Untuk model intra bed multipel, multipel akan muncul pada waktu tempuh gelombang primer top gamping ditambah waktu tempuh dalam shale.
Gambar 9 dibawah ini adalah rekaman seismik yang menunjukkan fenomena multiple.Perhatikan terdapat 4 multipel akibat dasar laut, berarti
gelombang seismik tersebut‘terperangkap’ empat kali.
2.8 Atenuasi
Atenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal yang dinyatakan dalam dB dan disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu absorpsi, hamburan scattering dan
mikro-bending. Atenuasi menyebabkan pelemahan energi sehingga amplitudo gelombang yang sampai pada penerima menjadi lebih kecil dari pada amplitudo
yang dikirimkan oleh pemancar Abdullah, 2008. Ketika perjalanan suara melalui medium, intensitas suara akan menurun
dengan jarak www.ndt-ed.org. Bagaimanapun, semua bahan-bahan alami menghasilkan efek yang lebih lanjut melemahkan suara. Hal ini lebih melemahkan
hasil hamburan dan penyerapan. Hamburan adalah refleksi dari suara di arah yang Gambar 9. Fenomena Multipel
Sumber: Ensiklopedia Seismik, 2007-2008
berbeda dari arah propagasi aslinya. Penyerapan adalah konversi energi suara ke bentuk energi lainnya. Efek gabungan dari hamburan dan penyerapan disebut
atenuasi. Atenuasi umumnya sebanding dengan kuadrat frekuensi suara. nilai Atenuasi sering diberikan untuk satu frekuensi, atau mungkin nilai redaman
frekuensi rata-rata lebih dari banyak. Juga, nilai riil dari koefisien atenuasi bahan tertentu sangat tergantung pada cara yang material diproduksi. Dengan demikian,
nilai redaman hanya memberikan indikasi kasar atenuasi dan tidak dapat dipercaya secara otomatis. Secara umum, nilai yang dapat diandalkan redaman
hanya dapat diperoleh dengan mengukur atenuasi eksperimen untuk bahan tertentu yang sedang digunakan.
2.9 Kecepatan Suara Dalam Air
Kecepatan suara dalam air tidak tergantung pada arah. Oleh karena itu, nama kecepatan suara dan velocity dapat digunakan secara bergantian.
Medwin Clay, 1998. Kecepatan suara dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, dan kedalaman.
Rumus sederhana berikut menurut Medwin, 1975 in Lurton 2002, kurang dari 0,2 ms kesalahan, dibandingkan dengan Del Grosso untuk 0 T ° C 32 dan 22
salinitas ppt 45 untuk kedalaman di bawah 1.000 m: c = 1449.2 + 4.6T – 0.055T
2
+ 0.00029T
3
+ 1.32 – 0.01TS-35 + 0.016z 2.7 dimana c = kecepatan suarams, T = suhu°C, S = salinitas °oo; i.e., parts per
thousand; dan z = kedalaman m.
Mackenzie 1981 in Lurton, 2002 memberikan yang lebih panjang, yang mengklaim kesalahan standar 0,07 m s dan tidak terbatas pada kedalaman di
bawah 1.000 m sebagai: c = 1448.96 + 4.591T – 5.304 x 10-2T
2
+ 2.374 x 10-4T
3
+ 1.340 S – 35 + 1.630 x 10-2z + 1.675 x 10-7z
2
– 1.025 x 10-2T S – 35 – 7.139 x 10-13Tz
3
2.8
21
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Akuisisi data lapangan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli – 21 Agustus 2010 di daerah Paternoster, Doang, dan Spermonde yang terletak di antara Selat
Makassar dan Laut Flores. Lokasi penelitian dan pemetaan Lembar Peta 1909, 1910, 2009 dan 2010 adalah antara koordinat
05°00’00’ – 07°00’00” LS dan 117°00’00”–120°00’00” BT. Sebagian besar lokasi mempunyai kedalaman laut
lebih dari 500 meter. Akuisisi data seismik dilaksanakan sepanjang kurang lebih 2300
kilometer, serta contoh sedimen sebanyak 23 contoh. Survei dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu survei pertama tanggal 23 Juli - 5 Agustus 2010 dari Cirebon sampai
Makassar dengan survei seismik dan geologi. Survei kedua tanggal 8 Agustus sampai 17 Agustus 2010 dari Makassar sampai Cirebon dengan survei geologi
lebih dominan dan dilanjutkan dengan survei seismik. Sedangkan untuk Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Akustik
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Laut P3GL di Bandung.