PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DARAH TIKUS PUTIH YANG DI INDUKSI KARSINOGEN 7,12DIMETHLYBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK

TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DARAH TIKUS PUTIH

YANG DI INDUKSI KARSINOGEN

7,12DIMETHLYBENZ

[α]ANTHRANCENE

(DMBA)

Oleh :

ARIS YANUAR JAELANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Bandar Lampung

2014


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF GIVING SOURSOP LEAF EXTRACT TO HEMOGLOBIN LEVELS IN RATS INDUCED BY CARCINOGEN

7,12DIMETHLYBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

By

ARIS YANUAR JAELANI

Background: Cancer is proceed proliferation of normal cell become abnormal and uncontrolled. Human Death rates increase every year caused by cancer. Treatment of cancer include surgery, radioterapy, and chemotherapy have side effect. Thats why, we should seek an alternative medicine, is like soursop leaf (Annona muricata L.) that contain antioxidant and anticancer agen.

Methods: the aim for this reserach is to determinete influence of giving soursop leaf extract to hemoglobin levels on female rats that already induced by DMBA. The design of this study was experimental design with 4 group of interventetion. Each group contain 5 female sparague dawley rats. Group K(-)(control negative) given 1 ml/day of aquadest; group k(+) (control positive) given 20mg/kgBB of DMBAtwice a weak; group P1 (frist treartment) given 20 mg/kgBBof DMBA twice a weak and 20mg/kgBB of extract sourop leaf and group P2 (second treatment) given 20mg/kgBB of DMBA and40 mg/kgBB soursop leaf extract. During the study, statistical test was using one-way ANNOVA (p<0,05) and uji

Post-hoc Mann Whitney (p<0,05).

Results: Based on the results of the study can be drawn a conclusion that the soursop leaf extract has no effect to blood hemoglobin levels to mice induced with DMBA


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DARAH TIKUS PUTIH YANG DI INDUKSI

KARSINOGEN 7,12DIMETHLYBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

Oleh

ARIS YANUAR JAELANI

Latar belakang: Kanker merupakan proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh kanker meningkat setiap tahunnya. Pengobatan kanker berupa pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi memiliki efek samping sehingga perlu penggunaan bahan alami, salah satunya tanaman sirsak (Annona muricata L.) yang memiliki kandungan antioksidan dan antikanker.

Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Hemoglobin tikus putih yang diinduksi DMBA. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan 4 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih Sprague Dawley. Kelompok K(-) (kontrol negatif) diberikan aquadest 1 ml/hari; kelompok K(+) (kontrol positif) diberikan DMBA 20 mg/kgBB 2 kali seminggu; kelompok P1 (perlakuan 1) diberikan DMBA 20 mg/kgBB 2 kali seminggu + ekstrak daun sirsak 20 mg/kgBB/hari; dan kelompok P2 (perlakuan 2) diberikan DMBA 20 mg/kgBB 2 kali seminggu + ekstrak daun sirsak 40 mg/kgBB/hari. Selama penelitian, tikus diberi makan pelet. Uji yang digunakan adalah uji one-way ANNOVA (p<0,05) dan uji Post-hoc Mann Whitney (p<0,05).

Hasil penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak tidak memiliki perngaruh terhadap kadar Hemoglobin darah tikus yang di induksi dengan DMBA


(4)

(5)

(6)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………...iii

DAFTAR GAMBAR………...iv

DAFTAR LAMPIRAN………...v

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang……….………..……….1

B. Perumusan Masalah……….…………...….……...4

C. Tujuan………..…..…….4

D. Manfaat Penelitian……….………..…….……..5

E. Hipotesis ………...……5

Bab II TINJAUAN PUSTAKA...6

A. Hemoglobin sebagai penanada awal kanker………..………….………..….6

a. Pengertian Hemoglobin (Hb)……….….……….6

b. Struktur Hemoglobin (Hb)………..………….7

c. Fungsi Hemoglobin (Hb)……….7

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb)….………..9

B. Karsinogenesis……….………...10

C. Daun sirsak……….…..12

a. Uraian Tumbuhan………...12

b. Daerah Asal dan Penyebaran……….14

c. Sistematika Tumbuhan………...15

d. Kegunaan……….…...16


(7)

D. Potensi ekstrasi daun sirsak sebagai kemopreventif……….18

E. Kerangka pemikiran………...20

Bab III METODE PENELITIAN………...23

A. Desain Penelitian……….………...23

B. Tempat dan Waktu Penelitian……….………..23

C. Variabel Penelitian ………..25

D. Bahan dan Cara Kerja ……….…25

E. Metode Pengambilan Data ………..…27

F. Populasi dan Sampel……….………...….29

G. Pengolahan dan Analisis Data………..31

Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...32

A. Hasil Penelitian………...32

B. Pembahasan………....36

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ………... A. Kesimpulan……….………..…..39

B. Saran……….………..….39

DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN……….………


(8)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tumbuhan sirsak………..………13

Gambar 2. Kerangka Teori.………..………..21

Gambar 3. Keranka konsep...22

Gambar 4. Alur Penelitian………..………..29


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. kadar hb normal menurut who………..……...8

Tabel 2. Definisis operasional ………..…24

Tabel 3. besar sample ………...………....31

Table 4. Kadar hemoglobin rerata hewan coba ……….... 33


(10)

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Hemoglobin Tikus Putih 2. Statistik Penelitian

3. Dokumentasi Penelitian 4. Keterangan Lolos Kaji Etik


(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Menurut Tjandra Yoga, di Indonesia prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk. Data Riskesdas 2007 menunjukan, kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes mielitus(Depkes, 2010). Setiap tahunnya 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009).

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia yaitu kebiasaan merokok 23,7%, obesitas pada penduduk berusia ≥15 tahun pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%, kurangnya aktivitas fisik sebesar 48,2%, kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur 93,6%, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8% (Riskesdas, 2007).


(12)

2

Kanker adalah pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh yang berlebihan dalam menggandakan diri, tidak dapat dibatasi maupun dikontrol oleh sistem regulasi tubuh, serta tidak bermanfaat atau bahkan merugikan bagi tubuh. Kanker disebabkan oleh bahan karsinogen, salah satu bahan Karsinogenik adalah senyawa kimia yang memiliki kemampuan dalam menyebabkan terjadinya pembentukan sel-sel kanker didalam tubuh, sedangkan semua substansi yang mampu menyebabkan kanker disebut karsinogen (NCI, 2007).

Perubahan kadar hemoglobin bisa menjadi salah satu tanda awal kanker seperti leukemia, multiple melanoma dan kanker payudara. Kadar hemoglobin dalam darah adalah 15 gram setiap 100 ml darah (Evelyn, 2009). Bisa terjadi juga penurunan kadar hemoglobin sering kita sebut dengan anemia. Anemia yang disebabkan oleh kanker bisa sebagai efek langsung dari keganasan, akibat produksi zat-zat tertentu yang dihasilkan kanker, maupun akibat dari pengobatan kanker itu sendiri (Kar, 2005).

Berdasarkan data-data dan kejadian tersebut, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk menekan angka kejadian kanker. Penyakit kanker umumnya baru diketahui setelah sampai pada tahap progresi hingga sulit dilakukan terapi, karena pada tahap tersebut, sel-sel sudah mengalami kelainan seluler yang majemuk. Oleh karena itu pengembangan terapi kanker perlu dilakukan ke semua tahap untuk mencegah terjadinya perkembangan lanjut dari sel-sel tumor tersebut (Meiyantoet al., 2007).

Saat ini, sudah terdapat banyak obat antikanker konvesional yang umumnya berasal dari bahan sintetis, yang sengaja diproduksi untuk mengobati penyakit kanker. Namun obat konvensional atau sitostatika ini selain harganya sangat mahal, juga bekerja tidak selektif, bahkan bersifat toksik pada sel normal, sehingga menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan. Oleh karena itu perlu pendekatan lain berupa terapi kanker yang relatif aman (Chang dan Kinghorn, 2001) dan harganya terjangkau. Menurut Kakizoe (2003), agen kemopreventif lebih menjanjikan dibanding obat antikanker konvensional. Namun


(13)

agen kemopreventif itu sendiri ada yang konvensional dan adapula yang berasal dari makhluk hidup. Oleh karena itu maka penggunaan fitofarmaka (obat tradisional dari bahan alam yang dapat di setarakan dengan obat modern) sebagai agen kemopreventif dapat menjadi pilihan cara untuk mencegah tumorigenesis.

Menurut Kakizoe (2003) yang dimaksud dengan agen kemopreventif adalah senyawa yang dapat menghambat dan menekan proses tumorigenesis. Senyawa yang dapat menghambat dan menekan proses tumorigenesis tersebut diantaranya adalah antioksidan (Hadi et al., 2003). Menurut Baskar et al. (2007) salah satu jenis tanaman yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi adalah tanaman sirsak (Annona muricata), terutama pada daunnya. Hasil uji in vitro

memperlihatkan bahwa daun sirsak mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pada daun sirsak terdapat senyawa acetogenin, yaitu senyawa yang diduga berperan sebagai penangkal radikal bebas dan agen antitumor yang cukup efektif. Maka daun sirsak merupakan tanaman yang berpotensi sebagai agen kemopreventif yang aman dan relatif murah. Namun demikian untuk membuktikan hal tersebut perlu ada bukti ilmiah bahwa daun sirsak efektif untuk menghambat onkogenesis pada kanker.

Annona muricata sudah sering digunakan dalam bidang pengobatan di daerah tropis seperti Afrika, khususnya untuk pengobatan infeksi parasit dan kanker. Akarnya biasa digunakan untuk pengobatan diare, disentri, dan cacing intestinal. Buahnya dapat digunakan untuk menurunkan demam. Di India, daunnya biasa digunakan untuk antihelmintic dan antiphlogistic agents. Selain Annonaceous acetogenins, tumbuhan ini juga memiliki kandungan seperti: flavonoid, tannin, procyanidin, saponin, reticulin, phytosterol, dan senyawa polyphenol yang memiliki efek antioksidan serta antikanker (Adewole SO & Ojewole JAO, 2008).

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kadar hemoglobin darah, pada tikus putih yang diinduksi karsinogen 7,12 dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA).


(14)

4

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kadar hemoglobin darah tikus putih yang diinduksi karsinogen 7,12 dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA)?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kadar hemoglobin darah tikus putih yang diinduksi DMBA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menyumbangkan pengetahuan mengenai manfaat ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pertimbangan alternatif pengobatan dan pencegahan dini tumorigenesis (kemopreventif) yang diinduksi oleh bahan-bahan kimia, dengan melihat kadar hemoglobin darah,

Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi awal penelitian untuk menentukan alternatif pengobatan bagi penderita kanker terutama pada stadium awal, maupun pencegahan dini dari penyakit kanker sehingga angka kejadian kanker di Indonesia dapat dikendalikan.


(15)

E. Hipotesis

Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kadar hemoglobin darah tikus putih yang diinduksi karsinogen 7,12 dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA).


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoglobin sebagai penanda tumor

1. Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin(Hb) adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul Hb terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hb adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009). Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hb dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hb adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul Hb memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi dan empat rantai globin (Brooker, 2001). HB adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan

conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya


(17)

merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

2. Struktur Hemoglobin (Hb)

Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama Hb merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari.

Pada manusia dewasa, Hb berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit Hb mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen.

3. Fungsi Hemoglobin (Hb)

Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”(Evelyn, 2009). Batas normal nilai Hb untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar Hb bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar Hb normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).


(18)

8

Tabel 1.Kadar Hemoglobin normal

Kelompok umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0

Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Ibu hamil 11,0

Wanita dewasa 12,0

Hb di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu; menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia fungsi Hb antara lain:

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).


(19)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb)

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah : 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi Hb, sehingga anemia karena kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan Hb yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi Hb yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis Hb dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam Hb yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006).

Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006).


(20)

10

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau Hb (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

B. Karsinogenesis

Kanker terjadi karena ada kerusakan dan transformasi protoonkogen dan supressorgen sehingga terjadi perubahan dalam cetakan protein dari yang telah di programkan semula yang mengakibatkan timbulnya sel kanker. Karena itu terjadi kekeliruan transkripsi dan translasi den sehingga terbentuklah protein abnormal yang terlepas dari kendali normal pengaturan dan koordinasi pertumbuhan dan differensiasi sel. Proses karsinogenesis adalah proses bertahap suatu multisteps proses. Sedikitnya ada tiga tahapan yaitu inisiasi, promosi dan progresi.

1. Inisiasi

Tahap permulaan dimana sel normal berubah menjadi premaligna. Karsinogen harus mmerupakan mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA menyebabkan ampifikasi gen dan


(21)

produksi copy multiple gen. Pada proses inisiasi ini karsinogen yang merupakan inisiator adalah mutagen, cukup terkena sekali paparan karsinogen. Keadaan ini permanen dan ireversibel, proses tidak merubah ekspresi gen

2. Promosi

Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat menaikan reaksi karsinogen dan menimbulkan amplifikasi gen. Suatu promotor yang terkenal adalah ester phorbol yang terdiri dari TPA (Tetradeconyl pharbol Acetat) dan RPA (12-Retinoyl Phorbol Acetat) yang terdapat dalam minyak kroton. Sifat-sifat promotor adalah mengikuti kerja inisiator, perlu paparan berkali kali, keadaan dapat reversible, dapat mengubah ekspresi gen seperti hiperplasi, induksi enzyme, induksi differensiasi.

3. Progesi

Pada progresi ini terjadi aktifasi, mutasi atau hilangnya gen. pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi premaligna dan maligna. Dalam proses karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat, yaitu; onkogen yang dapat mengindksi timbulnya kaner, anti-onkogen atau suppressor yang dapat mencegah timbulnya sel kanker, gen modulator yang dapat mempengaruhi penyebaran kanker.

C. Daun Sirsak

1. Uraian Tumbuhan

Tanaman ini memiliki batang utama yang kecil dan pendek. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun warnanya lebih tua (Septiatin, 2009). Daun berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung


(22)

12

daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap (Radi, 1998). Bunga tunggal dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya.

Gambar 1.Tumbuhan sirsak( Annona muricata L. ) Sumber lembaga penelitian indonesia

Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. Bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga


(23)

melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya (Radi, 1998). Buah sejati berganda yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik halus. apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman (Radi, 1998). Biji berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi (Radi, 1998). Pohon memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan diameter batang 10-30 cm (Radi, 1998).

2. Daerah Asal dan Penyebaran

Sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Menurut beberapa literatur, tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Penyebaran hampir merata dibuktikan dengan adanya nama-nama daerah yang berbeda–beda untuk tanaman sirsak (Radi, 1998).

3. Sistematika Tumbuhan

Tanaman sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan dengan sistematik menurut Depkes RI, 2001 adalah sebagai berikut :


(24)

14

Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyldonae

Bangsa : Ranunculales Suku : Annonaceae Marga : Annona

Species :Annona muricataLinn.

4. Kegunaan

Kegunaan daun sirsak dari artikel diketahui dapat menyembuhkan penyakit kanker, caranya dengan merebus 10 lembar daun sirsak yang berwarna hijau tua kedalam 3 gelas air dan direbus hingga airnya tinggal 1 gelas saja. Air rebusan diminumkan kepada penderitanya 2 kali sehari. Setelah diminum, badan pasien terasa panas, mirip dengan efek kemoterapi, bahkan lebih hebat lagi karena rebusan daun sirsak hanya membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel-sel yang tumbuh normal. Sedangkan kemoterapi masih ada efek membunuh juga sebagian sel-sel yang normal.

Tanaman sirsak ini dapat digunakan untuk obat nyamuk, dalam bentuk infusa, hasilnya infus (cairan) yang kadar ekstrak racunnya adalah 10%. Ekstrak tersebut diberikan kepada larva instar III dari nyamuk Aides dan Cules yang direndam dalam 100 ml air. Dari 25 ekor nyamuk ternyata mati semua. Dari ekstrak daun sirsak : dengan 6,48 ml ekstrak dalam 100 ml air, 50% larva mati dalam 24 jam, sedangkan jika 5,5 ml sebanyak 50% mati dalam waktu 48 jam (Radi, 1998).


(25)

5. Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan

5.1. Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining fitokimia untuk mendeteksi alkaloida sebagai pereaksi pengendapan yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966).

5.2. Flavonoida

Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).

5.3. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.


(26)

16

Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun (Robinson, 1995: Gunawan,et al, 2004).

5.4. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).

5.5. Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan,et al, 2002).

Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase.

5.6. Glikosida Antrakuinon

Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.


(27)

Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).

5.7. Steroid/Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi LiebermannBurchard (asam asetat anhidrida H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren (Harborne, 1987).

Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987).

D. Potensi ekstrasi daun sirsak sebagai kemopreventif

Senyawa bioaktif yang ditemukan pada daun sirsak adalah anninaceus acetogenin. Pada daun sirsak, telah ditemukan 18 jenis annonaceus acetogenin

dan telah terbukti secara in vitro bersifat sitotoksik, dan memiliki kemampuan sitotoksik 10.000 kali lebih kuat daripada terapi kemoterapi (McLaughlin et al,


(28)

18

1997). Sifatnya yang sitotoktik ini sangat berguna untuk menyerang sel kanker yang pertumbuhannya yang pertumbuhannya sangat cepat di dalam jaringan tubuh. Walaupun sifatnyaa sitotoksik, namun Annonaceus acetogenin relatif tidak menyerang sel normal. Dan hanya menyerang sel kanker secara spesifik (Oberlies

et al, 1995).

Senyawa golongan flavonoid juga mampu menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus sel melalui mekanisme inhibisi enzim topoisomerase. Selainitu flavonoid juga dapat menghambat aktivitas karsinogen melalui inhibisisitokrom P450 sehingga senyawa karsinogen menjadi tidak reaktif. Flavonoid juga meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase yang dapat mendetoksifikasi karsinogen sehingga cepat dieliminasi tubuh. (Retnani, 2011)

E.7,12DIMETHLYBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

Salah satu senyawa penginduksi kanker adalah 7,12–dimethylbenz(α)antrhacene

(DMBA). DMBA merupakan senyawa prokarsinogen dengan rumus empiris C20H16 dan memiliki berat molekul 256.34 g/mol. DMBA berbentuk padat, berwarna kuning kehijau-hijauan. Struktur kimia DMBA adalah 4 macam cincin aromatik yang berikatan khas struktur polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dengan tiga cincin aromatik dan 2 subtituen metil (Sigma-Aldrich 2007).

DMBA merupakan senyawa karsinogen spesifik untuk eksperimental kanker payudara dan kanker kulit pada hewan percobaan, tetapi bukan merupakan karsinogen direct. Aktivitas karsinogenik dari DMBA terjadi melalui aktivasi metabolisme (biotransformasi) untuk menghasilkan karsinogenesis. Jalur metabolisme DMBA melalui aktivasi enzim sitokrom P450 membentukproximate carcinogendanultimate carcinogen(Dandekaret al1986).

Sitokrom P-450 dan microsomal epoxide hydrolase (mEH) memetabolisme DMBA menjadi dua metabolit yaitu metabolit elektrofilik dan metabolit yang


(29)

mampu membentuk DNA adduct (DNA yang berikatan dengan senyawa karsinogenik). Sitokrom P-450 CYP1B1 mengoksidasi DMBA menjadi

3,4-epoxidesyang diikuti dengan hidrolisis epoxidesoleh mEH membentuk metabolit

proximate carcinogenic dan DMBA-3,4-diol. Metabolit ini nantinya dioksidasi oleh CYP1A1 atau CYP1B1 menjadi metabolit ultimate carcinogenic (DMBA-3,4-diol-1,2 epoxide). Metabolit aktif dari DMBA adalah DMBA- 3,4-diol-1,2

epoxides yang mampu membentuk DNA adduct. Metabolit DMBA yang membentuk DNA adduct menentukan mutasi dalam gen dan mampu mengendalikan siklus sel, sehingga mendorong pembelahan sel kanker. Senyawa

epoxide tersebut nantinya akan berikatan secara kovalen dengan gugus amino eksosiklik deoksiadenosin (dA) atau deoksiguanosin (dG) pada DNA. Interaksi ini (DNA adduct) dapat menginduksi mutasi pada gen-gen penting sehingga menyebabkan iniasi kanker (Hakkak et al 2005) Kemampuan metabolit DMBA yang merupakan ultimate carcinogen berikatan dengan DNA salah satunya menyebabkan mutasi somatik dari onkogen Harvey Ras-1 pada kodon 61 kanker payudara dan kanker kulit (Dandekaret al,1986).


(30)

20

E. Kerangka pemikiran

Kerangka Teori

Anemia terjadi karena interaksi antara sel tumor dengan sel penjamu. Sel tumor akan menyebabkan berbagai hal bisa satu atau lebih hal dalam kerangka konsep, lalu memicu timbulnya anemia. Berikut kerangka teori;

Sel normal

Ekstrak daun srisak

TUMOROGENESIS

Perubahan kadar Hemoglobin


(31)

Kerangka Konsep

Variabel independen pada penelitian ini adalah dosis ekstrak daun sirsak yang terdiri dari dosis 20 mg/kgBB dan 40 mg/kgBB. Variabel independen ini akan mempengaruhi variabel dependen, yaitu kadar hemoglobin tikus yang diinduksi oleh karsinogen DMBA.

Variabel independen Variabel dependen

Dosis ekstrak daun sirsak (Annona

muricataL.)

Kadar hemoglobin tikus putih yang diinduksi

DMBA


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan membandingkan hasil pada kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif dan membandingkan hasil pada kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan akan dilakukan selama 1 (satu) bulan. Dari bulan Sepetember awal sampai Oktober 2013


(33)

C. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional variabel

1. Identifikasi variable

Terdapat dua variable dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel Bebas(Independent variable)

• Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun sirsak.

2. Variabel Terikat(Dependent variable)

• Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar hemoglobin darah tikus putih yang diinduksi karsinogen DMBA.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.Definisi Operasional.

Variabel Definisi Skala

Kelompok K(-) (kontrol negatif ) = pemberian aquades

Dosis ekstrak etanol daun sirsak

Kelompok K(+) (kontrol positif) = pemberian DMBA 2x20mg /kgBB semingu (selama 4 minggu)

Kelompok P1 (perlakuan coba) = pemberian ekstrak daun sirsak 20mg/kgBB/hari (selama 4 minggu) + pemberian DMBA

2x20mg /kgBB semingu (selama 4 minggu)


(34)

23

Kelompok P2 (perlakuan coba) = pemberian ekstrak daun sirsak 40mg/kgBB/hari (selama 4 minggu) + pemberian DMBA

2x20mg /kgBB semingu (selama 4 minggu).

Kadar hemoglobin tikus

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kadar hemoglobin antara kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol DMBA dan kadar hemoglobin normal.

Kategorik

D. Bahan dan Cara Kerja

1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah sonde, spuit, toples kaca, pipet hemoglobin, alat pengukur hemoglobin otomatis, pipet pastur, pengaduk,

handschoen.

Bahan yang digunakan adalah simplisia daun sirsak, aquabidest, DMBA (7,12 dimethylbenz[α]anthrancene), HCL 0,1 N, alcohol 70%.

2. Ekstraksi Daun Sirsak Dalam Etanol 70%

Ekstraksi daun sirsak dilakukan dengan etanol. Simplisia kering daun sirsak di giling dan di ayak dengan ayakan yang sesuai. Sebanyak 500 gram daun sirsak di rendam dalam larutan etanol Setiap hari rendaman diaduk-aduk dan disaring sampai didapatkan maserat yang jernih. Maserat di kentalkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kering. Larutan terapi diberikan kepada tikus dengan dosis yang telah ditentukan.


(35)

3. Aklimatisasi dan Pemeliharaan Hewan Coba

Aklimatisasi hewan coba tikus putih betina galur Sprague Dawley yang berusia 5 minggu dengan berat antara 100-200 gram selama 1 pekan untuk adaptasi di tempat pemeliharaan. Makanan tikus yang diberikan berupa pelet. Pemberian makanan dan minuman kepada binatang percobaan dilakukan secara ad libitum , suhu kandang dijaga sekitar 25°C dan ada pertukaran gelap dan terang setiap 12 jam. Masing-masing kelompok tikus diletakkan dalam kandang tersendiri dan dijaga sedemikian rupa sehingga tidak saling berinteraksi. Setiap kali akan diinduksi dan setiap pecan setelah induksi terakhir berat badan tikus ditimbang sampai tikus diterminasi.

4. Induksi Kanker Dengan DMBA dan Pengambilan Sampel

Mula-mula tikus ditimbang untuk mengetahui volume larutan DMBA yang akan diberikan. Bahan yang akan digunakan adalah serbuk DMBA yang dilarutkan dalam minyak jagung. Induksi menggunakan sonde oral, seminggu dua kali dengan dosis 20 mg/kgBB yang dilarutkan dalam minyak jagung, diberikan selama 4 minggu. Setiap tikus dengan berat ± 200gr mendapatkan ± 1ml larutan dengan konsentrasi 4 mg/mL. Sonde untuk tikus kontrol dibedakan dengan tikus perlakuan untuk mencegah adanya kontaminasi. Berat badan tikus ditimbang sebelum, selama, dan setelah induksi.

5. Induksi ekstrak daun sirsak

Mula mula tikus ditimbang untuk mengetahui volume larutan ekstrak yang akan diberikan. Bahan yang akan digunakan adalah daun sirsak yang di buat menjadi ekstrak dengan 2 dosis , 20mg/kgbb dan 40mg/ kgbb. Induksi menggunakan sonde oral dan akan dilakukan setiap hari dalam 4 minggu. Setiap tikus akan mendapatkan 1 ml. pemeberian dosis 20mg/kgbb hanya untuk kelompok P1 dan pemberian 40mg/kgbb untuk kelompok P2.


(36)

25

6. Terminasi tikus

Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir. Tikus dimatikan/diterminasi dengan anastesi terlebih dahulu menggunakan ketamine-xylazine dosis 75-100mg/kgbb + 5-10mg/kgbb secara ip, kemudian di euthanasia dengan metode cervical dislocation setelah itu pengambilan darah dilakukan.

7. Menghitung Kadar Hemoglobin tikus

Menghitung kadar hemoglobin tikus menggunakan alat pengukur hemoglobin ( merek easy touch hemoglobin meter) dengan cara periksa alat alat yang akan di pakai, yaitu hemoglobin meter yang sudah di pasang stripnya lalu ambil darah tikus yang akan diambil dari setiap kelompok. Masukan darah ke dalam strip hemoglobin meter lalu tunggu selama 6 detik dan akhirnya hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilihat alat

E. Metode Pengambilan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menghitung kadar hemoglobin darah tikus dari kelompok K(-), kelompok K(+), kelompok P1, hingga kelompok P2. Setelah itu dilakukan penilaian dari masing-masing kelompok.


(37)

Alur Penelitian

Pada penelitian ini akan menggunakan tikus sebanyak 24 ekor yang di bagi dalam 4 kelompok sebagai sampel untuk di ambil darahnya lalu di biarkan dulu selama 1 minggu dan lalu di akan diberi perlakuan selama 4 minggu lalu di ambil darahnya lalu di ukur hemoglobin, berikut kerangka penelitiannya:

Aklimatisasi hewan coba di laboratorium

Klp K(-) Klp K(+) Klp P1 Klp P2

Kontrol Induksi DMBA Induksi DMBA Induksi DMBA

2x20mg/kgBB 2x20mg/kgBB 2x20mg/kgBB

seminggu (selama seminggu (selama seminggu (selama

4 minggu) 4 minggu) +

ekstrak daun sirsak

4 minggu) + ekstrak daun sirsak 20mg/kgBB/hr

(selama 4 minggu)

40mg/kgBB/hr (selama 4 minggu)

Terminasi, pengambilan sampel darah

Pemeriksaan kadar hemoglobin

Analisis data


(38)

27

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah tikus putih Sprague Dawley berusia 5-7 minggu dengan berat antara 100-200 gram yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Sampel adalah darah tikus putih populasi yang telah diinduksi dengan DMBA dengan dosis dan kurun waktu tertentu. DMBA diperoleh dari LABTIAP, Serpong.

1. Kriteria Inklusi

1) tikus putihSprague Dawleyberusia 5-7 minggu 2) Berusia 5-7 minggu

3) Berat badan antara 100-200 gram

2. Kriteria Eksklusi

1) Tikus mati sebelum penelitian selesai 2) Tikus mati selama perlakuan

3) Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital).

3. Besar Sampel

Untuk penelitian kali ini, besar sampel yang digunakan ditentukan menggunakan rumus Federer 1963 (Supranto, 2000).

t (n-1)≥15

t = jumlah kelompok perlakuan n = jumlah sampel tiap kelompok


(39)

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah: 4 (n-1)≥15

4n–415

n ≥5

Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel minimal sebanyak 5 ekor tikus untuk tiap kelompok.

Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor tikus putih Sprague Dawley betina yang terbagi dalam 4 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus), yaitu :

1. Kelompok kontrol 1 (K(-)) : tikus yang hanya diberi minyak jagung 2x1 ml seminggu selama 4 minggu

2. Kelompok kontrol 2 (K(+)): diinduksi DMBA 2x20 mg/kgBB seminggu selama 4 minggu

3, Kelompok perlakuan1 (P1) : diinduksi DMBA 2x20 mg/kgBB seminggu selama 4 minggu dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 20 mg/kgBB sekali sehari selama 4 minggu 4. Kelompok perlakuan 2 (P2) : diinduksi DMBA 2x20 mg/kgBB

seminggu selama 4 minggu dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 40 mg/kgBB sekali sehari selama 4 minggu

Rincian besar sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.besar sample

Kelompok Besar Sampel

Kontrol positif Kontrol negatif Perlakuan 1 5 ekor 5 ekor 5 ekor


(40)

29

Perlakuan 2 5 ekor

G. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data penelitian diproses dengan program pengolahan data dengan tingkat signifikansi p=0.05. Langkah pertama adalah dengan melakukan uji normalitas data yaitu dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk dan homogenitas dengan Levene. Selanjutnya, jika didapatkan hasil p>0.05 maka distribusi data normal. Setelah itu dapat digunakan uji parametrik one-way ANOVA. Tetapi, jika distribusi data tidak normal (hasilnya p<0.05) maka digunakan uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis. Jika didapatkan perbedaan signifikan pada one-way ANOVA (p<0.05), maka dapat dilanjutkan uji lanjutan Post Hoc Test dengan Least Signifikan Difference (LSD) antar kelompok untuk mengetahui secara spesifik perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol serta antar kelompok perlakuan. Sehingga didapatkan kelompok perlakuan mana yang mempunyai efek terhadap kadar HB paling baik. Untuk alternatif digunakan ujiMann-Whitney.

H. Ethical Clearance

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:


(41)

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n

adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi.

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secaraad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan dianimal housedengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house

berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba


(42)

31

diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube

dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta

euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).


(43)

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak tidak memiliki perngaruh terhadap kadar Hemoglobin darah tikus yang di induksi dengan DMBA.

5.2. Saran

Saran bagi peneliti lain antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian DMBA terhadapa kadar hemoglobin darah tikus putih

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antikanker ekstrak daun sirsak menggunakan dosis bertingkat yang berbeda-beda untuk menemukan dosis dengan efek antikanker terbaik.

3. Perlu dilakukan penelitian terhadap efek-efek lain yang dimiliki zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman sirsak.


(44)

4. Peneliti lain dapat menggunakan bagian-bagian tumbuhan sirsak lainnya seperti bunga, biji, batang, buah, dan akar yang diharapkan juga memiliki efek sebagai antikanker alami.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, FKN., Woode, E., Terlabi, EO., Larbie, C. 2011. Evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata (Linn.) aqueous extract in animals. Journal Department of Biochemistry Pharmacology and Biotechnology. 1:115-24.

Aini, LQ. 2010. Hubungan Antara Derajat Anemia Sebagai Faktor Pediktif Letak Tumor Pada Keganasan Kolorektal. (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.

Banu, S. 2011. Efek Ekstrak Nigella sativa Terhadap Jumlah Limfosit dan Makrofag Jaringan Kanker Payudara Mencit C3H. (Tesis). Universitas diponegoro. Semarang.

Bora, PS., Holschuh, HJ., Vasconcelos, MA. 2004. Chareacterization of polyphenol oxidase of soursop (Annona muricata L.) fruit and comparative study of its inhibition in enzyme extract and in pulp. Journal Mexico: Ciencia y Tecnologia Alimentaria. 5(2):135-47. Bukhoeri, A. 2010. Perbedaan Kadar Hemoglobin Pasien Mieloma Multipel pada Berbagai

Stadium (Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi). (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.

Crawford, J., Cella, D., Cleeland, CS., Cremieux, PY., Demetri, GD., Sarokhan, BJ., Slavin, MB., Glaspy, JA. 2002. Relationship between changes in hemoglobin level and quality of life during chemotherapy in anemic cancer patients receiving epoetin alfa therapy. Journal American cancer society. 95(4):888-95.

Chukwuemeka, R. 2012. Possible mechanisms of action of the hypotensive effect of Annona muricata (soursop) in normotensive Sprague–Dawley rats. Journal Department Pharmaceutical Biology. 50(11):1436-41.

Dicato, M. 2003. Anemia in Cancer: Some Pathophysiological Aspects. Journal The Oncologist.

8:19-21.

Dodge, DA. 2011. Using an EasyTouch® Hemoglobin Meter to Measure Hemoglobin Concentration in Elite Cross-Country Skiers. Middlebury Journal of Microbiology.

De Sousa, OV. 2010. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol Extract of

Annona muricata L. Leaves in Animal Models. Journal Departament o Farmacêutico, Faculdade de Farmácia e Bioquímica, Universidade Federal de Juiz de.


(46)

Dewi, L., Widyanti, S., Rifa, M. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Peningkatan Jumlah CD4+ dan CD8+ pada Tikus Mencit (Mus musculus). (Skripsi). Universitas Brawijaya. Malang.

Fareed, KN., Woode, E., Terlabi, EO., Larbie, C. 2012. Bilirubin lowering potential of Annona muricata (Linn.) in Temporary Jaundiced Rats. American Journal of Pharmacology and Toxicology. 7 (2): 33-40.

Dicato, M. 2010. Anemia in cancer. Journal Hematology-Oncology Luxembourg. 12(2):35-43. Hamizah, S., Roslida, AH., Fezah, O., Tan, KL., Tor, YS., Tan, CI. 2012. Chemopreventive

potential of Annona muricata L. leaves on chemically-induced skin papillomagenesis in mice. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 13:2533-9.

Holzner, B. 2002. The impact of hemoglobin levels on fatigue and quality of life in cancer patients departments of biological psychiatry, general psychiatry, internal medicine, gynecology. Vienna General Hospital. Austria.

Idihastuti, P. 2010. Kemampuan Penghambatan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Viabilitas Sel Kanker Mammae Mencit. (Skripsi).Kedokteran Hewan IPB Bogor. Kar, AS. 2005. Pengaruh Anemia Pada Kanker Terhadap Kualitas Hidup dan Hasil

Pengobatan. (Skripsi). Universitas Sumatra Utara. Medan.

Ratnaningtyas, N. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Delima Merah (Punicaganatum) Terhadap Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Dipapar Gelombang Elektromagnrtik Ponsel. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret.

Adewole SO, Ojewole JAO. 2008. Protective effects of Annona muricata L. (annonaceae) leaf aqueous extract on serum lipid profiles & oxidative stress in hepatocytes of streptozotocin-treated diabetic rats. African journal of traditional, complementary and alternative medicines. 6(1):30-41.

Manikhas, G. 2005. Maintaining normal hemoglobin levels with epoetin alfa in mainly nonanemic patients with metastatic breast cancer receiving first-line chemotherapy: a survival study. Journal Of Clinical Oncology. 25(23):287-96.

Retnani V. 2011. Pengaruh Suplementasi Ekstrak Daun Annona muricata Terhadap Kejadian Displasia Epitel Kelenjar Payudara Tikus Sprague dawley yang di induksi 7,12

dimetilbenz[α]anthrancene. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Rouli, N., Amalia, P. 2005. Sari Pediatri: Anemia pada Penyakit Keganasan Anak. Vol 6. 176-181.


(47)

Wijayanti, A., Maria, AF., Khasanah, SN. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma alba) Terhadap Nilai Hb (Hemoglobin), PCV (Packed Cell Volume), Jumlah dan Diferensial Leukosit Tikus yang Terpapar Asap Sepeda Motor. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widiano, R., Indriati, G., Andika, I. 2011. Daya Hambat Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Eserchia coli. (Skripsi). Program studi pendidikan biologi STKIP PGRI. Padang.


(1)

31

diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube

dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta

euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih

untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak tidak memiliki perngaruh terhadap kadar Hemoglobin darah tikus yang di induksi dengan DMBA.

5.2. Saran

Saran bagi peneliti lain antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian DMBA terhadapa kadar hemoglobin darah tikus putih

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antikanker ekstrak daun sirsak menggunakan dosis bertingkat yang berbeda-beda untuk menemukan dosis dengan efek antikanker terbaik.

3. Perlu dilakukan penelitian terhadap efek-efek lain yang dimiliki zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman sirsak.


(3)

4. Peneliti lain dapat menggunakan bagian-bagian tumbuhan sirsak lainnya seperti bunga, biji, batang, buah, dan akar yang diharapkan juga memiliki efek sebagai antikanker alami.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, FKN., Woode, E., Terlabi, EO., Larbie, C. 2011. Evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata (Linn.) aqueous extract in animals. Journal Department of Biochemistry Pharmacology and Biotechnology. 1:115-24.

Aini, LQ. 2010. Hubungan Antara Derajat Anemia Sebagai Faktor Pediktif Letak Tumor Pada Keganasan Kolorektal. (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.

Banu, S. 2011. Efek Ekstrak Nigella sativa Terhadap Jumlah Limfosit dan Makrofag Jaringan Kanker Payudara Mencit C3H. (Tesis). Universitas diponegoro. Semarang.

Bora, PS., Holschuh, HJ., Vasconcelos, MA. 2004. Chareacterization of polyphenol oxidase of soursop (Annona muricata L.) fruit and comparative study of its inhibition in enzyme extract and in pulp. Journal Mexico: Ciencia y Tecnologia Alimentaria. 5(2):135-47. Bukhoeri, A. 2010. Perbedaan Kadar Hemoglobin Pasien Mieloma Multipel pada Berbagai

Stadium (Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi). (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.

Crawford, J., Cella, D., Cleeland, CS., Cremieux, PY., Demetri, GD., Sarokhan, BJ., Slavin, MB., Glaspy, JA. 2002. Relationship between changes in hemoglobin level and quality of life during chemotherapy in anemic cancer patients receiving epoetin alfa therapy. Journal American cancer society. 95(4):888-95.

Chukwuemeka, R. 2012. Possible mechanisms of action of the hypotensive effect of Annona muricata (soursop) in normotensive Sprague–Dawley rats. Journal Department Pharmaceutical Biology. 50(11):1436-41.

Dicato, M. 2003. Anemia in Cancer: Some Pathophysiological Aspects. Journal The Oncologist. 8:19-21.

Dodge, DA. 2011. Using an EasyTouch® Hemoglobin Meter to Measure Hemoglobin Concentration in Elite Cross-Country Skiers. Middlebury Journal of Microbiology.

De Sousa, OV. 2010. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models. Journal Departament o Farmacêutico, Faculdade de Farmácia e Bioquímica, Universidade Federal de Juiz de.


(5)

Dewi, L., Widyanti, S., Rifa, M. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Peningkatan Jumlah CD4+ dan CD8+ pada Tikus Mencit (Mus musculus). (Skripsi). Universitas Brawijaya. Malang.

Fareed, KN., Woode, E., Terlabi, EO., Larbie, C. 2012. Bilirubin lowering potential of Annona muricata (Linn.) in Temporary Jaundiced Rats. American Journal of Pharmacology and Toxicology. 7 (2): 33-40.

Dicato, M. 2010. Anemia in cancer. Journal Hematology-Oncology Luxembourg. 12(2):35-43. Hamizah, S., Roslida, AH., Fezah, O., Tan, KL., Tor, YS., Tan, CI. 2012. Chemopreventive

potential of Annona muricata L. leaves on chemically-induced skin papillomagenesis in mice. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 13:2533-9.

Holzner, B. 2002. The impact of hemoglobin levels on fatigue and quality of life in cancer patients departments of biological psychiatry, general psychiatry, internal medicine, gynecology. Vienna General Hospital. Austria.

Idihastuti, P. 2010. Kemampuan Penghambatan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Viabilitas Sel Kanker Mammae Mencit. (Skripsi). Kedokteran Hewan IPB Bogor.

Kar, AS. 2005. Pengaruh Anemia Pada Kanker Terhadap Kualitas Hidup dan Hasil Pengobatan. (Skripsi). Universitas Sumatra Utara. Medan.

Ratnaningtyas, N. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Delima Merah (Punicaganatum) Terhadap Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Dipapar Gelombang Elektromagnrtik Ponsel. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret.

Adewole SO, Ojewole JAO. 2008. Protective effects of Annona muricata L. (annonaceae) leaf aqueous extract on serum lipid profiles & oxidative stress in hepatocytes of streptozotocin-treated diabetic rats. African journal of traditional, complementary and alternative medicines. 6(1):30-41.

Manikhas, G. 2005. Maintaining normal hemoglobin levels with epoetin alfa in mainly nonanemic patients with metastatic breast cancer receiving first-line chemotherapy: a survival study. Journal Of Clinical Oncology. 25(23):287-96.

Retnani V. 2011. Pengaruh Suplementasi Ekstrak Daun Annona muricata Terhadap Kejadian Displasia Epitel Kelenjar Payudara Tikus Sprague dawley yang di induksi 7,12 dimetilbenz[α]anthrancene. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Rouli, N., Amalia, P. 2005. Sari Pediatri: Anemia pada Penyakit Keganasan Anak. Vol 6. 176-181.


(6)

Tenrirane, A. 2011. Pengaruh ekstrak daun sirsak Annona muricata L. terhadap motalitas larva Helicoverpa arnigera H. pada jagung. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Serelia. 32:185-9.

Wijayanti, A., Maria, AF., Khasanah, SN. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma alba) Terhadap Nilai Hb (Hemoglobin), PCV (Packed Cell Volume), Jumlah dan Diferensial Leukosit Tikus yang Terpapar Asap Sepeda Motor. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widiano, R., Indriati, G., Andika, I. 2011. Daya Hambat Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Eserchia coli. (Skripsi). Program studi pendidikan biologi STKIP PGRI. Padang.


Dokumen yang terkait

PENGARUH EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstroemia speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR

0 3 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS STRAIN WISTAR YANG DIINDUKSI ALUMINIUM KLORIDA

9 46 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberosa L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) Strain Wistar YANG DIINDUKSI Alloxan

1 18 19

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN PARU TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI KARSINOGEN 7,12 DIMETHYLBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

0 7 43

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DARAH TIKUS PUTIH YANG DI INDUKSI KARSINOGEN 7,12DIMETHLYBENZ[α]ANTHRANCENE (DMBA)

0 13 47

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID PADA JARINGAN HATI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI DMBA

1 10 71

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP KADAR GLUTATION JARINGAN HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI 7,12 DIMETHYLBENZ(A)ANTHRACENE (DMBA)

6 41 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) JARINGAN PAYUDARA TIKUS PUTIH BETINA YANG DIINDUKSI 7,12 DIMETILBENZ(α)ANTRASEN (DMBA)

3 31 57

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata.L) TERHADAP KADAR ASAM SIALAT PADA JARINGAN HATI TIKUS YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 4 67

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA

0 0 10