BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Anatomi duodenum
Duodenum berasal dari kata dodekodoktulos =duabelas jari yang embriologisnya berasal dari foregut dan midgut. Panjangnya kurang lebih
sama dengan lebar duabelas jari tangan dua puluh lima sampai tiga puluh sentimeter yang dijejerkan, mempunyai bentuk seperti huruf C yang
melengkung mengelilingi kaput pankreas.
10
Duodenum terdiri dari empat bagian yaitu:
o pars superior
o pars descendens
o pars inferior
o pars ascendens
Sekitar dua sampai lima sentimeter bagian pertama pars superior duodeni tertutup oleh peritoneum. Omentum minus melekat pada bagian
atas pars superior dan omentum majus pada bagian bawahnya. Dengan adanya ligamentum hepatoduodenale maka bagian pertama pars superior
7
duodeni terletak pada intraperitoneal sedangkan pada bagian yang lain terletak retroperitoneal sekunder.
2.1.1.1. Pars superior duodeni. Panjangnya dua setengah sampai lima sentimeter. Bagian proksimal pars superior duodeni disebut
duodenal cap karena lipatan mucosanya sedikit sehingga pada pemeriksaan radiografi, permukaanya tampak licin. Bagian ini
mudah bergerak mengikuti perubahan letak pylorus, karena mempunyai
mesenterium yang
berupa ligamentum
hepatoduodenale. Setengah bagian distal tidak mempunyai mesenterium sehingga sukar bergerak.
2.1.1.2. Pars descendens duodeni. Panjangnya delapan sampai sepuluh sentimeter, berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale
kanan, pada sisi kanan vertebra lumbale kedua dan ketiga. Bagian ini mempunyai lipatan mukosa yang lebih tebal. Dibagian anterior,
pars descendens duodeni berhubungan dengan vesica fellea, lobus hepatis dexter, colon transversum, intestinum tenue. Dibagian
posterior terdapat ureter kanan hilum renale kanan; disebelah lateral berhubungan dengan colon ascendens,flexura coli
dextra,dan lobus hepatis dexter, sedangkan disebelah medial dengan caput pancreatis. Ductus pancreaticus, bersama dengan
ductus choledochus menembus dinding duodenum. Pada bagian posteromedial terdapat muara bersama dari ductus pancreaticus
dan ductus
choledochus dengan
membentuk ampulla
hepatopancreatica yang kemudian bermuara ke duodenum . Muara ini tampak berupa tonjolan yang disebut papilla duodeni
major Vater. Kadang kadang didapatkan masing masing saluran tersebut terdapat spinchter odii yang dapat mengatur cairan
empedu dan cairan pancreas. Ductus pancreaticus accesorius bermuara pada duodeni minor, yang letaknya sekitar dua
sentimeter disebelah atas papilla duodeni major.
2.1.1.3 Pars inferior duodeni. Panjangnya pars inferior duodeni bervariasi antara lima sampai delapan sentimeter,berjalan horizontal ke arah
kiri pada bidang subcostalis dibawah caput pancreatis setinggi vertebra lumbalis ke tiga. Arteria mesenterica superior dan vena
mesenterica superior yang terletak didepannya dapat menekan duodenum dan keadaan demikian dapat menyebabkan obstruksi
pada duodenum. Hal ini mungkin terjadi pada orang yang melakukan diet sangat ketat dan pada penyakit yang berat, yang
menyebabkan hilangnya jaringan lemak di dalam mesenterium yang membungkus pembuluh darah tersebut.
2.1.1.4. Pars ascendens duodeni. Bagian ini mempunyai panjang dua setengah sampai lima sentimeter, membelok keatas dan ke depan
sampai menjadi flexura duodenojejunalis. Didaerah ini terdapat ligamentum suspensorium duodeni Treitz yang terdiri dari otot
polos dan jaringan elastik berbentuk seperti segitiga yang berjalan di bagian belakang duodenum menuju crus dextrum dari
diaphragma. Ligamentum ini memperkuat bagian akhir duodenum dan dapat menjadi tanda pada waktu melakukan pembedahan
karna dapat diraba. Mucosa bagian pertama duodenum halus dan rata,sedangkan bagian selanjutnyalebih kasar dan tebal,disebut
plica semicircularis Kerckring.
2.1.2 Fungsi duodenum
Duodenum masih berfungi untuk pencernaan dimana chyme yang masuk akan dicampur dengan sekresi dari hepar dan pankreas bersama
enzim yang disekresi oleh duodenum sendiri. Duodenum turut mengatur pengosongan gaster dan vesica fellea antara lain dengan cara mengeluarkan
hormon enterogastrone yang kerjanya menghambat peristaltik gaster dan juga menghasilkan cholecystokinin yang merngsang kontraksi dari vesica
fellea.
2.1.3 Pembuluh darah
Bagian proximal duodenum mendapat darah dari cabang arteria coeliaca yaitu arteri gastrica dextra dan arteria gastroduodenalis. Dari arteri
gastroduodenalisdipercabangkan arteria pancreaticoduodenalis superior. Bagian distal duodenum mendapat darah dari cabang arteria mesenterica
superior yaitu arteri pancreaticoduodenalis inferior. Pembuluh darah yang mensuplai darah untuk bagian pertama duodenum dan bagian akhir gaster
kurang banyak,sehingga
bagian duodenum
ini diangkat
pada pembedahan,maka bagian akhir gaster akan kekurangan darah sehingga
harus ikut dipotong. Berlainan dengan bagian proximal , supali darah untuk pars descendens dudeni dan pars inferior duodeni sangat banyak. Darah
vena pada akhirnya akan dialirkan ke vena portae hepatis. Karena letak duodenum yang sebagian besar retroperitoneal,maka ada anastomasis
transperitoneal melalui vena Retzius dengan sistem vena umum pada dinding tubuh.
2.1.4 Persarafan
Duodenum mendapatkan persaraan saraf parasimpatis dari nervus vagus melalui plexus coeliacus dan persarafan simpatis melalui nervus
splanchnicus major,ganglia coeliaca dan plexus coeliacus. Rasa nyeri dari pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disalurkan melalui
nervus splanchnicus major yang mempunyai hubungan dengan saraf spinal dari segmenta thoracicae tujuh sampai sembilan yang mengurus
epigastrium.
Gambar anatomi duodenum 2.1.
2.2 Fisiologi Duodenum