PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 BUMI JAWA LAMPUNG TIMUR

(1)

DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 BUMI JAWA LAMPUNG TIMUR

Oleh Sandi Eka Putra

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur yang diketahui dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis.

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi dan soal-soal tes, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase hasil belajar sikap siswa yaitu 50% pada siklus I dengan nilai rata-rata 60,41 dalam kategori “cukup”, kemudian meningkat menjadi 72,22% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75 dalam kategori“baik”, dan meningkat menjadi 88,89% pada siklus III dengan nilai rata-rata 79,16 dalam kategori “baik”. Jumlah siswa yang memperoleh nilai pengetahuan ≥66 adalah 9 siswa (50%) pada siklus I dengan nilai rata-rata 67,5 dengan kategori “baik”, kemudian menjadi 12 siswa (66,66%) pada siklus II dengan nilai rata-rata 75dengan kategori “baik”, dan meningkat menjadi 16 siswa (88,89%) pada siklus III dengan nilai rata-rata 79,33 dengan kategori “baik”. Selanjutnya peningkatan persentase hasil belajar keterampilan siswa yaitu 13 orang siswa (72,22%) pada siklus I dengan nilai rata-rata 72,56 dalam kategori “terampil”, kemudian meningkat menjadi 15 orang siswa (83,33%) pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,45 dalam kategori “terampil”, dan meningkat menjadi 17 orang siswa (94,44%) pada siklus III dengan nilai rata-rata 81,01 dalam kategori “sangat terampil”.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Peneliti dilahirkan di Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 9 September 1992. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sugino dan Ibu Sulastri.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Sritejo Kencono diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Sritejo Kencono pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Kotagajah diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kotagajah diselesaikan pada tahun 2010.

Selanjutnya pada tahun 2010 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

i Alhamdulillahirobil alamin, segala puji untuk Mu Ya Robb

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda Sugino Ibunda Sulastri

Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku dengan penuh kasih sayang yang tercurah tanpa batas

Adik-adik ku

(Dwi Ariyanto & Surya Ardinata)

Atas bantuan, doa, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju dan bertahan

Para pendidik ku (guru-guruku)

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu.

Deasy Vivta Rini

Seseorang yang begitu bermakna dalam hidupku Sahabat sahabatku

Yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus bersama dalam duka dan suka dalam menyelesaikan skripsi.


(8)

Moto

“ jangan sia

-siakan waktu yang ada,

lakukan yang terbaik tuk semuanya”

“don’t stress,

do the best”

(Sandi Eka Putra)


(9)

i Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Unila yang telah menyetujui skripsi ini serta telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(10)

ii bagi peneliti.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing 1 yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk membantu, membimbing, dan memberikan saran serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Ibu Siti Aminah, S.Pd. SD., Kepala Sekolah SD Negeri 4 Bumi Jawa yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Bapak Dedi Heriyudi, guru kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa yang telah bersedia membantu dalam melaksanakan penelitian.

11. Siswa-siswi Kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

12. Kedua orang tua, adik, nenek dan keluarga besar yang telah memberikan doa, motivasi, serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

13. Seseorang yang telah dihadiahkan Tuhan untukku, dan kuberharap kelak ia kan menjadi ibu dari anak-anakku.


(11)

iii do’anya selama ini.

15. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih atas semuanya.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin

Metro, September 2014 Peneliti

Sandi Eka Putra NPM 1013053025


(12)

v Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Belajar dan Pembelajaran... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Hasil Belajar ... 8

2. Pembelajaran ... 13

a. Pengertian Pembelajaran ... 13

b. Pembelajaran Tematik Terpadu... 14

1) Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu... 14

2) Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu ... 16

3) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 17


(13)

vi

2. Model-model Pembelajaran di SD ... 24

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 25

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek... 25

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 26

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek... 27

C. Media Pembelajaran... 28

1. Pengertian Media Pembelajaran... 28

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 29

3. Macam-macam Media Pembelajaran ... 32

4. Media Grafis... 33

a. Pengertian Media Grafis... 33

b. Fungsi Media Grafis ... 34

c. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis ... 34

5. Langkah-langkah Mempergunakan Media dalam Pembelajaran... 35

D. Hipotesis Tindakan... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian... 38

B. Setting Penelitian ... 39

1. Tempat Penelitian... 39

2. Waktu Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian... 40

D. Teknik Pengumpul Data... 40

1. Teknik Non Tes... 40

2. Teknik Tes... 40


(14)

vii

2. Data Kuantitatif ... 45

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 47

H. Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 54

B. Prosedur Penelitan ... 54

1. Deskripsi Awal... 54

2. Refleksi Awal... 55

C. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 56

1. Siklus 1... 56

2. Siklus 2... 68

3. Siklus 3... 79

D. Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(15)

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek ... 28

2. Kategori Kinerja Guru ... 42

3. Kriteria Sikap Siswa ... 43

4. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 43

5. Kriteria Keterampilan Siswa... 44

6. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 45

7. Kriteria Pengetahuan Siswa ... 46

8. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 47

9. Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus... 56

10. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I ... 60

11. Nilai Sikap Siswa Siklus I... 61

12. Distribusi Frekuensi Nilai Pengetahuan Siswa Siklus I... 64

13. Nilai Keterampilan Siswa Siklus I ... 64

14. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II... 72

15. Nilai Sikap Siswa Siklus II ... 73

16. Distribusi Frekuensi Nilai Pengetahuan Siswa Siklus II ... 75

17. Nilai Keterampilan Siswa Siklus II... 76

18. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus III ... 83

19. Nilai Sikap Siswa Siklus III ... 84

20. Distribusi Frekuensi Nilai Pengetahuan Siswa Siklus III ... 86

21. Nilai Keterampilan Siswa Siklus III ... 87

22. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I, II, III. ... 89

23. Rekapitulasi Hasil Belajar Sikap Siswa Siklus I, II, dan III. ... 90

24. Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus I, II, dan III ... 92


(16)

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan dari Universitas... 105

2. Surat Pendahuluan dari Universitas ... 106

3. Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 107

4. Surat Izin Penelitian dari Sekolah ... 108

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 109

6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 110

7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Sekolah ... 111

8. Perangkat Pembelajaran Siklus I... 113

9. Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 127

10. Perangkat Pembelajaran Siklus III ... 140

11. Kinerja Guru Siklus I ... 154

12. Kinerja Guru Siklus II ... 157

13. Kinerja Guru Siklus III... 160

14. Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Siklus I, II dan III ... 165

15. Hasil Belajar Sikap Siswa Siklus I, II dan III ... 170

16. Hasil Belajar Keterampilan Siswa Siklus I, II dan III... 174

17. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Sikulis I ... 180

18. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Sikulis II ... 183


(17)

Gambar Halaman

1. Alur Siklus PTK... 39

2. Peningkatan Kinerja Guru... 89

3. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Sikap Siswa ... 91

4. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Pengetahuan Siswa ... 93


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mendewasakan manusia dari berbagai aspek yakni aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selanjutnya menurut Wahyudin, dkk (2007: 2) pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif dan harus dapat dipertanggung jawabkan. Pendidikan hendaknya upaya yang betul-betul disadari, jelas landasannya, tepat arah dan tujuannya, efektif dan efisien pelaksanaannya. Seiring dengan pendapat di atas Hamalik (2013: 3), menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam


(19)

dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara memadai dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami transisi kurikulum dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013. Hal tersebut sejalan dengan Mulyasa (2013: 65) pengembangan kurikulum difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter para peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.

Berdasarkan teori perkembangan Piaget yang memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun pengetahuannya dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman interaksi yang dialami oleh mereka. Sesuai dengan teori diatas, bahwa siswa usia SD (6-12 tahun) masih berada dalam tahapan operasional konkret. Oleh karena itu sudah selayaknya pembelajaran SD menerapkan pembelajaran tematik, sebab cara berpikir siswa masih bersifat holistik atau memandang segala sesuatu dalam satu keutuhan. Menurut pandangan konstruktivismebelajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (West & Pines dalam Rustaman, 2011: 2.6).

Kurikulum 2013 memungkinkan guru menilai hasil belajar siswa dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Hal tersebut sejalan dengan Kemendikbud (2013: 212), yang memberikan konsepsi bahwa pendekatan


(20)

ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran. Selanjutnya dalam pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2014 dengan guru kelas IV SDN 4 Bumi Jawa, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Masalah tersebut meliputi metode ceramah yang masih dominan digunakan oleh guru sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu, pemanfaatan media dalam pembelajaran juga belum maksimal, sehingga penyampaian materi sulit dipahami oleh siswa. Hal ini berdampak pada diri siswa yang tidak termotivasi dengan pembelajaran yang seperti itu. Berdasarkan penelusuran dokumen yang dilakukan peneliti kepada wali kelas IV diketahui hasil belajar siswa masih tergolong rendah, yakni dari 18 orang siswa hanya 4 orang siswa atau sekitar 22℅ dari jumlah keseluruhan siswa yang termasuk dalam

kategori baik dan selebihnya belum, dengan kriteria nilai yang ditetapkan yaitu≥66.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran di kelas IV SDN 4 Bumi Jawa belum berlangsung seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan dan perubahan dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat dicapai secara maksimal. Salah satunya dengan mengubah model yang digunakan dalam mengajar.


(21)

Menurut Hanafiah, dkk (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Berkenaan dengan hal ini, upaya yang dilakukan peneliti antara lain dengan membangun interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, serta interaksi antara siswa dengan lingkungan melalui model pembelajaran berbasis proyek, dimana siswa belajar dari melakukan proyek. Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, siswa akan lebih aktif dan inovatif dalam menyelesaikan tugas proyeknya, sehingga pelajaran akan lebih bermakna, dengan begitu produk yang dihasilkan dapat berguna bagi kehidupan siswa. Hasil penelitian Nurhayati (2010) diperoleh kesimpulan bahwa pelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran tematik diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:


(22)

1. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 4 Bumi Jawa

3. Kurangnya pemanfaatan media grafis dalam proses pembelajaran sehingga penyampaian materi sulit dipahami oleh siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Bumi Jawa?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar kelas IV SDN 4 Bumi Jawa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Meningkatkan pemahaman materi pembelajaran di kelas sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat.


(23)

2. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru kelas mengenai model-model pembelajaran khususnya model-model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 4 Bumi Jawa, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas agar nantinya dapat menjadi guru yang profesional.


(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Menurut Amri (2013: 24), belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan beraksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Selanjutnya menurut Hamalik (2013: 36), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is define as the modification or strengthening of behavior through experiencing).

Menurut pandangan konstruktivistik dalam Budiningsih (2005: 58), belajar adalah suatu proses konstruksi pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh orang yang belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam Prastowo (2013: 49), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang


(25)

bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.

b. Hasil Belajar

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah hasil belajar yang berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang telah diperoleh pada mata pelajaran yang diujikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nashar (2004: 77) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Seiring dengan pendapat tersebut Sudjana (2010: 22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar menjelaskan bahwa:

a. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan gotong royong atau kerja sama dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. Kunandar (2013: 100) menjelaskan ranah afektif berhubungan


(26)

dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri yang merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menilai sikap percaya diri dan kerja sama siswa.

1) Percaya diri

Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Selanjutnya Faturrohman, dkk (2013: 79) menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Sejalan dengan pendapat di atas, Djamarah (2008: 47) mengungkapkan percaya pada diri sendiri adalah modal dasar untuk kesuksesan dalam belajar. Kemudian menurut Mulyadi (2007: 50) menjelaskan bahwa percaya diri dimiliki seseorang ketika ia memiliki kompetensi, keyakinan, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang nyata terhadap diri sendiri. Kemendikbud (2013) menyebutkan bahwa indikator sikap percaya diri yaitu:

a) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu; b) tidak mudah putus asa;


(27)

d) berani presentasi di depan kelas; dan

e) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk berbuat dan bertindak sebagai modal dasar agar dapat meraih kesuksesan dalam belajar.

2) Kerja sama

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk saling tolong menolong dalam menjalani kehidupannya, salah satunya dengan hidup berkelompok dan saling bekerja sama. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa kerja sama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

Faturrohman (2013: 134) menyebutkan ciri-ciri sikap kerjasama antara lain (1) senang bekerjasama dengan teman tanpa pilih kasih, tidak sombong dan tidak angkuh, (2) bisa bergaul dan memperlakukan sesama/orang lain secara baik, tidak egois dan munafik dalam dalam kehidupan sosial, mau bekerjasama dan siap membantu, (3) suka bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya Kemendikbud (2013) menyebutkan indikator kerja sama sebagai berikut.

a) Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah


(28)

b) Kesedian melakukan tugas sesuai kesepakatan

c) Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, dan

d) Aktif dalam kerja kelompok.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kerja sama merupakan sikap bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

b. Ranah kognitif adalah memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

c. Ranah psikomotor. Pada ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, karya yang estetis, menunjukkan gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kunandar (2013: 249) menjelaskan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu untuk menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Sudjana (2012: 32) menjelaskan bahwa ranah psikomotor ditunjukkan dengan mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, mencari tahu dan menemukan jawaban, dan melakukan komunikasi antara siswa dan guru.


(29)

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran untuk mengukur pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor seperti yang telah diuraikan di atas adalah penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian otentik. Menurut Kemendikbud (2013), penilaian otentik di sekolah dasar menggunakan beberapa teknik untuk semua kategori kompetensi dasar yang mencakup tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut Kunandar (2013: 35) penilaian otentik adalah kegiatan menilai perserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntunan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan yang diperoleh siswa dari berbagai masukan baik masukan dari diri pribadi dan masukan yang berasal dari lingkungan, serta perubahan perilaku dan sikap siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dengan melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diukur melalui penilaian otentik disertai berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntunan kompetensi yang ada pada Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Sudjana (2010: 22) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah


(30)

yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: (1) ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima (reciving/attending), menjawab atau mereaksi (responding), menilai (valuing,), organisasi, internalisasi nilai/pembentukan pola hidup; dan (3) ranah psikomotor, meliputi gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan terbimbing, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris), dan gerakanskill.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam belajar, keduanya seperti tak dapat dipisahkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembelajaran identik dengan “mengajar” yang berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi pembelajaran yang berarti proses, cara, atau perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Susanto (2013: 19) menjelaskan pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Selanjutnya, Sudjana dalam


(31)

Amri (2013: 28) mengatakan pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses kegiatan belajar yakni proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

b. Pembelajaran Tematik Terpadu

1) Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap, pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

Depdiknas dalam Trianto (2010: 79) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang


(32)

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah dasar diintegrasikan melalui tema-tema yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2013).

Dalam kurikulum 2013 ini pembelajaran tematik terpadu sangat identik dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Sudarwan dalam Kemendikbud (2013: 201) tentang pendekatan ilmiah mengungkapkan bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengasahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Selanjutnya Kemendikbud (2013: 212) juga mengungkapkan pendekatan ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Lebih lanjut Kemendikbud (2013: 212), yang memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba,


(33)

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogianya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan dalam sebuah tema yang tujuan dari pembelajaran tersebut adalah untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh dimana proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

2) Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Seperti halnya pada pembelajaran lain, pembelajaran tematik juga memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91-92) pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain:

a) Berpusat pada siswa

b) Memberikan pengalaman langsung

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran e) Bersifat fleksibel

f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik juga memiliki karakter yang sama dengan pembelajaran terpadu. Menurut Tim Pengembang PGSD (dalam


(34)

Hamdani, 2011: 106) pembelajaran tematik sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: (1) holistik, (2) bermakna, (3) otentik, dan (4) aktif. Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) menjelaskan beberapa krakteristik pembelajaran tematik, di antaranya yaitu:

(a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia SD, (b) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (c) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (d) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (e) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, (f) mengembangkan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggapan terhadap gagasan orang lain.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik juga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama dengan pembelajaran terpadu yakni bersifat holistik (menyeluruh) dan fleksibel, siswa aktif dalam pembelajaran karena berpusat pasa siswa, pengalaman langsung, pemisahan mata pelajarannya tidak begitu jelas dan menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Suryosubroto (2009: 136-137) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut.


(35)

a. Kelebihan

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan social, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

b. Kekurangan

1. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan yang tinggi.

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat

Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan pembelajaran tematik bagi guru menurut Trianto (2009: 89) antara lain sebagai berikut:

1) Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pembelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran; 2) hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat di ajarkan secara logis dan alami; 3) dapat ditunjukan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar keberbagai aspek kehidupan; 4) guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi atau topik dari berbagai sudut pandang; dan 5) pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

Sedangkan kelebihan pembelajaran tematik bagi siswa menurut Trianto (2009: 89) antara lain adalah sebagai berikut:

1) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar; 2) menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan


(36)

proses belajar yang integratif; 3) menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar; 4) merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas; dan 5) membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman. 3. Kinerja Guru

Guru sebagai seorang yang profesional bertugas sebagai pendidik, yang keprofesionalannya akan berimbas pada hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, diharapkan guru terus menerus meningkatkan kinerjanya sehingga belajar dan pembelajaran peserta didik berkualitas dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakan wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Selanjutnya, menurut Effendi (2012: http://muhammad-taswin.blogspot.com/2011/11/pengertian-kinerja-guru-dalam.html/2012) bahwa kinerja dalam proses pembelajaran dapat dikatkan sebagai prestasi yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode tertentu yang diukur berdasarkan tiga indikator yaitu: penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran, dan komitmen menjalankan tugas .Selanjutnya, Susanto (2013: 29) menjelaskan bahwa kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran.


(37)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional (Nadi, 2013: http://materipenjasorkes.blogspot.com/2013/10/kompetensi-guru-menurut-peraturan.html).

Kompetensi guru menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Sanjaya 2006: 18-20) menjelaskan tentang empat kompetensi guru.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan terhadap atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/ silabus; (4) perancangan pembelajaran; (4) perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) evaluasi hasil belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) beribawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.


(38)

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk: (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan tentang penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya: (1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan; (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.


(39)

Kemendikbud (2013, 195-197) menyebutkan apsek yang diamati dalam praktik guru menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran yaitu:

a. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi, motivasi dan penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan.

b. Pada kegitan inti, guru mampu menguasai materi pelajaran, menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan pendekatan saintifik, menerapkan pembelajaran tematik, memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, dan menggunakan bahasa yang tepat dan benar dalam pembelajaran.

c. Pada kegiatan penutup guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi, tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil kerja, dan melaksanakan tindak lanjut.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah wujud unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan indikator kinerja guru menurut Kemendikbud (2013, 195-197), yang selanjutnya dalam penerapan pendekatan saintifik akan dikolaborasikan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan media grafis .


(40)

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

Guru sering mendapat kesulitan di dalam proses belajar mengajar di kelas. Penyebabnya mungkin terjadi dari siswa atau bahkan dari guru itu sendiri. Kesulitan yang dialaminya ini membuat guru mencoba mencari tahu apa penyebabnya. Banyak rencana, teknik serta model yang coba diterapkan.

Menurut Amri (2013: 4), model pembelajaran adalah sebagai salah satu desain yang mengambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Sedangkan menurut Adi dalam Suprihatiningrum (2013: 142), mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Seiring dengan pendapat di atas, menurut Suprihatiningrum (2013: 145), model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Selanjutnya Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan pada


(41)

pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata.

Berdasarkan berberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan guru pada proses pembelajaran di dalam kelas yang memperhatikan pengetahuan awal siswa dan melibatkan siswa secara langsung berupa kegiatan nyata sehingga sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dapat meningkat.

2. Model-model Pembelajaran di SD

Membelajarkan siswa sesuai dengan cara atau gaya belajar mereka secara optimal, dapat digunakan dengan berbagai model pembelajaran untuk diterapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, serta kondisi guru itu sendiri. Beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar di antaranya yaitu: pembelajaran koperatif (cooperative learning), pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran aktif (active learning), pembelajaran interaktif (interactive learning), dan lain-lain.


(42)

Berikut ada berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik terpadu dan pendekatan ilmiah menurut Kemendikbud (2013) yaitu diantaranya; (1) model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), (2) model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan (3) model pembelajaran penemuan (discovery learning). Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk mencapai penguasaan berbagai kompetensi siswa meliputi domain sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sebagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik terpadu dan pendekatan ilmiah menurut Kemendikbud (2013) untuk mencapai penguasaan berbagai kompetensi siswa meliputi domain sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut BIE dalam Ngalimun (2013: 185) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya


(43)

menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Sedangkan menurut Isriani dan Dewi (2012: 127) pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik.

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berdasarkan Bielefeldt & Underwood dalam Ngalimun (2013: 197), penulis menyimpulkan kelebihan dari model pembelajaran berbasis proyek yaitu:

a) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b) Belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum lain.

c) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

d) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

e) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

f) Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi


(44)

waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Selanjutnya kekurangan dari model pembelajaran berbasis proyek yaitu:

a) Pembelajaran berbasis proyek (PBP) memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

b) banyak orang tua siswa yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.

c) Banyak pengajar merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana pengajar memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi pengajar yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Proyek belajar dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan instruktur tunggal atau instruktur ganda, sedangkan pebelajar belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4 – 5 orang (Ngalimun, 2013: 191). Berdasarkan Kemendikbud (2013: 11), peneliti merangkum langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut.


(45)

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek

Tahap Kegiatan Guru dan Siswa

Tahap 1:

Menyampaikan proyek yang akan dikerjakan

Guru menginformasikan kepada siswa tentang proyek yang akan dikerjakan dan menyepakati kontrak belajar Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang

nantinya akan bekerja sama untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menjalankan proyek Tahap 3:

Membantu siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan

Guru mendorong siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, memfasilitasi siswa dengan menyediakan buku, bahan bacaan, video, atau

mendampingi peserta didik mencari informasi melalui internet

Tahap 4:

Merumuskan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong siswa untuk menyajikan informasi yang diperoleh ke dalam satu bentuk yang paling mereka sukai

Tahap 5:

Menyajikan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong siswa untuk menyajikan hasil karya mereka kepada seluruh siswa lain. Sumber: Kemendikbud (2013: 11)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Asyhar (2012: 8) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar mengajar secara efisien dan efektif.


(46)

Gearlach & Ely dalam Fathurrohman & Sutikno (2010: 65) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Selanjutnya Atwi Suparman dalam Fathurrohman & Sutikno (2010: 65) mendefinisikan bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan berupa materi pelajaran kepada siswa yang dibuat semenarik mungkin sehingga proses belajar dapat berjalan secara efisien dan efektif.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran tidak sekedar menjadi alat bantu pembelajaran, melainkan juga merupakan suatu strategi dalam pembelajaran. Sebagai strategi, media pembelajaran memiliki banyak fungsi (Asyhar, 2011: 29-40), sebagai berikut:

a. Media sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung pesan/pengetahuan dari guru kepada siswa.


(47)

b. Fungsi semantik, yakni fungsi media dalam memperjelas arti dari suatu kata, istilah, tanda atau simbol.

c. Fungsi manipulatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menampilkan kembali suatu objek atau peristiwa/kejadian dengan berbagai macam cara, teknik, dan bentuk.

d. Fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat digunakan kembali sesuai keperluan.

e. Fungsi distributif, maksudnya adalah dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat besar dalam kawasan yang sangat luas.

f. Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan/emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya pikir), fungsi imajinatif dan fungsi motivasi (mendorong siswa membangkitkan minat belajar).

g. Fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat memberikan rangsangan persepsi yang sama kepada siswa.

Selanjutnya fungsi media menurut Nana Sudjana dalam Fathurrohman & Sutikno (2010: 66) yakni:

a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti


(48)

bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

c) Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran.

d) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Sejalan dengan penjelasan di atas lebih detail fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 67), di antaranya adalah:

a) Menarik perhatian siswa.

b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan). d) Mengatasi keterbatasan ruang.

e) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.

g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

h) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar.

i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta, j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran diantaranya, memotivasi dan menarik perhatian siswa, sebagai alat bantu yang digunakan oleh guru untuk memperjelas penyampaian materi atau isi pembelajaran sehingga dapat dipahami oleh siswa serta memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa.


(49)

3. Macam-macam Media Pembelajaran

Fathurrohman & Sutikno (2010: 67) dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual dan media audiovisual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film strip, foto, gambar atau lukisan.

Selanjutnya yang termasuk dalam media visual salah satunya adalah media grafis. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.

Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: media dengan daya liput luas dan serentak dan media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Sedangkan jika dilihat dari bahan pembuatannya media dibagi atas: pertama, media sederhana yakni media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dengan harga murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Kedua, media kompleks yakni media dengan bahan yang sulit didapat, alat tidak mudah dibuat dan harga relatif mahal.


(50)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran di bagi dari bermacam-macam jenis. Setiap jenis media pembelajaran memiliki ciri, bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran.

4. Media Grafis

a. Pengertian Media Grafis

Menurut Angkowo dalam Musfiqon (2012: 73), media grafis merupakan pesan yang akan disampaikan dan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indera penglihatan). Media grafis ini meliputi: gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, globe atau peta, papan flanel dan papan buletin. yang hanya dapat dilihat menggunakan indera penglihatan. Sedangkan menurut Asyhar (2012: 57) media grafis merupakan suatu sarana untuk menyalurkan pesan dan informasi melalui simbol-simbol visual.

Selanjutnya, menurut Sadiman, dkk (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media grafis ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah suatu media yang termasuk dalam media visual yang dalam pemakaiannya menggunakan simbol-simbol untuk menyalurkan informasi atau pesan yang menitikberatkan pada indera penglihatan siswa. Media ini cukup efektif dan mudah digunakan dalam pembelajaran di kelas.


(51)

b. Fungsi Media Grafis

Media grafis memiliki beberapa fungsi, yaitu: menarik perhatian, memperjelas sajian pelejaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui penjelasan verbal (Asyhar, 2012: 57). Selain itu, menurut Daryanto (2010: 19) bahwa fungsi media grafis secara umum adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan secara khusus media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Musfiqon, 2012: 73).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media grafis yaitu menyajikan suatu informasi atau pesan pembelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Media grafis sangat efektif dan efisien digunakan dalam proses pembelajaran di kelas karena siswa lebih mudah memahami suatu materi. Menurut Alauddin, 2011 (http://www.uin-alauddin.ac.id) ada kelebihan dan kelemahan dari media grafis, antara lain:

a. Kelebihan media grafis, yaitu: (1) Dapat menerjemahkan ide-ide yang abstrak ke dalam bentuk-bentuk yang lebih realistik; (2) dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran, majalah, surat kabar, kalender dan perpustakaan; (3) mudah menggunakannya; (4) dapat digunakan dalam semua jenis dan jenjang pendidikan; (5) menghemat waktu dan tenaga serta dapat menarik


(52)

perhatian siswa; (6) harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya; (7) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (8) sifatnya konkret dan lebih realistik.

b. Kekurangan media grafis, yaitu: (1) Terkadang ukurannya terlalu kecil untuk digunakan pada kelompok siswa yang cukup besar; (2) pada umumnya hanya dua dimensi yang tampak, sedangkan dimensi yang lainnya tidak jelas; (3) tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh; (4) tanggapan bisa berbeda-beda terhadap gambar yang sama.

5. Langkah-langkah Mempergunakan Media dalam Pembelajaran Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru dalam mengajar yang mempergunakan media, menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 72), yakni:

a. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.

b. Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.

c. Persiapan kelas. Siswa dan kelas dipersiapkan sebelum pelajaran dengan bermedia dimulai. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran.

d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media, media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran.

e. Langkah kegiatan belajar siswa, pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan mempraktekkannya atau oleh guru langsung baik di kelas atau di luar kelas.

f. Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.

Berkaitan dengan nilai media pembelajaran, Nana Sudjana dalam Fathurrohman & Sutikno (2010: 72) mengemukakan beberapa nilai praktis media, yakni:


(53)

a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir dan dapat mengurangi verbalisme.

b) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

c) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.

d) Memberi pengalaman yang nyata dan menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan berbahasa.

g) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu berkembangnya pengalaman belajar yang lebih sempurna.

h) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang baik.

i) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal kata-kata, tetapi lebih dari sekedar ungkapan kata-kata.

j) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menunjang proses pembelajaran, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru, selain itu juga terdapat beberapan nilai praktis dari media pembelajaran yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran. Sekecil apapun media yang digunakan tetap akan membantu guru dalam proses mengajar dan mengurangi verbalisme belajar di kalangan siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik


(54)

menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa.”


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan dalam kelas (Wardhani, 2004: 3). Selanjutnya menurut Arikunto dkk. (2010: 17) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Lebih lanjut Arikunto dkk. (2010: 58) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah tindakan. Tindakan ini dilakukan secara berulang sampai memperoleh informasi yang diharapkan tentang pelaksanaan metode tersebut. Adapun pelaksanaan untuk masing-masing tahap sebagai berikut.


(56)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Alur Siklus PTK Sumber dari Arikunto (2010: 17)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Bumi Jawa Kecamatan Batang Hari Nuban Lampung Timur.

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan data I Refleksi I

Permasalahan Baru

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan data

II Refleksi II

Apabila permasalahan belum selesai

Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(57)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan selama 4 bulan, yaitu dimulai pada bulan Maret sampai dengan selesai semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 18 orang siswa, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui teknik tes dan non tes.

1. Teknik non tes

Pada penelitian ini digunakan teknik non tes melalui observasi untuk mengamati kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis.

2. Teknik tes

Tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Tes yang


(58)

digunakan dalam pengumpulan data ini bersifat kuantitatif yang berupa nilai-nilai siswa. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis.

E. Alat Pengumpul Data

1. Lembar Observasi Praktik Mengajar

Lembar observasi praktik mengajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru, sikap dan keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan.

2. Tes Hasil Belajar

Alat pengumpul data untuk pengetahuan siswa menggunakan soal tes formatif yang dirancang sendiri oleh guru. Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian kinerja guru, penilaian sikap siswa, dan penilaian produk siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(59)

a. Kinerja Guru

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

Jumlah Skor Ya = Jumlah jawaban YA

44 = Jumlah item

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modul Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 198)

Tabel 2. Kategori kinerja guru

No. Peringkat Nilai

1 2 3 4

Amat Baik (A) Baik (B) Cukup (C) Kurang (D)

90 < A≤ 100

75 < B≤ 90

60 < C≤ 75 ≤ 60

(Sumber: Modul Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 198)

b. Nilai afektif/sikap siswa

Dalam penelitian ini sikap siswa yang dinilai meliputi sikap percaya diri dan kerja sama. Hasil belajar siswa pada aspek sikap secara individu diperoleh menggunakan rumus:

Keterangan:

NS = Nilai yang dicari. Jumlah skor Ya = Jumlah jawaban Ya

=

44 × 100

=


(60)

8 = Jumlah item 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modul Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 198)

Tabel 3. Kriteria Sikap Siswa. Konversi nilai akhir

Kategori

Skala 100 Skala 4 Huruf

86–100 4 A

Sangat Baik

81–85 3,66

A-76–80 3,33 B+

Baik

71–75 3 B

66–70 2,66

B-61–65 2,33 C+

Cukup

56–60 2 C

51–55 1,66

C-46–50 1,33 D+

Kurang

0–45 1 D

(Sumber: Kemendikbud 2013: 131)

Nilai persentase afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P =Σ

Σ x 100

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41)

Tabel 4. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa No Tingkat Keberhasilan (%) Keterangan

1 86–100 Sangat baik

2 76–85 Baik

3 60–75 Cukup

4 55–59 Kurang

5 ≤ 54 Kurang Sekali


(61)

c. Keterampilan Siswa

Hasil belajar siswa secara individu diperoleh menggunakan rumus:

Keterangan:

NK = Nilai Keterampilan SP = Skor perolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Kunandar, 2013: 264).

Tabel 5. Kriteria Keterampilan Siswa.

Konversi nilai akhir Kategori

Skala 100 Skala 4 Huruf

86–100 4 A Sangat Terampil

81–85 3,66 A

-76–80 3,33 B + Terampil

71–75 3 B

66–70 2,66 B

-61–65 2,33 C + Cukup Terampil

56–60 2 C

51–55 1,66 C

-46–50 1,33 D + Kurang Terampil

0–45 1 D

(Sumber: Kemendikbud 2013: 131)

Nilai persentase Keterampilan siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P =Σ

Σ x 100

(Sumber: Aqib, dkk, 2010: 41) 100

×

SM SP NK


(62)

= 100

Tabel 6. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa No Tingkat Keberhasilan (%) Keterangan

1 86–100 Sangat baik

2 76–85 Baik

3 60–75 Cukup

4 55–59 Kurang

5 ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika hasil belajar siswa yaitu data tentang tes tertulis siswa. Nilai siswa akan dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisih tersebut yang menjadi kemajuan atau kemunduran hasil belajar siswa.

a. Menghitung nilai pengetahuan siswa secara individual

Keterangan:

S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 112)


(63)

Tabel 7. Kriteria Pengetahuan Siswa

Konversi nilai akhir Kategori

Angka Skala 4 Huruf

86–100 4 A Sangat Baik

81–85 3,66 A

-76–80 3,33 B + Baik

71–75 3 B

66–70 2,66 B

-61–65 2,33 C + Cukup

56–60 2 C

51–55 1,66 C

-46–50 1,33 D + Kurang

0–45 1 D

(Sumber: Kemendikbud 2013: 131)

b. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa X =

Keterangan:

X = Nilai rata-rata siswa

∑ Xi = Total nilai yang diperoleh siswa, dan ∑ N = Jumlah siswa

(Sumber: Muncarno, 2009: 15)

c. Ketuntasan Klasikal

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P =Σ

Σ x 100


(64)

Tabel 8. Kategori Persentase Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa No Tingkat Keberhasilan (%) Keterangan

1 86–100 Sangat baik

2 76–85 Baik

3 60–75 Cukup

4 55–59 Kurang

5 ≤ 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012: 103)

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan penelitian yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Peneliti mempersiapkan proses pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis. Langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1) Bersama dengan guru peneliti berdiskusi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini di SD Negeri 4 Bumi Jawa.


(65)

3) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

4) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi kinerja guru, penilaian sikap dan produk siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan Pembukaan 1) Guru memberikan salam

2) Siswa berdoa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran 3) Siswa mengkondisikan diri agar siap belajar

4) Guru mengabsen siswa

5) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

6) Guru menyampaikan apersepsi tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang Aku dan Cita-citaku.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menginformasikan kepada siswa tentang proyek yang akan dikerjakan dan menyepakati kontrak belajar.

2) Siswa membentuk beberapa kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4 sampai 5 siswa pada setiap kelompok yang nantinya akan bekerja sama untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menjalankan proyek melalui arahan dari guru.


(66)

3) Siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, memfasilitasi siswa dengan menyediakan media grafis.

4) Siswa menyajikan informasi yang diperoleh ke dalam satu bentuk yang paling mereka sukai.

5) Siswa menyajikan hasil karya mereka kepada seluruh siswa lain. c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari melalui bimbingan dari guru

2) Guru melakukan kegiatan evaluasi

3) Siswa diberikan apresiasi atas hasil kerjanya oleh guru.

4) Kegiatan pembelajaran ditutup dengan berdo’a yang dipimpin oleh guru.

3. Tahap observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti sebagai guru dan teman sejawat beserta guru sebagai observer:

1) Mengamati kinerja guru menggunakan lembar observasi yaitu untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus berikutnya.


(67)

4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II.

Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Siklus II ini dilaksanaknan untuk melihat peningkatan hasil belajar (sikap, pengetahuan, keterampilan) siswa menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini ialah:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus I. Pada siklus II, secara umum perencanaannya sama dengan siklus I namun dengan sub tema dan pembelajaran yang berbeda.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan Pembukaan 1) Guru memberikan salam


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan media grafis pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

1. Pada siklus I nilai rata-rata sikap siswa adalah 60,41 dalam kategori cukup dengan jumlah siswa yang mencapai nilai ≥66 sebanyak 9 orang siswa (50%) kemudian meningkat sebesar 14,59 menjadi rata-rata sikap siswa adalah 75 dalam kategori cukup dengan jumlah siswa yang mencapai nilai ≥66 sebanyak 13 orang siswa (72,22%) pada siklus II, kemudian meningkat 4,16 menjadi rata-rata sikap siswa sebesar 79,16 dalam kategori baik dengan jumlah siswa yang mencapai nilai ≥66 sebanyak 16 orang siswa (88,89%) pada siklus III.

2. Pada siklus I nilai rata-rata pengetahuan siswa adalah 67,5 dalam kategori cukup dengan jumlah siswa yang mecapai nilai ≥66 sebanyak 9 orang siswa (50%) kemudian meningkat sebesar 7,5 menjadi rata-rata


(2)

pengetahuan siswa adalah 75 dalam kategori cukup dengan jumlah siswa yang mecapai nilai≥66 sebanyak 13 orang siswa (72,22%) pada siklus II, kemudian meningkat 4,33 menjadi rata-rata pengetahuan siswa sebesar 79,33 dalam kategori baik dengan jumlah siswa yang mecapai nilai ≥66 sebanyak 16 orang siswa (88,89%) pada siklus III.

3. Pada siklus I nilai rata-rata keterampilan siswa adalah 72,56 dalam kategori terampil dengan jumlah siswa yang mecapai nilai ≥66 sebanyak 13 orang siswa (72,22%) kemudian meningkat sebesar 2,89 menjadi rata-rata keterampilan siswa adalah 75,45 dalam kategori terampil dengan jumlah siswa yang mecapai nilai≥66 sebanyak 15 orang siswa (83,33%) pada siklus II, kemudian meningkat 5,56 menjadi rata-rata keterampilan siswa sebesar 81,01 dalam kategori sangat terampil dengan jumlah siswa yang mecapai nilai≥66 sebanyak17 orang siswa (94,44%) pada siklus III.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif dan termotivasi serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang baik.

2. Guru

Diharapkan guru lebih banyak berinovasi dengan menerapkan dan menggunakan model pembelajaran ataupun media pembelajaran yang


(3)

menarik serta bersifat menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

3. Sekolah

Penyediaan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan agar proses pembelajaran tematik kurikulum 2013 dapat berlangsung dengan baik.

4. Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek dan media grafis pada pembelajaran tematik kelas IV. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa pada kelas lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alauddin. 2011. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis. http://www.Uin-alauddin.ac.id. Diakses 6 Februari 2014. Pukul 14.00 WIB.

Amri. Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Referensi Jakarta. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Budiningsih, Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2010.Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Djamarah. 2008.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta

Fathurrohman dan Sutikno. 2010.Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam.Refika Aditama. Bandung.

_____, dkk. 2013.Pengembangan Pendidikan Karakter. PT Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2013.Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hamdani. 2011.Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Hanafiah, Nanang, dan Cucu Sahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.


(5)

Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012.Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan Implementasinta). Familia. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. [Modul]

_____. 2013.Tempat Tinggalku. Buku Siswa untuk SD/MI Kelas IV Tema 8. Kemendikbud: Jakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Rajawali Pres. Jakarta.

Mulyadi. 2007.Budi Pekerti.CV. Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta.

Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Statistik Pendidikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Nashar. 2004.Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Ngalimun. 2013.Strategi Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian otentik: dalam pembelajaran. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Nurhayati, lilik. 2010. Penerapan Model Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII E MTsN Banyuwangi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/2010. www.fkip.untag-banyuwangi.ac.id(12 Februari 2014)

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Jogjakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.


(6)

_____. 2012.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung Rustaman, Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006.Media Pendidikan. PT Grafindo Persada. Jakarta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

_____. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Ar-ruzz media: Jogjakarta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Tim penyusun. Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Putra Karaya. Jakarta.

_____. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Putra Karaya. Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rineka Cipta, Jakarta.

Wahyudin, Dinn, dkk. 2007.Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta. Wardhani, IGAK. dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas.Unversitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IV SD NEGERI 4 BUMI JAWA BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

1 21 160

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD N 07 METRO TIMUR

1 13 86

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 4 71

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Terpadu Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa

0 16 142

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

0 5 85

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 ENDANG REJO TAHUN 2015/2016

0 6 93

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TEMPURAN

0 2 86

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SRANDAKAN.

0 2 214