Badan Permusyawaratan Desa Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

21 profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarkat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. 14 Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 lima orang dan paling banyak 11 sebelas orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Pimpinan BPD terdiri dari 1 satu orang ketua, 1 satu orang wakil ketua, dan 1 satu orang sekretaris. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Badan Permusyawaratan Desa BPD mempunyai Hak: 1 Meminta keterangan kepada pemerintah desa; 2 Menyatakan pendapat. Sedangkan anggota BPD mempunyai hak sebagai berikut: a. Mengajukan rancangan peraturan desa; b. Mengajukan pertanyaan; c. Manyampaikan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih, dan e. Memperoleh tunjangan. 14 Pasal 30 ayat 1 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. 22 Sedangkan yang menjadi kewajiban anggota BPD yaitu sebagai berikut: a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. Memproses pemilihan kepala desa; f. Mendahulukan kepentingan umum di atas pribadi, kelompok dan golongan; g. Menghormati nilai-nilai sosial badaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan h. Menjaga norma-norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. 15 Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan menjadi kepala desa dan perangkat desa. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang: a. Menjadi pelaksana proyek desa; b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang danatau jasa dari phak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan; d. Menyalahgunakan wewenang; dan e. Melanggar sumpahjanji jabatan. 15 Pasal 37 ayat 1 dan 2 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. 23

B. Pengertian Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan Kepala Desa, atau seringkali disingkat Pilkades, adalah suatu pemilihan Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. 16 Berbeda dengan Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, kepala desa merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar Calon Kepala Desa. Pilkades telah ada jauh sebelum era Pilkada Langsung. Akhir- akhir ini ada kecenderungan Pilkades dilakukan secara serentak dalam satu kabupaten, yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya lebih efektif, efisien, dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan. Pemilihan kepala desa merupakan praktek demokrasi di daerah pedesaan yang menyangkut aspek legitimasi kekuasaan dan aspek penentuan kekuasaan sehingga akan mengundang kompetisi dari golongan minoritas untuk merebut jabatan kepala desa untuk mendapatkan jabatan kepala desa tersebut di butuhkan partisipasi aktif dari masyarakat yang pada hakekatnya merupakan suatu kewajiban pada masyarakat itu sendiri dalam pemilihan kepala dasa. 16 http:id.wikipedia.orgwikiPemilihan_kepala_desa, diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19:45 WIB 24 Mengingat fungsi Aparatur Pemerintahan Desa yang sangat menentukan maka calon kepala desa yang terpilih seharusnya bukan saja sekedar seorang yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan, akan tetapi disamping memenuhi syarat yang cukup dan dapat di terima dengan baik oleh masyarakat juga mampu melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan sebagai pembina masyarakat serta berjiwa panutan dan suri tauladan bagi warga desanya, untuk itu harus benar-benar seorang pancasila sejati yang penuh dedikasi dan loyalitas yang cukup tinggi. Pemilihan Kepala Desa dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik masyarakat. Dalam arti yang sempit, pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan mengahayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik ideal yang hendak dibangun. Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan Pemeritah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, menyebutkan bahwa Pemilihan Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat, pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum,