Bioekologi Makrozoobentos TINJAUAN PUSTAKA

9

2.2. Bioekologi Makrozoobentos

Biota bentik zoobentos berdasarkan ekologi terbagi kedalam 3 bagian, yaitu infauna, epifauna, dan epibentos. Infauna merupakan spesies yang seluruh atau sebagian hidupnya dengan substrat, salah satu contohnya adalah kerang dan cacing. Spesies infauna dominan di substrat halus dibagian subtidal, dengan sebagian pada substrat berpasir atau keras. Epifauna merupakan spesies yang hidup di atas atau menempel di permukaan seperti karang, bintang laut, teritip, dan sponges. Organisme zoobentos yang ada masuk kedalam kategori epifauna yaitu sekitar 80. Habitat epifauna berada di semua substrat, dengan sebagian kecil epifauna berada disubstrat keras dan sebagian besar kelimpahan dan keanekaragman epifauna berada disubstrat berbatu dan terumbu karang. Bentik epibentos merupakan organisme yang hidup didasar laut dan berenang, seperti kepiting dan udang-udangan. Berdasarkan ukuran organisme bentik terbagi kedalam 3, yaitu makrofauna, meiofauna, dan mikrofauna Lalli dan Parsons 2004. Makrobentik merupakan organisme yang masuk kedalam makrofauna. Makrozoobentos dapat ditemukan di darat, air tawar, dan laut. Makrozoobentos di ekosistem laut dapat ditemukan dari kedalaman 0 yaitu supralittoral sampai dengan hadal pelagik. Jenis kelompok makrozoobentos yang dapat ditemukan seperti dari filum protozoa foraminifera, porifera, cnidaria, moluska bivalvia, gastropoda, ekhinodermata, arthropoda krustacea, kordata tunikata Lalli dan Parsons 2004 yang menempati substrat seperti pasir kasar dan halus, berlumpur sampai dengan berbatu. Kelompok organisme terbanyak yang pernah dilaporkan pertama adalah arthropoda kepiting, udang, teritip, laba- laba laut, dan yang kedua adalah dari kelompok moluska dengan jumlah yang diketahui lebih dari 200,000 spesies Castro dan Huber 2003. Menurut Nybakken 1992 kelompok organisme yang dominan di substrat halus terdiri dari 4 kelompok yaitu kelas krustacea seperti kepiting, kelas Polychaeta, filum ekhinodermata, dan moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Makrozoobentos habitat di ekosistem mangrove adalah krustacea udang- udangan, kepiting, gastropoda, bivalvia Hogarth 2007, dan sponges Nagelkerken et al. 2008, sedangkan makrozoobentos di habitat ekosistem lamun sama seperti di mangrove, tetapi terdapat makrozoobentos lainnya yaitu dari filum ekhinodermata Hogarth 2007 dan policaeta Hemminga dan Duarte 2000. 10 Makrozoobentos di ekosistem mangrove dan lamun memiliki perbedaan dalam kebiasaan tipe makan dan sumber makanan. Sumber makanan untuk biota yang hidup di dasar perairan terdiri dari detritus, plankton, mikroorganisme yang melekat di dasar Barnes 1987, dan tumbuhan yang ada di lingkungan pesisir. Berdasarkan kebiasaan makan, makrozoobentos digolongkan menjadi herbivora, karnivora, omnivor, pemakan bangkai, filter atau suspensionfeeder, pemakan deposit, dan parasit. Makrozoobentos seperti moluska gastropoda dan bivalvia memiliki kebiasan makan filter atau suspension dan depositfeeder, sedangkan krustacea seperti kepiting memiliki kebiasaan makan sebagai pemakan deposit. Mekanisme cara makan dari biota yang memiliki kebiasaan makan dengan filter atau suspension feeder adalah dengan memasukkan air kedalam tubuhnya melalui sifon ventral karena adanya gerakan silium-silium di permukaan tubuh. Makanan dan oksigen dilewatkan melalui insang dan karena insang berlubang, maka air terus dilewatkan ke kanal suprabranchial di atas insang, yang akhirnya keluar melalui sifon dorsal. Partikel-partikel makanan disaring ke luar dan terperangkap oleh lendir yang menutupi insang. Kemudian silium membawa makanan dan lendir bersama-sama menuju “palp”, tempat dilakukannya pemisahan material yang berguna dan tidak berguna. Makanan yang sesuai akan dibawa memasuki mulut dan dicerna Soewignyo et al. 2005. Biota yang memiliki kebiasaan makan sebagai deposit feeder, mekanisme cara makannya adalah dengan dua cara yaitu memasukkan makanan ke mulut dengan menggunakan tangan dan tanpa menggunakan tangan yaitu langsung dengan mulutnya. Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa sumber makanan makrozoobentosfilter atau suspension feeder seperti bivalvia adalah foraminifera Broom 1985, plankton dan detritus Rudi 1999, bentik mikroalga Yokoyama dan Ishihi 2003, POM Kasai et al. 2004; 2006, material lamun Vonk et al. 2008, fitoplankton Fukumori et al. 2008 b ; Yokoyama et al. 2009; Antonio et al. 2010, mikro dan mesozooplankton, partikel-partikel pasir Davenport et al. 2011. Sumber makanan gastropoda sebagai deposit feeder adalahmakroalga Smith et al. 1985, mikroalga epifit di lamun Kharlamenko et al. 2001 , zooplankton Alfaro 2008, dan bentik mikroalga, sedimen, tumbuhan epifit, daun mangrove Lopes et al. 2009. Sumber makanan makrozoobentos seperti kepiting berasal dari makroalga, kulit kayu pneumatophores mangrove Wada 11 dan Wowor 1989, tumbuhan mangrove Nordhaus dan Wolff 2007, dan biota mangrove Nordhaus et al. 2011. Sumber makanan pada ekosistem intertidal tidak bergantung pada satu sumber makanan Alfaro et al. 2006, akan tetapi bergantung pada beberapa sumber produsen primer yang berasal dari dalam autochthonous atau luar ekosistem allochthonous. Sumber makanan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mikrohabitat, arus, pasang surut, musim, dan morfologi. Faktor-faktor tersebut yang dapat menjadikan pola distribusi dari makrozoobentos di suatu habitat. Menurut Lee 2008 struktur dari kumpulan makrozoobentos dipengaruhi oleh kondisi lingkungan lokal, ketersediaan bahan organik, dan karakteristik sedimen. Gambar 4 Jaring-jaring makanan di wilayah intertidal Karleskint et al. 2010. Sumber makanan di ekosistem mangrove dan lamun merupakan bagian dari komponen biotik yaitu sebagai produsen utama primer. Produsen primer adalah organisme yang memproduksi makanan sendiri autotrophs dan merupakan komponen dasar dari rantai makanan yang ada di seluruh ekosistem. Produsen primer di ekosistem pesisir merupakan sumber energi bagi biota akuatik yang membentuk rantai makanan dan selanjutnya membentuk jaring makanan Gambar 4. Ekosistem pesisir merupakan suatu bentuk rantai dan jaring-jaring makanan yang kompleks dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen tertinggi Bergamino et al. 2011. Rantai makanan adalah 12 perpindahan organik dari tingkat trofik level ke trofik level lainnya melalui peristiwa makan memakan yang dengan produsen primer sebagai trofik level yang pertama Campbell et al. 2008. Komponen utama dari produsen primer adalah hasil dari fotosintesis dan respirasi Gambar 4. Fotosintesis berasal dari tumbuhan dan alga yang menyerap dari sinar matahari dan pigmen zat hijau daun yang menghasilkan energi berupa karbon, hidrogen, dan oksigen, sedangkan respirasi yang berasal dari fotosintesis dimanfaatkan oleh bakteri yang menghasilkan nitrogen. Selain itu, bakteri memberikan kontribusi terhadap pembentukan dekomposisi lamun dan mangrove, sehingga material dekomposisi dapat dijadikan sumber makanan Zieman et al. 1984. Karbon dan nitrogen dari produsen primer berpindah ke trofik level pertama yaitu konsumen primer. Konsumen primer di zona intertidal berupa organisme herbivora seperti dari kelas ikan kecil, bivalvia, gastropoda, atau dari krustacea. Konsumen primer kemudian dimakan oleh organisme karnivora seperti ikan besar, yang disebut dengan konsumen sekunder. Organisme karnivora yang memakan konsumen sekunder disebut dengan konsumen tersier, dan di atas tersier disebut konsumen kuaterner yaitu konsumen tertinggi dalam tingkat trofik contohnya manusia Gambar 5. Menurut Campbell et al. 2008 dalam satu ekosistem yang membentuk rantai makanan kemudian membentuk hubungan makan-memakan yang saling menjalin dan selanjutnya membentuk jaring-jaring makanan. Ekosistem lamun dan mangrove memiliki keterkaitan satu sama lain Marguillier et al. 1997; Gambar 5. Biota yang berasal dari ekosistem lamun, seperti ikan, bermigrasi ke ekosistem mangrove untuk mencari makan dan memijah. Ikan yang berada di ekosistem lamun memakan material tumbuhan lamun, ikan-ikan kecil, gastropoda, dan udang. Kemudian ikan bermigrasi ke ekosistem mangrove dan mencari makan. Sumber makanan ikan yang ada di ekosistem mangrove seperti material dari tumbuhan mangrove, ikan-ikan kecil, gastropoda, bivalvia, dan kepiting. Proses makan memakan terjadi secara langsung ataupun tidak langsung dalam suatu ekosistem. 13 ----- : Batasan ekosistembiota yang bermigrasi : Proses makan memakan secara langsung Gambar 5 Ilustrasi jaring-jaring makanan di ekosistem lamun dan mangrove a. Kneer et al. 2008; b. Marguillier et al. 1997; c. Zieman et al. 1984; d. Nordhaus dan Wolff 2007; e. Meziane dan Tsuchiya 2000; f. Sheaves dan Molony 2000; g. Tewfik et al. 2005. Karbon dan nitrogen merupakan unsur utama yang dibutuhkan oleh setiap organisme yang di darat dan laut. Karbon dan nitrogen merupakan salah satu unsur esensial yang ada di dalam proses kehidupan dan dibutuhkan dalam jumlah besar Campbell et al. 2008. Proses perpindahan sumber makanan merupakan proses satu kesatuan dengan perpindahan karbon dan nitrogen. Sumber karbon dan nitrogen dari produsen primer memiliki nilai yang bervariasi dan dipengaruhi faktor lingkungan seperti fisik, kimia, dan biologi. 2.3. Isotop Stabil 2.3.1. Sifat Kimiawi Isotop Stabil