EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN

MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

DIANA NOVRATILOVA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solvingdalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan me-nyimpulkan pada materi pokok asam basa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent(Pretest and Posttest) Control Group Design. Efektivitas model pembelajaranproblem solvingpada penelitian ini di-tunjukkan dengan adanya perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas ekspe-rimen dengan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Natar yang berjumlah 216 siswa pada tahun ajaran 2014/2015. Sampel penelitian yaitu kelas XI IPA5dan XI IPA6yang memiliki karakteristik hampir sama. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan rata-ratan-Gainketerampilan mengelompokkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,46 dan 0,31 dan rata-ratan-Gainketerampilan menyimpulkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,44 dan 0,32. Berdasarkan uji hipotesisn-Gainkelas


(2)

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, sehingga model pembelajaranproblem solvingefektif

dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan.

Kata kunci: asam basa, keterampilan mengelompokkan, keterampilan menyimpulkan,problem solving


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN

MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

DIANA NOVRATILOVA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN

MENYIMPULKAN PADA MATERI ASAM BASA

(Skripsi)

Oleh

DIANA NOVRATILOVA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 10

C. Keterampilan Proses Sains ... 13

D. Anggapan Dasar ... 19

E. Hipotesis Umum... 19

III. METODE PENELITIAN... 20

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

B. Data Penelitian ... 20

C. Variabel Penelitian ... 21


(6)

E. Instrumen dan Validasi Penelitian ... 22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 22

G. Analisis Data ... 24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 29

B. Pembahasan... 34

C. Kendala dalam Penelitian ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50

1. Silabus... 51

2. RPP ... 60

3. Lembar kerja siswa ... 108

4. Kisi-kisi soal... 135

5. Soal tes ... 140

6. Rubrik penskoran tes... 144

7. Data nilai pretes, postes, dann-Gainketerampilan mengelompokkan dan menyimpulkan... 152

8. Perhitungan dan analisis data ... 156

9. Lembar observasi guru mengajar... 178

10. Daftar Nama kelompok siswa... 182


(7)

xii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan Keterampilan Proses Dasardan Keterampilan Terpadu …. 15

2. Indikator Keterampilan Dasar ... ... 15

3. Desain penelitian ... 21

4. Uji normalitasn-Gainketerampilan mengelompokkan... 32


(8)

(9)

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan syukur dan penuh kasih kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk:

Bapak dan Ibuku Tercinta . .

Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus tiada putusnya. Terimakasih atas semangat, nasihat, doa dan harapan-harapan yang memotivasi semangatku, memberikanku kekuatan tiada hentinya hingga dapat kubangun cinta

dan citaku. Ibu dan Bapak, terimakasih atas semua pengorbananmu yang tulus. Semoga Allah memberikan kesempatan untuk membalas kasih sayang kalian, selalu memberi kalian kebahagiaan dan kemampuan untuk berbakti kepada Bapak

dan Ibu dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

Ahmad Abdel Muqoddam adikku satu-satunya yang sangat aku sayangi beserta keluargaku tercinta...


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 8 November 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Muhaini Zein, S.ST. dan Ibu Salmawati, Amd. Kep.

Pendidikan formal diawali di TK PTPN X Kedaton Bandar Lampung dan selesai pada tahun 1996, dilanjutkan ke SD Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya SMP Negeri 8 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005, kemudian dilanjutkan ke SMA Yayasan Pembina UNILA dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, terdaftar dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pen-didikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan, Jurusan PenPen-didikan MIPA di Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa organisasi yang per-nah diikuti meliputi Organisasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung. Pada tahun 2013, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang pernah dilakukan di Desa Tunas Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Tulang Bawang Barat.


(12)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehinggaskripsi yang berjudul “Efektivitas ModelProblem Solvingdalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Menyimpulkan Pada Materi Asam Basa”dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

sarjana pendidikan. Shalawat dan salam juga semoga selalu tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembahas, terima kasih atas motivasi, bimbingan, saran, dan kritik yang telah diberikan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.


(13)

5. Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II atas kesediaan, ketulusan, dan kesabarannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Suwarlan, M.Pd selaku kepala SMA Negeri 1 Natar, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

6. Ibu Nawariyati, S. Pd. selaku guru mitra, seluruh Guru, Staf dan siswa SMA Negeri 1 Natar atas bantuan, dukungan dan partisipasinya dalam melaksanakan penelitian.

7. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, Adikku tersayang dan seluruh keluarga besar terima kasih atas doa, support dan perhatian yang telah diberikan.

8. Sahabatku tercinta Ita, Erna, Donna,Visca. Teman seperjuangan yang tiada henti memberi motivasi teruntuk Evi, Dewi, Wirdha, Orin, Pipit, Indah, Jojo, Rendi, Galih, Andri, dan teman-teman lainnya, adik dan kakak tingkat tercinta mba Vira, mba Ema, kak Paul, Revi atas dukungannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, diharapkan kritik dan saran pembaca untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,


(14)

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara men-cari tahu tentang gejala alam yang sistematis, baik berupa penguasaan konsep, prinsip serta proses penemuan. Salah satu cabang dari ilmu IPA yaitu ilmu kimia. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan ilmu kimia, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori), kimia sebagai proses (kerja ilmiah) dan kimia sebagai sikap ilmiah (Tim Penyusun, 2006). Ilmu kimia lahir dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam melalui serangkaian proses menggunakan sikap ilmiah dan masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenaran-nya dapat dijelaskan dengan logika matematika (Tim Penyusun, 2004).

Ketika seseorang mengalami proses untuk memperoleh pengetahuan, banyak dampak iringan yang akan diperoleh, yaitu sikap, keterampilan (fisik maupun berpikir), dan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itudidalam mempelajari kimia pengetahuan bukanlah tujuan utama, melainkan sebagai wahana untuk mengem-bangkan sikap dan keterampilan tertentu. Sikap dan


(16)

keterampilan-2

keterampilan itulah yanjg nantinya akan berguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Fadiawati, 2014).

Keterampilan berpikir siswa dapat dilatih melalui pemberian pengalaman yang bermakna pada proses pembelajaran. Kemampuan berpikir siswa dalam mem-bangun konsep baru padapembelajaran kimia dapat dilatih melalui keterampilan proses sains (KPS). KPS dikelompokkan kedalam KPS dasar dan KPS terpadu. KPS dasar meliputi observasi, komunikasi, klasifikasi, pengukuran, inferensi (simpulan) dan prediksi (Eseler dan eseler, 1996).

Terdapat beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI semester genap pada awal pembelajaran kimia, salah satunya adalah mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Dalam pembelajaran, siswa diajak untuk melihat keeratan hubungan antara kon-sep yang dipelajari dengan fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya, rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam me-ngobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, pemanfaatan tumbuhan dengan warna menyolok sebagai indikator, dan lain sebagainya. Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Oleh karena itu siswa sulit untuk menghubungkan konsep ilmu kimia dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tidak menyadari bahwa ilmu kimia sangat dekat dengan kehidupan mereka, seperti makanan atau minuman yang mereka konsumsi, pakaian yang mereka


(17)

3

kenakan setiap hari berhubungan dengan kimia. Selain itu, aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang di-anggap penting. Sebagian besar dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut.

Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Natar, pembelajaran kimia masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, guru hanya menjelaskan teori asam basa tanpa me-lakukan praktikum. Adapun praktikum yang dime-lakukan hanya pada materi tertentu, seperti membedakan sifat asam basa berdasarkan jenis larutannya itupun masih sedikit kegiatan praktikum yang dilaksanakan, sedangkan materi asam basa lainnya seperti konsep pH, kekuatan asam basa, mengukur pH larutan tidak dilaksanakan. Guru hanya menyampaikan materi terlebih dahulu dan sese-kali memberikan pertanyaan kepada siswa. Lalu meminta siswa untuk mende-ngarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Setelah semua materi di-jelaskan, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa dan pada akhir pembelajaran guru hanya memberi tugas pekerjaan rumah dan masih jarang me-ngajak siswa berpikir untuk menyimpulkan hasil pembelajaran sehingga tidak jarang siswa masih merasa kebingungan. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal dikarena-kan siswa tidak memiliki keterampilan belajar yang dapat mengaitdikarena-kan proses belajar dengan fakta yang ada pada sains pada kehidupan sehari-hari.


(18)

4

Dalam pembelajaran tersebut, terlihat bahwa KPS tidak dilatihkan. Menurut (Herlen, 1999) jika KPS tidak dilatihkan dan dikembangkan dengan baik, maka konsep pengetahuan yang akan muncul tidak akan membantu pemahaman tentang dunia sekitar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat melatihkan KPS dan membantu siswa aktif dalam proses pembela-jaran, tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan konsep, namun lebih kepada siswa mengetahui bagaimana konsep tersebut ditemukan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan konsep kimia akan bertahan lama di dalam diri siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatihkan KPS adalah model pembe-lajaranproblem solving.

Model pembelajaranproblem solvingadalah suatu penyajian materi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau

diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah, menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang ada, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat referensi, dan menarik kesimpulan. Model pembelajaranproblem solvingterdiri dari 5 fase, yaitu mengorientasikan siswa pada masalah (fase 1), mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut (fase 2), menetapkan jawaban sementara dari masalah (fase 3), menguji keaktifan jawaban sementara (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5) (Hamalik, 2001). Dengan model pembelajaran tersebut siswa dituntut agar mampu membedakan larutan dari hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan serta menyimpulkan laporan hasil praktikum secara sistematis jelas, kemampuan-kemampuan ini tidak lain meru-pakan indikator keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan.


(19)

5

Hasil penelitian Andriani (2012), yang dilakukan pada siswa SMA YP UNILA kelas XI, menunjukkan bahwa model pembelajaranproblem solvingefektif me-ningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep pada materi koloid. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2012), menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaranproblem solvingpada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, karena pada tahap pembelajarannya dapat melatih dan mengembangkan keteram-pilan bertanya dan menjawab pertanyaan, terutama pada tahap menguji kebenaran jawaban sementara, siswa dilatih menjawab pertanyaan dan menyebutkan contoh. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan model pembelajaranproblem solving juga dapat meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan pada materi asam basa. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul

Efektivitas Model PembelajaranProblem Solvingdalam Meningkatkan

Keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan pada Materi Asam

Basa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana model pembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan

keterampilan mengelompokkan pada materi pokok asam-basa siswa SMA Negeri 1 Natar?

2. Bagaimana model pembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada materi pokok asam basa siswa SMA


(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaranproblem solvingdalam me-ningkatkan keterampilan mengelompokkan pada materi pokok asam basa siswa SMA Negeri 1 Natar.

2. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaranproblem solvingdalam me-ningkatkan keterampilan menyimpulkan pada materi pokok asam basa siswa SMA Negeri 1 Natar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :

1. Memudahkan siswa dalam memahami konsep pada materi asam basa selama pembelajaran.

2. Dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa, mem-permudah siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains yaitu kete-rampilan mengelompokkan dan menyimpulkan.

3. Model pembelajaranproblem solvingmenjadi salah satu alternatif model pem-belajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru sebagai upaya me-ningkatkan keterampilan proses sains siswa.

4. Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pem-belajaran kimia di sekolah.


(21)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Natar.

2. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah teori asam basa menurut Arrhenius.

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pem-belajaranProblem Solving. Model ini terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap 1 guru memberikan masalah kepada siswa, tahap 2 yaitu siswa mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap 3 yaitu siswa menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap 4 yaitu siswa me-nguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap 5 yaitu siswa dapat menarik kesimpulan.

4. Keterampilan mengelompokkan merupakan keterampilan proses untuk memi-lah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di-dapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

5. Keterampilan menyimpulkan yaitu kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan logika induktif dari data yang telah terkumpul melalui hasil observasi / pengamatan. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu kete-rampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakanpembelajaran


(22)

8

konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya (Dirdjosoemarto dkk, 2004).

6. Menurut Nuraeni dkk (2010), model pembelajaran dikatakan efektif mening-katkan belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaann-Gainyang signifikan.


(23)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan ke-sempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sen-diri, dan mengajar siswa menjadi cerdas dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru bisa memberi siswa anak tangga yang mem-bawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan ran-cangan pembelajaran, sebagai berikut:

(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.

(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.

(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.

(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (Nur, 2002).


(24)

10

Teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theorist of learning). Teori konstruktivis ini menya-takan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, memeriksa informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi-nya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja meme-cahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya. (Slavin dalam Nur, 2002)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diper-luas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pe-ngalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemu-kan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus meng-konstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri (Trianto, 2007).

B. Model PembelajaranProblem Solving

Model pembelajaran dengan caraproblem solvingmerupakan suatu model pem-belajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang dibutuhkan untuk penyelidikan yang membutuhkan solusi dari permasalahan yang nyata. Model pembelajaranproblem solvingmerupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld


(25)

11

dalam Pannen (2001), “konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua penge-tahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil ke-mungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Hamalik (2001) mengemukakan bahwaproblem solvingadalah proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan kesimpulan yang tepat dan cer-mat. Problem solvingyaitu suatu pendekatan dengan caraproblem identification untuk ketahapsyntesiskemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah se-hingga mencapai tahap aplikasi selanjutnyacomprehensionuntuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut. Tentunya, dalam memberikan pembelajaranproblem solvingmempunyai proses serta tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap model pembelajaranproblem solvingyaitu yang pertama ada masa-lah yang jelas untuk dipecahkan, masamasa-lah ini diberikan kepada siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. Kedua, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, misalnya ; dengan jalan mem-baca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. Ketiga, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua di atas. Keempat, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dalam tahap ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan model-model lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain. Kelima, mena-rik kesimpulan; artinya siswa harus sampai kepada kesim-pulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaranproblem


(26)

12

solvingyaitu (1) Pembelajaranproblem solvingmerupa-kan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasiproblem solvingada sejumlah kegi-atan yang harus dilakukan siswa. (2) Aktivitas pembe-lajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, pembelajaranproblem solvingmenempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaranproblem solvingmenurut Djamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaranproblem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehi-dupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaranproblem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan ter-capai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaranproblem solvinguntuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktu-nya sedikit, karena bagaimanapun juga akan bawaktu-nyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak ber-pikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku / bahan saja maka topik permasalahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.


(27)

13

C. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan proses men-jadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keterampilan, yakni : menga-mati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan, dan me-nyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi (integrated skill) terdiri dari sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, me-nyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2006), keterampilan proses sains dapat diarti-kan sebagai keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. (1) Mengamati, melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat kualitatif dan sikap kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.


(28)

14

(2) Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contohnya antara lain : mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur, dan lain-lain. (3) Mengukur, dapat di-artikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang menampakkan kete-rampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan sejenis yang lain. (4) Memprediksi, dapat diartikan sebagai meng-antisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecen-derungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. (5) Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan. (6) Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

Menurut (Mahmudin, 2010), Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, kemampuan proses sains dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan siswa, karena membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah, selain dapat melatih keterampilan ilmiah dapat pula membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan proses sains


(29)

15

dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).

Menurut Esler dan Esler (Hartono, 2007), KPS dikelompokkan menjadi 2 yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu, dan penjelasan masing-masing indikator keterampilan proses dasar KPS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perbedaan Keterampilan Proses Dasar dan Keterampilan Proses Terpadu

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati ( Observasi)

Mengkomunikasikan ( Klasifikasi )

Melakukan Pengukuran Berkomunikasi Menarik Kesimpulan Memprediksi Merumuskan Hipotesis Menyatakan Variabel Mengontrol Variabel Mendefinisikan Operasional Eksperimen Menginterpretasi Data Penyelidikan Aplikasi Konsep

Tabel 2. Indikator Keterampilan Dasar Keterampilan Dasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera untuk

mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk

panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi

dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas


(30)

16

Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

Dimyati dan Mudjiono (2006) memuat alasan mengenai pendekatan KPS. Pen-dekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa., siswa ter-dorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih mema-hami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan. KPS dapat digunakan untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu penge-tahuan, dengan pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai seorang ilmuan.

D. Kerangka Berpikir

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran erat kaitannya dengan ketepatan pendidik dalam memilih model pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model dan media pembe-lajaran yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaranproblem solvingadalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang dibutuhkan untuk penyelidikan yang membutuh-kan penyelesaian yang nyata dari permasalahan yang nyata.

Pembelajaranproblem solvingterdiri dari 5 tahap. Tahap pertama ada masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan


(31)

17

taraf kemampuannya. Tahap kedua adalah mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. Tahap ketiga adalah me-netapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua di atas. Tahap keempat menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini siswa dilatihkan dengan keterampilan mengelompokkan berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan untuk menguji kebenarannya dan harus berusaha me-mecahkan masalah sehingga betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul sesuai apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan model-model lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain. Tahap kelima adalah menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Hal ini melatihkan keterampilan menyimpulkan yang didasarkan pada keterangan dari beberapa ahli yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelebihan dari pembelajaranproblem solving di-bandingkan dengan pembelajaran konvensional yakni pada pembelajaran problem solvingcara penyajian pelajarannya yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan bantuan guru. Dalam hal ini siswa dtempatkan untuk belajar sendiri mengembangkan kemampuan dalam me-mecahkan masalah dan siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek belajar.

Pembelajaranproblem solvingmemungkinkan siswa untuk mengalami sendiri bagaimana caranya. Pada pembelajaran ini siswa juga dapat mengembangkan keterampilan mengelompokkan dan keterampilan menyimpulkan yang


(32)

memung-18

kinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim, siswa dapat mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mereka menggabungkan pengetahuan lama dan baru, sehingga pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Pada materi pokok asam basa memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut pembelajaran problem solvingakan lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan menge-lompokkan dan menyimpulkan pada materi asam basa lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Namun, walaupun pembelajaranproblem solvingmempunyai beberapa keunggulan, pembelajaran ini juga memiliki kele-mahan (Djamarah dan Zain, 2002). Kelekele-mahan-kelekele-mahanproblem solving antara lain adalah : (1) Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. (2) Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaranproblem solvinguntuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktunya sedikit. (3) Guru mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA 5dan XI IPA 6 semester genap SMA Negeri 1 Natar TA 2014/2015 yang menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.


(33)

19

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan mengelom-pokkan dan menyimpulkan materi asam basa siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Natar TA 2014/2015 diabaikan.

4. Perbedaan gain keterampilan mengelompokkan dan keterampilan menyim-pulkan siswa pada materi asam basa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Dasar

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah :

a. Pembelajaranproblem solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan mesngelompokkan.

b. Pembelajaranproblem solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan.


(34)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2014/2015. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan di-jadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling(pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Dalam memilih sampel, peneliti meminta bantuan guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik populasi, dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 sebagai sampel penelitian. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara pengundian. Kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem solving, sedangkan kelas XI IPA 6 sebagai kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes. Data pretes adalah data hasil tes kemampuan sebelum model pembelajaran di-terapkan dan data postes adalah data hasil tes kemampuan setelah model pem-belajaran diterapkan. Data ini diperoleh dari seluruh siswa kelas eksperimen dan


(35)

21

kelas kontrol. Adapun data pendukung penelitian yang di perlukan, yaitu data kinerja siswa pada praktikum, data afektif siswa dan data kinerja guru.

C. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model Problem Solvingdan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan pada materi asam basa dari siswa SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakanNon Eqiuvalent (Pretes-Posttes) Control Group Design(Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Desain Penelitian.

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas control O1 – O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakanproblem solving(X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.


(36)

22

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2010).

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan 2006.

2. LKS Kimia dengan menggunakan model pembelajaranproblem solving pada materi asam basa.

3. Soal pretes dan postes yang masing-masing berisi 5 soal uraian.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam kon-teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau keputusan ahli dan pengujian empirik. Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domainyang diukur. Validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment oleh dosen pembimbing.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan


(37)

23

penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas XI untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah. c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Penyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, soal pretes dan postes.

3. Tahap pelaksanaan penelitian.

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:

(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi asam basa dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

problem solvingditerapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.

(3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(4) Melakukan tabulasi dan analisis data. (5) Penulisan pembahasan dan simpulan.


(38)

24

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian G. Teknik Analisis Data

1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal skor Jumlah diperoleh yang jawaban skor Jumlah siswa Nilai 

2. Menghitungann-Gaindari nilai siswa

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranproblem solvingdalam meningkatkan keterampilan

mengelompokkan dan menyimpulkan dilakukan analisis perhitungan gain Instrumen pembelajaran

Penentuan populasi dan sampel

Kelas eksperimen

Pretes Kelas kontrol

Postes Pembelajaran

konvensional Analisis data

Pembahasan dan simpulan Validasi instrumen Observasi pendahuluan

Model pembelajaran problem solving


(39)

25

ternormalisasi dengan rumusn-Gain(g) menurut Hake dalam Andriani (2013) adalah sebagai berikut:

( ) = nilai postes nilai pretes nilai maksimal ideal nilai pretes

3. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata, ada beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis :

H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Statistik Uji :

= ( )

dengan:

Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan


(40)

26

(1) Keputusan Uji

Tolak H0jika ( )( )atau dengan taraf= taraf nyata

untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0diterima. b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

Ho :

σ

12

σ

22 = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen

H1 : 22

2

1 σ

σ  = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians

F 

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung  F ½(1,2)

c. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan proses sains pada materi asam basa yang diterapkan model pembelajaranproblem solving lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan proses sains dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan proses sains pada materi asam basa yang diterapkan model pembelajaranproblem solving lebih tinggi daripada rata-ratan-Gaindengan pembelajaran konvensional.

Keterangan :

µ1 = rata-rata keterampilan proses sains pada materi asam basa pada kelas eksperimen

µ2 = rata-rata keterampilan proses sains pada materi asam basa pada kelas kontrol


(41)

27

Jika data dari kedua sampel yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005): 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung    dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan : 1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2= Varians

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t< t1-αdengan derajat kebebasan d(k) =

n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Namun jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka peng-ujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t’ dengan rumus perhitungan (Sudjana, 2005):

=

+ dan

= ( )


(42)

28

Keterangan:

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen

2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

4. n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen

2 2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian : tolak H0jika t’ ≥ dan terima H0jika terjadi sebaliknya, :

= = ,( )

= = ,( )

dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1 – α ).


(43)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disim-pulkan bahwa:

1. Model PembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan.

2. Model PembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaranproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi asam basa karena terbukti efektif meningkatkan keterampilan siswa terutama pada keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan.

2. Agar penerapan pembelajaranproblem solvingberjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model PembelajaranProblem SolvingDalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Koloid. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan.

Arends, R. I. 2008.Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Basori, A. 2010.Kimia Untuk SMA. Bina Sarana Edukasi. Jakarta Dahar, R.W. 1998.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Dirdjosoemarto. 2004.Strategi Belajar Mengajar. FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.Bandung.

Esler, WK. and Esler, M.K. 1996.Reading Elementary Science. California : wadsworth.

Fadiawati, N. 2014. Ilmu Kimia Sebagai Wahana Menyeimbangkan Sikap dan Keterampilan Berpikir. Majalah Eduspot Unit data Base dan Publikasi Ilmiah FKIP Unila, hal 8-9.

Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey.

Hamalik, O. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya.Seminar Proceeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung


(45)

Herlen, W. 1999. Purpose and Procedures for Assessing Science Process Skills Assess Educ. GU) : 129-144.

Ibrahim. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Mahmudin. 2010. http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/-tembok.html. diakses9 juli 2010

Muchtaridi dan Sandri Justiana. 2006.Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta . Yudistira

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung.

Nur, M. 2002.Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Panen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2004.Kimia SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta.

Saputra, R. 2013. Efektivitas Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Bertanya dan Menjawab Pertanyaan.Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan

Sudjana. 2005.Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997.Filsafat Kostruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta

Sutresna, N. 2006.Kimia untuk Kelas XI. Grafindo. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Tim Penyusun. 2004.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian

kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.


(46)

Depdiknas. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya


(1)

27

Jika data dari kedua sampel yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005): 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung    dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan : 1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2= Varians

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen 2

2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t< t1-αdengan derajat kebebasan d(k) =

n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Namun jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka peng-ujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t’ dengan rumus perhitungan (Sudjana, 2005):

=

+ dan

= ( )


(2)

28

Keterangan: 1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen 2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

4. n2 = Jumlah siswa kelas kontrol 2

1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian : tolak H0jika t’ ≥ dan terima H0jika terjadi sebaliknya, :

= = ,( )

= = ,( )

dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1 – α ).


(3)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disim-pulkan bahwa:

1. Model PembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan.

2. Model PembelajaranProblem Solvingefektif dalam meningkatkan keterampilan menyimpulkan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaranproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi asam basa karena terbukti efektif meningkatkan keterampilan siswa terutama pada keterampilan mengelompokkan dan menyimpulkan.

2. Agar penerapan pembelajaranproblem solvingberjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model PembelajaranProblem SolvingDalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Koloid. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan.

Arends, R. I. 2008.Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Basori, A. 2010.Kimia Untuk SMA. Bina Sarana Edukasi. Jakarta Dahar, R.W. 1998.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Dirdjosoemarto. 2004.Strategi Belajar Mengajar. FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.Bandung.

Esler, WK. and Esler, M.K. 1996.Reading Elementary Science. California : wadsworth.

Fadiawati, N. 2014. Ilmu Kimia Sebagai Wahana Menyeimbangkan Sikap dan Keterampilan Berpikir. Majalah Eduspot Unit data Base dan Publikasi Ilmiah FKIP Unila, hal 8-9.

Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey.

Hamalik, O. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya.Seminar Proceeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung


(5)

Herlen, W. 1999. Purpose and Procedures for Assessing Science Process Skills Assess Educ. GU) : 129-144.

Ibrahim. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Mahmudin. 2010.

http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/-tembok.html. diakses9 juli 2010

Muchtaridi dan Sandri Justiana. 2006.Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta . Yudistira

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung.

Nur, M. 2002.Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Panen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2004.Kimia SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta.

Saputra, R. 2013. Efektivitas Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Bertanya dan Menjawab Pertanyaan.Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan

Sudjana. 2005.Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997.Filsafat Kostruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta

Sutresna, N. 2006.Kimia untuk Kelas XI. Grafindo. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Tim Penyusun. 2004.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian

kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.


(6)

Depdiknas. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya