EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

1

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA
MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Skripsi

Oleh
FENTI DWI CHOIRIAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

2

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung,

Mei 2012

Fenti Dwi Choiriawati
NPM 0853023017

3

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA
MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Oleh
FENTI DWI CHOIRIAWATI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran problem
solving pada materi asam - basa dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan serta mendeskripsikan pembelajaran problem
solving pada materi asam - basa yang efektif dalam meningkatkan keterampilan
mengelompokkan dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran problem
solving terdiri dari lima tahap yaitu tahap satu yaitu mengorientasikan siswa pada
masalah, tahap dua mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, tahap tiga menetapkan jawaban sementara dari masalah,
tahap empat menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap lima menarik
kesimpulan.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Terbanggi Besar kelas XI
IPA1 dan XI IPA2 semester Genap Tahun Pelajaran 2011-2012 yang memiliki
karakteristik hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen
dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Efektivitas
model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan peningkatan gain yang


Fenti Dwi Choiriawati4

signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan
mengelompokkan dan mengkomunikasikan masing-masing 0,71 dan 0,41.

Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa pembelajaran problem solving pada
materi asam-basa efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan
mengkomunikasikan.

Kata kunci: pembelajaran problem solving, keterampilan mengelompokkan dan
mengkomunikasikan.

5

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA
MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Oleh

FENTI DWI CHOIRIAWATI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

6

Judul Skripsi

: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAMBASA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN
DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Mahasiswa

: Fenti Dwi Choiriawati

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0853023017

Program Studi

: Pendidikan Kimia

Jurusan

: Pendidikan MIPA

Fakultas


: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.
NIP 19660824 199111 2 002

2.

Dr. Noor Fadiawati, M. Si.
NIP 19660824 199111 2 001

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Caswita, M.Si.
NIP 19570803 198603 1 004

7


MENGESAHKAN

1.

2.

Tim Penguji

Ketua

: Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ______________

Sekretaris

: Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

______________

Penguji

Bukan Pembimbing

: Dra. Ila Rosilawati, M. Si.

______________

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 11 Mei 2012

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 1990, anak
kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Nurlaili.


Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1995 di TK Dharma Wanita Jatirejo
diselesaikan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Dasar
Negeri 2 Jatirejo diselesaikan tahun 2002, dan pada tahun tersebut diterima di
SMP Negeri 1 Sawit yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 masuk
SMA Negeri 1 Boyolali yang diselesaikan tahun 2008 dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum
Kimia Dasar, Kimia Larutan dan Dasar-Dasar Kimia Analitik. Penulis juga
pernah aktif di Himasakta FKIP Unila sebagai eksakta muda. Penulis telah
menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kec. Way Tenong,
Lampung Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Way
Tenong.

9

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin , Dengan segala kerendahan hati terucap syukur

untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta,
sehingga dengan ridlo-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini
kupersembahkan teruntuk:

Papa dan Mama
Dengan penuh kasih sayang kalian membesarkanku,
Dengan penuh keikhlasan kalian mengajarkanku banyak hal tentang hidup,
Dengan penuh perjuangan kalian mengantarkanku selangkah demi selangkah
mencapai cita-cita,
Maka dengan penuh cinta ku ucapkan Terima Kasih, dan dengan penuh rasa
terima kasih ku ucapkan AKU MENCINTAI KALIAN

v

v

v

Faza Eka Laksana dan Fatoni Aryo Sasongko
Yang memberiku keceriaan, semangat dan dukungan.


Saudaraku, Sahabatku dan Almamaterku Tercinta

10

MOTTO

Ber mimpilah, dan seger alah bangun unt uk mewuj udkan mimpi it u.
I magine your self as you would like t o be
Ther e is inside you all of t he pot ent ial t o be what ever you want t o be
(Fent i Dwi Choir iawat i)
Hal yang anda yakini past i t er j adi, dan keyakinan t er hadap hal
t er sebut lah yang membuat nya t er j adi
(Fr ank Lioyd Wr ight )

iii

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan cinta
kasih-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas
Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Asam-Basa dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.

4.

Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M. Si., selaku Pembimbing I atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

6.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.

iv

7.

Ibu Dra. M. Setyorini, M.Si., selaku Pembimbing akademik semester I-VI
dan seluruh staff dan dosen di Jurusan PMIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila.

8.

Bapak Hi. Dasiyo Priambodo, S.Pd, M.Pd., selaku kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Terbanggi besar yang telah mmberikan izin penelitian.

9.

Ibu Krisniwati, S. Pd. selaku guru mitra dan siswa- siswi kelas XI IPA 1 Dan
XI IPA 2 SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

10. Mama dan papa yang selalu memperjuangkan segalanya untuk
keberhasilanku.
11. Kakak wawan, dek Toni, Claresta, Wota dan seluruh keluarga besarku yang
selalu memberikan semangat dan keceriaan untukku.
12. Rendi saputra yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Hae_Chy, Yusnia_Kyuhyun, Nunik_mbul, Uni Yuri, Fra_Ulein, Andesta.
Kitalah 7 kejaiban dunia dalam dunia kita yang penuh warna. Sahabatsahabat terbaikku, terima kasih.
14. Kak Arief dan K.Pury. Semoga kita tetap bisa menjadi saudara dimanapun
kalian berada.
15. Teman-temanku di Mr.Che 2008 : Metha, Andri, Gede, Johan, Galih, Olan,
Deny, Nurma, Resi, Riska, Yuli, Novi, Sulis, Pitri, Ence, Eka Fitriana, Eka
Fitriani, Juslia, Wirda, Evy, Diana, Orin, Putu, Riza, Ana, Nia, Fitri, Maria,
Mila, Arum, Meli, Yunida, Dewi, Nurul, Emy, Lini dan teman-teman reguler
2008 khususnya Mahfudz dan Diky.
16. Kakak tingkat dan adik tingkatku di P. Kimia.

v

17. Teman-teman seperjuangan KKN dan PPL di Way Tenong : Novi, Dewi,
Ayu, Dwi, Yenni, Devi, Martina, Dadang, Hardi. Semoga kita bisa tetap
menjadi saudara dimanapun kalian berada
18. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khusus-nya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung,

Mei 2012

Penulis,

Fenti Dwi Choiriawati

vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL...........................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

ix

I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ...........................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme .....................................................

9

Model Pembelajaran Problem Solving...........................................

11

C. Keterampilan Proses Sains .............................................................

13

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................

15

E. Anggapan Dasar .............................................................................

17

F. Hipotesis Umum .............................................................................

17

B.

III.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................

18

vii

IV.

V.

B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................

18

C. Desain Penelitian dan Metode Penelitian........................................

19

D. Variabel Penelitian ........................................................................

20

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya............................................

21

F. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................

22

G. Analisis Data Penelitian ................................................................

23

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data .................................................

29

B. Pembahasan ..................................................................................

35

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................

46

B. Saran ............................................................................................

46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Eksperimen ..............................

50

2. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Kontrol ....................................

73

3. RPP Kelas Eksperimen ....................................................................

78

4. RPP Kelas Kontrol .......................................................................... 105
5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ........................................... 115
6. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ................................................. 129
7. Kisi-kisi Soal Pretest/Posttest .......................................................... 131
8. Soal Pretest ...................................................................................... 191
9. Soal Posttest..................................................................................... 139
10. Rubrik Penskoran Pretest/ Posttest ................................................... 147

viii

11. Tabel data Skor Pretest, Skor Posttest dan n-Gain ............................ 159
12. Lembar Penilaian Afektif Siswa ...................................................... 161
13. Lembar Penilaian Psikomotor Siswa.................................................. 165
14. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ......................................... 174
15. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...................................... 193

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains dasar .................................................. 14
2. Desain penelitian ........................................................................................... 19
3. Rata – rata skor pretest, posttest dan n-Gain keterampilan mengelompokkan
di kelas eksperimen dan kontrol ................................................................ 31
4. Rata – rata skor pretest, posttest dan n-Gain keterampilan
mengkomunikasikan di kelas eksperimen dan kontrol ................................. 32
5. Nilai chi-kuadrat untuk distribusi n-Gain keterampilan mengelompokkan .. 35
6. Nilai chi-kuadrat untuk distribusi n-Gain keterampilan
mengkomunikasikan ................................................................................... 36

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Alur penelitian ........................................................................................

20

2. Diagram rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan
mengelompokkan di kelas eksperimen dan kelas kontrol .........................

30

3. Diagram rata-rata perolehan skor pretest dan postest keterampilan
mengkomunikasikan siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ...........

31

4. Diagram rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dan
mengkomunikasikan ................................................................................

32

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia.
Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai
tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan serta
memiliki sikap yang benar. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembelajaran sains sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peranan
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan
peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif,
logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan sains. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut termasuk ilmu kimia membawa dampak pemilihan materi,
model, dan media pembelajaran serta sistem pembelajaran yang tepat agar dapat

2

meningkatkan pengetahuan siswa serta dapat bersaing dalam perkembangan sains
tersebut. Dewasa ini pembejaran kimia masih didominasi dengan penggunaan
metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru. Siswa hanya sebatas
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Belajar sains hanya sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebab yang
menjadikan alasan adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan
berdasaran kurikulum yang berlaku.

Permasalahan lain dalam pembelajaran kimia adalah bahan ajar yang diberikan di
sekolah masih terasa lepas dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal seharusnya kimia dapat dijadikan sebagai wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Kimia berkaitan dengan
cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga kimia
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Oleh
karena itu pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya sehingga dapat bermanfaat di dalam
kehidupan bermasyarakat.

Penguasaan ilmu kimia melalui pembelajaran secara teoritis sangat ditentukan
oleh kemampuan dan kreatifitas siswa dalam menguasai keterampilan proses
sains. Ada tiga karakteristik kimia yaitu kimia sebagai poses, produk, dan sikap.
Oleh karena itu untuk mencapai produk pembelajaran kimia yang optimal siswa
perlu menguasai keterampilan proses sains. Dalam KTSP disebutkan bahwa keterampilan proses sains diangkat sebagai materi pelajaran yang penyampaiannya

3

terintegrasi pada materi pokok yang lain. Ini berarti keterampilan proses sains
sama pentingnya dengan konsep kimia. Sehingga pembelajaran kimia perlu menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan mengembangkan keterampilan proses sains. Selain itu penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah dalam pembelajaran kimia bertujuan
agar mampu memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah kimia
dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains maka perlu adanya pengembangan model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses
sains siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah
problem solving. Model problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran
dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti pada topik asam-basa
misalnya, banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini; misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan
senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan
tanah pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Dengan adanya masalah yang
dihadapkan kepada siswa dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan
penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.

Model problem solving terdiri dari 5 tahapan. Tahap 1 yaitu mengorientasikan
siswa pada masalah, tahap 2 yaitu mencari data atau keterangan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah, tahap 3 yaitu menetapkan jawaban

4

sementara dari masalah, tahap 4 yaitu menguji kebenaran jawaban sementara,
dan tahap 5 yaitu menarik kesimpulan (Depdiknas, 2008).

Pada tahap 4 model problem solving siswa diminta untuk menguji kebenaran
jawaban sementara, upaya yang dilakukan untuk menguji kebenaran jawaban
sementara ini salah satunya adalah melalui pengamatan langsung. Melalui
pengamatan langsung yang dilakukan pada materi asam- basa misalnya, siswa
dituntut agar mampu mencatat setiap hasil pengamatan; mencari perbedaan serta
persamaan (membandingkan) data hasil pengamatan; mengontraskan ciri-ciri dari
data-data yang didapat; serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan.
Kemampuan-kemampuan ini merupakan indikator keterampilan mengelompokkan (mengidentifikasi). Selain itu dalam pengamatan langsung ini juga siswa
dituntut agar mampu menjelaskan hasil percobaan; menggambarkan data empiris
dengan grafik, tabel/diagram; membaca dan mengkompilasi informasi dalam
grafik atau diagram; menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan
jelas. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan indikator keterampilan
mengkomunikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa dimungkinkan pembelajaran
problem solving mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa yaitu
keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

Keterampilan mengkomunikasikan penting bagi siswa dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu juga dengan keterampilan mengelompokkan, terampil mengelompokkan
sekilas bukanlah keterampilan yang begitu penting untuk dikuasai siswa, namun
sebaliknya keterampilan inilah yang harus menjadi dasar dalam pengamatan

5

langsung yang mereka lakukan terhadap suatu permasalahan; serta prospek kerja
yang mungkin akan dijalani mereka di esok hari yang sangat memerlukan keterampilan ini; laboran dan apoteker misalnya, pengelompokan bahan-bahan atau
obat-obatan yang memiliki sifat sejenis sangatlah diperlukan untuk mempermudah
dan menghindarkan bahan-bahan tersebut dari pencampuran yang dapat
membahayakan.

Hasil penelitian Ajij (2008) menunjukkan bahwa kemandirian dan prestasi belajar
biologi siswa kelas X MA Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan demikian juga tanggapan terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan problem solving. Penelitian lainnya adalah Purwani
(2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMAN 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan melalui strategi problem solving memberikan
kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Maka
dipandang perlu mengadakan penelitian guna melihat efektivitas model pembelajaran problem solving dalam upaya meningkatkan keterampilan mengelompokkan
dan mengkomunikasikan khususnya pada materi asam-basa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian ini dengan judul
“Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Asam-Basa
Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan”.

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada siswa kelas
XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar?
2. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa
kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi
asam - basa dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan
mengkomunikasikan pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar.
2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran Problem Solving pada materi asam basa yang efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan
mengkomunikasikan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Dengan diterapkannya model problem solving dalam kegiatan belajar
mengajar maka akan memberi pengalaman baru bagi siswa dalam

7

memecahkan masalah IPA dan meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.
2. Bagi guru
Memperoleh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian di SMA N 1 Terbanggi Besar.
2. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah asam-basa Arrhenius.
3. Pembelajaran Problem solving yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Problem Solving menurut Depdiknas (2008). Model ini terdiri dari 5
tahap. Tahap 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, tahap 2 yaitu
mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah, tahap 3 yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap 4
yaitu menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap 5 yaitu menarik
kesimpulan.
4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan di SMA N 1 Terbanggi Besar. Pembelajaran konvensional yang
diterapkan diawali dengan guru memberi apersepsi, guru menyampaikan
indikator dari materi yang disampaikan, guru mengajarkan konsep secara
langsung tanpa membimbing siswa untuk menemukan konsep (metode
ceramah), guru melakukan tanya jawab dengan siswa, lalu guru memberi
latihan.

8

5. Keterampilan mengkomunikasikan meliputi kemampuan membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris
dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun
dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6. Keterampilan mengelompokkan meliputi kemampuan mencatat setiap pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan dan persamaan (membandingkan),
mengontraskan ciri-ciri, serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan.
7. Menurut Nuraeni dkk (2010), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan gain yang signifikan).

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak
akan mampu mem-berikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi
milik sendiri (Trianto, 2007).

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’
bukan ’menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Setiap siswa membangun
pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil

10

terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang
yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan
oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar
siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
Mengajar adalah membantu siswa belajar;
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
Kurikulum menekankan partisipasi siswa;
Guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai
penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan
suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran.

11

Perspektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Pembelajaran Problem
Solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Perspektif ini mengatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengkonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah
pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian
kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model Pembelajaran Problem Solving

Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang menggunakan
model problem solving. Model problem solving adalah model pembelajaran yang
menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun
kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving adalah suatu langkah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran
pengetahuan dan informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenisnya, mengadakan percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah
berdasarkan pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

12

Nasution (2006) menyatakan, :
“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan
menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut
kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus
dilalui ber-bagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu,
mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam
segala langkah perlu ia berpikir”.

Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan
masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari
luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk
memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru.

Tahap-tahap model problem solving (Depdiknas, 2008) yaitu meliputi :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap
kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawaban ini tentu saja diperlukan modelmodel lainnya seperti demonstrasi,
tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan model problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002) adalah
sebagai berikut :

13

1. Kelebihan model problem solving
a. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka
mencari pemecahannya.
2. Kekurangan model problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain
c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan
permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Proses Sains

Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah metode ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar
tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/sains. Untuk mengenalkan alam pada siswa, perlu diajarkan bagaimana pengetahuan alam tersebut didapat, dengan melatihkan keterampilan proses sains pada siswa. Keterampilan
proses dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk berlatih
menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat

14

mempelajari sains sesuai dengan keinginannya. Menurut Gagne dalam Dahar
(1996) keterampilan proses sains adalah kemam-puan-kemampuan dasar tertentu
yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan
proses merupakan keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan,
serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga. Keterampilan
proses sains mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains dapat digunakan dalam beberapa pendekatan dan model
pembelajaran. Demikian halnya dalam model pembelajaran yang dikembangkan
yaitu problem solving, keterampilan proses sains menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang dikemukakan Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses terdiri dari: Keterampilan proses tingkat dasar yang terdiri dari mengobservasi, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan keterampilan
proses terpadu yang terdiri dari menentukan variabel, menyusun tabel data,
membuat grafik, menghubungkan antar variabel, memproses data, menganalisis
penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel, merencanakan penyelidikan, dan bereksperimen.

Cartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan
Dasar
Mengamati
(observing)

Indikator
Mampu menggunakan semua indera untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian
secara teliti dari hasil pengamatan.

15

Tabel 1. (lanjutan)
Ketermpilan
Dasar
Inferensi
(inferring)
Klasifikasi
(classifying)
Menafsirkan
(predicting)

Meramalkan
(prediksi)
Berkomunikasi
(Communicating)

Indikator
Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda
atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi
data dan informasi.
Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan
suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola
yang sudah ada menggunakan grafik untuk
menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.
Menggunakan pola/pola hasil pengamatan,
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
memberikan/menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/
diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian,
membaca grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil
kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

D. Kerangka Pemikiran

Model problem solving adalah model pembelajaran yang menuntut siswa belajar
untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam
proses pembelajaran yang menggunakan model ini, siswa dapat menyeimbangkan
pemanfaatan otak kanan dan otak kirinya. Model pembelajaran ini terdiri dari 5
tahap. Pada tahap satu, siswa diorientasikan pada masalah. Pada tahap ini terjadi
proses asimilasi yaitu terjadi perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang
ada. Siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan
yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar
tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana.

16

Lalu pada tahap dua siswa diminta mencari data atau keterangan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini terjadi proses akomodasi
yaitu terjadi penyesuaian stuktur kognitif siswa terhadap situasi baru. Siswa ingin
memahami konsep baru atau permasalahan yang timbul melalui kegiatan akomodasi ini. Pada tahap tiga siswa diminta menetapkan jawaban sementara dari
masalah. Pada tahap ini, setelah melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi siswa
akan mengalami ketidakseimbangan struktur kognitif (coqnitive disequilibrium)
yaitu ada fakta-fakta yang telah dimiliki siswa sebelumnya (pengetahuan lama
siswa) yang tidak sesuai dengan pengetahuan baru siswa. Pada tahap empat siswa
diminta menguji kebenaran jawaban sementara. Pada tahap ini siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana dengan cara membuktikannya melalui praktikum dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS.
Sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah
dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya
sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang
baru (ekuilibrasi). Pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari
pemecahan masalah. Pada tahap ini terlihat apakah siswa sudah mencapai proses
ekuilibrasi atau belum.

Pada tahap empat siswa melakukan praktikum yang bertujuan memberi kesempatan siswa untuk memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi. Kegiatan ini mampu meningkatkan
kemampuan psikomotor siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sehingga dapat
meningkatkan keterampilan afektif khususnya keterampilan bertanya siswa.

17

Kemudian siswa diminta mencatat setiap hasil pengamatan; mencari perbedaan
serta persamaan (membandingkan) data hasil pengamatan; mengontraskan ciri-ciri
dari data-data yang didapat; serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan. Selain itu siswa juga diminta menjelaskan hasil percobaan; menggambarkan data empiris dengan tabel/diagram; menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains yaitu keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada materi asam-basa siswa kelas XI IPA
semester genap SMA N 1 Terbanggi Besar T.P. 2011/2012 diabaikan.
2. Perbedaan gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada
materi asam – basa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam
proses pembelajaran.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran Problem Solving pada materi asam - basa efektif dalam
meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan daripada
pembelajaran konvensional.

18

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 1
Terbanggi Besar tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 118 siswa dan
tersebar dalam empat kelas.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai sampel adalah siswa kelas XI IPA 1
dan XI IPA 2 SMA N 1 Terbanggi Besar. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik sampel purposif, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka ditentukan kelas
XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen
yang mengalami pembelajaran Problem Solving, sedangkan kelas XI IPA 2
sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa
data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah
pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sedangkan sumber data adalah siswa
kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

19

C. Desain dan Metode Penelitian

1.

Desain penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design
yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 2. desain penelitian
Pretest

Perlakuan

Posttest

Kelas eksperimen

O1

X

O2

Kelas kontrol

O1

-

O2

Keterangan:
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem
solving.
O1:

Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest

O2:

Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest

2.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Pada penelitian ini
dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah penelitian seperti pada
gambar 1.

20

Penyusunan
perangkat
pembelajaran
konvensional

1. Penyusunan kisi-kisi butir
soal (pretest dan posttest)
2. Butir soal tes (pretest dan
posttest)

Penyusunan
perangkat
pembelajaran
Problem Solving

Validasi pretest dan
posttest

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Pretest

Pretest

Pembelajaran
konvensional

Pembelajaran
Problem Solving

Posttest

Posttest

Tabulasi dan analisis
data

Kesimpulan
Gambar 1. Alur penelitian

D. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model
pembelajaran Problem Solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel

21

terikat adalah keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada
materi asam-basa siswa SMA N 1 Terbanggi Besar.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada
penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretest dan posttest
keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan dalam bentuk soal
uraian.

Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang
sama. Soal pretest adalah materi asam-basa yang terdiri dari 10 soal uraian
untuk mengukur keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan
sebelum penerapan pembelajaran. Sedangkan soal posttest sama dengan soal
pretest terdiri dari 10 soal uraian untuk mengukur keterampilan mengelompokkan
dan mengkomunikasikan setelah penerapan pembelajaran.

Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua
macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.
Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).

22

Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal
ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara
tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya.
Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa
instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai
kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan
judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli
untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Chansyanah Diawati,
M. Si. dan Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk
melakukannya.

F. Pelaksanaan Penelitian

1) Tahap Prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA N 1 Terbanggi Besar dan
menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.
c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta
sarana prasarana di sekolah.
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi
pokok yang diteliti yaitu materi asam-basa.

23

g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti
yaitu materi asam-basa.
h. Membuat soal pretest dan posttest.
2) Tahap Penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran
Problem Solving dan pembelajaran konvensional. Pada kelas XI IPA1
diterapkan model pembelajaran Problem Solving dan kelas XI IPA2 diterapkan
pembelajaran konvensional.

Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran pada materi asam-basa sesuai model
pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.
c. Melakukan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

G. Analisis Data Penelitian

1) Hipotesis kerja

1. Hipotesis pertama (keterampilan mengelompokkan)
Rata-rata keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa di kelas yang
diterapkan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi dari rata-rata
keterampilan mengelompokkan di kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
2. Hipotesis kedua (keterampilan mengkomunikasikan)
Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan pada materi asam-basa di kelas

24

yang diterapkan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi dari rata-rata
keterampilan mengkomunikasikan di kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.

2) Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik,
hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (H1).
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
1. Hipotesis pertama (keterampilan mengelompokkan)
H0

:

Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan pada materi asambasa dengan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama
dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dengan
pembelajaran konvensional.
H0 : µ1x ≤ µ2x

H1 : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan pada materi asambasa dengan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi daripada ratarata n-Gain keterampilan mengelompokkan dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ1x > µ2x
2. Hipotesis kedua (keterampilan mengkomunikasikan)
H0

:

Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi asambasa dengan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama
dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dengan

25

pembelajaran konvensional.
H0 : µ1x ≤ µ2x
H1

: Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi asambasa dengan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi daripada ratarata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ1x > µ2x

Keterangan:
µ1 : Rata-rata (x) pada materi asam-basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran
Problem Solving.
µ2 : Rata-rata (x) pada materi asam-basa pada kelas dengan pembelajaran
konvensional.
x : Keterampilan mengelompokkan/mengkomunikasikan.

3) Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akkhir pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Akhir =

∑ skor yang diperoleh siswa
skor maksimum

× 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain yang
selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

26

a) Perhitungan Gain Ternormalisasi
Gain ternormalisasi (n-Gain) merupakan perbandingan antara selisih skor pretest
dan skor posttest dengan selisih skor maksimum dan skor pretest. n-Gain digunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini
didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut. Dalam hal
ini 29 data pada kelas XI IPA1 (kelas eksperimen) dan 29 data pada kelas XI IPA2
(kelas kontrol). N-Gain dirumuskan sebagai berikut:


Rumus

=

(

)

(

...................(2)

)

Data g