Namun karena rumusan norma tersebut dirumuskan sebagai kewajiban bagi negara untuk berusaha, maka tidak kuat dijadikan dasar penuntutan maupun dasar
pengujian bagi hakim. Lain halnya dengan Pasal 26 Kovenan Hak-hak sipil dan Politik yang merumuskannya sebagai hak setiap semua orang. Sebagai hak,
memberikan kesempatan untuk melakukan tuntutan ketika haknya dilanggar. Lebih dari itu, Kovenan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tidak mengenal mekanisme
pengaduan perorangan, sebagaimana yang diadopsi dalam Kovenan Sipil dan Politik melalui Protokol Opsional.
4.2. Dukungan Instrumen Lainnya
Dalam Konvensi Eropa, klausul non-diskriminasi tertuang pada Pasal 14, bahwa perolehan hak-hak dan kebebasan yang dinyatakan dalam Konvensi ini
harus dapat dilindungi tanpa diskriminasi dengan alasan jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan lain; asal kebangsaan atau
sosial, hubungannya dengan kaum minoritas, harta kekayaan, kelahiran atau status lainnya. Sedangkan Pasal 6 ayat 1 Konvensi Eropa, sebagaimana dikemukakan di
atas digunakan untuk memperluas perlindungan pada hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, mengatur tentang klausul peradilan yang jujur. Pasal 6 ayat 1 paragraf
pertama menentukan: Dalam penetapan mengenai hak dan kewajiban warga negara atau setiap
tuntutan kejahatan terhadapnya, setiap orang diberi hak untuk memperoleh pemeriksaan yang jujur dan terbuka untuk umum dalam waktu yang layak
oleh pengadilan yang bebas dan netral yang dibentuk oleh undang-undang Ian Brownlie 1993:318.
Atas dasar klausul peradilan yang jujur, dalam pengertian pemeriksaan yang jujur dalam jangka waktu yang layak, Pengadilan HAM Eropa, dalam kasusu Salesi
v. Italy, memutuskan telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 6 1 Konvensi Eropa, karena lamanya proses pemeriksaan secara layak, yakni lebih dari enam tahun.
Dalam kasus Schuler-Zgragge v. Swizerland, Swizwerland menolak permohonan penggugat untuk mendapatkan asuransi sosial dan bantuan kesehatan,
karena ia seorang perempuan menikah dengan satu anak, dan tidak akan kembali bekerja bahkan apabila ia tidak mempunyai masalah kesehatan. Oleh penggugat
klausul non-diskriminasi Pasal 14 dan peradilan yang jujur Pasal 6 dijadikan dasar gugatan, dengan perkataan lain, gugatan penggugat bahwa penolakan
tersebut merupakan pelanggaran terhadap Pasal 14 dan Pasal 6 Konvensi Eropa.
Kemudian Pengadilan mempertimbangkan : “keputusan umum yang berlaku saat ini adalah bahwa Pasal 6 paragraf 1 berlaku untuk asuransi sosial, bahkan termasuk
bantuan kesehatan”. Dikatakan pula bahwa keputusan tersebut dibenarkan berdasa
rkan fakta bahwa pemohonpenggugat “mengklaim hak ekonomi individu yang berasal dari undang-undang yang secara khusus terdapat dalam undang-
undang federal”. Dengan demikian, menurut Pengadilan HAM Eropa bahwa hak-hak ekonomi dan sosial yang telah tercantum dalam undang-undang, harus dapat
dinikmati oleh setiap orang tanpa memperhatikan, apakah ia seorang perempuan menikah atau tidak, dan harus pula mendapatkan hak untuk diperiksa secara jujur
dalam memperjuangkan perolehan hak-haknya. Dari kasus-kasus tersebut menegaskan bahwa hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya juga mempunyai watak hukum dalam penerapannya, artinya bisa dituntut ke pengadilan, namun melalui penggunaan interpretasi ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam Kovenan lain, dalam hal ini adalah Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik dan Konvensi Eropa Tentang Hak Asasi Manusia.
Selain itu masih ada pilihan lain untuk penegakan hukum hak-hak ekonomi, sosial dan budaya adalah melalui penggunaan judicial review. Dikatakan oleh
Asbjorn Eide 2001:37 ketika membahas fungsi produktif negara merupakan salah satu aspek kewajiban negara terpenting dalam kaitannya dengan hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya; dan ini mirip dengan peran negara sebagai pelindung terhadap hak-hak sipil dan politik. Komponen penting dalam kewajiban itu ini yaitu
“melindungi”. Perundang-undangan semacam itu dapat diatur untuk proses peninjauan hukum judicial review, dan karena itu mematahkan alasan bahwa hak-
hak ekonomi, sosial dan budaya, secara inheren tak dapat dituntut ke pengadilan non-justiciable.
4.3. Dukungan Sistem Hukum Indonesia