulkan bahwa sikap empati yang diberikan perawat membuat pasien merasa nyaman dengan pelayanan keperawatan di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan pasien mendapatkan hasil bahwa pasien lebih dominan memilih puas dengan 19 orang (64%). Menurut Akbar dkk (2013) tingkat kepuasan pasien dinilai dari setiap tahap komunikasi yang


(24)

56

dilakukan perawat muali dai fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Setiap tahap tersebut dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui beberapa hal antara lain: komunikasi dari mulut kemulut, kebutuhan pribadi dan pengalaman masa lalu.

Berdasarkan hasil uji normalitas mendapatkan hasil nilai signifikan kepuasan pasien sebesar 0,278 dan komunikasi terapeutik sebesar 0,923 yang menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai singnifikansi >0,05. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang berdistribusi normal (Purnomo, 2015).

Dari uji linearitas nilai signifikan 0,000 yang jika disimpulkan bahwa antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien menunjukan hubungan tersebut berbentuk garis linear. Dengan kata lain jika komunikasi terapeutik baik maka semakin tinggi pula kepuasan pasien (Purnomo, 2015).

Analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini menggunakan uji

Spearman rank dengan jumlah responden yaitu 30 orang. Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,873 dengan signifikansi


(25)

57

0,000. Berdasarkan kriteria pengujian dapat ditarik kesimpulan dengan melihat nilai signifikansi. Pada kriteria pengujian: jika nilai signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan jika nilai signifikansi >0.05 maka Ho diterima (Sugiyono, 2011). Sehingga dapat diketahui bahwa koefisien tersebut mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan berhubungan erat. Nilai signifikansi adalah 0,000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik komunikasi terapeutik maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wijono (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien saat menerima pelayanan kesehatan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung proses keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Keefektifan komunikasi terapeutik yang digunakan oleh perawat dalam memberi asuhan keperawatan memiliki pengaruh yang erat dan signifikan terhadap tingkat kepuasan pasien. Artinya, semakin baik seorang perawat dalam berkomunikasi dengan pasien, pasien akan cenderung merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan instansi


(26)

58

pelayanan. Semakin sering seorang perawat menggunakan komunikasi terapeutik saat berinteraksi dengan pasien, pembentukan bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien akan semakin kuat. Selain itu komunikasi terapeutik memungkinkan semakin dekatnya hubungan perawat dengan pasien secara interpersonal. Hal tersebut didukung oleh Sulistiyaningsih (2007) yang menyebutkan bahwa hubungan perawat dengan pasien merupakan salah satu dimensi mutu pelayanan suatu instansi kesehatan.


(1)

53

Berdasarkan variabel komunikasi non verbal pada indikator kinesik mendapatkan hasil bahwa dominan pasien mengatakan puas sebanyak 23 orang (76,7%). Hal ini menunjukan bahwa pasien merasa puas dengan penjelasan perawat tentang cara minum obat yang baik dan benar. Berdasarkan hasil persentase pada indikator haptik mendapatkan hasil bahwa lebih dominan pasien mengatakan puas 21 orang (70%), hal ini menunjukan bahwa pasien senang dengan perhatian perawat yang menepuk pundak dengan lembut ketika bertanya tentang kondisi pasien. Pada persentase indikator paralinguistik lebih dominan pasien mengatakan puas 22 orang (73%), dapat disimpulkan pasien senang dengan cara berkomunikasi perawat yang menggunakan nada lembut dan juga sopan ketika berbicara dengan pasien. Indikator terakhir dari komunikasi non verbal yakni tampilan fisik tubuh, paling banyak pasien mengatakan puas 18 orang (60%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan cara perawat berpakaian yang bersih dan rapi.

Berdasarkan hasil penelitian komunikasi terapeutik mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 20 orang (67%), dimana dapat dikatakan bahwa pasien merasa puas dengan komunikasi perawat di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang. Menurut Machfoedz (2009) komunikasi


(2)

54

yang di lakukan oleh perawat bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi pasien. Komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Darmawan (2009) dengan kuesioner sebagai instrument pengukur yaitu melebihi 50% (secara garis besar pasien merasa puas) dari jumlah responden yang diberikan kuesioner kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik.

Pada penelitian variabel tingkat kepuasan pasien indikator bukti langsung mendapatkan hasil pasien merasa puas 18 orang (60%). Baiknya mutu pelayanan pada variabel ini merupakan hal yang wajar, hal ini dikarenakan industri puskesmas merupakan industri yang mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat, kemampuan mutu pelayanan yang memperlihatkan kemampuan para dokter dan perawat secra tidak langsung memberikan edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal maupun wilayah puskesmas. Pada indikator keandalan dominan pasien mengatakan puas 20 orang (68%), dapat di simpulkan bahwa praktek perawat dalam tindakan keperawatan sudah baik dan

pasien nyaman ketika perawat melakukan tindakan


(3)

55

dominan pasien mengatakan puas sebanyak 21 orang (70%). Dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan perhatian perawat secara individual kepada pasien dan mengerti kebutuhan pasien.

Berdasarkan hasil persentase indikator jaminan mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 21 orang (68%). Skor yang tinggi pada indikator ini menjelaskan secara nyata bahwa interprestasi perawat secara personal dianggap mampu menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan etika profesi yang dimiliki. Disisi lain jaminan akan kemampuan dari Puskesmas memberikan pelayanan yang baik bagi pasien sehingga pasien memberikan kontribusi terhadap peningkatan citra Puskesmas yang lebih baik dimata masyarakat.

Pada indikator empati mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 19 orang (63%), sehingga dapat di simpulkan bahwa sikap empati yang diberikan perawat

membuat pasien merasa nyaman dengan pelayanan

keperawatan di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan pasien mendapatkan hasil bahwa pasien lebih dominan memilih puas dengan 19 orang (64%). Menurut Akbar dkk (2013) tingkat kepuasan pasien dinilai dari setiap tahap komunikasi yang


(4)

56

dilakukan perawat muali dai fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Setiap tahap tersebut dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui beberapa hal antara lain: komunikasi dari mulut kemulut, kebutuhan pribadi dan pengalaman masa lalu.

Berdasarkan hasil uji normalitas mendapatkan hasil nilai signifikan kepuasan pasien sebesar 0,278 dan komunikasi terapeutik sebesar 0,923 yang menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai singnifikansi >0,05. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang berdistribusi normal (Purnomo, 2015).

Dari uji linearitas nilai signifikan 0,000 yang jika disimpulkan bahwa antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien menunjukan hubungan tersebut berbentuk garis linear. Dengan kata lain jika komunikasi terapeutik baik maka semakin tinggi pula kepuasan pasien (Purnomo, 2015).

Analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini menggunakan uji Spearman rank dengan jumlah responden yaitu 30 orang. Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,873 dengan signifikansi


(5)

57

0,000. Berdasarkan kriteria pengujian dapat ditarik kesimpulan dengan melihat nilai signifikansi. Pada kriteria pengujian: jika nilai signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan jika nilai signifikansi >0.05 maka Ho diterima (Sugiyono, 2011). Sehingga dapat diketahui bahwa koefisien tersebut mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan berhubungan erat. Nilai signifikansi adalah 0,000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik komunikasi terapeutik maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wijono (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien saat menerima

pelayanan kesehatan adalah komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung proses keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Keefektifan komunikasi terapeutik yang digunakan oleh perawat dalam memberi asuhan keperawatan memiliki pengaruh yang erat dan signifikan terhadap tingkat kepuasan pasien. Artinya, semakin baik seorang perawat dalam berkomunikasi dengan pasien, pasien akan cenderung merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan instansi


(6)

58

pelayanan. Semakin sering seorang perawat menggunakan komunikasi terapeutik saat berinteraksi dengan pasien, pembentukan bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien akan semakin kuat. Selain itu komunikasi terapeutik memungkinkan semakin dekatnya hubungan perawat dengan pasien secara interpersonal. Hal tersebut didukung oleh Sulistiyaningsih (2007) yang menyebutkan bahwa hubungan perawat dengan pasien merupakan salah satu dimensi mutu pelayanan suatu instansi kesehatan.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 31

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Kartu BPJS terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Kartu BPJS terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang T1 BAB IV

0 2 13

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Kartu BPJS terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang T1 BAB III

0 0 8

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Kartu BPJS terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang T1 BAB II

0 1 17

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna Kartu BPJS terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang T1 BAB I

0 0 6