agar tidak licin ketika digunakan. Sepatu ini cocok dipadukan dengan pakaian formal seperti kemeja polos atau batik, dengan bawahan celana berbahan kain.
b. Aspek Estetis
Pada umumnya sepatu pantopel memiliki potongan pola vamp yang terdiri dari apron dan vamp wing, namun sepatu ini menggunakan variasi beberapa
potongan pada bagian apron seperti potongan apron yang dibagi menjadi dua dan disambung dengan menggunakan teknik jahitan stik balik dan jahit tindih, selain
itu pada bagian ujung apron diberikan sambungan unutk menghadirkan kesan sepatu yang lebih kuat. Kemudian untuk sambungan antara pola apron dan vamp
wing menggunakan jahit silang yang dijahit dengan menggunakan jahitan tangan. Untuk bagian quarter menggunakan kulit nabati dengan ornament satu daun sirih
yang sederhana, dengan pewarnaan menggunakan antique dye warna light brown dan finishing menggunakan acrilyc laquer. Dan pada bagian belakang upper
diberi sambungan dengan back counter. Sepatu ini tidak memiliki lubang tali untuk mengatur ukuran sesuai kenyamanan pemakainya, namun pada bagian
dsamping lidah sepatu ini diberi karet elastis untuk memudahkan pemakainya untuk menggunakan dan melepas sepatu. Untuk bagian bottom nya, sepatu ini
menggunakan sol dengan bahan kulit nabati yang diberi pita jahitan disekeliling bagian atas sol untuk memberikan kesan jahitan selain itu untuk mengisi rongga
antara upper dan bottom. Untuk menghindari kesan licin pada permukaan sol kulit nabati maka bagian belakang hak nya diberi karet.
c. Aspek Ergonomi
Sepatu ini memiliki beberapa lubang kecil pada bagian apron bertujuan sebagai sirkulasi udara pada kaki. Selain itu, dalam sepatu ini juga
mempertimbangkan sisi kesehatan pemakai. Sehingga hak yang digunakan untuk sepatu ini hanya 3 cm. Penambahan hak bertujuan untuk menambah tinggi badan
pemakainya agar lebih menarik.
d. Aspek Bahan
Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kulit pullup dan kulit nabati, kulit pullup yang sudah ditipiskan sebagai lining atau pelapis untuk
membuat sepatu nyaman ketika dipakai, dan kain keras sebagai pengeras untuk menjaga bentuk sepatu. Warna yang digunakan adalah warna dark brown dan
lightbrown untuk bahan kulit pull up, sedangkan untuk kulit nabati menggunakan warna dark brown, pewarnaan menggunakan antique dye dark brown dan
finishing menggunakan acrylic laquer dengan diberi sentuhan ornamen daun sirih. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu insol menggunakan
kulit pull up, spon ati, serta texson, dan untuk bagian outsol menggunakan bahan sol dari kulit nabati, untuk bagian hak diberi potongan karet pada bagian belakang
hak dengan tujuan untuk mengurangi efek licin pemakaian. Kemudian penambahan tamsin untuk menjaga bentuk bottom sepatu selain itu agar sepatu
tidak mudah patah pada bagian bottom.
e. Aspek Proses
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan karya sepatu ini adalah : 1
Langkah pertama adalah membuat desain sepatu dan desain ornamen daun sirih
2 Proses selanjutnya adalah membuat pola dasar dan pecah pola yang
terdiri dari upper dan bottom 3
Kemudian pola dicopykan pada bahan yang sesuai, dan selanjutnya dilakukan proses pemotongan bahan.
4 Pola dengan bahan kulit nabati dan ornamen daun sirih, selanjutnya
dilakukan proses carving secara handmade 5
Selanjutnya dilakukan proses penyambungan setiap pola dengan menggunakan mesin jahit.
6 Upper yang sudah jadi kemudian disatukan dengan lining
7 Selanjutnya dilakukan proses lasting dengan alat sederhana
8 Setelah itu proses asembling antara upper dan bottom dengan
menggunakan mesin press 9
Proses terakhir adalah finishing, pada proses finishing kulit upper di semir dengan semir natural, kemudian untuk kulit nabati dengan
ornamen daun sirih diberi warna dark brown dan dilakukan finishing menggunakan antique dye.
B. Sepatu Derby Classic