3
BAB II SISTEM HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA:
KERANGKA TEORITIK DAN KERANGKA HUKUM
2.1. Kerangka Teoritik Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Sistem hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya merupak sub sistem dari sistem hak-hak asasi manusia, dan terakhir ini merupakan sub sistem dari sistem hukum,
tepatnya adalah hukum -internasional tentang hak asasi manusia. Sistem hukum, menurut Lawrence M. Friedman terdiri dari unsur-unsur isi hukum, kelembagaan
hukum, dan budaya hukum dalam Soerjono Soekanto 1986:45. Sedangkan menurut Seidman, sistem hukum itu terdiri dari pembentuk undang-undang, undang-
undang peraturan-peraturan, dan agen pelaksana Ann Seidman, Robert B. Seidman, dan Nalin Abeyserkere 2001:14. Dalam konteks makalah ini, HAM dapat
dipahami dengan menggunakan kerangka sistem hukum. Dalam konteks sistem hukum Friedman, menyangkut isi hukum contens of
law adalah ketentuan-ketentuan tentang HAM yang dituangkan dalam instrumen hukum internasional, dalam hal ini terutama adalah Kovenan Internasional Hak-hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Kelembagaan hukum structure of law, yakni semua perangkat kelembagaan dan pelaksana dari ketentuan-ketentuan tentang hak-hak
ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini penegakan hukum oleh pengadilan terhadap pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Menyangkut unsur
budaya hukum, yakni persepsi, pemahaman, sikap penerimaan tentang dua unsur sistem hukum terdahulu.
Dalam konteks sistem hukum Seidman, HAM dapat dipahami sebagai berikut. Unsur pembentuk undang-undang adalah lembaga-lembaga internasional dan
negara-negara yang terkait dengan pembentukan instrumen hukum internasional tentang HAM, khususnya hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Peraturan-peraturan
adalah instrumen hukum internasional tentang HAM khususnya Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Agen pelaksana adalah badan-
badan baik internasional, regional, maupun nasional yang melaksanakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, terutama lembaga pengadilan yang menyelesaikan
kasus-kasus pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Makalah ini difokuskan pada aspek peraturan atau isi hukum dan kelembagaan pengadilan dalam penegakkan hukum hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya. Menyangkut isi hukum, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, selain dituangkan dalam Kovenan, untuk peningkatan pelaksanaannya oleh sejumlah ahli
hukum internasional telah dirumuskan Prinsip-Prinsip Limburg, yang ditindaklanjuti dengan Pedoman Maastricht.
Prinsip Limburg dirumuskan oleh satu kelompok ahli terkemuka di bidang hukum internasional, yang diundang oleh Komisi Internasional Ahli Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Limburg Belanda dan Institut Urban Morgan untuk Hak Asasi Manusia Universitas Cincinnati Ohio, Amerika Serikat, berkumpul di Maastricht
pada 2-6 Juni 1986 untuk membahas sifat dan ruang lingkup kewajiban negara- negara pihak pada Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Sedangkan Pedoman Maastricht, dirumuskan pada peringatan ulang tahun ke-10 Prinsip Limburg, oleh sekelompok ahli di Maastricht pada 23-26 Januari 1997 dalam
sebuah pertemuan yang diadakan oleh Komisi Internasional Ahli Hukum, Lembaga HAM Urban Morgan Cicinnati, Amerika Serikat, dan Pusat HAM Fakultas Hukum
Universitas Maastricht Belanda. Tujuan pertemuan adalah untuk menguraikan Prinsip Limburg, mengenai sifat dan ruang lingkup pelanggaran hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus , ed. 2001:339-340, 370-371.
2.2. Kerangka Hukum Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya