IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGANAN PERMASALAHAN SAMPAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun

(1)

Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015)

(Skripsi)

Oleh:

M NORI KRISTIYANI RATRANTO

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

POLICY IMPLEMENTATION ON HANDLING THE GARBAGE ISSUES IN THE RIVER FLOW AREA OF BANDAR LAMPUNG CITY 2015 (Study of Municipal Act (Perda) No. 8 Of 2000 on the Public Order, Order,

Security, Hygiene, Health and Grace) By

M NORI KRISTIYANI RATRANTO

Water pollution, air pollution and soil contamination are some the environmental issues as the impact of increasing various citizens people activities in the city. Environmental problems are common issue in many big city like in the garbage river flow area. This research aims to describe the implementation of the handling the garbage problem in the watershed as well as the obstacles. The focus of the research consisted of size and policy objectives, the resources, the characteristics of the implementing agencies, the attitude/tendency implementer, communication between the organization and implementing activities, social and political environment. Data used in this research are primary data and secondary data. The primary data collected through interviews and observations, while secondary data are obtained from the dokumentation.

The results show that the implementation of the Perda is not good enough yet. This is because there are several variables that still unfulfilled yet and face several trouble such as size and policy objectives, resources, communication between organization and implementing activities, social and political environment. While related to other variables such as the variable policy objectives, financial resources, communication between organizations in coordinate, the characteristics of the implementing agencies and the attitude/tendency policy implementer have been fulfilled and runs fairly well.


(3)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGANAN PERMASALAHAN SAMPAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

(Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan

Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015) Oleh

M NORI KRISTIYANI RATRANTO

Pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah merupakan salah satu permasalahan lingkungan sebagai dampak berbagai aktivitas penduduk di kota yang semakin meningkat. Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di sebagian ibukota adalah adanya sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi penanganan permasalahan sampah di DAS serta kendalanya. Fokus penelitian terdiri dari ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, lingkungan sosial dan politik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari surat-surat, instruksi Presiden, Peraturan Daerah dan data-data lainnya yang didapatkan di lapangan yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Hasil penelitian implementasi penanganan permasalahan sampah di DAS berjalan kurang maksimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa variabel yang masih belum terpenuhi dan mengalami beberapa hambatan seperti ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, komunikasi antar ogranisasi dan aktivitas pelaksana, lingkungan sosial dan politik. Sedangkan terkait variabel lainya seperti variabel tujuan kebijakan, sumber daya finansial, komunikasi antar organisasi dalam bentuk koordinasi, karakteristik agen pelaksana dan sikap/kecenderungan pelaksana kebijakan sudah terpenuhi dan berjalan dengan cukup baik.

Kata Kunci : Implementasi, Penanganan Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai


(4)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGANAN PERMASALAHAN SAMPAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

(Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan

Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015)

Oleh:

M NORI KRISTIYANI R Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

M Nori Kristiyani Ratranto. Dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 19 Juli 1993, penulis merupakan anak ke 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan Bapak FX Riyanto SE MM dan Ibu Theresia Tri Ratri Wigati SE.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu dimulai dari TK Fransiskus 1 Bandar Lampung di tahun 1997-1999, melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Fransiskus 1 Bandar Lampung sejak tahun 1999-2005. Pendidikan lanjut tingkat pertama ditempuh oleh penulis pada tahun 2005-2008 di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan. Jenjang pendidikan tingkat atas penulis tempuh di SMA Negeri 3 Bandar Lampung sejak tahun 2008-2011. Di tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, melalui jalur mandiri (UM).


(9)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

-Confusius-Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

-Evelyn

Underhill-Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya kebodohan kelak.

-Anonim-Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras.


(10)

R-PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Syukur kepada Tuhan YME

Ku Persembahkan Karya Kecil ini untuk yang

menyayangiku

:

Bapak dan Ibuku tercinta

Manusia yang selalu menjadi sumber inspirasi didalam kehidupanku Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran, keikhlasan,

dan do a dalam menanti keberhasilanku

Kakakku tersayang

Saudara sekaligus sahabat terbaik

Terimakasih telah menjadi teman untuk bertukar pikiran, berbagi cerita dan selalu memotivasiku untuk sukses

Keluarga besar yang senantiasa mendukungku selama ini

Terima Kasih atas semua dukungan yang telah diberikan

Sahabat Yang Selalu Memberi Warna dalam Hidupku

Terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini


(11)

Puji syukur saya ucapkan atas segala berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta berkat doa dan restu dari orang tua tercinta sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :“Implementasi Kebijakan Penanganan Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai (Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015)”,sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

1. Bapak Eko Budi Sulistio S.Sos, M.A.P, selaku pembimbing skripsi dan selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, bimbingan, pengarahan, saran serta masukan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis


(12)

dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. BapakDr. Noverman Duaji, M.Si, selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang baik kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semuga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.

6. Ibu Nur selaku staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap informan penelitian yaitu pihak Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Lingkungan Kota Bandar Lampung, Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung dan seluruh pihak informan yang telah memberikan izin penelitian serta memberikan informasi, masukan, dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(13)

langsung yang sangat berharga bagi penulis.

9. Terimakasih untuk teman-teman terbaik Gerardo Gerry N, Nindya Pratiwi, Iid Apriliani, Vike Youdit, Farrah Annisya, Alisa Rizky M, Toto Sudiyanto, Rinanda Adi Saputra, Rendi Pratama, M Zashika Ericko, Alli Firdaus. Terimakasih untuk kebersamaan dan bantuannya selama ini. Semoga kita bisa menjalin kebersamaan hingga sukses nanti.

10.Terima Kasih untuk teman-teman seperjuangan Himagara 2011 Esa, Danisa, Farah M, Fatma, Putri, Kartika, Okta C, Raras, Ria, Hesti, Lily, Seza, Cindi, Astri, Novilia, Bulan, Iis, Tria, Laras, Pebi, Juzna, Kiyo, Jeni, Intan, Wati, Octavia, Mut, Lisa, Ibnu, Iksan, Fredy, Yori, Fais, Aji, Deni dan semua teman-teman seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semangat buat kalian, terimakasih banyak atas segala bentuk bantuan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila, saya ucapkan terimakasih banyak.

12. Teman-teman di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Sigit, Ekha, Henni, Ira, Anis, Shelvina, Vani, Gagah dan semua yang sampai saat ini masih setia memberikan semangat kepada penulis.

13. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini tanpa terkecuali, yang tidak dapat ditulis satu persatu. Terimakasih atas dukungan, bantuan, dan doanya.


(14)

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih yang diberikan kepada penulis diberkati oleh Tuhan dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 17 September 2015 Penulis,


(15)

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR BAGAN ... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik... 9

1. Pengertian Kebijakan Publik... 9

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 11

3. Faktor Penentu Dilaksanakan atau Tidaknya Suatu Kebijakan Publik... 13

B. Implementasi Kebijakan Publik ... 16

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik... 16

2. Model Implementasi Kebijakan Publik Van Meter dan Van Horn.. 18

C. Pencemaran Lingkungan ... 22

1. Pengertian Lingkungan ... 22

2. Pencemaran Lingkungan ... 22

D. Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai... 24

1. Pengertian Sampah... 24

2. Jenis dan Sumber Sampah... 26

3. Kualitas dan Kuantitas Sampah ... 28

4. Daerah Aliran Sungai ... 29

5. Dampak Pencemaran Daerah Aliran Sungai ... 30


(16)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34

B. Fokus Masalah Penelitian ... 35

C. Lokasi Penelitian... 36

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Jenis dan Metode Pengumpulan Data... 37

1. Jenis Data ... 37

2. Metode Pengumpulan Data... 38

F. Teknik Analisis Data... 40

G. Teknik Keabsahan Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 46

1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung ... 46

2. Topografi Kota Bandar Lampung ... 47

B. Aliran Sungai di Kota Bandar Lampung ... 48

C. Gambaran Umum Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung... 53

1. Profil BPPLH Kota Bandar Lampung ... 53

2. Visi dan Misi BPPLH Kota Bandar Lampung... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Saran... 98


(17)

Halaman

Bagan 1 Model pendekatan The Policy Implementation Process (Donald Van Metter dan Carl Van Horn)... 21

Bagan 2 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman ... 42 Bagan 3 Bagan Struktur Organisasi Badan Pengelolaan dan Pengendalian


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kondisi Sungai Way Kuripan ... 6

Gambar 2 Petugas Tim Bersih Kali ... 70

Gambar 3 Cara Petugas Mengangkut Sampah ke Atas... 71

Gambar 4 Sosialisasi Program Tim Bersih Kali ... 76


(19)

Halaman Tabel 1 Data Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... 3 Tabel 2 Sungai di Kota Bandar Lampung... 5 Tabel 3 Informan Terkait Implementasi Kebijakan Penanganan

Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai ... 39 Tabel 4 Panjang Sungai dan Daerah Aliran Di Kota Bandar Lampung

Tahun 2014 ... 50 Tabel 5 Kualitas Air dan Klasifikasi Derajat Pencemaran ... 52 Tabel 6 Perbandingan Hasil Analisis Sungai Tahun 2013 dan Tahun 2014... 61 Tabel 7 Perbandingan Hasil Analisis Sungai Tahun 2013 dan Tahun 2014... 61 Tabel 8 Petugas Tim Bersih Kali dan Wilayahnya ... 64


(20)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal ini menyebabkan tingkat arus urbanisasi semakin tinggi. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota maka akan menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah merupakan salah satu permasalahan lingkungan sebagai dampak berbagai aktivitas penduduk di kota yang semakin meningkat.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak pada lingkungan, dan hakikatnya apa yang


(21)

terjadi pada lingkungan tersebut juga akan mempengaruhi manusia. Maka sangat penting bagi kita semua untuk menjaga lingkungan.

Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di sebagian ibukota adalah adanya sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS). Keberadaan sampah dapat menjadikan lahan pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidak menutup kemungkinan sampah dengan jumlah banyak menjadi masalah lingkungan dan kesehatan. Bagi masyarakat pedesaan mungkin adanya sampah belum terlalu berpengaruh terhadap kehidupan mereka karena dengan lahan yang masih luas, masyarakat mudah untuk mengelola sampah. Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan adanya sampah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sampah di perkotaan telah menjadi perhatian bagi pemerintah pada khususnya serta pihak swasta dan masyarakat pada umumnya. Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti timbulnya berbagai penyakit, saluran air yang tersumbat, pencemaran air dan tanah, dan sebagainya.

Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi Lampung dan salah satu kota besar di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk sebanyak 881.801 jiwa yang terdiri dari 20 (dua puluh) kecamatan dengan 126 (seratus dua puluh enam) kelurahan. Total produksi sampah yang dihasilkan di Kota Bandar Lampung tahun 2014 adalah 854,34 ton/hari. Sampah tersebut diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung menggunakan 27 amrol, 66 dumptruck dan 26 kendaraan roda tiga yang diangkut dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke


(22)

3

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung. Berikut ini merupakan volume sampah Kota Bandar Lampung tahun 2014:

Tabel 1 Data Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2014

No Instansi Total Volume Perhari Total Volume Perbulan Total Volume Tahun 2014 Ton Ton Ton 1 Dinas Kebersihan dan

Pertamanan 176,75 5302,5 63624 2 Dinas Pasar 73,63 2208,9 26506,8 3 Rajabasa 38,57 1157,1 13885,2 4 Tanjung Senang 42,83 1284,9 15418,8 5 Kedaton 30,58 917,4 11008,8 6 Kemiling 31,36 940,8 11289,6 7 Tanjung Karang Barat 29,32 879,6 10555,2 8 Tanjung Karang Pusat 27,1 813 9756 9 Tanjung Karang Timur 25,68 770,4 9244,8 10 Teluk Betung Barat 21,08 632,4 7588,8 11 Teluk Betung Utara 35,16 1054,8 12657,6 12 Teluk Betung Selatan 32,74 982,2 11786,4 13 Panjang 32,74 982,2 11786,4 14 Sukabumi 44,87 1346,1 16153,2 15 Sukarame 25,49 764,7 9176,4 16 Way Halim 26,4 792 9504 17 Langkapura 22,81 684,3 8211,6 18 Teluk Betung Timur 25,7 771 9252 19 Bumi Waras 32,74 982,2 11786,4 20 Labuhan Ratu 24,7 741 8892 21 Kedamaian 25,1 753 9036 22 Enggal 22,7 681 8172 Total 854,34 25451,5 305292

Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung Tahun 2015

Namun permasalahannya tidak semua sampah terangkut ke tempat pembuangan akhir. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam membuang sampah tidak sesuai dengan tempat dan waktu pembuangan sampah. Sebagian sampah yang tidak terangkut petugas oleh masyarakat ada yang dibuang dengan cara ditimbun, dibuang ke kali, dibakar dan berbagai cara lainnya.

Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh beberapa instansi yaitu: (1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan menangani permasalahan sampah di


(23)

jalan protokol, sapuan jalan, pertokoan restoran, hotel, industri, perkantoran dan fasilitas umum; (2) Dinas Perhubungan menangani permasalahan sampah di terminal bis antar kota dan dalam kota serta stasiun kereta api; (3) sampah yang ada di pasar-pasar tradisional dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar; (4) sampah di pemukiman dikelola oleh kecamatan melalui Sokli; (5) serta Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) yang bekerja sama dengan Pekerjaan Umum.

Pemerintah Kota Bandar Lampung telah membuat Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam wilayah Kota Bandar Lampung. Peraturan ini telah disahkan pada tanggal 24 Oktober tahun 2000. Dalam pasal 15 ayat 1 yang berisi tentang larangan membuang sampah atau suatu benda di jalan, trotoar, gang-gang dalam pasar, tepi pantai, sungai, sumber air, parit atau saluran air, selokan air, taman, lapangan dan tanah kosong milik orang lain atau pada tempat-tempat umum lainnya.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 tahun 1995 tentang program kali bersih (prokasih) merupakan salah satu program pemerintah pusat yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas air sungai sehingga memenuhi fungsi peruntukkannya. Sungai merupakan salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari sudah selayaknya dilakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian dan kealamiannya. Namun program ini tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tersebut.


(24)

5

BPPLH Kota Bandar Lampung juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah sungai di Kota Bandar Lampung. Beberapa upaya tersebut dengan membuat papan peringatan di beberapa bantaran sungai yang berisi himbauan larangan membuang sampah, mensosialisasikan kepada masyarakat melalui kelurahan untuk menjaga lingkungannya serta membuat 25 (dua puluh lima) petugas tim bersih kali sejak tahun 2011. Tim bersih kali ini akan membersihkan setiap sungai dan kali yang ada di Kota Bandar Lampung setiap harinya dengan menggunakan sarana yang telah BPPLH sediakan. Berdasarkan data dari BPPLH Kota Bandar Lampung nama-nama sungai di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Sungai di Kota Bandar Lampung

No Nama Sungai Kecamatan 1 Way Awi Tanjung Karang Pusat 2 Way Penengahan Kedaton

3 Way Simpur Tanjung Karang Pusat 4 Way Kuala Bumi Waras

5 Way Galih Panjang

6 Way Kupang Teluk Betung Utara 7 Way Lunik Panjang

8 Way Kunyit Teluk Betung Selatan 9 Way Kuripan Teluk Betung Barat 10 Way Kedamaian Kedamaian 11 Anak Way Kuala Bumi Waras 12 Way Kemiling Kemiling 13 Way Halim Way Halim 14 Way Langkapura Langkapura

15 Way Sukamaju Teluk Betung Timur 16 Way Keteguhan Teluk Betung Timur 17 Way Simpang Kanan Teluk Betung Barat 18 Way Simpang Kiri Teluk Betung Barat 19 Way Betung Teluk Betung Selatan

Sumber: Diolah oleh peneliti, Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Dari hasil pengamatan peneliti dari beberapa sungai di Kota Bandar Lampung kondisinya tercemar limbah cair maupun padat. Baik di dalam air maupun di pinggir sungai terlihat banyak sampah. Bahkan beberapa sungai airnya sangat bau


(25)

dan berwarna hitam. Berikut ini merupakan salah satu keadaan sungai yang ada di Kota Bandar Lampung yaitu Way Kuripan yang dipakai warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci sehingga terdapat banyak sampah dan air terlihat sangat keruh berbau:

Gambar 1 Kondisi Sungai Way Kuripan

Sumber : Diambil oleh peneliti 24 Februari 2015

Dalam sebuah media online ada pernyataan dari Camat Teluk Betung Barat

mengenai banjir Sungai Way Kuripan yang terjadi pada hari Minggu, 8 Februari 2015 bahwa banjir sudah sering terjadi ketika musim hujan1. Salah satu penyebab banjir di Kota Bandar Lampung karena saluran drainase tertutup oleh limbah domestik dan limbah industri. Hal ini tentu dapat dikenakan sanksi sesuai Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 pasal 26 ayat 1 yang mengatakan bahwa barang siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan atau tidak mengindahkan larangan-larangan yang diberikan dan atau tidak menaati kewajiban dalam peraturan daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)

1

http://www.kabarlampung.co/read/kota-ku/kabar-balam/item/251-48-rumah-di-telukbetung-barat-kebanjiran. Diakses pada 8 Maret 2015


(26)

7

bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan dibuatnya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 pasal 15 ini untuk menciptakan Kota Bandar Lampung yang bersih dan nyaman tertutama di daerah aliran sungai. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh Udoji dalam Agustino (2008: 140) yang mengatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Penanganan Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai (Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015)”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan menjadi pedoman dalam penelitian ini adalah:


(27)

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai?

2. Apa saja kendala-kendala implementasi kebijakan penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan penanganan permasalahan

sampah di daerah aliran sungai yang tertuang dalam bentuk skripsi.

2. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala implementasi kebijakan penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai yang tertuang dalam bentuk skripsi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, skripsi ini mampu memberikan kontribusi pemikiran, informasi dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara mengenai fenomena yang teradi dalam salah satu ruang lingkup administrasi negara yaitu implementasi kebijakan publik.

2. Secara praktis, skripsi ini mampu memberikan masukan-masukan dan saran bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung dalam pengimplementasian kebijakan penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai (Studi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2015).


(28)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk menunjuk suatu kegiatan yang mempunyai maksud berbeda. Para ahli mengembangkan berbagai macam definisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan publik. Eyestone dalam bukunya The Threads of Public Policyyang dikutip oleh

Winarno (2012: 20) mendefinisikan kebijakan publik sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Anderson dalam bukunya Public Policy

Making yang dikutip oleh Winarno (2012: 21) memberikan pengertian atas

definisi kebijakan publik, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan.

Definisi lain mengatakan kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan Dye dalam Agustino (2008: 7). Lain dari itu, Rose dalam Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan publik sebagai sebuah rangkaian panjang dari banyak atau sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai


(29)

keputusan yang berlainan. Sedangkan Friedrich dalam Agustino (2008: 7) mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Definisi kebijakan publik dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga pemerintahan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak. Dalam Peraturan Menteri tersebut, kebijakan publik mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu peraturan yang terkodifikasi secara formal dan legal, dan pernyataan pejabat publik di depan publik. Berdasarkan Peraturan Menteri ini, pernyataan pejabat publik juga merupakan bagian kebijakan publik. Hal ini dapat dipahami karena pejabat publik adalah salah satu aktor kebijakan yang turut berperan dalam implementasi kebijakan itu sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang dibuat oleh pemerintah atau


(30)

✁✁

lembaga yang berwenang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan dapat memecahkan suatu masalah.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Menurut Winarno (2012: 35) mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik tersebut dibagi ke dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan publik adalah sebagai berikut:

a) Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumusan kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b) Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk


(31)

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c) Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d) Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e) Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang


(32)

☎ ✆

menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

3. Faktor Penentu Dilaksanakan atau Tidaknya Suatu Kebijakan Publik

a) Faktor Penentu Pemenuhan Kebijakan

1. Respeknya anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan pemerintah Penghormatan dan penghargaan politik pada pemerintah yang legitimate

menjadi kata kunci penting bagi terwujudnya pemenuhan atas pengejawantahan kebijakan publik. Ketika warga menghormati pemerintah yang berkuasa oleh karena legitimasinya, maka secara otomatis mereka akan turut pula memenuhi ajakan pemerintah melalui undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, keputusan pemerintah, ataupun nama atau istilah lainnya.

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan

Dalam masyarakat yang digerakkan oleh rational choices (pilihan-pilihan

yang rasional), seperti pada abad postmodern saat ini, banyak dijumpai bahwa individu atau kelompok warga mau menerima dan melaksanakan kebijakan publik sebagai sesuatu yang logis, rasional serta memang dirasa perlu. Bermain di ranah “kesadaran” artinya pemerintah harus mampu merubah

mindset warga dengan cara sikap dan perilaku yang sesuai dengan mindset

yang hendak dibentuk oleh aparatur itu sendiri.

3. Adanya sanksi hukum

Orang dengan akan sangat terpaksa mengimplementasikan dan melaksanakan suatu kebijakan karena ia takut terkena sanksi hukuman, misalnya: denda, kurungan, dan sanksi-sanksi lainnya. Oleh karena itu, salah satu strategi yang


(33)

sering digunakan oleh aparatur administrasi atau aparatur birokrasi dalam upayanya untuk memenuhi implementasi kebijakan publik ialah dengan cara menghadirkan sanksi hukum yang berat pada setiap kebijakan yang dibuatnya.

Selain itu, orang atau sekelompok warga seringkali mematuhi dan melaksanakan kebijakan karena ia tidak suka dikatakan sebagai orang yang melanggar aturan hukum, sehingga dengan terpaksa ia melakukan isi kebijakan publik tersebut.

4. Adanya kepentingan publik

Masyarakat mempunyai keyakinan bahwa kebijakan publik dibuat secara sah, konstitusional dan dibuat oleh pejabat publik yang berwenang, serta melalui prosedur yang sah yang telah tersedia. Bila suatu kebijakan dibuat berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka masyarakat cenderung mempunyai kesediaan diri untuk menerima dan melaksanakan kebijakan itu. Apalagi ketika kebijakan publik itu memang berhubungan erat dengan hajat hidup mereka.

5. Adanya kepentingan pribadi

Seseorang atau sekelompok orang sering memperoleh keuntungan langsung dari suatu proyek implementasi kebijakan, maka dari itu dengan senang hati mereka akan menerima, mendukung dan melaksanakan kebijakan yang ditetapkan.

6. Masalah waktu

Kalau masyarakat memandang ada suatu kebijakan yang bertolak belakang dengan kepentingan publik, maka warga akan berkecenderungan untuk


(34)

✟ ✠

menolak kebijakan tersebut. Tetapi begitu waktu berlalu, pada akhirnya suatu kebijakan yang dulunya pernah ditolak dan dianggap kontroversial, berubah menjadi kebijakan yang wajar dan dapat diterima.

b) Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan

1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada

Bila suatu kebijakan dipandang bertentangan secara ekstrem atau secara tajam dengan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat secara luas atau kelompok-kelompok tertentu secara umum, maka dapat dipastikan kebijakan publik yang hendak diimplementasikan akan sulit terlaksana.

2. Tidak adanya kepastian hukum

Tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan aturan-aturan hukum atau kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan satu sama lain dapat menjadi sumber ketidakpatuhan warga pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang tidak jelas, kebijakan yang bertentangan isinya atau kebijakan yang ambigu dapat menimbulkan kesalahpengertian sehingga berkecenderungan untuk ditolak oleh warga untuk diimplementasikan.

3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi

Seseorang yang patuh atau tidak patuh pada peraturan atau kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah dapat disebagiankan oleh keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Jika tujuan organisasi yang dimasuki oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi seide atau segagasan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, maka ia akan mau bahkan mengejawantahkan atau melakukan ketetapan pemerintah itu dengan tulus.


(35)

Tetapi apabila tujuan organisasi yang dimasukinya bertolakbelakang dengan ide dan gagasan organisasinya, maka sebagus apapun kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintah akan sulit untuk terimplementasi dengan baik.

4. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum

Masyarakat ada yang patuh pada suatu jenis kebijakan tertentu, tetapi ada juga yang tidak patuh pada jenis kebijakan lain. Ada orang yang patuh dalam kebijakan kriminalitas tetapi di saat yang bersamaan ia dapat tidak patuh dengan kebijakan pelarangan pedagang kaki lima.

B. Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Terdapat banyak konsep pada studi implementasi kebijakan yang dipilih. Dunn dalam Darwin (2000: 56) menyebut terdapat dua sudut pemahaman terkait studi implementasi yaitu sudut pandang ilmu administrasi negara dan ilmu politik. Dari sudut pandang ilmu administrasi negara, pada awalnya implementasi hanya dilihat semata-mata pelaksanaan kebijakan secara efektif dan efisien saja. Namun menjelang akhir PD (Perang Dunia) II, pandangan ini makin tidak popular. Sedangkan dari sudut pandang ilmu politik ternyata tidak sebatas itu, ia jauh menjangkau sampai ketentuan kebijakan administratif dan legislatif yang baru, perubahan-perubahan referensi publik dan teknologi baru.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik sekaligus studi yang sangat krusial. Bersifat krusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan


(36)

☛ ☞

direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan pernah bisa diwujudkan. Demikian pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan. Dengan demikian, kalau menghendaki tujuan kebijakan dapat tercapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.

Definisi implementasi kebijakan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan studi implementasi itu sendiri. Menurut Nugroho (2011: 618) implementasi kebijakan adalah suatu cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Selanjutnya Winarno (2012: 146) mengatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Ripley dan Franklin dalam Winarno (2012: 148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).


(37)

Pengertian implementasi kebijakan juga dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012: 149) yang membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, implementasi kebijakan publik adalah suatu langkah dalam tahap pelaksanaan sebuah kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang menghasilkan sebuah dampak dari proses kebijakan tersebut.

2. Model Implementasi Kebijakan Publik Van Meter dan Van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Menurut Van Metter dan Van Horn ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:

a) Standar dan sasaran kebijakan

Pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik sehingga


(38)

✍9

di akhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program yang dijalankan.

b) Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik.

Selain itu sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga yaitu sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia dan terbentur oleh waktu yang terlalu ketat, maka memang menjadi persoalan rumit untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik.

c) Karakteristik agen pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan apabila hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas


(39)

cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

d) Sikap/kecenderungan(disposition)para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

e) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

f) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.


(40)

✏ ✑

Bagan 1 Model Pendekatan The Policy Implementation Process (Donald Van Metter dan Carl Van Horn).

Sumber:Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008: 144)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan Donald Van Metter dan Carl Van Horn karena model yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn ini merupakan model pendekatantop down. Dalam pendekatantop down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor

tingkat pusat dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Maka dari itu model ini dianggap paling sesuai untuk membantu menjawab permasalahan peneliti tentang implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung mengenai permasalahan sampah di daerah aliran sungai. Selain itu karena peneliti melihat model ini sebagai model yang sangat familiar dan sering digunakan oleh mahasiswa Ilmu Administrasi Negara. Sehingga nantinya diharapkan akan sangat membantu dalam proses perolehan informasi yang berkaitan dengan model tersebut. Standar dan Tujuan Standar dan Tujuan Aktivitas Implementasi dan Komunikasi Antarorganisasi Karakteristik dari Agen Pelaksana Kondisi ekonomi, Sosial dan Politik Kecenderungan /Disposisi dari Pelaksana Kinerja Kebijakan Publik


(41)

C. Pencemaran Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.

Pengertian lingkungan menurut Darsono (1995: 54) merupakan semua benda atau kondisi dimana manusia dan aktivitasnya termasuk di dalamnya, yang terdapat di dalam ruang dimana manusia tersebut mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Jadi, semua hal termasuk manusia merupakan lingkungan dan perubahan diantara keduanya akan saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Pencemaran Lingkungan

Apabila kehadiran unsur asing (makhluk hidup, zat, energi, komponen lainnya) ke dalam lingkungan menyebabkan perubahan ekosistem lingkungan yang mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan, sehingga lingkungan tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya secara ekologi lingkungan telah tercemar. Menurut Husein (1992: 23) pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang


(42)

✓ ✔

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

Menurut Barros dan Johnston dalam Husein (1992: 23) masalah pencemaran timbul bila amna suatu zat atau energi dengan tingkat konsentrasi yang demikian rupa hingga dapat mengubah kondisi lingkungan, baik langsung atau tidak langsung dan pada akhirnya lingkungan tidak berfungsi sebagaimana akhirnya. Sedangkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pasal 1 butir Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik garis besar bahwa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi komponen lain ke dalam lingkungan yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.

Menurut Husein (1992: 23-24) pencemaran erat kaitannya dengan aktivitas manusia antara lain:

1. Kegiatan-kegiatan industri dalam bentuk limbah, zat-zat, buangan berbahaya. 2. Kegiatan pertambangan berupa terjadinya kerusakan instalasi, kebocoran,

pencemaran dan lain-lain.


(43)

4. Kegiatan pertanian.

Menurut Soemarwoto (1992: 63) secara alamiah terjadinya pencemaran disebebakan 4 (empat) hal, yaitu:

1. Adanya pencemaran adalah karena lebih besarnya kecepatan produksi suatu zat daripada kecepatan penggunaannya atau degradasinya penggunaan secara fisik.

2. Proses biologi yang membentuk atau mengkonstrasikan zat pencemar tertentu.

3. Berdasarkan proses fisika kimia non biologi.

4. Terjadinya kecelakaan yang dapat melepaskan ke dalam lingkungan.

D. Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai 1. Pengertian Sampah

Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah biasa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair dan gas.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Menurut Azwar (1990: 53) Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi,


(44)

✗ ✘

yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.

Selanjutnya menurut Kodoatie (2003: 312) sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kelangsungan hidup.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sampah adalah bahan buangan atau sisa-sisa baik berbentuk padat atau setengah padat dari zat


(45)

organik dan anorganik yang diproduksi oleh manusia dalam aktivitasnya maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis.

2. Jenis dan Sumber Sampah

Menurut Hadiwiyoto (1983: 25) sampah pada umumnya dibagi dua jenis yaitu: a) Sampah organik: yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik,

karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C (Carbon), H (Hidrogen), O (Oksigen), N (Nitrogen), dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman.

b) Sampah anorganik: sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya: kaca, kaleng, aluminium, debu, logam-logam lain.

Jenis dan sumber sampah menurut Widyatmoko (2002: 2) dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sampah rumah tangga terdiri dari:

a) Sampah basah yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan organik yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran dan lain-lain.

b) Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi, kaleng bekas dan sampah kering yang non logam misalnya kertas, kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.

c) Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan lantai, penggergajian kayu dan abu dari sisa pembakaran kayu.


(46)

✚ ✛

d) Sampah besar yaitu sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar seperti meja, kursi dan lain-lain.

2. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan dan lain-lain. 3. Sampah bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan

termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata dan sebagainya.

4. Sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.

Klasifikasi sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yaitu:

1. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kawasan komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

3. Sampah spesifik

Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran bangunan;


(47)

sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

3. Kualitas dan Kuantitas Sampah

Menurut Slamet (2004: 34) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain:

a. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah. c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.


(48)

✢9

d. Tingkat pendidikan

Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan sudah semestinya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

4. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefenisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur harta serta mengalirkannya melalui anak–anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Suatu daerah aliran sungai adalah kumpulan dari sub daerah aliran sungai yang lebih kecil dengan ukuran maupun bentuk daerah aliran sungai yang berbeda dengan yang lainnya.

Wilayah daratan daerah aliran sungai menurut Asdak (2002: 4) disebut dengan daerah tangkapan air (catchment area) yang terdiri dari sumber daya alam dan

manusia sebagai pemanfaatnya. Ekosistern dibagi menjadi bagian hulu, tengah dan hilir. Masing-masing bagian pada daerah aliran sungai secara biogeofisik menurut Asdak (2002: 11)mempunyai ciri-ciri tertentu. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir,


(49)

pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir daerah aliran sungai merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan gambut/bakau.

Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik daerah aliran sungai yang berbeda tersebut. Perubahan tataguna lahan di bagian hulu daerah aliran sungai seperti reboisasi, pembalakan hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga daerah aliran sungai bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan dari segi tata air. Oleh karena itu yang menjadi fokus perencanaan pengelolaan daerah aliran sungai sering kali daerah aliran sungai bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan biogeofisik melalui daur hidrologi.

5. Dampak Pencemaran Daerah Aliran Sungai

Berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh sampah maka manusia sebagai makhluk yang berakal dan berbudi tentu akan sedapat mungkin untuk menghindari dampak yang merugikan itu dengan berbagai cara, khususnya guna menangani dampak sampah sebaik mungkin secara berkesinambungan. Adapun dampak sampah bagi manusia menurut Djunuryadi dalam tesis Kesuma (2011: 20) di antaranya adalah sebagai berikut:


(50)

✤ ✥

✦. Dapat menjadi sumber penyakit

Hal ini terjadi karena tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti terbuat dari bahan yang mudah dirusak serangga dan hewan lain. Selain itu, tempat sampah tersebut tidak memiliki penutup dan lembab, ini menyebabkan lalat, nyamuk, maupun kecoa menjadikannya sebagai sarang. Pembiakan ini akan mempermudah penularan penyakit yang lebih banyak seperti penyakit tipus, malaria, demam berdarah, kolera, disentri, dan lain sebagainya, sehingga manusia menjadi tidak sehat apabila sampah terabaikan.

✧. Dapat menimbulkan pencemaran udara

Sampah yang tidak tertutup dan terdiri dari sisa makanan, sayuran, bangkai binatang dapat menebarkan bau busuk, sehingga bila terhisap akan menimbulkan gangguan pada pernapasan dan manusia menjadi tidak merasa nyaman dan leluasa untuk menghirup udara bebas.

★. Dapat menimbulkan banjir

Apabila sampah tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan melainkan dibuang pada saluran air seperti sungai, got, dan saluran air lainnya maka akan menghalangi aliran air tersebut sehingga pada musim hujan dapat menimbulkan banjir karena saluran air tertutup oleh banyaknya tumpukan sampah tersebut.

✩. Dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah

Pencemaran air ini bersumber dari buangan air industri (limbah industri), sampah sisa buangan industri, terdiri dari bahan kimia atau sisa bahan bakar yang akan meresap ke dalam tanah dan bila bahan ini terserap oleh air. Hal


(51)

ini dapat sangat merugikan makhluk hidup yang mengkomsumsi air tersebut, di samping dapat menurunkan kadar produksi tanaman bila lokasi buangan dekat lahan pertanian.

✬. Dapat merusak keindahan kota

Kota yang bersih tentu akan indah karena semuanya tertata dengan baik. Sampah yang dibuang pada sembarang tempat atau sistem pembuangan yang tidak teratur akan merusak keindahan kota dan estetika lingkungan.

6. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran

Sampah berupa benda yang dapat memicu timbulnya api seperti tabung gas dan bahan buangan lainnya yang mudah meledak dan terbakar, yang dibuang dekat pemukiman penduduk, karena kelalaian manusia dapat menimbulkan kebakaran.

7. Dapat menimbulkan pencemaran air laut

Hal ini merupakan kebiasaan penduduk yang berdiam di kota-kota pelabuhan maupun daerah pesisir pantai yang membuang sampah di tepi pantai maupun laut. Akibatnya laut menjadi kotor dan tercemar bila sampah yang dibuang itu mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kehidupan biota laut/perairan.

6. Kebijakan Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai

Dalam usaha menuju kepada terciptanya suasana Kota Bandar Lampung yang merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang TAPIS BERSERI (Tertib, Aman, Patuh, Iman, Sejahtera, Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah) ini, maka perlu pembinaan umum dan menyeluruh masalah keapikan kota kita tercinta ini sebab kita sadari bersama bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan


(52)

✭✭

dan keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai pribadi di dalam hubungan manusia dengan alam yang harus dibina dan dikembangkan agar tetap serasi dan dinamis. Maka dibuatlah kebijakan Pemerintah Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung. Yang telah disahkan pada tanggal 24 Oktober 2000.

Pada pasal 15 terdapat larangan membuang sampah atau suatu benda di jalan, trotoar, gang-gang dalam pasar, tepi pantai, sungai, sumber air, parit/saluran air, selokan air, taman, lapangan dan tanah kosong milik orang lain atau pada tempat-tempat umum lainnya. Jika ada yang tidak mengindahkan peraturan tersebut akan dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sesuai bunyi pasal 26.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pandangan masyarakat tentang sadar lingkungan sangatlah minim atau kurang. Dari hal tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat masih belum peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri, seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, pembuangan limbah pabrik, polusi udara, pencemaran air, dan lain-lain. Mengingat tentang kesadaran tersebut maka pasal 15 ini dibuat untuk seluruh masyarakat di Kota Bandar Lampung tanpa terkecuali khususnya warga yang tinggal di bantaran daerah aliran sungai.


(53)

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai sesuai Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2011: 75). Jenis Penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011: 4).

Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif bersifat menjelaskan, menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas masalah yang diteliti. Metode kualitatif lebih bersifat empiris dan dapat menelaah informasi lebih dalam untuk mengetahui hasil penelitian.


(54)

35

B. Fokus Masalah Penelitian

Menurut Moleong (2011: 94) ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Sehingga peneliti memfokuskan penelitian terhadap masalah-masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik menurut Van Metter dan Van Horn. Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai.

1. Standar dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Karakteritik agen pelaksana

4. Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana 5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 6. Lingkungan sosial dan politik

b) Kendala-kendala yang terjadi dalam implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai. 1. Kendala internal implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar

Lampung menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai. 2. Kendala eksternal implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar


(55)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Lokasi untuk penelitian ini adalah sungai-sungai yang ada di Kota Bandar Lampung dengan alasan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung merupakan pusat aktivitas manusia. Salah satu instansi yang akan menjadi lokasi dalam penelitian ini yaitu Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) karena instansi tersebut menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung karena merupakan instansi yang menangani permasalahan sampah di Kota Bandar Lampung. Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung karena LSM tersebut merupakan salah satu LSM yang memperhatikan kebersihan di daerah aliran sungai. Serta masyarakat di bantaran sungai Kota Bandar Lampung.

D. Instrumen Penelitian

Nasution dalam Sugiyono (2013: 223) mengatakan dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Pada Keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada


(56)

37

pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

E. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2011: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti membagi data dalam penelitian ini ke dalam 2 (dua) jenis yaitu:

a) Data primer

Data primer merupakan data yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data-data tersebut merupakan bahan analisis utama yang digunakan dalam penelitian ini yang berupa hasil wawancara dan pengamatan pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung serta beberapa masyarakat di bantaran sungai Kota Bandar Lampung.


(57)

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data-data yang dapat dijadikan informasi yakni berupa surat-surat, instruksi Presiden, Peraturan Daerah dan data-data lainnya yang didapatkan peneliti pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:

a. Wawancara (interview)

Esterberg dalam Sugiyono (2013: 231) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung serta masyarakat di bantaran sungai Kota Bandar Lampung.


(58)

3✮

Tabel 3 Informan Terkait Implementasi Kebijakan Penanganan Permasalahan Sampah di Daerah Aliran Sungai

No Informan

1 Emron Yusmi selaku Kasubbid Kontroversi dan Rehabilitasi SDA BPPLH

2 Fatonah selaku Kasubbid Mitra Lingkungan Hidup BPPLH

3 Yono selaku koordinator tim bersih kali BPPLH

4 Farid Yanuza selaku operasional kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

5 Hendrawan selaku Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung

6 Basri dan Hamidah selaku ketua RT di Teluk Betung Barat

7 Asnawati dan Bihat selaku masyarakat bantaran sungai

b. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan implementasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menangani permasalahan sampah di daerah aliran sungai yang berpacu pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan dan keapikan dalam wilayah Kota Bandar Lampung. Adapun dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan selama penelitian antara lain:

a. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan dan keapikan dalam wilayah Kota Bandar Lampung

b. Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung tentang penunjukkan petugas bersih kali Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung tahun 2015


(59)

c. Dokumentasi dari Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup

d. Dokumentasi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

c. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur karena pengamatan dilakukan ketika menemukan data-data di lapangan yang dibutuhkan (tanpa ditentukan terlebih dahulu). Observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi terhadap keadaan sungai yang ada di Kota Bandar Lampung serta observasi terhadap petugas bersih kali.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Emzir (2011: 85) pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan peneliti untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Emzzir (2011: 129) teknik analisis data tersebut meliputi langkah- langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data(Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai suatu proses merangkum, pemilihan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.


(60)

41

Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.

2. Penyajian data(Data Display)

Merupakan penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Pada penelitian ini, secara teknis data-data yang telah diorganisir ke dalam matriks analisis data akan disajikan kedalam bentuk teks naratif, gambar, tabel dan bagan. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan yang memahami implementasi penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data. Diwujudkan dalam bentuk uraian, dengan teks naratif bagan foto atau gambar dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi(Conclusion/verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka akan diperoleh


(61)

kesimpulan yang bersifat “grounded”, dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Pada penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan inti sari dari rangkaian hasil penelitian berdasarkan observasi wawancara dan dokumentasi hasil penelitian. Kesimpulan akhir dalam penelitian ini berupa teks naratif yang mendeskripsikan konsep implementasi penanganan permasalahan sampah di daerah aliran sungai. Berikut ini merupakan gambaran model interaktif yang diajukan Miles dan Huberman:

Bagan 2 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 247)

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Moleong (2011: 326) mengatakan ada 4 (empat) kriteria dalam pemeriksaan data kualitatif, yaitu:

1. Derajat kepercayaan(credibility)

Penerapan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonaktualitatif. Kriteria ini berfungsi: (1)

Pengumpulan

Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data


(62)

43

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, (2) mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu. Triangulasi dianggap sebagai cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat merecheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan

berbagai sumber, metode, penyidik atau teori.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan derajat kepercayaan dengan menggunakan triangulasi metode, yaitu dengan membandingkan hasil teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan tersebut berasal dari pihak Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Lampung serta beberapa masyarakat di bantaran daerah aliran sungai Kota Bandar Lampung. Observasi yang dilakukan pada saat peneliti turun kelapangan serta dokumentasi yang didapatkan dari Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung.


(63)

b. Ketekunan/keajegan pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap hal-hal yang menonjol. Kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu, teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

2. Keteralihan (transferability)

Pengujian keteralihan dalam penelitian kualitatif digunakan supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitataif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Menurut Faisal dalam Sugiyono (2013: 277) apabila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya suatu hasil penelitian yang diberlakukan, maka laporan tersebut memenuhi standar keteralihan.

3. Kebergantungan(dependability)

Menurut Sugiyono (2013: 277) dalam penelitian kualitatif, pengujian kebergantungan dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses


(64)

45

penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data, untuk itu perlu diuji kebergantungannya. Jika proses tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tidak reliabel atau

dependable. Untuk menguji kebergantungan dalam penelitian ini yaitu dengan

melakukan diskusi dan pengecekan proses penelitian oleh pembimbing.

4. Kepastian (certainty)

Menguji kepastian atau menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tapi hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya. Pemeriksaan yang dilakukan pembimbing menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data, dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan penelitian tentang keabsahan data. Guna memenuhi kriteriacertaintyini,

peneliti juga harus menguraikan secukupnya tujuan awal risetnya yang menyangkut riset yang peneliti usulkan, harapan peneliti, dan pengakuan akan perlunya pemikiran yang refleksif. Pengujian kepastian ini dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian.


(65)

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5º20’ sampai dengan 5º30’

lintang selatandan 105º28’ sampai dengan 105º37’ bujur timur. Ibukota provinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km² yang terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(1)

❂8

lebar yang berbeda-beda, sosialisasi yang belum berjalan dengan maksimal, lingkungan sosial masyarakat yang terbiasa membuang sampah ke sungai serta lingkungan politik terkait peraturan yang khusus untuk sungai belum ada. Selain itu ditemukan juga hambatan eksternal yaitu kesadaran masyarakat sendiri yang masih terbiasa membuang sampah kesungai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Suatu program dapat berjalan maksimal dengan mengacu pada ukuran-ukuran kebijakan. Maka dari itu akan lebih baik jika dibuat buku petunjuk pelaksanaan program tim bersih kali yang berisikan tujuan, ukuran, sasaran serta prosedur pelaksanaannya.

2. Agar dapat berjalan lebih efektif serta meringankan 25 petugas tim bersih kali saat ini maka sangat diperlukan penambahan jumlah petugas tim bersih kali serta anggaran dana untuk penambahan jumlah petugas tersebut atau mungkin dapat dinaikkan lagi gaji untuk para petugas tim bersih kali. Kemudian dapat dibuat jadwal yang lebih efektif agar setiap sungai dapat tersentuh oleh petugas untuk dibersihkan.

3. Perlu dilakukan lebih maksimal lagi terkait sosialisasi program tim bersih kali seperti dibuat papan peringatan larangan membuang sampah pada semua sungai atau bekerja sama dengan media agar masyarakat mengetahui dampak dari sampah yang menumpuk disungai.


(2)

❃❃

4. Mengenai rendahnya kesadaran masyarakat maka sangat diperlukan pemberdayaan khusus masyarakat sekitar sungai atau pinggiran sungai agar terbiasa tidak membuang sampah kesungai. Tentunya perlu didukung dengan sarana dan prasarana seperti lebih banyak lagi menyediakan kotak sampah non organik dan organik yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat serta sistem pengangkutan sampah yang lebih baik seperti petugas pengambil sampah yang rutin mengambil sampah setiap harinya. Sampah yang sudah tidak terpakai masih bisa diolah kembali menjadi sebuah kerajinan dan akan lebih bermanfaat.

5. Terkait sanksi larangan membuang sampah kesungai sangat tidak efektif. Maka akan lebih baik jika pemerintah memberikan penghargaan kepada masyarakat yang menjaga kebersihan sungai.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku:

Agustino, Leo. 2008.Dasar-dasar kebijakan publik. Bandung: Alfabeta.

Asdak. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Azwar, Azrul 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Darsono, Valentinus. 1995.Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Darwin, Muhadjir. 2000.Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta: PT. Hadindita Graha Widia.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif - Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.

Husein, Harun. 1992. Lingkungan Hidup, Masalah, pengelolaan dan penegakan Hukumnya.Jakarta: Bumi Aksara.

Kodoatie. R.J 2003. Manajemen dan Rekayasa Insfrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, Riant. 2011.Public Policy. Dinamika KebijakanAnalisis Kebijakan

Manajemen Kebijakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Slamet, Juli Soemirat. 2004.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM press. Soemarwoto, Otto. 1992. Analisis Dampak Lingkungan. Bandung: Gajah Mada

University Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.


(5)

Suryabrata, Sumadi. 2011.Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali pers.

Widyatmoko, Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Jakarta: Abadi Tandur.

Winarno, Budi. 2012.Kebijakan Publik. Jakarta: PT.Buku Seru.

Referensi Skripsi dan Tesis:

Kesuma, Revmon. 2011. Kajian Terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Bandar Lampung. [Tesis]. Bandar Lampung: Program Studi Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Lampung.

Referensi Dokumentasi:

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun 2014.

Laporan Pertanggungjawaban Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung Tahun 2014.

Referensi Peraturan:

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung.

Surat Keputusan Nomor 28/III.20/HK/2015 tentang Petugas Bersih Kali Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2015.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.


(6)

Referensi Website (internet):

http://www.kabarlampung.co/read/kota-ku/kabar-balam/item/251-48-rumah-di-telukbetung-barat-kebanjiran. Diakses pada 8 Maret 2015.


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

8 130 133

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR BERLANGGANAN DI KOTA PASURUAN (Studi Kebijakan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum)

0 3 3

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR BERLANGGANAN DI KABUPATEN MADIUN (Suatu Studi Tentang Pelaksanaan Kebijakan Retribusi Parkir Berlangganan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 8 Tahun 2009)

0 9 17

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR BERLANGGANAN DI KABUPATEN MADIUN (Suatu Studi Tentang Pelaksanaan Kebijakan Retribusi Parkir Berlangganan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 8 Tahun 2009)

2 17 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN (Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 Kabupaten Jember)

0 3 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN (Studi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 Kabupaten Jember)

0 5 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN MINIMARKET (Studi Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung)

6 68 99

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGANAN PERMASALAHAN SAMPAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan dan Keapikan dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun

4 25 83

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 0 23

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

0 0 13