PEMBAHASAN Tugas Perkembangan Masa Remaja

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi yang Bersekolah di MAN-1 Meulaboh dan SMAN-2 Meulaboh Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di sekolah MAN lebih banyak pada kategori baik yaitu 52,0 sisanya 48,0 memiliki pengetahuan tidak baik. Sedangkan di SMAN 2 lebih banyak pada kategori tidak baik yaitu 59,0, sisanya memiliki pengetahuan baik yaitu 41,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN Meulaboh I dan SMAN 2 Melauboh dengan nilai p = 0,119. Hasil tersebut sekaligus dapat menggambarkan sebuah perbandingan, yaitu remaja yang bersekolah di MAN 1 Meulaboh lebih baik pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi dibandingkan dengan remaja yang bersekolah di SMAN 2 Meulaboh. Hal ini bisa dimaklumi karena, remaja di MAN selain sudah memiliki PIK-Remaja. Hal ini sesuai menurut BkkbN 2011, bahwa informasi yang diterima oleh remaja ini tentunya berkaitan dengan berbagai fasilitas dan media yang menunjang, terlebih lagi di MAN Meulaboh-1 sudah ada Pusat Informasi Kesehatan Remaja PIK-R yang merupakan suatu wadah yang dikelola oleh remaja dan untuk remaja. Sedangkan di Puskesmas juga telah ada program Pelayanan Kesehatn Peduli Remaja PKPR, sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas juga ikut andil dalam pencapaian tujuan PIK-Remaja di sekolah. 77 Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, di SMAN 2 Meulaboh belum ada PIK-Remaja, sehingga informasi yang diperoleh remaja di sekolah tersebut masih terbatas. Walaupun demikian sebenarnya informasi tentang kesehatan reproduksi ini tidak hanya dapat diperoleh melalui wadah PIK-Remaja, namun dengan adanya PIK-Remaja di sebuah sekolah akan memudahkan transfer informasi tentang kesehatan reproduksi, khususnya pada remaja. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yandri 2008 dimana PIK KRR berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku kesehatan reproduksi. Melihat kondisi ini sudah semestinya di setiap sekolah ada PIK-Remaja yang dapat menunjang pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan ini sangat penting untuk memperbaiki perilaku seseorang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Notoatmodjo 2010 bahwa Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. 5.2. Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi yang Bersekolah di MAN-1 Meulaboh dan SMAN-2 Meulaboh Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di sekolah MAN Meulaboh-1 lebih banyak pada kategori positif yaitu 61,0 sisanya 39,0 memiliki sikap negatif. Demikian pula pada remaja di SMAN 2 dimana lebih banyak sikap responden pada kategori positif yaitu 54,0, sisanya Universitas Sumatera Utara memiliki sikap negatif yaitu 46,0. Hasil uji statistik menunjukkan p = 0,317, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN Meulaboh I dan SMAN 2 Meulaboh. Sama halnya dengan pengetahuan, hasil sikap remaja juga menunjukkan bahwa remaja yang bersekolah di MAN 1 Meulaboh memiliki sikap positif lebih besar dari pada remaja yang bersekolah di SMAN 2 Meulaboh. Sikap ini lahir karena adanya penilaian dan pengalaman dari para remaja tentang kesehatan reproduksi, dimana sebagian besar responden sependapat bahwa pergaulan antara remaja harus sehat dan tidak mengarah kepada hal-hal yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi remaja. Remaja di SMA cenderung pergaulannya lebih luas, sehingga banyak diantara mereka yang tidak mampu memilah mana pergaulan yang bisa mengarahkan mereka kearah yang lebih baik. Berbeda halnya dengan remaja di MAN, yang apabila terlalu bebas bergaul, akan langsung menjadi sorotan, karena MAN adalah sekolah yang berstatus agama, sehingga cenderung kurang etis bila bergaul terlalu bebas dengan orang lain. Disamping itu, sikap ini juga didukung oleh pengetahuan remaja yang sebagian besar sudah baik sehingga dengan baiknya pengetahuan maka sikap akan menjadi positif. Walaupun sikap ini merupakan reaksi yang masih tertutup, namun merupakan dasar dari munculnya perilaku yang nyata. Sebagaimana pernyataan dari Notoadmodjo 2010 bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara aspek psikologis individu yang sangat penting, karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang. Mengingat usia remaja merupakan usia yang rentan terhadap berbagai macam perubahan, maka orangtua, guru dan tokoh masyarakat seharusnya ikut andil dalam pembentukan sikap yang mendukung dengan cara memberi contoh yang baik, dan juga membimbing dan mengarahkan kepada perilaku-perilaku yang mendukung kesehatan. 5.3 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perancu yang memengaruhi pengetahuan remaja di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh antara lain pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, sosial ekonomi keluarga, sumber informasi dan teman sebaya. Selanjutnya dapat diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan remaja di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh adalah sumber informasi dengan nilai Koefisien B yaitu 2,392. Untuk mengetahui kemungkinan remaja berpeluang berpengetahuan baik dilihat dari nilai Exp B 10,932. Remaja yang memiliki sumber informasi yang baik berpeluang 11 kali untuk memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan remaja yang memiliki sumber informasi kurang baik. Informasi yang diterima seseorang juga harus jelas darimana sumbernya. Bila sumbernya akurat dan dapat dipercaya seperti informasi bersumber dari petugas kesehetan tentu akan membuat pengetahuan semakin baik, demikian juga sebaliknya. Universitas Sumatera Utara Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek Immediate Impact sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan Notoatmodjo, 2010. Brown 2008 mengutip teori belajar sosial Bandura 1997, yang mengatakan bahwa ketika kita melihat perilaku yang ditampilkan di media, kita akan meniru dan akhirnya dapat mengadopsi perilaku kita sendiri. Remaja yang memiliki orangtua dengan pendidikan pada kategori tinggi cenderung lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan remaja yang orangtuanya berpendidikan rendah. Pendidikan orangtua sebenarnya tidak memberi pengaruh secara langsung, namun dengan pendidikan yang tinggi itu akan membuat orangtua lebih tahu tentang kesehatan reproduksi dan juga lebih mudah membimbing dan mengarahkan anak remajanya. Dengan pendidikan yang tinggi ini akan memudahkan orangtua menyerap informasi, dan memudahkan mentransfer informasi tersebut kepada anaknya. Menurut Notoatmodjo 2010, Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Remaja yang orangtuanya bekerja sebagai PNSTNI-Polri cenderung memiliki pengetahuan lebih baik 57,7 dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua dengan pekerjaan wiraswasta 40,3. Hal ini dapat terjadi karena dalam bekerja Universitas Sumatera Utara orang akan berinteraksi dengan orang lain, dan dalam interaksi tersebut akan terjadi tukar-menukar informasi. Jika dikaitkan dengan kondisi daerah, kebanyakan dari orang tua yang bekerja sebagai PNS di bidang pendidikan yaitu guru, sehingga mereka lebih mampu memberikan informasi kepada anak remajanya, dengan pemahaman–pemahaman tertentu yang mudah dipahami oleh remaja. Pada remaja yang orangtuanya bekerja sebagai TNIPolri, juga mendapatkan informasi yang baik dikarenakan mereka tinggal di asrama, dan di dalam asrama mereka berinteraksi langsung dengan teman sebaya sekitar asrama tempat tinggal mereka, sehingga dapat saling berbagi informasi tentang berbagai hal termasuk kesehatan reproduksi. Sebaliknya orangtua yang bekerja sebagai wiraswasta kebanyakan sebagai pedagang di pasar dan petani, yang berdasarkan intensitas waktu juga jarang bertemu dengan anak, disamping pemahaman mereka sendiri juga kurang banyak tentang kesehatan reproduksi remaja. Status sosial ekonomi keluarga juga memberi pengaruh bagi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi pada kategori tinggi memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan memudahkan keluarga mendapatkan pengetahuan melalui media-media yang dibutuhkan. Sehingga dengan adanya media-media informasi tersebut akan membuat informasi mudah untuk diperoleh. Dengan mudahnya memperoleh informasi akan meningkatkan pengetahuan remaja tersebut. Universitas Sumatera Utara Teman sebaya tempat remaja saling berinteraksi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan remaja, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki teman sebaya yang baik lebih cenderung memiliki pengetahuan yang baik dari pada remaja yang memiliki teman sebaya yang tidak baik. Menurut Ali 2009 kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok sebayanya. Interaksi antara kawan membuka mata remaja terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian, interaksi ini cenderung untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi antara kawan itu menyebabkan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah. Oleh karena itu bila teman bergaulnya memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi, maka pengetahuan remaja tersebut akan baik juga. Begitu juga sebaliknya, jika teman sebayanya kurang paham tentang kesehatan reproduksi, maka remaja tersebut juga akan kurang paham. Penyuluhan kesehatan yang diterima oleh remaja juga mempengaruhi pengetahuan remaja, dimana bagi remaja yang menyatakan ada mendapat penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada remaja yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang dilakukan Benita 2012 penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan Effendy, 2005. Tujuan dari penyuluhan kesehatan ini adalah 1 tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, 2 terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, dan 3 Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Dari pengertian dan tujuan penyuluhan kesehatan ini jelas sekali bahwa penyuluhan kesehatan sangat penting diberikan kepada masyarakat supaya masyarakat semakin tinggi derajat kesehatannya, terutama kesehatan reproduksinya. 5.4 Pengaruh Variabel Perancu terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di MAN Meulaboh-1 dan di SMAN 2 Meulaboh Hasil penelitian yang dilakukan di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh menunjukkan bahwa variabel perancu yang memengaruhi sikap remaja tentang Universitas Sumatera Utara kesehatan reproduksi adalah jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, sumber informasi dan teman sebaya. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap remaja di MAN Meulaboh-1 dan SMAN 2 Meulaboh adalah teman sebaya dengan nilai Koefisien B yaitu 0,850. Untuk mengetahui kemungkinan remaja berpeluang mempunyai sikap yang positif dilihat dari nilai Exp B 2,340. Remaja yang memiliki teman sebaya yang baik berpeluang 2,3 kali untuk memiliki sikap yang positif dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki teman sebaya baik. Sejalan dengan penelitian Widayati 2013, yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui pendekatan teman sebaya terhadap peningkatan sikap remaja. Seorang remaja selayaknya selalu membina interaksi yang baik dengan orangtua, guru dan juga teman sebaya supaya saling mendukung dan terbentuk sikap yang positif dalam hal kesehatan reproduksi. Suwarjo 2008 mengutip pendapat Laursen 2005 menandaskan bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja, remaja dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan teman sebaya mereka. Teman dapat memperkuat harga diri dan perasaan bahagia. Kelompok teman sebaya yang positif memungkinkan remaja merasa diterima, menguji nilai-nilai baru dan pandangan-pandangan baru, keefektivan komunikasi, tingkah laku, persepsi, dan nilai-nilai yang mereka miliki. Universitas Sumatera Utara Ristianti 2010 mengutip pendapat Cairns Neckerman 1988 menyatakan bahwa keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain. Penyuluhan kesehatan yang diterima oleh remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi juga membentuk sikap yang positif bagi remaja. Tentunya kondisi ini didukung pula oleh pengetahuan remaja yang sebelumnya sudah baik. Pada umumnya dalam diri seseorang muncul sikap yang positif setelah orang tersebut mengetahui tentang objek yang akan disikapinya. Maksudnya adalah, jika seseorang belum tahu tentang sesuatu objek yang harus disikapinya, maka akan sulit bagi dirinya untuk mengambil sikap terhadap objek tersebut. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap sikap seseorang. Remaja akan lebih mudah untuk menentukan sikap terhadap suatu objek bila didukung oleh kondisi sosial ekonomi yang memadai. Artinya semakin baik status sosial ekonomi keluarga, akan semakin baik pula sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Sebenarnya hal ini juga tidak terlepas dari interaksi anak remaja dengan orangtuanya yang memberi dukungan dengan fasilitas yang mendukung pengetahuan dan sikapnya tentang kesehatan reproduksi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Universitas Sumatera Utara Notoatmodjo 2010, bahwa sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Berdasarkan hal tersebut, untuk membentuk sikap remaja yang positif, perlu meningkatkan pengetahuan remaja melalui penyuluhan kesehatan dan pemberian informasi yang benar dengan melaksanakan program kesehatan reproduksi remaja baik di sekolah melalui wadah PIK-Remaja sebagai tempat remaja untuk menyalurkan minatnya maupun memperoleh informasi kesehatan maupun di layanan kesehatan melalui program kesehatan peduli remaja dengan demikian diharapkan nantinya remaja mempunyai sikap yang baik dan bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali

6 118 95

Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009

2 38 160

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP TENTANG SEKS PRA NIKAH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGANYAR.

0 0 17

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015

0 0 5

Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara

2 49 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

0 0 10

PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 1 18

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENGGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH WAJAH TERHADAP KESEHATAN KULIT DI SMU NEGERI 1 MEULABOH TAHUN 2013 - Repository utu

5 19 62