diolah lebih lanjut dalam Pedoman Maastricht Untuk Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
3.2. Prinsip Penegakan Hukum Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Tidak ada manfaatnya pengakuan adanya hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya dalam sejumlah instrumen hukum, baik internasional maupun nasional,
manakala terjadi pelanggaran tidak terdapat upaya untuk memperjuangkan perolehan hak-hak tersebut. Artinya, penghormatan, perlindungan, dan pelaksanaan
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya tidak hanya berhenti pada perumusannya dalam sejumlah produk hukum legilatif, tapi harus ditindaklanjuti antara lain melalui
upaya hukum peradilan. Dalam Prinsip-Prinsip Limburg dimuat di dalamnya sejumlah prinsip
penegakkan hukum oleh badan peradilan dalam upaya pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, sebagaimana dikutip berikut ini dalam Ifdhal Kasim
dan Johanes da Masenus Arus, ed., 2001:339-369. Prinsip 8, meskipun pelaksanaan sepenuhnya hak-hak yang diakui dalam
Kovenan akan dicapai secara bertahap, pelaksanaan beberapa hak dapat dibenarkan dengan segera, sementara hak-hak lainnya dapat dibenarkan setelah
beberapa waktu kemudian. Prinsip 13, semua badan yang memantau Kovenan seharusnya memberikan
perhatian khusus kepada prinsip-prinsip non-diskriminasi dan persamaan di hadapan hukum pada saat menilai kepatuhan negara pihak terhadap Kovenan.
Prinsip 17, pada tingkat nasional, negara pihak seharusnya menggunakan semua sarana yang tepat, termasuk tindakan-tindakan legislatif, administratif,
yudisial, ekonomi, sosial dan pendidikan, sesuai dengan sifat dari hak-hak untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Kovenan ini.
Prinsip 19, negara pihak seharusnya menyediakan upaya perbaikan efektif yang meliputi, apabila tepat, upaya perbaikan yudisial.
Prinsip 78, dalam melaporkan langkah-langkah hukum yang diambil untuk memberikan pengaruh pada Kovenan, negara pihak seharusnya tidak hanya
menggambarkan suatu ketentuan legislatif yang relevan. Mereka seharusnya merinci, apabila tepat, upaya perbaikan lewat pengadilan, prosedur administratif dan
tindakan-tindakan lain yang telah diambil untuk memberlakukan hak-hak tersebut dan praktek-praktek berdasarkan upaya perbaikan dan prosedur tersebut.
Dari prinsip-prinsip tersebut menyimpulkan suatu dinamika perkembangan pemikiran, bahwa pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dapat
diajukan ke pengadilan. Jadi, argumentasi bahwa hak-hak ekonomi, sosial dan budaya pelaksanaannya secara bertahap dan tidak dapat diajukan ke pengadilan,
sebagaimana tampil pada saat perumusan hukum DUHAM ke dalam dokumen perjanjian, tidak lagi diikuti sepenuhnya.
Penggunaan lembaga peradilan dalam pelaksanaan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya adalah melalui penggunaan prinsip non-diskriminasi. Dikatakan oleh
Katarina Tomasevski, perlunya penekanan prinsip non-diskriminasi yang merupakan prinsip hak asasi manusia yang mendasar, karena merupakan titik awal yang paling
jelas dalam melaksanakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya Manfred Nowak 2001:235. Dilanjutkan oleh Manfred Nowak 2001:235 semua usaha untuk
menghapus diskriminasi, baik secara de jure maupun de facto, serta upaya untuk mengadopsi tindakan-tindakan khusus untuk menyediakan kesempatan bagi
kelompok-kelompok yang tidak beruntung dalam menikmati hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, memainkan peran yang penting dalam PrinsipPrinsip Limburg.
Yang dimaksudkan oleh Manfred Nowak adalah Prinsip 37 dan 38 dari Prinsip-Prinsip Limburg, yang rumusan selengkapnya adalah sebagai berikut:
37. Setelah menjadi pihak dari Kovenan ini, negara-negara harus menghilangkan diskriminasi de jure dengan menghapuskan tanpa
menunda lagi setiap undang-undang, peraturan dan praktek yang diskriminatif termasuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan
perbuatan yang mempengaruhi dinikmatinya hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
38. Diskriminasi de facto yang terjadi sebagai akibat dari dinikmatinya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang tidak seimbang, yang disebabkan oleh
kekurangan sumber daya atau lainnya, seharusnya diakhiri secepat mungkin.
3.3. Ruang Lingkup Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya