Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

(1)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Oleh ZULFITRI ELIA

117032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE COMPARISON OF ADOLESCENCE KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT REPRODUCTIVE HEALTH AT MADRASYAH ALIYAH NEGERI MEULABOH-1 ( MAN-1) AND STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 (SMAN 2)

MEULABOH ACEH BARAT DISTRICT IN 2013

THESIS

By

ZULFITRI ELIA 117032212/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh ZULFITRI ELIA

117032212/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Zulfitri Elia Nomor Induk Mahasiswa : 117032212

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 27 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D


(6)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA

NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014

Zulfitri Elia 117032212/IKM


(7)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja berkaitan sekitar seksualitas terutama kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA). Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat di 9 Sekolah, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah sebesar 55,7%, sumber informasi tentang kesehatan reproduksi didapat melalui media 71,6%, hanya 22,8% yang mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit HIV/AIDS yaitu 74,9% menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua siswa-siswi MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Analisis data dengan mengunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja di MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan adalah sumber informasi dengan koefisien B sebesar 2,392 dan yang paling berpengaruh terhadap sikap remaja adalah teman sebaya dengan koefisien Bsebesar0,850.

Disarankan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan/Keluarga Sejahtera, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan program PIK-R di sekolah

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi


(8)

ABSTRACT

Adolescence is the periode of life from puberty to maturity. The very complex and very prominent problems among adolescents are about sexuality, especially unwanted pregnancies and abortions, sexually transmitted diseases, HIV/AIDS and Narcotics, Psychotropic and Addictive Substances abuse. Behavior Surveillance Survey (BSS) conducted by Aceh Barat District AIDS Countermeasure Commission (DACC) in 2011 at nine schools indicated that the level of teenagers’ knowledge of reproductive health was still low (55,7%), the source of information through media was 71,6%, and 22,8% was obtained from the source of persons. Teenagers is knowledge of preventing from HIV/AIDS was 74,9% states do not know, teenagers who undertand the risk of HIV/AIDS was still low.

The objective of research was to analyze the comparison of teenagers’ knowledge and attitude about reproductive health at Madrasyah Aliyah Negeri Meulaboh-1(MAN-1) and State Senior High School (SMAN 2) of Aceh Barat District in 2013. The type of the research was analytic survey with cross sectional design. The population were all students of MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The data were analyzed by using multiple logistic regression tests.

The result of research showed there was no difference of knowledge and attitude about reproductive health between teenagers at the MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The variable which had the most dominant influence on teenagers’ knowledge was source of information with coefficient of B 2,392 and the variable which had the most dominant influence on teenagers’attitude was the peer group with coefficient of B 0,850.

It is recommended that the Office of Women Empowerment/Family Welfare, Aceh Barat District Health Office to increase reproductive health service among adolescence by increasing student’s knowledge about reproductive health by providing health counseling and Information Center and Adolescents Conseling. (PIK-R) program implementation at schools.

keywords : Knowledge, Attitude, Reproductive Health


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “ Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada pembimbing yaitu : Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes selaku ketua komisi Pembimbing dan Dra. Jumirah, Apt. M. Kes selaku Anggota komisi pembimbing, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya tesis ini, kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Drs. Kintoko Rahadi, M.K.M, selaku dosen penguji I serta Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Aceh Barat beserta jajarannya yang telah mendukung saya dalam melakukan penelitian ini.

8. Suhadi, S.Ag kepala MAN Negeri Meulaboh-1 dan Drs. Marwanto, kepala SMA Negeri 2 Meulaboh beserta jajarannya yang telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian.

9. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Drs. H. Zulkarnain Djakfar dan Ibunda Hj. Nuraini, Us yang telah memberikan doa, kasih sayang serta motivasi selama penulis menjalankan pendidikan.

10. Teristimewa buat suami tercinta H. Ali Husaini, S.E atas segala doa, cinta, pengertian dan pengorbanannya serta kakak dan adik-adikku yang selalu


(11)

memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

11. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 umumnya dan minat studi Kesehatan Reproduksi khususnya.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2014 Penulis

Zulfitri Elia 117032212/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Zulfitri Elia dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1972 di Alur Bilie Aceh Barat. Anak Kedua dari enam bersaudara, dari pasangan ayahanda Drs. H. Zulkarnain Djakfar dan ibunda Hj. Nuraini,Us. Menikah dengan H. Ali Husaini, SE.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Ujong Baroh tamat Tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Lapang tamat Tahun 1988, Sekolah Perawat Kesehatan Depkes RI Meulaboh tamat Tahun 1991. Tahun 1992 melanjutkan Pendidikan Program Bidan di Meulaboh, Kemudian melanjutkan Pendidikan D-III Keperawatan di Akademi Keperawatan Depkes RI Dr. Otten Bandung tamat Tahun 1998. Tahun 2005 menyelesaikan pendidikan di program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh.

Tahun 1992 bertugas sebagai bidan desa Krueng Tinggai kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Tahun 1995 bertugas di Puskesmas Johan Pahlawan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Tahun 2005-2008 bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Bidang P2P, tahun 2008-2009 bekerja di bidang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, tahun 2009-2011 bekerja di Bidang P2PL Pada Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Tahun 2011 Mahasiswa Tugas Belajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kesehatan Reproduksi ... 11

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja ... 11

2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja………. 16

2.1.3 Upaya Penanggulanggan Kesehatan Reproduksi ... 17

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 24

2.3 Pengetahuan (Knowledge) ... 26

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 26

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan ... 26

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 28

2.4 Sikap (Attitude) ... 30

2.4.1 Pengertian Sikap ... 30

2.4.2 Komponem Pokok Sikap ... 32

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap ... 33

2.5 Landasan Teori ... 37


(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2 Waktu Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 44

3.6 Variabel dan Definisi Operasional ... 47

3.7 Metode Pengukuran ... 51

3.8 Metode dan Analisis Data……… 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 54

4.1.1 Gambaran MAN Meulaboh-1 ... 54

4.1.2 Gambaran SMA Negeri 2 Meulaboh ... 56

4.2 Analisis Univariat... 59

4.3 Analisis Bivariat ... 67

4.4 Analisis Multivariat ... 74

BAB 5. PEMBAHASAN ... 77

5.1 Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi ... 77

5.2 Sikap Remaja tantang Kesehatan Reproduksi... 78

5.3 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri-2 ... 80

5.4 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 3.1 Keadaan Siswa-siswi di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2

Meulaboh Tahun 2012/2013 ... 41

3.2. Perhitungan Besar Sampel Penelitian ... 42

3.3 Besar Sampel Berdasarkan Kelas di MAN Meulaboh-1 dan

SMA Negeri 2 Meulaboh... 43

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Teman

Sebaya ... 45

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan 46

3.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap ... 47

3.7 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 51

4.1 Data Jumlah Kelas, Rombongan Belajar dan Jumlah Siswa di

MAN Meulaboh1 Tahun pelajaran 2012/2013 ... 56

4.2 Jumlah Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 .... 58

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Perancu dii MAN Meulaboh 1

dan SMA Negeri 2 Kabupaten Aceh Barat ... 59

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item

Pernyataan Teman Sebaya di MAN Meulaboh-1 dan SMAN2 ... 60

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 62


(16)

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1

Dan SMAN 2 Meulaboh ... 62

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 ... 64

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Item Pernyataan

Sikap di MAN Meulaboh -1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 65

4.9 Hubungan Sekolah dengan Pengetahuan tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 67

4.10 Hubungan Sekolah dengan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi

di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 68

4.11 Hubungan Variabel Perancu dengan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2

Meulaboh ... 70

4.12 Hubungan Variabel Perancu dengan Sikap tentang Kesehatan

Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh ... 73

4.13 Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Remaja tentang

Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 ... 75

4.14 Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja tentang Kesehatan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ... 31 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 39


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 95

2. Kuesioner Penelitian ... 95

3. Uji Validitas Reliabilitas ... 101

4. Master Data ... 104

5. Hasil Uji Statistik ... 108

6. Random Number Tabel ... 137

7. Izin Survey Pendahuluan di MAN Meulaboh-1 ... 148

9. IzinSurvey Pendahuluan di SMAN 2 Meulaboh ... 149

8. Izin Melakukan Penelitian MAN Meulaboh 1 ... 151

9. Izin Penelitian di SMA Negeri 2 Meulaboh ... 152

10. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di MAN ... 153


(19)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja berkaitan sekitar seksualitas terutama kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA). Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat di 9 Sekolah, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah sebesar 55,7%, sumber informasi tentang kesehatan reproduksi didapat melalui media 71,6%, hanya 22,8% yang mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit HIV/AIDS yaitu 74,9% menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah semua siswa-siswi MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Analisis data dengan mengunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara remaja di MAN 1 dan SMAN 2 Meulaboh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan adalah sumber informasi dengan koefisien B sebesar 2,392 dan yang paling berpengaruh terhadap sikap remaja adalah teman sebaya dengan koefisien Bsebesar0,850.

Disarankan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan/Keluarga Sejahtera, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan program PIK-R di sekolah

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi


(20)

ABSTRACT

Adolescence is the periode of life from puberty to maturity. The very complex and very prominent problems among adolescents are about sexuality, especially unwanted pregnancies and abortions, sexually transmitted diseases, HIV/AIDS and Narcotics, Psychotropic and Addictive Substances abuse. Behavior Surveillance Survey (BSS) conducted by Aceh Barat District AIDS Countermeasure Commission (DACC) in 2011 at nine schools indicated that the level of teenagers’ knowledge of reproductive health was still low (55,7%), the source of information through media was 71,6%, and 22,8% was obtained from the source of persons. Teenagers is knowledge of preventing from HIV/AIDS was 74,9% states do not know, teenagers who undertand the risk of HIV/AIDS was still low.

The objective of research was to analyze the comparison of teenagers’ knowledge and attitude about reproductive health at Madrasyah Aliyah Negeri Meulaboh-1(MAN-1) and State Senior High School (SMAN 2) of Aceh Barat District in 2013. The type of the research was analytic survey with cross sectional design. The population were all students of MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The data were analyzed by using multiple logistic regression tests.

The result of research showed there was no difference of knowledge and attitude about reproductive health between teenagers at the MAN-1 and SMAN 2 Meulaboh. The variable which had the most dominant influence on teenagers’ knowledge was source of information with coefficient of B 2,392 and the variable which had the most dominant influence on teenagers’attitude was the peer group with coefficient of B 0,850.

It is recommended that the Office of Women Empowerment/Family Welfare, Aceh Barat District Health Office to increase reproductive health service among adolescence by increasing student’s knowledge about reproductive health by providing health counseling and Information Center and Adolescents Conseling. (PIK-R) program implementation at schools.

keywords : Knowledge, Attitude, Reproductive Health


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap mempunyai sifat khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana disekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut. Keadaan ini sering kali mendatangkan konflik batin dalam dirinya, apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tersebut tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial, yang bahkan mungkin harus ditanggung seumur hidupnya (Depkes RI, 2009).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya, oleh Bank Dunia masa ini disebut sebagai masa transisi kehidupan remaja yang penuh dengan permasalahan.

Permasalahan yang sangat kompleks dan sangat menonjol dikalangan remaja adalah yang berkaitan sekitar seksualitas terutama kehamilan yang tidak di inginkan


(22)

dan aborsi, terinfeksi penyakit menular seksual (infeksi menular seksual), HIV-AIDS serta penyalahgunaan Napza. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah remaja diantaranya melalui pelayanan kesehatan (BkkbN, 2010).

Dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan ICPD (Internasional Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994, masyarakat internasional mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk konseling. Kepedulian pemerintah terhadap kesehatan remaja sangatlah tinggi, sejak tahun 2000 kesehatan remaja diangkat menjadi program nasional. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi, pengetahuan dan perilaku remaja saat ini masih cukup memprihatinkan yang khususnya berhubungan dengan seksualitas (kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi ), NAPZA dan HIV-AIDS. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, didapatkan permasalahan NAPZA yang terjadi pada remaja antara lain perokok aktif hingga saat ini 47,0%, peminum alkohol aktif 19,2%. Pengguna NAPZA sebesar 1,5% dari penduduk Indonesia atau 3,2 juta, dan 78,0% diantaranya adalah remaja kelompok umur 20–29 tahun. Sedangkan jumlah orang hidup dengan HIV dan AIDS sampai dengan bulan Maret 2010 mencapai 20.564 kasus, 54,3% dari angka tersebut adalah remaja.

Perilaku seksual pranikah remaja sebanyak 84 orang (1%) dari responden pernah mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), 60,0% diantaranya mengalami atau melakukan aborsi. Melihat fenomena di atas, menunjukan remaja


(23)

dewasa ini semakin berani di dalam bertindak tanpa mengetahui risiko yang akan menimpa dirinya. Penyalahgunaan NAPZA akan berdampak pada komplikasi secara fisik, mental, emosional dan sosial, serta pengaruh buruk akibat hubungan sek pranikah dapat menularkan penyakit seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, trauma psikis serta putus sekolah sehingga akan mengancam masa depan mereka (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012)

Berdasarkan data dari BPS, BkkbN, dan Kemenkes RI yang mencatat laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 tercatat ada 82,6% dengan jumlah 129 perempuan berusia 15-24 tahun yang pernah berhubungan seks dan mereka juga pernah mendengar tentang dampak negatif dari tindakan melakukan hubungan seksual tersebut yaitu tentang HIV/AIDS, dan perempuan yang belum menikah tetapi pernah melakukan hubungan seks tercatat ada 88,2% dengan jumlah 9.919. Ada 58% perempuan yang mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan satu pasangan dan 37% menggunakan kondom dan membatasi hubungan seks dengan satu pasangan.

Tingginya perilaku berisiko di kalangan remaja kurang diimbangi dengan pemberian informasi kesehatan reproduksi yang cukup di sekolah. Hal ini terjadi karena peluang untuk memasukkan materi pendidikan kesehatan reproduksi sangat kecil.

Selama ini pendidikan kesehatan reproduksi terintegrasi dalam pelajaran seperti Biologi dan Agama. Di sisi lain media berkembang sangat pesat, pengaruh media terhadap remaja sangat besar. Media telah menjadi bagian dari kehidupan


(24)

remaja, di samping telah dianggap sebagai lebih dari teman sebaya atau ”peer Group” di kalangan mereka. Perkembangan media ini tidak terlepas dari peran teknologi informasi yang berkembang sangat pesat di dunia. Media yang saat ini termasuk sering diakses adalah internet (Affan, 2010).

Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja sangatlah penting karena pendidikan merupakan alat yang mendasar dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seorang remaja dalam menjaga dirinya. Secara umum diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Rendahnya pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi, berdampak pada perilaku berisiko di kalangan remaja.

Penelitian yang dilakukan Affan (2010) didapatkan hasil bahwa secara statistik mengindikasikan bahwa pendidikan kesehatan melaui E-file multimedia memiliki pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan remaja. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sugiharti dan Heny (2007) tentang perilaku berisiko remaja di Indonesia didapatkan hasil bahwa perilaku berisiko remaja berhubungan signifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua dan teman yang berperilaku berisiko.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah remaja kedalam perilaku berisiko adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di sekolah tentang kesehatan reproduksi, termasuk infeksi menular seksual dan napza. Dari laporan Survei Surveilans Perilaku (SSP) berisiko tertular HIV di Nanggroe


(25)

Aceh Darussalam tahun 2008, di kabupaten Aceh Barat didapatkan hasil masih ada remaja yang belum mendapatkan penyuluhan maupun pendidikan tentang kesehatan reproduksi, HIV, Sek dan Napza. Diantara tiga jenis penyuluhan yang ditanyakan yang paling banyak menjangkau remaja adalah penyuluhan tentang Napza (64,2%), sedangkan penyuluhan kesehatan reproduksi (53,3%), penyuluhan tentang HIV (37,7%), sedangkan pendidikan untuk menolak Seks masih kurang diikuti oleh remaja (35,2%), untuk perilaku seksual remaja lelaki yang sudah pernah melakukan hubungan seks dengan wanita penjaja seks sebanyak (8,7%) dan (37,9%) remaja lelaki dan wanita pernah melakukan hubungan seks lebih dari 1 orang (Dinkes Propinsi Aceh, 2008)

Penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui terutama remaja usia sekolah, karena usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi. Benita (2012) dalam penelitiannya menyatakan penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMP Gergaji. Purwanto (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna perbandingan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja antara SMU di perdesaan dan Perkotaan.

Untuk merespon permasalahan tersebut, pemerintah melalui BkkbN telah melaksanakan dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009) yang diarahkan untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka tegar keluarga guna mewujudkan


(26)

keluarga kecil bahagia sejahtera yang ditingkatkan melalui PIK-KRR dimana keberadaan dan peranannya di lingkungan remaja terutama di sekolah sangatlah penting dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang benar tentang KRR (Muadz, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Yandri (2008), di SMA Negeri 1 Srandakan Bantul tahun 2008, bahwa Program PIK-KRR berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja. Syahrendi (2012) dalam penelitiannya tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi didapatkan hasil bahwa secara umum pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi masih relatif rendah, dan perilaku seksual remaja 40% sudah tergolong menyimpang/tidak baik.

Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada dalam wilayah Propinsi Aceh dengan Ibukota Meulaboh kecamatan Johan Pahlawan, mayoritas penduduk beragama Islam dimana budaya, tindakan, kegiatan dan cara berkomunikasi dalam tatanan keluarga serta kehidupan masyarakat sangat terikat secara islami. Data dari Kantor Pemberdayan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga tahun 2012, Jumlah remaja dengan usia 16 sampai 21 tahun sebesar 18.545 jiwa dari jumlah 46.605 jiwa remaja yang tersebar di seluruh kabupaten Aceh Barat. Jumlah remaja yang tidak sedikit tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam melanjutkan pembangunan Indonesia.

Akan tetapi fakta yang terjadi saat ini, remaja terutama di kecamatan Johan Pahlawan sudah jauh dari norma agama maupun adat istiadat setempat.


(27)

Pergaulan remaja yang berisiko dapat dilihat secara terang-terangan baik di sekolah maupun di lingkungan seperti berpacaran, jalan bergandengan tangan, saling memeluk maupun berduan ditempat yang sepi baik café maupun warung di pantai. Hal tersebut juga didukung dengan tayangan hiburan dan media yang berbau pornografi dengan mudah diperoleh di internet dan media tekhnologi informasi lainnya, hal ini merupakan media hiburan yang dapat menjurus kearah perilaku yang tidak baik bagi remaja terutama remaja usia sekolah (Dinkes Kabupaten Aceh Barat, 2011).

Data dari Puskesmas Kecamatan Johan Pahlawan, kasus yang ditangani di Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) tahun 2010 dan 2011 berkaitan dengan perilaku berisiko remaja seperti penyalahgunaan Napza 5 kasus, sek pranikah 3, kehamilan tidak diinginkan 5, pernikahan dini 2, masalah merokok 9 kasus, masalah kegemukan 6 kasus, masalah anemi pada remaja 45 kasus.

Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) tahun 2011 di 9 Sekolah di Kabupaten Aceh Barat oleh Komisi Penanggulanggan AIDS Kabupaten (KPA-K) Aceh Barat, tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah yaitu sebesar 55,7%, sumber informasi yang didapat 71,6% melalui media, hanya 22,8% yang mereka dapat dari narasumber. Pengetahuan remaja untuk terhindar dari penyakit HIV dan AIDS sebesar 74,9%, menyatakan tidak tahu dan remaja yang mengetahui tentang risiko tertular penyakit HIV/AIDS masih rendah yaitu laki-laki 34,7% dan perempuan 48,7%. Untuk perilaku remaja yang berisiko dapat dilihat remaja saat berpacaran melakukan ciuman laki-laki 27% dan remaja perempuan 24,4%.


(28)

Melakukan rangsangan seksual dengan pasangan laki-laki 12,6% dan Perempuan 6,7%, remaja yang pernah melakukan hubungan sek sebanyak 25,46%, melakukan rangsangan seksual sendiri atau masturbasi remaja laki-laki 39% lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 7,5%. Remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, laki-laki 28,2% dan perempuan 28,4%, remaja yang sudah melakukan seksual pranikah laki-laki sebanyak 4,9% dan perempuan 2,4%, sebanyak 2,6 %, melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali pada umur < 17 tahun(KPA-K Aceh Barat, 2011).

Survei awal yang dilakukan pada 10 orang siswa di MAN Meulaboh-1 menunjukan hanya 5 orang (50,0%) yang memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi, dan sebanyak 4 (40,0%) mempunyai sikap negatif. Sementara survei terhadap 10 orang siswa SMA Negeri 2 Meulaboh, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi 7 orang (70,0%) berpengetahuan kurang, sedangkan 6 orang (60,0%) mempunyai sikap negatif terhadap kesehatan repoduksinya.

Bila dilihat dari hasil survei tersebut, ternyata sekolah yang telah memiliki PIK-KRR dalam hal ini MAN Meulaboh-1, proporsi siswa yang berpengetahuan baik lebih rendah dari siswa di SMA Negeri-2 yang belum memiliki PIK-KRR yang seharusnya sekolah yang memiliki PIK-KRR siswanya lebih banyak mengetahui tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Demikian juga dengan sikap, seharusnya proporsi siswa yang memiliki sikap positif lebih tinggi di sekolah MAN Meulaboh-1 yang telah memiliki PIK-KRR dari pada siswa di SMA Negeri-2 Meulaboh yang belum memiliki PIK-KRR.


(29)

Penelitian ini mencoba untuk melihat perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi antara sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri-2 Meulaboh dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu mengetahui bagaimana perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN Meulaboh-Idan SMAN 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN Meulaboh-I dan SMAN 2 Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor PP dan KS Kabupaten Aceh Barat dan pihak terkait dalam membuat kebijakan dalam pelaksanaan dan pengelolaan Kesehatan Reproduksi Remaja.


(30)

2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh serta sederajat di dalam memberikan dukungan terhadap pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah

3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan kesehatan reproduksi remaja dan sebagai bahan studi lebih lanjut bagi penelitian selanjutnya.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

Definisi kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam International Coference on Population Development (ICPD) Kairo 1994 dan World Health Organization (WHO) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2005)

Merujuk dari pengertian diatas, kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksinya dan mengatur kesuburanya dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau Well Mother dan Well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2001)

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponem dan proses) yang di miliki oleh remaja yaitu laki-laki dan wanita usia 10-24 tahun baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual (BkkbN, 2011). Adapun tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari tentang pentingnya kesehatan reproduksi remaja, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat terhadap kesehatan reproduksi yang dilakukan melalui upaya advokasi, promosi, konseling,


(32)

informasi dan edukasi kesehatan reproduksi serta pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan kepada kegiatan remaja yang bersifat positif (Widyastuti, 2009).

Dari definisi kesehatan reproduksi tersebut, Notoatmodjo (2007) menyatakan terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, Yakni : 1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi, yang berhubungan dengan kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksinya, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil 2. Faktor budaya dan lingkungan yaitu praktik tradisional yang berdampak buruk

terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membinggungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi

3. Faktor psikologis, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga memberikan beban dalam kehidupan remaja, depresi akibat ketidak seimbangan hormonal, wanita dianggap tidak berharga di mata pria.

4. Faktor biologis, seperti cacat bawaan sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi. 5. Akses informasi yang tidak ada merupakan faktor tersendiri yang memengaruhi

kesehatan reproduksi. 1. Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya di sebut “adolescence” berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare (1982) dalam Ali dan Asrori (2011)


(33)

berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolecence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional dan fisik sosial (Hurlock, 1991). World Health Organization (WHO, 1974) dalam Maryanti (2009) mendifinisikan remaja adalah individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sampai mengalami kematangan seksualnya, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. WHO (2004), membuat batasan usia remaja kedalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan usia 11 tahun mulai tampak tanda-tanda seksual sekunder, dianggap sudah aqil baligh, sempurnanya tanda-tanda perkembangan jiwa seperti identitas diri, perkembangan psikoseksual, tercapainya perkembanagan kognitif serta moral (Sarwono,2011).

2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja berdasarkan Kematangan Psikososial dan Seksual

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, sangatlah perlu mengenal perkembangan remaja berdasarkan sifat dan tahap perkembangannya. Menurut Widyastuti (2009) masa remaja di bagi dalam tiga tahap yaitu :


(34)

1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) a. Mencari identitas diri

b. Tertarik pada lawan jenis

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan perilaku secara dewasa. Havighust (1961) dalam Kusmiran (2011), menyatakan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar


(35)

satu periode tertentu dalam kehidupan individu dan apabila berhasil akan membawa kebahagiaan pada fase-fase berikutnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) yang di kutip Ali dan Asrori, 2011 adalah :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis 4. Mencapai kemandirian emosional

5. Mencapai kemandirian ekonomi

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Menurut Pratiwi (2005) dalam Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi remaja sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah :

a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.

b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.


(36)

d. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup. 2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja

Untuk menanggulanggi masalah pada remaja maka pemerintah membuat kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Adapun Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam kesehatan reproduksi remaja seperti di kutip Widyastuti dan Rahmawati (2009) adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja meliputi remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir

2. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan terpadu antara lintas program dan lintas sektoral

3. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukan

4. Pembinaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan , yaitu rumah, sekolah, masyarakat dan pelayanan kesehatan. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga serta remaja sendiri.

Menurut BkkbN (2000) dalam Widyastuti dan Rahmawati (2009) untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi, maka kebijakan teknis operasional yang dilakukan di Indonesia adalah :

1. Promosi hak-hak reproduksi

Dilaksanakan dengan menganalisa undang-undang peraturan dan kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah sering dan mendukung hak-hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat.


(37)

2. Advokasi hak-hak reproduksi

Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM dan swasta. Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas.

3. Konseling Informasi Edukasi (KIE)

Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi sehingga dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan keluarga

4. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

2.1.3 Upaya Penanggulanggan Masalah Kesehatan Reproduksi

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat disamping juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai maka remaja akan menjalani masa remajanya dengan sehat, untuk itu remaja perlu di bekali dengan pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi. 1. Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Seks berarti jenis kelamin, segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas (Muazd, 2009).

Masa pubertas adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan psikis. Masa puber anak laki-laki dimulai pada usia 13-14 tahun dan anak perempuan pada usia 11-12 tahun.


(38)

Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan, lingkungan dan keluarga (Muadz, 2011)

A. Organ Reproduksi Perempuan Organ reproduksi perempuan terdiri dari :

1. Ovarium (indung telur) yang terdapat di sebelah kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) setiap sebulan sekali dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

2. Tuba Falopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan rahim tempat keluarnya sel telur setelah ovulasi dan tempat pembuahan (konsepsi)

3. Fimbrae adalah ujung dari tuba falopi seperti jari-jari tangan yang berfungsi menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.

4. Uterus (rahim) berbentuk seperti buah alpokat gepeng dan berat normalnya antara 30-50 gram dan berukuran sebesar telur ayam kampung.

5. Cervix uteri (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim dan mempunyai saluran yang berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya darah menstruasi dan akan terbuka pada saat persalinan sebagai jalan keluarnya janin.

6. Vagina (lubang senggama) adalah sebuah saluran berbentuk silinder bersifat elastis dan bergelombang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya darah menstruasi maupun bayi serta lubang senggama.


(39)

B. Organ Reproduksi Laki-laki 1. Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan berfungsi sebagi saluran untuk pembuangan sperma.

2. Glans

Bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.

3. Uretra (saluran kencing)

Yaitu saluran yang terdapat dalam penis yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

4. Vas deferens (saluran sperma)

Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat. Panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 cm

5. Epidedemis

Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh testis akan berkumpul di epidedemis.

6. Testis (pelir)

Adalah organ yang berfungsi memproduksi hormon testoteron dan sperma setiap hari. Berbentuk bulat telur (avoid) yang berjumlah 2 buah.


(40)

7. Srotum (kantung pelir)

Adalah kantung kulit yang melindungi testis berwarna gelap dan berlipat-lipat, sebagai tempat bergantungnya testis

8. Kelenjar prostat

Terletak dibawah kandung kemih, seperti buah kenari. 9. Vesikula seminalis

Yaitu kelenjar yang berupa kantung berbentuk seperti huruf S berkelok-kelok yang berfungsi menghasilkan sekaligus menampung air mani.

C. Risiko Hubungan Seks Pranikah

1. Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak di inginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kusmiran (2011) membagi beberapa risiko yang bisa timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan yaitu

a) Risiko medis (aborsi tidak aman menyebabkan kematian dan infeksi) serta gangguan kehamilan,

b) Psikologis (rasa bersalah, depresi, marah dan agresi dan lain-lain)

c) Psikososial (ketegangan, tekanan psikososial (ketegangan, tekanan mental, tekanan dari masyarakat serta hilang rasa percaya diri)


(41)

2. Aborsi

Adalah pengakhiran kehamilan sebelum berumur 20 minggu atau berat janin kurang 500 gram. Pengakhiran kehamilan sering dilakukan secara tidak aman yang berdampak negatif secara fisik, psikis, sosial dan ekonomi.

3. Infeksi menular seksual

Adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan sek. Kemungkinan penularan lebih besar bila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Contoh IMS adalah gonorre/GO (kencing nanah), sifilis (raja singa), Herpes genitalis, Trikomonas Vaginalis, hepatitis B, HIV dan AIDS.

2. HIV dan AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Imunodeficiensi Virus yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu kumpulan gejala penyakit yang di dapat akibat turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

1. Hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS adalah

1) Virus HIV ada dalam semua cairan tubuh, tetapi yang bisa menjadi media penularannya adalah darah, air mani dan cairan vagina.

2) Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seksual, di samping juga melalui jarum suntik dan transfusi darah serta penularan dari ibu ke janin.


(42)

3) Wanita lima kali lebih mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki karena alat kelamin wanita lebih luas permukaannya sehingga mudah terpapar oleh cairan mani.

4) Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan terjadinya penularan.

5) HIV dan AIDS tidak menular melalui : 1. Kontak tangan dan sentuhan

2. Pemakaian kamar mandi yang sama 3. Berciuman

4. Berenang bersama 5. Keringat

6. Batuk atau bersin

7. Makan dan minum bersama 8. Gigitan nyamuk

2. Fase-fase HIV dan AIDS

Fase I : Masa Jendela (window period),

Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun melakukan tes darah karena fase ini sistem antibodi belum terbentuk, tetapi sudah dapat menularkan kepada orang lain. Masa ini di sebut dengan window period, biasanya 1-6 bulan.


(43)

Fase II :

Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Sudah positif HIV tetapi belum menampakan gejala sakit, dapat menularkan orang lain. Kemungkinan mengalami gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari).

Fase III :

Mulai muncul gejala awal penyakit, belum disebut sebagai gejala AIDS tetapi sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV antara lain keringat berlebihan pada waktu malam, diare terus-menerus, pembengkakan kelenjer getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, napsu makan berkurang dan lemah disertai berat badan terus berkurang.

Fase IV :

Masuk tahap AIDS tetapi baru dapat terdiagnosis setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T (dibawah 2.001 mikro liter). Timbul penyakit tertentu dengan infeksi oportunitik yaitu : kanker khususnya kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi, TBC, diare, sariawan, sakit kepala sampai kekacaun mental.

3. Pencegahan Penularan HIV/AIDS

A : Abstinence : Memilih tidak melakukan hubungan seks B : Befaithful : Saling setia dengan pasangannya

C : Condom : Mengunakan kondom secara konsisten dan benar D : Drug : Tolak pengunaan NAPZA


(44)

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Manuaba et al, 2009). Sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam forum ICPD, Kairo, 1994, telah diselenggarakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi pada bulan Mei 1996 di Jakarta telah disepakati beberapa hal mengenai ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Keluarga Berencana

c. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR), termasuk PMS, HIV dan AIDS

d. Pencegahan dan Penanggulangan komplikasi abortus e. Kesehatan reproduksi remaja

f. Pencegahan dan penangganan infertilitas

g. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis, dementia dan lain-lain

Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur, klimakterium, meunopouse hingga meninggal. Widyastuti (2009), menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada 4 komponen kesehatan reproduksi menjadi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut dengan pelayanan kesehatan


(45)

reproduksi essensial yaitu : 1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) Keluarga Berencana, 3) Kesehatan reproduksi remaja, 4) Pencegahan dan penangganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV dan AIDS. Sedangkan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif di tambah dengan kesehatan reproduksi lanjut usia.

Menurut Widyastuti dan Rahmawati (2009), hak-hak kesehatan reproduksi meliputi :

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi 4. Hak untuk dilindungi dari kematian oleh karena kehamilan 5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya 7. Hak untuk terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekarasan, penyiksaan dan pelecehan seksual 8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kesehatan reproduksi

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksi 10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi

12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi


(46)

2.3 Pengetahuan (Knowledge)

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di hadapinya. Pengetahuan tersebut dapat di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. 2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.


(47)

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni ; (1) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, (2) Interest (tertarik) orang sudah mulai tertarik kepada stimulus, (3) Evaluation, menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, (4) Trial (coba-coba), orang telah mulai mencoba berperilaku baru, (5) Adoption (mengambil), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikap terhadap stimulus.

Benjamin Blum (1956) Dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (Toxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir manusia. Pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan menginggat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


(48)

3. Aplikasi (application), diartikan sebagi kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponem-komponem tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasari pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang telah ada

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman. Menurut Notoatmodjo (2007) dalam memperoleh pengetahuan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :


(49)

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

2. Mass Media/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis dan sosial. Lingkungan


(50)

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai suatu sumber bagi pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Umur

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

2.4 Sikap (Atittude)

2.4.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2002)

Secara historis, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Spencer (1862) yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Dimasa- masa awal itu pula pengunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang. Menurut Thurstone (1982), dalam


(51)

Asrori (2011) mendifinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowizt (1972) dalam Asrori (2011) menyatakan sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manisfestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb (1959) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup atau tingkah laku yang terbuka, jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek, atau dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku

(Terbuka)

Sikap (Tertutup)


(52)

2.4.2 Komponem Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (Tend of behave)

Ketiga komponem ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude), dimana pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga sikap akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Ali dan Asrori, 2011)

Dalam konteks sikap ini, Covey (1989) dalam Azwar (2012) menyatakan ada tiga teori determinan yang diterima secara luas, baik sendiri-sendiri maupun kombinasi, untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu :

a. Determinan genetis (Genetic determininism), berpandangan bahwa sikap individu diturunkan oleh sikap kakek neneknya melalui DNA.

b. Determinan Psikis (Psychic determinism), berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya.

c. Determinan lingkungan (Environmental determinism) berpandangan bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu tersebut.


(53)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek), 2) Merespon (responding), memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, 3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah serta 4) Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi, karena segala sesuatu yang telah dipilihnya harus dipertanggung jawabkan walaupun orang lain mencemoohkan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Manusia

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Menurut Azwar (2012), ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap manusia yaitu :

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman yang telah ada ataupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial. Tanggapan akan menjadi dasar pembentukan sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis, baik yang akan membentuk sikap positif maupun sikap negatif. Berdasarkan Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat Middlebrook (1974)


(54)

yang mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan lebih berbekas.

2. Pengaruh Orang Lain yang dianggap Penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut memengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (Significant Other), akan banyak memengaruhi penbentukan sikap kita seperti orang tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, istri atau suami.

3. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh sikap kita terhadap berbagai permasalahan.


(55)

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, suratkabar, majalah dan lain lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan peryataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

Untuk terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap remaja yang lebih baik dan positif terhadap kesehatan reproduksi remaja dibutuhkan tenaga yang lebih terampil dan berkompeten seperti guru, tenaga kesehatan maupun orang tua yang dapat memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Dilla (2007) mengatakan para tenaga terampil yang mempunyai kualifikasi dan kemampuan di bidangnya masing-masing di sebut sebagai agen perubahan. Agen perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksananya perubahan atau suatu inovasi yang terencana. Agen perubahan merupakan petugas profesional yang memengaruhi


(56)

putusan maupun gagasan klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan (Nasution, 2007).

Agen perubahan dapat kita temukan dalam kehidupan kita baik bidang pembangunan, pendidikan maupun kesehatan seperti penyuluh kesehatan. Dalam konteks sosial termasuk bidang kesehatan agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunukasi antara dua atau lebih suatu sistem sosial.

Menurut Rogers (1995) yang dikutip Dilla (2007), ada tujuh langkah kegiatan agen perubahan yaitu :

1. Membangkitkan Kebutuhan untuk Berubah

Agen perubahan memulai dengan mengemukan berbagai permasalahan yang ada, membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak.

2. Memantapkan Hubungan Pertukaran Informasi

Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih akrab dengan klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien serta menunjukan sikap empati pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa Masalah yang Dihadapi

Agen pembaharu melihat masalah dari kacamata klien, berdasarkan situasi dan psikologi klien bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu

4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Cara yang digunakan tetap berorientasi kebutuhan klien


(57)

5. Mewujudkan Kemauan dalam Perbuatan

Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan memaksa

6. Menjaga kestabilan penerima inovasi dan mencegah tidak berlanjutanya inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan gagasan jangan sampai berubah kembali

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi kien dari ikatan percaya kepada kemampuan agen perubahan kepada menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.

2.5 Landasan Teori

Untuk terjadinya perubahan yang positif pada remaja berhubungan dengan kesehatan reproduksi diperlukan pengetahuan dan sikap yang mendukung dengan demikian akses informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi harus ditingkatkan, untuk itu diperlukan agen perubahan sebagai tenaga terampil dan berkompeten baik guru, orang tuaa maupun tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antara dua orang atau lebih. Akan tetapi menurut Notoatmodjo (2007) banyak fakfor yang memengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang diantaranya : 1) Pendidikan, suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.2) Informasi baik yang diperoleh dari lembaga formal maupun non formal, 3) Sosial budaya dan ekonomi, Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang orang tanpa


(58)

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan, 4) Lingkungan yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis dan sosial, 5) Pengalaman cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu dan 7) Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu, menurut Azwar (2012) pembentukan sikap manusia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya 1) Pengalaman pribadi baik yang telah ada maupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan memengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial, 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting akan sangat memengaruhi pembentukan sikap kita seperti orang tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, istri maupun suami, 3) Pengaruh kebudayaan, tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh sikap kita terhadap berbagai permasalahan, 4) Media Massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang, 5) Lembaga pendidikan maupun lembaga agama serta 6) Pengaruh faktor emosional sesorang yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


(59)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan atau saling ketergantungan antara variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekaran 2006 dalam Hidayat, 2012). Mengacu pada landasan teoritis yang telah dikemukan di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan dan sikap tentang Kesehatan

Reproduksi Sekolah :

1. MAN Meulaboh-1 2. SMAN-2 Meulaboh

Variabel Perancu

- Umur

- Jenis kelamin - Kelas

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Sosial Ekonomi - Sumber informasi - Teman sebaya


(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di sekolah MAN Meulaboh-1 dengan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Alasan pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan di sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh belum ada yang melakukan penelitian mengenai perbandingan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di sekolah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MAN Meulaboh-I dan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh.


(61)

Tabel 3.1 Keadaan Siswa-siswi MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh Tahun 2012/2013

No Kelas

MAN 1 Jumlah

Total Kelas

SMA 2 Jumlah Total

L P L P

1 X-A 22 - 22 X-1 15 17 32

2 X-B - 35 35 X-2 4 28 32

3 X-C 10 25 35 X-3 18 15 33

4 X-D 10 26 36 X-4 16 16 32

5 X-E 10 27 37 X-5 19 14 33

6 X-F 10 28 38 X-6 20 13 33

7 X-G 10 27 37 X-7 19 13 32

8 X-H 10 23 33 - - - -

Jumlah 82 192 273 104 123 227

1 XI- IPA A 17 15 32 X1 IPA1 10 20 30

2 XI-IPA B 13 17 30 X1 IPA2 8 24 32

3 XI-IPA 1 15 23 38 X1 IPA3 8 22 30

4 XI-IPA 2 12 26 38 X1 IPA4 12 17 29

5 XI-IPA 3 18 20 38 XI IPS 1 16 18 34

6 XI-IPS 1 12 16 28 XI IPS 2 19 17 36

7 XI-IPS 2 14 15 29 XI IPS 3 18 15 33

8 XI-IPS 3 16 14 30 - - -

Jumlah 117 146 263 88 137 224

Jumlah Total 199 338 536 192 260 451

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas X dan XI pada MAN Negeri Meulaboh-1, dan SMA Negeri 2 Meulaboh, dimana besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis 2 populasi data proporsi sebagaimana di kutip oleh Hidayat (2011)

n =

{

(

)

}

(

)

2 2 1

2 1

2

1 / 2 1 1(1 1) 2(1 2)

P P P P P P Z P P Z − − + − + −

−α β


(62)

Dimana :

n = Besar sampel minimum

Z₁-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel z) pada� = 0,05 → �� 1,96

Z ₁-β = Nilai distribusi normal baku (tabel z) pada � = 0,20 → � = 0,842 P1 = Proporsi pengetahuan kurang pada siswa SMA Negeri 2 Meulaboh

Proporsi sikap negatif pada siswa SMA Negeri 2 Meulaboh P2 = Proporsi pengetahuan kurang pada siswa MAN Meulaboh-1

Proporsi sikap negatif pada siswa MAN Meulaboh -1 P = (P1+ P2)/2

Penentuan P1 dan P2 berdasarkan hasil survei pendahuluan pada MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Tabel 3.2 Perhitungan Besar Sampel Penelitian

Variabel P1 P2 n

Pengetahuan Sikap

0,70 0,60

0,50 0,40

93 97 Besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 97 siswa. Karena dikhawatirkan dalam pelaksanaan penelitian akan berkurang, maka besar sampel digenapkan menjadi 100 siswa.

Penentuan besar sampel secara proporsional di tiap kelas dengan jumlah siswa keseluruhannya 987 siswa, perolehan sampel di setiap kelas sebagai berikut :


(63)

Tabel 3.3 Besar Sampel berdasarkan Kelas di MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

No SMA 2 MAN 1

Jumlah

Populasi Perhitungan

Besar Sampel

1 2 SMA 2 MAN 1 1 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3

- - X-A X-B X-C X-D X- X –F X-G X-H XI-IPA A XI-IPA B XI-IPA 1 XI-IPA 2 XI-IPA 3 XI-IPS 1 XI-IPS 2 XI-IPS 3 32 32 32 32 33 32 34 30 32 30 29 36 35 33 - - 22 35 35 36 37 38 37 33 32 30 38 38 38 28 29 30 32:451x 100 32:451x 100 32:451x 100 32:451x 100 33:451x 100 32:451x 100 34:451x 100 30:451x 100 32:451x 100 30:451x 100 29:451x 100 36:451x 100 35:451x 100 33:451x 100 - -

22: 536 x 100 35: 536 x 100 35: 536 x 100 36: 536 x 100 37: 536 x 100 38: 536 x 100 37: 536 x 100 33: 536 x 100 32: 536 x 100 30: 536 x 100 38: 536 x 100 38: 536 x 100 38: 536 x 100 28: 536 x 100 29: 536 x 100 30: 536 x 100

7 7 7 7 8 7 8 7 6 6 5 8 8 7 5 6 6 6 6 7 7 5 6 5 8 8 8 5 5 7

Total 451 536 100 100

Dari perhitungan tersebut besar sampel yang dibutuhkan di MAN Meulaboh-1 sebanyak 100 responden dan SMA Negeri 2 sebanyak 100 responden. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) dengan mengunakan tabel random C- Survey.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang berisi sejumlah pertanyaan tentang variabel terikat (Dependen) yaitu pengetahuan dan sikap remaja


(64)

tentang kesehatan reproduksi dan variabel bebas (Independen) meliputi Sekolah MAN Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 meulaboh serta variabel confounding meliputi umur, jenis kelamin, kelas, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua serta status sosial ekonomi, sumber informasi dan teman sebaya

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga, Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh-1 dan SMA Negeri 2 Meulaboh ataupun data yang didapatkan dengan penelitian kepustakaan yaitu melalui penelaahan buku-buku, referensi, jurnal ilmiah yang berguna secara teoritis dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMA Negeri 3 Meulaboh yang berjumlah 30 siswa-siswi, yang mempunyai karakteristik yang sama. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument penelitian (Kuisioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Uji Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data (Ghazali, 2005). Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuisioner) dilakukan dengan


(65)

menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel, teknik korelasi yang digunakan adalah corrected item total correlation. Jika nilai item Corrected > r tabel (0,361) pada α = 0,05, dk = 28 maka pertanyaan dikatakan valid.

Uji reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur menunjukan ketepatan dan dapat dipercaya dengan mengunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai r-Cronbach’s Alpha > r tabel, maka di nyatakan reliabel.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Teman Sebaya Variabel Nilai Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach’s Alpha

Keterangan

Teman Sebaya 1 Teman Sebaya 2 Teman Sebaya 3 Teman Sebaya 4 Teman Sebaya 5 Teman Sebaya 6 Teman Sebaya 7

0,598 0,861 0,435 0,465 0,556 0,555 0,458

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas 0,705 Reliabel

Dari Tabel 3.4 di atas diperoleh bahwa seluruh variabel teman sebaya yang di ukur dengan 7 pertanyaan mempunyai nilai r pada kolom corrected item total correlation >0,361 (r-tabel) pada α = 0,05, dk = 28 dengan nilai Cronbach Alpha 0,705, maka disimpulkan bahwa pertanyaan variabel teman sebaya valid dan reliabel.


(66)

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Variabel

Nilai Corrected Item-Total Correlation

Cronbach’s

Alpha Keterangan

Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4 Pengetahuan 5 Pengetahuan 6 Pengetahuan 7 Pengetahuan 8 Pengetahuan 9 Pengetahuan 10 Pengetahuan 11 Pengetahuan 12 Pengetahuan 13 Pengetahuan 14 Pengetahuan 15 Pengetahuan 16 Pengetahuan 17 Pengetahuan 18 0,514 0,416 0,399 0,439 0,535 0,391 0,533 0,410 0,413 0,401 0,438 0,457 0,379 0,447 0,381 0,406 0,416 0,538 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas 0,822 Reliabel

Dari Tabel 3.5 juga diperoleh bahwa dari semua variabel pengetahuan yang diukur dengan 18 pertanyaan mempunyai nilai r pada kolom corrected item total correlation > 0,361 (r-tabel) pada α = 0,05, dk = 28 dengan nilai Cronbach Alpha 0,822, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan valid dan reliabel.


(67)

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Variabel Nilai Corrected Item-Total Cronbach’s Alpha Keterangan Sikap 1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5 Sikap 6 Sikap 7 Sikap 8 Sikap 9 Sikap 10 Sikap 11 Sikap 12 Sikap 13 Sikap 14 Sikap 15 Sikap 16 Sikap 17 Sikap 18 0,408 0,382 0,453 0,465 0,926 0,415 0,379 0,453 0,512 0,398 0,478 0,405 0,547 0,427 0,532 0,647 0,456 0,402 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas 0,774 Reliabel

Dari Tabel 3.6 di atas diketahui dari semua variabel sikap yang diukur dengan 18 pertanyaan mempunyai nilai r pada kolom corrected item total correlation > 0,361 (r-tabel) pada α = 0,05, dk = 28 dengan nilai cronbach alpha 0,774, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sikap valid dan reliable.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

1. Sekolah adalah tempat dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa dan siswi. Dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1 = MAN Meulaboh-1 2 = SMA Negeri 2 Meulaboh


(68)

2. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup remaja dari lahir sampai saat ulang tahun terakhir. Dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0 = 16-17 tahun 1 = > 17

3. Jenis Kelamin adalah perbedaan dalam sistem reproduksi antara laki-laki dan perempuan. Dikategorikan menjadi 2 yaitu :

0 = Perempuan 1 = Laki-laki

4. Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh orangtua yang dibuktikan dengan memperoleh tanda kelulusan atau ijazah. Dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0 = Tinggi (SMA, DIII, S1) 1 = Rendah (SD, SMP)

5. Pekerjaan orang tua adalah segala aktifitas yang dilakukan baik formal maupun informal yang menghasilkan uang. Dikategorikan menjadi 2, yaitu : 0 = PNS, Polri

1 = Swasta, wiraswasta

6. Sosial ekonomi adalah stratifikasi sosial keluarga responden menurut ekonomi yang dapat dinilai dari tingkat pendapatan orang tua berdasarkan UMR Provinsi Aceh. Dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0 = Tinggi, bila pendapatan responden > Rp. 1.550.000 1 = Rendah, bila pendapatan responden ≤ Rp.1.550.000


(69)

7. Sumber informasi adalah ada tidaknya responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari televisi, radio, internet, majalah, Koran, guru, orangtua maupun teman sebaya. Dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0 = Ada, Jika responden mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi lebih dari tiga sumber

1 = Tidak ada, jika responden tidak pernah mendapatkan informasi kesehatan reproduksi kurang dari tiga sumber

8. Teman sebaya adalah pola pergaulan remaja dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan yang tergabung dalam kelompok sosial.

Pengukuran variabel teman sebaya berdasarkan pada 7 pernyataan yang diajukan yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Untuk pernyataan favorable adalah pada no 1,2,4 dan 7 dan untuk pernyataan yang unfavorable adalah pada nomor 3,5, dan 6. Pilihan jawaban terdiri atas sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dan total skor terendah 7 dan total tertinggi 28.

Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sebagai berikut (Riduwan, 2010) :

Peryataan positif Pernyataan negatif :

Sangat setuju : 4 Sangat setuju : 1

Setuju : 3 Setuju : 2

Tidak setuju : 2 Tidak setuju : 3


(1)

Sikap 15 53.33 18.713 .532 .719

Sikap 16 53.43 12.737 .647 .735

Sikap 17 54.70 14.907 .456 .839

Sikap 18 53.20 15.683 .402 .831

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 18 Alpha = .744


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali

6 118 95

Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009

2 38 160

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP TENTANG SEKS PRA NIKAH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGANYAR.

0 0 17

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015

0 0 5

Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara

2 49 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

0 0 10

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 1 18

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH WAJAH TERHADAP KESEHATAN KULIT DI SMU NEGERI 1 MEULABOH TAHUN 2013 - Repository utu

5 19 62