7
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Manajemen Berbasis Sekolah
Suparlan, dkk 2012 Manajemen Berbasis Sekolah sebagai terjemahan dari School Based Management, dapat
diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah yang
mempunyai peranan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan dipandang sebagai otonomi di
tingkat sekolah dalam pemberdayaan sumber-sumber resources sehingga sekolah mampu secara mandiri
menggali, mengalokasikan, dan mempertanggungjawabkan akuntabilitas
kepada setiap
yang berkepentingan
stakeholders Kewenangan yang besar dan bertanggung jawab di
sekolah dipandang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi serta dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu: 1
Kebijaksanaan dan
kewenangan sekolah
membawa pengaruh langsung kepada siswa, orangtua dan guru; 2
Optimalisasi dalam pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada disekitar sekolah; 3 Efektif dalam melakukan
pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengolahan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan
iklim sekolah; 4 Adanya perhatian bersama untuk mengambil
keputusan, memberdayakan
guru, 5
8 Fleksibelitas
dan adaptabilitas
yang tinggi
dalam penyususnan perencanaan pengembangan sekolah.
Dari pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah adalah
sistem pengolahan sekolah yang memberikan otonomi luas kepada sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik dengan cara meningkatkan kinerja staf,
menawarkan partisipasi
langsung kepada
kelompok- kelompok terkait dan juga meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pendidikan. Slamet 2000:4 mengemukakan bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah
sebagai pengkoordinasian
dan penyelarasan sumber daya yang dilakukan secara otonomis
mandiri oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan
nasional, dengan melibatkan semua kelompok stakeholder dalam pengambilan keputusan yang partisipatif. Kelompok
stakeholder meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, konselor, tenaga administrasi, orang tua siswa,
tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintah dan
wakil organisasi pendidikan.
Sementara itu Arikunto 1999:51 menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah sekolah adalah penataan
sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan penuh kepada kepala sekolah dan atas kesepakatan seluruh
stafnya, untuk memanfaatkan sumber belajar dan semua fasilitas yang tersedia untuk menyelenggarahan pendidikan
9 bagi siswa, serta bertanggung jawab penuh atas segala
tindakannya itu. Lanjutnya, dalam manajemen berbasis sekolah, wilayah sekolah bukan hanya terbatas sampai
pagar sekolah dengan anggota keluarga yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa dan staf administrasi saja,
tetapi meluas sampai lingkungan masyarakat setempat. Anggota organisasi sekolah tidak hanya terbatas pada warga
masyarakat lokal tetapi siapa saja yang mempunyai kepedulian terhadap urasan sekolah meskipun berdomisili
sangat jauh dari sekolah. Depdiknas 2001:2 memberi batasan Manajemen
Berbasis Sekolah sebagai “bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang
ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang relatif
tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Inti
dari pengertian ini adalah keleluasaan sekolah dalam mengelola sumber daya dengan mengalokasikan dana
sesuai dengan prioritas program serta lebih tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Proses ini perlu didukung proses manajerial skill dan kerjasama dari masyarakat.
Secara umum,
Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah MPMBS dapat diartikan sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga
sekolah guru, siswa, kepala sekolah, karyawan dan masyarakat orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan,
10 pengusaha, dsb. untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Dari berbagai pendapat di atas, dapat dipahami mengenai esensi dari manajemen berbasis sekolah. Ada tiga
pilar Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: Transparansi manajemen, Pembelajaran PAKEM Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan, dan Peran serta masyarakat.
Dengan demikian
target utama
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Indonesia adalah
pemberdayaan sekolah untuk secara mandiri dapat meningkatkan mutu pendidikan masing-masing. Oleh
karena itu, kemampuan kepemimpinan dan manajemen dari kepala sekolah dan ketersediaan sumber daya yang
memadai merupakan
persyaratan bagi
keberhasilan pelaksanan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
ini. Ada lima alasan latar belakang pentingnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam konteks pengelolaan
pendidikan di Indonesia yakni sebagai berikut: Pertama, Kepala sekolah kurang memiliki kewenangan yang luas
mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kedua, Kemampuan
manajerial managerial
skills kepala
sekolah pada
umumnya mereka masih sangat tergantung pada juklak dan
juknis. Ketiga, Pola anggaran yang teramat kaku, sehingga
hampir tidak ada kemungkinan guru yang berprestasi
untuk mendapatkan insentif penghargaan. Keempat, Peran
11 serta
masyarakat sangat
kecil dalam
pengelolaan pendidikan. Kelima, Visi, misi dan strategi pendidikan di
sekolah tidak bertumpu pada kemampuan lingkungan. Dari lima alasan diatas yang menjadi dasar
keberhasilan kinerja Komite Sekolah adalah peran serta masyarakat. Partisipasi orang tua siswa atau stakeholder ini
merupakan pilar ketiga dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sehingga partisipasi dari orang tua inilah
yang menjadi kunci keberhasilan kinerja Komite Sekolah dan penerapan manajemen sekolah yang baik.
2.2 Kinerja